Anda di halaman 1dari 17

PENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH

DENGAN PEMBERIAN PENGUKUH POSITIF

Novia Sinta Rochwidowati1, Rahma Widyana2


12
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta
1
noviasinta.r22@gmail.com
2
umifaqih4@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pengukuh positif untuk
meningkatkan kemandirian pada anak usia prasekolah. Hipotesis yang diajukan adalah Ada pengaruh
pemberian pengukuh positif terhadap peningkatan kemandirian anak usia prasekolah, kemandirian
anak selama dan setelah mendapatkan intervensi pemberian pengukuh positif mengalami peningkatan
dibandingkan sebelum pemberian intervensi. Metode penelitian yang digunakan adalah kasus tunggal
dalam bentuk desain eksperimen A-B-A. Pengukuran pemberian pengukuh positif menggunakan
behavior checklist, sedangkan analisis datanya menggunakan visual inpection, dengan didukung
analisis kualitatif, dengan uji Intraclass Correlation (ICC=0,989) dengan Sig.=0.000. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perilaku kemandirian subjek yang mendapatkan intervensi berupa pemberian
pengukuh positif meningkat. Salah hal yang terungkap dari penelitian ini adalah ada sikap nrimo dari
subjek, ketika salah satu pengukuh positif digantikan karena ketiadaan barang tersebut.

Kata kunci : pengukuh positif, kemandirian anak usia prasekolah

INCREASED SELF-SUFFICIENCY OF PRESCHOOL AGE CHILDREN


WITH THE GRANTING OF POSITIVE PENGUKUH

Novia Sinta Rochwidowati1, Rahma Widyana2


12
Fakulty of Psychology, University of Mercu Buana Yogyakarta
1
noviasinta.r22@gmail.com
2
umifaqih4@yahoo.com

Abstract
Childrens are the new generation of the nation that will face the development of the world
changes through the skills and expertise acquired children through education. But in its development,
there are still children who are less likely to have behavioral independence. To do their activities
children tend to rely on others, especially parents. This study aims to determine the effect of giving
positive reinforcement to increase independence of preschool age children. The hypothesis is that
there is effect of giving positive reinforcement to increase independence of preschool age children.
The child’s independence during and after getting intervention of giving positive reinforcement has
increased compared to prior to the intervention. The method used was a single case in the form of
experimental design of A-B-A. Measurement of giving positive reinforcement used behavior
checklist, while data analysis used visual inpection supported by qualitative analysis with the test of
intra-class correlation ( ICC = 0.989 ) and Sig . = 0.000. The result showed that the behavior of
subject independence who gains the interventions of giving positive reinforcement increased. Things
unfold from this research is nrimo there is an attitude of the subject, when one positive reinforcement
was replaced because of the absence of such items.
Keywords: positive reinforcement, independence of preschool

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 49


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

PENDAHULUAN mengembangkan potensi yang


Anak adalah generasi baru bangsa dimilikinya melalui latihan dan pemberian
yang akan menghadapi perubahan dan stimulus (Sudilarsih, 2010).
perkembangan dunia, melalui ketrampilan Kenyataan yang dijumpai di
dan keahlian yang diperoleh anak melalui lapangan tidaklah demikian, berdasarkan
pendidikan (Arini, 2008). Pendidikan hasil penelitian Suseno dan Irdawati
adalah proses pengembangan anak ke arah (2011) dalam e-journal.akbid-purworejo
berpikir dan berperilaku menjadi lebih dengan judul “Hubungan Antara Pola
baik, serta dapat diperoleh melalui Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian
lingkungan sekolah dan terutama Anak Usia Prasekolah di Tk Aisyiyah
lingkungan keluarga.Masa prasekolah Mendungan Sukoharjo” membuktikan
menurut Munandar (1992), merupakan bahwa dari 20 orang anak yang mandiri
masa-masa bermain. Pada tahap ada 16 (80%), kurang mandiri sebesar 3
perkembangan anak usia prasekolah, anak (15%), dan yang masih tergantung ada 1
mulai menguasai berbagai ketrampilan (5%). Hal tersebut didukung dengan hasil
fisik, bahasa, dan anakpun mulai memiliki pengamatan peneliti bahwa beberapa anak
rasa percaya diri untuk mengekplorasi masih tergantung dengan lingkungan
kemandiriannya (Hurlock, 1997). terutama dengan orangtuanya. Anak yang
Lamman dkk (2008) mengatakan belum mandiri, tampak akan selalu
bahwa kemandirian merupakan suatu membutuhkan pertolongan orang lain
kemampuan individu untuk mengatur untuk membantu dirinya dalam
dirinya sendiri dan tidak tergantung menyelesaikan tugas. Hubungan sosial
kepada orang lain. Kemandirian sudah anak yang belum mandiri dengan teman
mulai berkembang jauh sebelum sebanyanya akan terganggu, karena anak
mencapai tahap dewasa. Menurut Basri selalu mengharapkan orangtuanya untuk
(2000), kemandirian bukanlah menungguinya bahkan anak tidak
kemampuan yang dibawa anak sejak lahir, bersedia bermain dengan temannya. Di
melainkan hasil dari proses belajar. sisi lain, kesempatan yang kurang
Menurut Sudilarsih (2010), bahwa proses diberikan oleh orangtua terhadap anak
pembentukan kemandirian anak tersebut berdampak pada kepercayaan diri anak
diawali dari lingkungan terdekat, yakni dalam melakukan kegiatannya sendiri,
keluarga dan pengalaman yang diperoleh dan ketidaksabaran orangtua akan
anak dari lingkungan disekitar luar rumah. membuat anak tidak memiliki kesempatan
Kemandirian anak usia prasekolah dapat untuk belajar.
berkembang dengan baik apabila anak Hal tersebut dapat mengakibatkan
diberikan kesempatan untuk anak tidak memperoleh kesempatan untuk

50 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

mencoba belajar mandiri. Ketika seorang positif (positif reinforcement) adalah


anak meminta sesuatu kemudian kejadian sebuah tingkah laku yang diikuti
merengek dan ibu langsung memberikan oleh penambahan stimulus atau
apa yang diinginkan anak, maka anak peningkatan intensitas dari stimulus
belajar bahwa dengan merengek ia akan sehingga hasilnya dapat mengukuhan
mendapatkan barang yang diinginkan. Hal tingkah laku tersebut; dan Pengukuh
tersebut berarti bahwa dengan merengek negatif (negatif reinforcement) adalah
anak mendapatkan reward berupa barang kejadian sebuah tingkah laku diikuti oleh
yang diinginkan, dan hal tersebut secara penghilangan stimulus atau penurunan
otomatis menjadi pembelajaran intensitas stimulus yang hasilnya
pembentukan perilaku pada anak. menguatkan tingkah laku tersebut.
Dijelaskan oleh hasil penelitian Yusuf Pengukuh positif adalah segala
dkk (2006), bahwa pengembangan model bentuk respon, baik yang bersifat verbal
modifikasi perilaku melalui “continouos maupun nonverbal yang berfungsi sebagai
reinforcement dan partial reinforcement” penguatan dari suatu perilaku (Martin &
dapat digunakan untuk mengatasi Pear, 2003). Pemberian pengukuh positif
kebiasaan buruk anak dalam belajar, terhadap suatu perilaku yang akan
sehingga dapat meningkatkan prestasi dibentuk, akan berdampak pada
belajar. pembentukan perilaku yang diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas Dalam hal ini, dengan pemberian
berarti bahwa dengan pemberian reward pengukuh positif, suatu perilaku mandiri
terhadap anak dapat meningkatkan atau yang akan dibentuk dapat diterapkan
memberikan peluang agar anak kepada anak, sehingga perilaku
mengulang perilaku yang akan dibentuk. kemandirian anak usia prasekolah yang
Martin & Pear (2003) menyebutkan dibentuk akan muncul.
bahwa salah satu teknik pengubahan Berdasarkan uraian tersebut maka
perilaku adalah melalui pengukuhan yakni penelitian ini mengajukan rumusan
proses dimana tingkah laku diperkuat oleh masalah: Apakah pemberian pengukuh
konsekuensi yang segera mengikuti positif dapat meningkatkan kemandirian
tingkah laku tersebut. Menurut Purwanta anak usia prasekolah?.
(2012), saat sebuah tingkah laku Penelitian ini peneliti memiliki
mengalami pengukuhan maka tingkah tujuan untuk memberikan upaya
laku tersebut akan cenderung muncul eksperimen dengan pemberian pengukuh
kembali pada masa mendatang. Purwanta untuk meningkatkan dan/atau melatih
(2012) membagi jenis-jenis pengukuhan kemandirian pada anak melalui pemberian
(reinforcement), diantaranya; Pengukuh pengukuh positif ataupun cara

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 51


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

meningkatkan kemandirian anak namun mencari bantuan, mencari perhatian,


tidak menggunakan pengukuh positif mencari pengarahan, dan mencari
sebagai variabel independen bagi anak dukungan pada orang lain. Mengharapkan
usia prasekolah. Peneliti berkeyakinan inisiatif anak yang tidak mandiri cukup
bahwa penelitian yang akan dilakukan sulit, karena anak-anak membutuhkan
peneliti berbeda dengan beberapa peran orang-orang di lingkungannya
penelitian yang telah dilakukan beberapa untuk mengambil inisiatif untuk dirinya
peneliti yang pernah ada. Perbedaan (Coles dalam Hurlock, 1997). Biddulph &
terletak pada adanya intervensi Biddulph (2006), menambahkan, bahwa
peningkatan kemandirian anak usia biasanya anak membutuhkan kedekatan
prasekolah melalui pemberian pengukuh secara fisik dengan orangtua atau
positif. pengasuhnya, dan tanda lain yang dapat
Manfaat yang ingin dicapai dalam muncul pada anak usia prasekolah yang
penelitian ini bahwa dengan pemberian sering bergantung pada orangtua adalah
pengukuh positif maka kemandirian anak seringnya anak menangis ketika ditinggal
usia prasekolah dapat meningkat, sebentar oleh ibunya. Hal tersebut
sehingga anak mampu melakukan segala terkadang terbawa hingga akhir masa
aktivitasnya sendiri tanpa prasekolah sehingga menjadikan anak
bantuan/bergantung dari orang lain. Disisi suka merengek serta sering melontarkan
lain, melalui pemberian pengukuh positif, protes apabila menemui hal-hal yang tidak
anak akan belajar tentang perilaku yang sesuai dengan keinginannya, anehnya
baik bagi dirinya. orangtua terkadang merasa tidak cemas
Brawer (Melatih kemandirian anak, dengan sikap anak mereka yang tidak
2008), bahwa kemandirian merupakan mandiri (Biddulph & Biddulph, 2006).
perilaku yang terdapat pada seseorang Penelitian ini mengacu pada aspek
yang timbul karena dorongan dari dalam kemandirian menurut Lamman, dkk
dirinya sendiri, bukan karena pengaruh (2008) membagi menjadi lima bagian,
orang lain. Hurlock (1997), diantaranya; Kebebasan, yaitu dapat
menambahkan bahwa ketidakmandirian menentukan keinginan sendiri tanpa
seorang anak identik dengan sikap bergantung terhadap orang lain;
bergantung yang terlalu berlebihan pada Pengambilan kepustusan, yaitu
orang-orang disekitarnya. kemampuan mengambil alternatif
Menurut Feist & Feist (2008), anak tindakan yang akan dilakukan; Kontrol
yang mempunyai kemandirian rendah diri, yaitu kemampuan menguasai emosi
biasanya diri tanpa bantuan orang lain; Ketegasan
memiliki ciri khusus antara lain diri (asertif), yaitu dapat menyampaikan

52 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

suatu keinginan terhadap orang lain; anak, hingga tiba saatnya nanti anak
Tanggungjawab, yaitu kemampuan dalam mampu melakukan aktivitas tanpa
menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang bantuan dari orang lain. Lebih lanjut Basri
lain serta dapat menerima resiko atas (2000), menambahkan bahwa
kesalahan yang dilakukan. Berdasarkan kemandirian anak dapat dibina semenjak
aspek dari Lamman dkk tersebut, anak masih usia dini dengan penanaman
Sudilarsih (2010) membagi kemandirian disiplin yang konsisten sehingga
menjadi 2, yakni kemandirian fisik dan kemandirian yang dimiliki dapat
kemandirian psikologis. Kemandirian berkembang secara utuh.
fisik adalah kemampuan anak untuk Menurut Hurlock (1997), bahwa ada
mengurus dirinya sendiri, sedangkan beberapa faktor pendukung kemandirian
kemandirian psikologis adalah anak; yakni dimana pada dasarnya anak
kemampuan untuk membuat keputusan akan tumbuh mandiri, apabila anak
dan memecahkan masalah sendiri. tersebut berada dalam lingkungan yang
Menurut Sudilarsih (2010) kemandirian orang-orang di sekelilingnya mampu
anak secara fisik dapat terlihat dalam ciri- menciptakan faktor yang dapat
ciri perilaku, diantaranya anak dapat mendukung anak untuk tumbuh
makan dan minum sendiri, anak mampu berkembang dengan normal dan bahagia.
memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak Terbentuknya kemandirian bukanlah
mampu merawat diri sendiri dalam hal kemampuan yang dibawa anak sejak lahir,
mencuci tangan dan/atau anak mampu melainkan hasil dari proses belajar.
menggunakan toilet, Menurut Sudilarsih (2010), alasan
mengambil/meletakkan sendiri alat tulis yang menyebabkan orangtua cenderung
yang dibutuhkan, tidak menangis ketika untuk memberikan bantuan dan
ditinggal orangtua selama sekolah perlindungan berlebihan, terbagi menjadi
berlangsung, bermain bersama teman 2, yaitu karena orangtua merasa khawatir
sebaya tanpa ditunggui, merapikan tas dan orangtua yang tidak sabar. Orangtua
ketika akan akan pulang sekolah, dan yang terlalu khawatir akan membatasi
anak dapat memilih kegiatan yang disukai anak untuk mencoba kemampuannya.
seperti menari, menulis, menggambar, Apabila kekhawatiran dan perlindungan
bermain boneka, serta anak tidak lagi yang berlebihan berlanjut terus sejalan
ditunggui oleh orangtua atau dengan bertambahnya usia anak, maka
pengasuhnya. anak akan selalu mengharapkan bantuan
Rina (2008) menyatakan bahwa orang lain setiap kali anak menghadapi
kemandirian anak bisa dilatih, dan sebagai masalah. Orangtua yang tidak sabar dalam
orangtua sudah selayaknya mendidik memberikan kesempatan kepada anak

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 53


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

untuk mencoba belajar. Orangtua anak mampu menyelesaikan tugasnya


cenderung lekas membantu anak agar tanpa bantuan orang lain, dan perilaku
cepat selesai daripada menunggu anak ketidakmandirian anak juga dapat
menyelesaikannya sendiri, sehingga dapat terbentuk pula dari hasil anak
mengakibatkan anak tidak memperoleh mendapatkan reward berupa bantuan
kesempatan untuk mencoba belakar segera ketika anak membutuhkan
mandiri. pertolongan. Hal tersebut mengakibatkan
Soetjiningsih (1995) mengemukakan anak belajar bahwa ketika anak meminta
bahwa anak yang mendapatkan stimulasi sesuatu anak akan merengek ataupun
yang tepat akan lebih cepat berkembang menangis, sehingga reward akan
perilaku kemandiriannya daripada anak langsung diberikan dengan segera.
yang kurang atau bahkan tidak Sudilarsih (2010), menegaskan bahwa
mendapatkan stimulasi. Pemberian hasil belajar mandiri anak akan tampak,
stimulasi yang tepat untuk membentuk apabila orangtua rajin dan konsisten
perilaku mandiri pada anak akan membuat dalam memberikan stimulus yang sesuai
anak belajar lebih cepat. Soetjiningsih agar meningkatkan pengulangan perilaku
(1995), menambahkan stimulasi dapat anak yang diinginkan.
juga berfungsi sebagai pengukuh positif, Berdasarkan hal tersebut di atas
bahwa pemberian pengukuh positif akan berarti bahwa dengan pemberian reward
efektif apabila pemberian tersebut sesuai terhadap anak dapat meningkatkan atau
dengan kebutuhan dan keinginan anak. memberikan peluang agar anak
Hal ini didukung oleh hasil penelitian mengulang perilaku yang akan dibentuk.
Magoon (2008) dalam Journal Pemberian reward atau pengukuh positif
Experimental Analysis Behavior, sebagai salah satu bentuk stimulasi dan
membuktikan bahwa dengan pemberian motivasi untuk anak agar dapat
hadiah (reward) dapat memunculkan mempertahankan perilaku yang sudah ada
perilaku yang diharapkan dan dapat atau membentuk perilaku baru yang
menjadikan konsekuensi yang diinginkan.
menyenangkan. Sebaliknya, dengan Martin & Pear (2003)
pemberian hukuman (punisment) dapat mengemukakan bahwa perilaku adalah
memberikan respon positif yakni tidak segala sesuatu yang orang katakan atau
memunculkan perilaku yang diharapkan, lakukan. Perilaku bentuk respon
namun bukan merupakan konsekuensi seseorang terhadap suatu stimulus atau
yang menyenangkan. keadaan yang terjadi. Perilaku dapat
Arini (2006) menjelaskan bahwa dibentuk melalui pemberian stimulus
adanya stimulasi “pemberian reward” saat yang sesuai. Pengukuh positif merupakan

54 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

salah satu proses belajar perilaku, yang stimulus yang menyenangkan) sehingga
dilakukan dengan cara memodifikasi dapat meningkatkan frekuensi perilaku
suatu bentuk perilaku yang akan yang akan dibentuk. Martin & Pear
diterapkan. Pemberian pengukuh positif (2003) menambahkan bahwa dalam
memperkuat perilaku yang diinginkan, penerapan modifikasi perilaku, pengukuh
oleh karenanya langkah pertama dalam tidak dibiarkan terjadi secara alamiah
merencanakan adalah dengan (natural consequence) tetapi diatur
mengidentifikasi dan mendefinisikan sedemikian rupa agar menjadi
perilaku yang ingin diperkuat dan yang konsekuensi tindakan/perilaku yang ingin
akan diberi penguatan (Soekadji, 1983). ditingkatkan atau dipelihara. Martin &
Berdasarkan penjelasan di atas dapat Pear, (2003) menambahkan bahwa dalam
disimpulkan bahwa kemandirian anak penerapan modifikasi perilaku, pengukuh
usia prasekolah adalah kemampuan anak tidak dibiarkan terjadi secara alamiah
dalam melakukan tugasnya sendiri tanpa (natural consequence) tetapi diatur
adanya campur tangan orang lain. sedemikian rupa agar menjadi
Kemandirian usia prasekolah dapat konsekuensi tindakan/perilaku yang ingin
diartikan sebagai keterampilan untuk ditingkatkan atau dipelihara.
membantu diri sendiri, baik kemandirian Pemberian pengukuh positif adalah
secara fisik maupun kemandirian secara salah satu cara untuk memberikan
psikologis. Berdasarkan uraian tersebut motivasi kepada subjek supaya bersedia
dapat disimpulkan bahwa dalam melatih melakukan perilaku kemandirian. Subjek
kemandirian anak dapat melalui berbagai yang awalnya tidak bersedia, secara tidak
tahap pemberian penguatan positif (positif langsung akan menyenangkan, sehingga
reinforcement). Kemandirian anak dapat perilaku mandiri tersebut akan
dilatih dan dibentuk melalui penerapan dimunculkan oleh subjek secara terus –
stimulus yang sesuai dan pemberian menerus (continue). pengukuh positif
penguatan positif terhadap perkembangan dapat mempengaruhi suatu perilaku yang
perilaku mandiri anak. akan dibentuk, ataupun untuk menguatkan
Berdasarkan beberapa prinsip dasar perilaku yang akan dipertahankan.
penerapan perilaku, peneliti akan Pemberian pengukuh positif dapat melatih
menggunakan prinsip dasar belajar berupa pembentukan kemandirian anak usia
pemberian pengukuh (reinforcement). prasekolah, sehingga tingkat kemandirian
Pemberian penguatan (reinforcement) anak dapat meningkat atau sesuai dengan
dilakukan ketika suatu perilaku (respon) tahap perkembangannya. Perilaku
diikuti oleh stimulus yang kemandirian anak dapat ditingkatkan
menguntungkan (biasanya dilihat sebagai melalui pemberian pengukuh positif,

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 55


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

karena dengan pengukuh positif suatu akan selalu bergantung terhadap oranglain
perilaku dapat dibentuk dengan cara dalam setiap pengambilan keputusan
menyenangkan anak. dalam hidupnya. Kemandirian merupakan
Menurut asumsi peneliti, bahwa suatu perilaku yang dapat dikukuhkan
perilaku kemandirian anak usia atau dibentuk melalui pemberian
prasekolah yang ditunjukkan merupakan pengukuh positif. Target perilaku yang
hasil pembinaan, bimbingan dan bentukan akan dibentuk atau ditingkatkan dalam
pendidikan serta pola asuh yang penelitian ini adalah kemandirian anak
dikembangkan orang tua. Penciptaan usia prasekolah yang belum memiliki
lingkungan yang kondusif terhadap perilaku mandiri sesuai dengan usia
pembentukan kemandirian anak usia perkembangannya. Pemberian pengukuh
prasekolah, tidak akan lepas dari orang positif dapat diasumsikan bahwa ada
tua sebagai pemeran utama; secara umum hubungan langsung antara konsekuensi
konsep pemberian pengukuh positif dalam perilaku yang akan ditingkatkan dan
penelitian ini adalah meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut terulang,
motivasi terhadap anak agar dapat dalam hal ini yakni peningkatan
melakukan aktivitasnya dengan mandiri. kemandirian anak usia prasekolah. Usaha
Berbagai variasi dan tingkatan dalam apapun untuk menjelaskan, memprediksi,
pemberian pengukuh positif dapat dan mempengaruhi motivasi akan
meningkatkan perilaku kemandirian anak melibatkan kegiatan mengukur perilaku
usia prasekolah sesuai tahap dan menguji konsekueni dari perilaku saat
perkembangannya. Partisipasi aktif dari ini dan perilaku yang diinginkan.
orangtua serta peran serta guru dapat Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
memberikan pengaruh yang positif yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini
terhadap penerapan perilaku kemandirian adalah bahwa ada pengaruh pemberian
anak menjadi lebih efektif. pengukuh positif terhadap peningkatan
Berdasarkan keterangan tersebut di kemandirian anak usia prasekolah,
atas, disimpulkan bahwa kemandirian kemandirian anak selama dan setelah
merupakan salah satu tugas mendapatkan intervensi pemberian
perkembangan anak yang harus dilalui, pengukuh positif mengalami peningkatan
dimana anak akan belajar untuk dibandingkan sebelum pemberian
membantu dirinya sendiri dan tidak intervensi.
bergantung terhadap orang lain. Disisi
lain, minimnya kemandirian anak dapat METODE
mengakibatkan anak akan kesulitan dalam Subjek dalam penelitian ini adalah
menyelesaikan tugas secara mandiri, serta anak usia prasekolah yang memiliki

56 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

perilaku kemandirian rendah. Usia subjek Manipulasi variabel bebas yang


adalah 5 tahun 8 bulan, dengan jenis dilakukan dalam penelitian ini adalah
kelami laki-laki, bersekolah di sebuah TK dengan cara memberikan pengukuhan
ABA di Yogyakarta. Desain penelitian positif pada subjek eksperimen. Program
yang digunakan adalah desain eksperimen pemberian pengukuh positif disusun
kasus tunggal dalam bentuk desain dengan tujuan penelitian yang diuraikan
eksperimen A-B-A. Desain eksperimen dalam secara rinci dalam modul
kasus tunggal dilakukan untuk pemberian pengukuh positif. Kegiatan
mengetahui efek suatu perlakuan dengan eksperimen akan diberikan selama tiga
jalan membandingkan kondisi atau minggu, setiap seminggu selama 5 hari,
performansi subjek dari waktu ke waktu dengan durasi waktu per hari lebih kurang
dimana subyek diamati perilakunya pada selama 4 jam. Kegiatan eksperimen dibagi
keadaan tanpa perlakuan dan dengan melalui empat tahapan.
perlakuan secara bergantian (Latipun, Tahapan-tahapan dalam penelitian ini
2004). meliputi; Tahap I yaitu pengukuran awal
Alasan peneliti menggunakan desain dengan menggunakan behavior checklist.
eksperimen kasus tunggal adalah baik Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk
sampel kelompok maupun subjek tunggal mengetahui perilaku awal (baseline)
dianggap paling sesuai untuk penelitian subjek. Behavior checklist dilakukan oleh
ini, terutama karena perilaku yang diamati tiga orang observer/pengamat yang akan
tidak mungkin diambil rata-ratanya. memperhatikan perilaku-perilaku subjek
Alasan kedua peneliti menggunakan yang muncul setiap saat kemudian
desain eksperimen kasus tunggal adalah dilakukan pencatatan; Tahap II yaitu
faktor etis. Menurut Latipun (2004), pemberian informasi terhadap orangtua
desain pembanding sering bertentangan dan guru terkait tentang perilaku anak
dengan landasan etis bahwa desain yang akan ditingkatkan, dan pembuatan
kelompok tradisional melibatkan kesepakatan dengan anak meliputi
kelompok kontrol yang tidak menerima perilaku yang akan mendapatkan reward
perlakuan (treatment), yang seharusnya dan jenis/bentuk pengukuh positif
mereka juga berhak untuk memperoleh (reward) yang diinginkan/dibutuhkan;
intervensi. Alasan ketiga adalah bahwa tahap III berlangsung observer akan
aplikasi dari suatu desain kelompok mengobservasi subjek selama 2 minggu
pembanding tidak mungkin dapat berturut-turut. Tujuannya adalah untuk
dijalankan dalam beberapa kasus sebab melihat perilaku-perilaku subjek yang
kecilnya ukuran populasi. dimunculkan selama pemberian intervensi
dan melakukan pencatatan. Selain itu,

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 57


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

untuk mengetahui apakah pemberian berupa Skala rating behavior checklist,


pengukuh sesuai dengan perilaku yang yakni dengan cara mengobservasi
muncul, serta perilaku subjek ketika perilaku subjek Observasi dengan
menerima pengukuh positif; Tahap IV menggunakan skala pengukuran
yaitu sesi pengukuran akhir dengan (meansurement scales), berfungsi untuk
behavior checklist, dimana subjek akan melihat berbagai tingkat perilaku yang
kembali diukur untuk melihat (baseline) diukur (Shaughnessy dkk, 2007). Dalam
dari perilaku akhir setelah pemberian penelitian ini, peneliti akan menggunakan
pengukuh positif (intervensi). Behavior pengamatan perilaku berupa checklist
checklist dilakukan oleh tiga orang untuk merekam perilaku kemandirian
observer yang akan memperhatikan anak.
perilaku-perilaku subjek yang muncul Berdasarkan ciri kemandirian anak
setiap saat. Subjek akan diobservasi dari Sudilarsih (2010), peneliti menyusun
ketika berada disekolah, selama 5 hari. item behavior checklist. Behavior
Metode pengukuran dalam penelitian checklist kemandirian anak data penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan ini disajikan dalam bentuk indikator
observasi menggunakan lembar rating perilaku kemandirian yang akan diisi oleh
kemampuan motorik yang mengacu pada pengamat (observer) dengan mencontreng
rating scale dan metode observasi perilaku yang muncul. Behavior checklist
sistematik (Hadi, 2004). Alat yang disajikan sebagai alat ukur perilaku
digunakan untuk pengumpulan data kemandirian pada anak (subjek).

Tabel 1. Indikator dan Target Perilaku dalam behavior checklist.

Penelitian dilaksanakan selama 4 Yogyakarta.. Sesuai dengan etika


minggu, di sebuah TK ABA di penelitian yang menggunakan subjek

58 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

penelitian, subjek diberikan informed identik. Alat pendukung dalam


consent. Lembar informed consent pengumpulan data adalah dengan
penelitian berisikan kesediaan wawancara yang dikenakan pada orang
orangtua/wali subjek sebagai wali anak tua subjek dan guru subjek. Peneliti akan
(subjek) sebagai penanggungjawab subjek menggunakan wawancara tertutup sebagai
untuk mengikuti semua prosedur salah satu penggalian data. Menurut
penelitian. Menentukan 3 orang Prawitasari (2011) mengartikan
observer/rater yakni seorang yang dapat wawancara tertutup adalah wawancara
bersikap objektif yang telah memiliki berupa pertanyaan dengan jawaban
pengalaman dalam melalukan observasi tertentu atau sudah ditentukan.
dan 1 orang untuk memberikan pengukuh Wawancara dilakukan sebelum dan
positif kepada subjek. Observer/rater setelah diberikan intervensi pengukuh
bertugas sebagai pencatat hasil-hasil yang positif. Dalam penelitian ini, wawancara
perlu diamati dengan seksama pada diri yang diberikan kepada orangtua dan guru
subjek sesuai dengan panduan observasi berupa pertanyaan tertutup yang disusun
yang ada. Kemudian melakukan berdasarkan aspek-aspek kemandirian
pengukuran terhadap subjek penelitian. menurut Lamman dkk (2008) dan ciri-ciri
Berdasarkan hasil analisis ketiga perilaku kemandirian menurut Sudilarsih
rater dikatakan ICC-konsistesnsi nilainya (2010). Pedoman wawancara terkait
yaitu (ICC= 0.989), Sig = .000 yang informasi tentang perilaku kemandirian
berarti bahwa hasil dari penilaian rater 1, subjek selama di rumah dengan keluarga,
penilaian rater 2 dan penilaian rater 3 tercantum dalam tabel 2 berikut;
berkorelasi satu sama lain atau bersifat
Tabel 2 Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Menggali Bagaimana latar 1. Kondisi keluarga dan latar belakang subjek
informasi belakang subjek 2. Apakah orangtua subjek mendukung penuh setiap
kepada serta aktivitasnya aktivitas subjek selama berada di sekolah
guru selama di sekolah 3. Apakah subjek termasuk anak yang mudah menerima
informasi yang disampaikan oleh guru serta
bagaimana rentang konsentrasi subjek selama di
dalam kelas
4. Sejauhmana tingkat kemandirian subjek dalam
melakukan aktivitas pribadinya, contoh ketika hendak
ke kamar mandi (mandi, buang air besar / buang air
kecil mencuci tangan), melepaskan dan/atau
melepaskan sepatu, mengambil atau meletakkan alat

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 59


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

tulis, dan lain sebagainya.


5. Sejauhmana tingkat kemandirian subjek dalam
melakukan dan menyelesaikan tugasnya sesuai
instruksi guru.
Menggali Menggali informasi 1 Menggali informasi bagaimana perkembangan subjek
informasi tentang kegiatan 2 Bagaimana pola kemandirian subjek selama berada di
kepada subjek selama rumah
orangtua berada di rumah 3 Apakah subjek sudah mampu melakukan kegiatan
kepada orangtua pribadinya sendiri seperti bersih diri yakni, mandi,
buang air besar/kecil, makan tanpa disuapi, memakai
atau melepaskan sepatu dan lain sebagainya.

Uji coba alat ukur “behavior dijalankan oleh subjek. Dengan


checklist” dan modul “kemandirian anak” menggunakan grafik sebagai suatu
untuk menguji validitas dan reliabilitas gambaran pelaksanaan eksperimen baik
alat ukur sebelum digunakan dalam sebelum, selama pemberian pengukuh
penelitian. Behavior checklist positif maupun sesudah diberikan
diujicobakan kepada siswa Taman Kanak- pengukuh positif. Data didukung dengan
kanak yang memiliki kesamaan data kualitatif berdasarkan catatan hasil
karakteristik dengan subjek penelitian. observasi dari ketiga rater lapangan, dan
Dari hasil uji coba alat ukur tersebut dapat hasil wawancara dengan guru wali kelas
dilihat bahwa alat yang digunakan dapat dan orangtua subjek.
mengukur perilaku kemandirian anak,
serta dapat digunakan untuk dijadikan HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai alat ukur pada penelitian Berdasarkan data mentah dari ketiga
sebenarnya. hasil pengukuran sebelum intervensi
Teknik analisis data yang (Fase A1), selama pemberian intervensi
digunakan dalam penelitian ini dilakukan pengukuh positif (Fase B), dan setelah
secara kuantitatif yaitu dengan pemberian intervensi (Fase A2), maka
menggunakan metode visual inpection dapat dicari rerata skor total dari ketiga
Secara objektif akan ditampilkan gambar rater. Berikut ini analisis data yang
berdasarkan skor total rerata kemandirian dihasilkan dari skala rating yang
dari ketiga rater. Visual inpection ditampilkan dalam bentuk grafik. Setiap
bertujuan untuk mendapatkan suatu grafik mewakili rerata skor total dari
informasi data subjek yang nantinya ketiga rater berdasarkan tingkat periaku
dipersentasekan sebagai hasil dari kemandirian anak saat pretest (baseline
pemberian pengukuhan positif yang awal/fase A1), selama pemberian

60 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

perlakuan/intervensi pengukuh positif A2) yakni setelah diberikan pengukuh


(fase B) dan posttest (baseline akhir/fase positif selama 5 hari.

Visual Inpection
Tingkat Kemandirian Anak 60

50

40
Baseline_1
30 Intervensi
20 Baseline_2

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sesi

Gambar 1. Grafik 1 Analisis data rater_1,2,3

Berdasarkan hasil visual inspection menulis huruf dan angka, subjek juga
dari skor total rerata ketiga rater dapat mampu melakukan aktivitas lain seperti
disimpulkan bahwa adanya peningkatan menggunting, melipat meskipun belum
perilaku kemandirian subjek dari sebelum, rapi. Subjek tidak mau ditinggal oleh
selama pemberian pengukuh positif, dan ibunya, dan ibu harus menunggui subjek
setelah diberikannya intervensi pengukuh selama di sekolah, bahkan duduk di
positif. Secara analisis data statistik sebelah subjek. Setiap mengerjakan tugas
(visual inpection) dan analisis kuantitatif yang diberikan oleh guru subjek awalnya
dapat disimpulkan bahwa hasil dari kedua mau mengerjakan sendiri, namun
analisis menunjukkan adanya pengaruh seringkali tampak meminta bantuan dari
pemberian pengukuh positif pada subjek ibunya, bahkan terkadang ibunya sendiri
dengan tingkat kemandirian rendah, hal yang langsung membantu subjek tanpa
tersebut dapat dilihat dari hasil visual diminta. Ibunya kurang memberikan
inspection skala rating (F) subjek terjadi kesempatan subjek, sehingga membuat
perubahan, baik dari rater 1, rater2, dan anak kurang memiliki kepercayaan untuk
rater 3. melakukan kegiatannya sendiri, dan
Berdasarkan hasil wawancara yang ketidaksabaran ibunya akan membuat
dilakukan kepada guru kelas subjek, anak tidak memiliki kesempatan untuk
secara akademik subjek sebenarnya sudah belajar
cukup mampu mengikuti tugas yang Selama pemberian intervensi dan
diberikan oleh guru, misalnya menirukan setelahnya, guru menyampaikan bahwa

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 61


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

ada perubahan pada diri subjek, tampak Berdasarkan hasil visual inpection
sekali subjek bisa aktif dalam kelas dari grafik serta didukung oleh hasil
meskipun tanpa ibunya. Subjek mulai wawancara dengan orangtua juga guru
bersedia mengikuti kegiatan di sekolah wali kelas, bahwa subjek dalam penelitian
tanpa ditemani dan ditunggui ibunya. ini memperlihatkan bahwa adanya
Subjek mulai bermain dengan teman- peningkatan perilaku kemandirian anak
temannya tanpa harus ditunggui. antara sebelum, selama pemberian
Demikian pula dengan ibu subjek pengukuh positif dan sesudah pemberian
mengatakan bahwa selama dan setelah pengukuh positif. Hal tersebut dapat
pemberian pengukuh positif, subjek mulai diartikan bahwa hipotesis yang diajukan
belajar melakukan semua aktivitasnya dalam penelitian ini dapat diterima.
sendiri tanpa bantuan darinya. Bahkan Penelitian ini menunjukkan bahwa
saat ini subjek sudah tidak lagi ditunggui, intervensi dengan pemberian pengukuh
meskipun awalnya sulit untuk positif cukup dapat merubah maupun
meninggalkan selama di sekolah, namun mempertahankan perilaku kemandirian
setelah dibujuk dan diberi hadiah subjek pada anak usia prasekolah.
akhirnya mau mengikuti semua kegiatan Pemberian pengukuh positif memberi
sekolah tanpa harus ditemani oleh ibunya. kesempatan pada anak untuk belajar
Menurut pengakuan ibunya bahwa melakukan kegiatan/aktivitas dan
perilaku subjek di rumah juga mulai ada tanggungjawabnya sendiri tanpa bantuan
perubahan; seperti mulai melakukan dari orang lain. Intervensi pemberian
aktivitasnya tanpa harus ditemani ibu atau pengukuh positif memberikan rasa
ayahnya dan belajar melakukannya senang, menciptakan suasana yang santai
sendiri, meskipun sedikit-sedikit masih tanpa paksaan, melibatkan emosi dan
perlu bantuan. Hal ini didukung oleh hasil dapat mensimulasi dinamika
penelitian Anastasia (2004), membuktikan perkembangan anak secara baik dalam
bahwa pola asuh orangtua sangat meningkatkan pengetahuan dan
berhubungan erat dengan pembentukan pengalaman, sehingga mengalami
kemandirian untuk anak-anak. Hasil perubahan perilaku kemandirian sesuai
penelitian Hartinah (2009) juga dengan masa perkembangannya. Menurut
menunjukkan bahwa ada pengaruh Soetjiningsih (1995), anak yang
pemberian reward untuk mengurangi mendapatkan stimulasi akan lebih cepat
perilaku yang impulsif, bahkan menjadi berkembang daripada anak yang kurang
konsekuensi yang menyenangkan bagi atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.
anak. Lebih lanjut dijelaskan Soetjiningsih
(1995), bahwa stimulasi dapat juga

62 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

berfungsi sebagai pengukuh positif. perilaku subjek menjadi lebih mandiri.


Penelitian ini dapat membuktikan bahwa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
intervensi dengan pemberian pengukuh adanya perbedaan perilaku pada anak
positif dapat meningkatkan perilaku sebelum, selama dan setelah pemberian
kemandirian anak usia prasekolah. pengukuh positif. Oleh karenanya dengan
Berdasarkan uraian tersebut di atas hasil ini disarankan bagi pihak sekolah
dapat disimpulkan bahwa lingkungan bahwa dengan pemberian pengukuh
yang mendukung meningkatnya perilaku positif dapat direkomendasikan sebagi
kemandirian anak perlu diciptakan dan salah satu alternatif untuk meningkatkan
dikembangkan, baik dalam lingkungan perilaku kemandirian pada siswa lain
keluarga, maupun di lingkungan sekolah. yang memiliki kecenderungan perilaku
Salah satu cara yang dapat dilakukan kemandiriannya belum terbentuk.
adalah dengan memberikan pengukuh Perilaku kemandirian subjek
positif berupa pujian karena secara tidak mengalami peningkatan, namun hal
langsung anak mendapatkan motivasi dan tersebut harus tetap dipertahankan oleh
penghargaan vahwa apa yang subjek dengan cara orangtua (wali) subjek
dilakukannya adalah hal yang benar, tetap memberikan pengukuh positif
dapat belajar dari pengalaman, serta dapat berupa pengukuh sosial terhadap perilaku-
merubah sikap dan perilaku perilaku mandiri yang telah dibentuk.
kemandiriannya. Oleh karenanya, subjek dalam melakukan
aktivitasnya tidak lagi bergantung pada
KESIMPULAN orangtua ataupun oranglain. Dalam
Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini terdapat beberapa
seorang siswa Taman Kanak-kanak di kelemahan yang menyangkut proses
Yogyakarta, diperoleh bahwa terdapat penelitian, sehingga dalam pelaksaannya
peningkatan skor perilaku kemandirian terdapat kelemahan. Oleh karena itu,
anak sebelum perlakuan dan sesudah kepada peneliti selanjutnya diharapkan
perlakuan. Hal tersebut berarti bahwa untuk dapat mengembangkan intervensi
subjek mengalami peningkatan perilaku pemberian pengukuh positif ini sehingga
kemandirian. Ada pengaruh pemberian dalam pelaksanaan lebih sempurna dan
pengukuh positif terhadap peningkatan mudah diterima oleh anak.
kemandirian anak usia prasekolah. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
Pengaruh pemberian pengukuh positif untuk meneliti intervensi ini, disarankan
dapat bersifar menetap, hal ini untuk menambah jumlah subjek, karena
menunjukkan bahwa intervensi pemberian setiap subjek akan berbeda dalam
pengukuh positif (reward) dapat merubah karakteristik tingkat kemandiriannya.

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 63


Peningkatan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif

Peneliti selanjutnya disarankan untuk


Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas.
benar-benar memahami cara penentuan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
jadwal sebelum pelaksanaan pemberian
Barlow, D.H. & Hersen, M. (1984).
intervensi ini, sehingga tidak ada
Single-Case Experimental Design :
kekeliruan dalam menentukan skor subjek Strategics For Studiying Behavior
Change (2nd Ed.) New York :
pada saat baseline dan memahami bentuk
Pergamon Press.
pengukuh positif (reward) yang akan
Biddulph, S & Biddulph, S. (2006).
diberikan kepada subjek.
Mendidik Anak Dengan Cinta. PT.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Gramedia Jakarta : Pustaka Utama.
memberikan follow-up berjenjang
Bouxsein, K.J., Roane, H.S., & Harper, T.
terhadap intervensi pemberian pengukuh (2011). Evaluating The Separate And
positif yang telah dikenakan, sehingga Combined Effects Of Positive And
Negative Reinforcement On Task
perubahan target perilaku yang akan
Compliance. Diunduh dari Journal
diubah/dibentuk dapat bertahan lama dan Application Behavior Analyses.
menjadi perilaku yang menetap bukan Spring; 44(1): 175–179.
PMCID:PMC 3050464. Doi:
hanya sementara (temporer). Serta
10.1901/jaba.2011.44-175.
perlunya memberikan kontrol terhadap
variabel lain yang diduga dapat Catania, A.C. (2001). “Positive
Psychology and Positive
mempengaruhi hasil penelitian, sepert
Reinforcement”. Diunduh dari
jenis kelamin, faktor ekonomi, dan faktor Journal Of The American
Psychological Association. Vol.56.
personal lainnya.
Doi : 10.1037//0003-066X.56.1.86.

Catania, A.C. (2008). Reinforcement


DAFTAR PUSTAKA schedules: Retroactive and proactive
effects of reinforcers inserted into
American Psyichology Association.
fixed-interval performances.
(2002). Publication Manual Of The
American Psychological Association Diunduh dari Journal Experimental
(Sixth Ed.). Washington D.C. : APA. Analysis Behavior. 2008 January;
89(1): 111–118 : PMCID:PMC
Anastasia (2004). Hubungan Pola Asuh 2211432. Doi:
Orangtua Dengan Kemandirian Anak 10.1901/jeab.2008.89-111.
TK Pangudi Luhur Bernadus
Semarang. Diunduh dari Chaplin, J. (2005). Kamus Lengkap
Http://www.google.kemandirian Psikologi. PT Raja Grafindo Persada.
anak-pendidik.com. pada 25 Februari Jakarta.
2012.
Feist, J. & Feist, G. (2008). Theories of
Arini, AT. (2006). Melatih Anak Jadi Personality – edisi keenam.
Mandiri, dalam Pustaka Familia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
“Membuat Prioritas, Melatih Anak
Mandiri” (hlm. 17-22). Yogyakarta : Gamayanti, IL., (2006). Menjadi mandiri
Kanisius. dengan pekerjaan sehari-hari, dalam

64 InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016


Novia Sinta Rochwidowati, Rahma Widyana

Pustaka Familia. “Membuat Sarafino, E.P. (2001). Behaviour


Prioritas, Melatih Anak Mandiri” Modification : Understanding
(hlm. 55-61). Yogyakarta : Kanisius. Principles Of Behavior Change (eds.
2) London: Mayfield Publising
Hartinah. (2009). Pengaruh Pemberian Company.
Reward Dan Punishment Untuk
Mengurangi Perilaku Attention Shaughnessy, J., Zechmeister, E., &
Deficit Hyperaktivity Dissoder Zechmeister J. (2007). Metodologi
(ADHD). Diunduh dari Penelitian Psikologi (eds. 7).
Http://google.pengaruh- Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
pemberianreward.com pada 2 Mei
2011. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta : ECG.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi
Perkembangan – Suatu Pendekatan Sudilarsih, F. (2010). Mampu Mengatasi
Sepanjang Rentang Kehidupan. 1001 : Masalah Batita Anda Sehari-
Jakarta : Erlangga. hari. Yogyakarta : Garailmu.
Suseno, D.D. & Irdawati (2011).
Lamman, dkk. 2008. “Faktor Genetik “Hubungan Antara Pola Asuh Orang
Pegang Peranan Dalam Tua Dengan Kemandirian Anak Usia
Kemandirian Anak”. Diunduh dari Prasekolah di Tk Aisyiyah
Http://google.kemandirian anak.com, Mendungan Sukoharjo”. Diunduh
pada 7 Maret 2010. pada tanggal 30 Maret 2013, dari
http://e-journal.akbid-
Latipun, (2004). Psikologi Eksperimen. purworejo.ac.id/index.php/jkk4/articl
Malang : Universitas Muhamadiyah e/view/61/0.
Malang Press.
Yusuf, dkk (2006). Pengembangan Model
Magoon, M.A. (2008). Concurrent Modifikasi Perilaku Melalui
Schedules of Positive and Negative Continous Reinforcement Dan Partial
Reinforcement: Differential-Impact Reinforcement Untuk Mengatasi
and Differential-Outcomes Kebiasaan Buruk Anak Dalam
Hypotheses. Diunduh dari Journal Belajar. Diunduh pada 28 Januari
Experimental Analysis Behavior. 2011, dari
Auburn University : 2008 July; Http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/i
90(1): 1–22. PMCID: PMC2441574. d/24.
Doi: 10.1901/jeab.2008.90-1

Martin, G & Pear, J. (2003). Behavior


Modification : What It Is and How
To Do it – four edition. New Jersey;
Prentice Hall, Inc.

Morgan, D.L. & Morgan, R.K. (2009).


Single-Case Research Metodhs For
The Behavioral And Health Sciences.
United States of America : Sage
Publications Inc.

Prawitasari, J.E. (2011). Psikologi Klinis


– Pengantar Terapan Mikro &
Makro. Yogyakarta : Erlangga.

InSight, Tahun XIII/Nomor 1/Februari 2016 65

Anda mungkin juga menyukai