Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pengukuh positif untuk
meningkatkan kemandirian pada anak usia prasekolah. Hipotesis yang diajukan adalah Ada pengaruh
pemberian pengukuh positif terhadap peningkatan kemandirian anak usia prasekolah, kemandirian
anak selama dan setelah mendapatkan intervensi pemberian pengukuh positif mengalami peningkatan
dibandingkan sebelum pemberian intervensi. Metode penelitian yang digunakan adalah kasus tunggal
dalam bentuk desain eksperimen A-B-A. Pengukuran pemberian pengukuh positif menggunakan
behavior checklist, sedangkan analisis datanya menggunakan visual inpection, dengan didukung
analisis kualitatif, dengan uji Intraclass Correlation (ICC=0,989) dengan Sig.=0.000. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perilaku kemandirian subjek yang mendapatkan intervensi berupa pemberian
pengukuh positif meningkat. Salah hal yang terungkap dari penelitian ini adalah ada sikap nrimo dari
subjek, ketika salah satu pengukuh positif digantikan karena ketiadaan barang tersebut.
Abstract
Childrens are the new generation of the nation that will face the development of the world
changes through the skills and expertise acquired children through education. But in its development,
there are still children who are less likely to have behavioral independence. To do their activities
children tend to rely on others, especially parents. This study aims to determine the effect of giving
positive reinforcement to increase independence of preschool age children. The hypothesis is that
there is effect of giving positive reinforcement to increase independence of preschool age children.
The child’s independence during and after getting intervention of giving positive reinforcement has
increased compared to prior to the intervention. The method used was a single case in the form of
experimental design of A-B-A. Measurement of giving positive reinforcement used behavior
checklist, while data analysis used visual inpection supported by qualitative analysis with the test of
intra-class correlation ( ICC = 0.989 ) and Sig . = 0.000. The result showed that the behavior of
subject independence who gains the interventions of giving positive reinforcement increased. Things
unfold from this research is nrimo there is an attitude of the subject, when one positive reinforcement
was replaced because of the absence of such items.
Keywords: positive reinforcement, independence of preschool
suatu keinginan terhadap orang lain; anak, hingga tiba saatnya nanti anak
Tanggungjawab, yaitu kemampuan dalam mampu melakukan aktivitas tanpa
menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang bantuan dari orang lain. Lebih lanjut Basri
lain serta dapat menerima resiko atas (2000), menambahkan bahwa
kesalahan yang dilakukan. Berdasarkan kemandirian anak dapat dibina semenjak
aspek dari Lamman dkk tersebut, anak masih usia dini dengan penanaman
Sudilarsih (2010) membagi kemandirian disiplin yang konsisten sehingga
menjadi 2, yakni kemandirian fisik dan kemandirian yang dimiliki dapat
kemandirian psikologis. Kemandirian berkembang secara utuh.
fisik adalah kemampuan anak untuk Menurut Hurlock (1997), bahwa ada
mengurus dirinya sendiri, sedangkan beberapa faktor pendukung kemandirian
kemandirian psikologis adalah anak; yakni dimana pada dasarnya anak
kemampuan untuk membuat keputusan akan tumbuh mandiri, apabila anak
dan memecahkan masalah sendiri. tersebut berada dalam lingkungan yang
Menurut Sudilarsih (2010) kemandirian orang-orang di sekelilingnya mampu
anak secara fisik dapat terlihat dalam ciri- menciptakan faktor yang dapat
ciri perilaku, diantaranya anak dapat mendukung anak untuk tumbuh
makan dan minum sendiri, anak mampu berkembang dengan normal dan bahagia.
memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak Terbentuknya kemandirian bukanlah
mampu merawat diri sendiri dalam hal kemampuan yang dibawa anak sejak lahir,
mencuci tangan dan/atau anak mampu melainkan hasil dari proses belajar.
menggunakan toilet, Menurut Sudilarsih (2010), alasan
mengambil/meletakkan sendiri alat tulis yang menyebabkan orangtua cenderung
yang dibutuhkan, tidak menangis ketika untuk memberikan bantuan dan
ditinggal orangtua selama sekolah perlindungan berlebihan, terbagi menjadi
berlangsung, bermain bersama teman 2, yaitu karena orangtua merasa khawatir
sebaya tanpa ditunggui, merapikan tas dan orangtua yang tidak sabar. Orangtua
ketika akan akan pulang sekolah, dan yang terlalu khawatir akan membatasi
anak dapat memilih kegiatan yang disukai anak untuk mencoba kemampuannya.
seperti menari, menulis, menggambar, Apabila kekhawatiran dan perlindungan
bermain boneka, serta anak tidak lagi yang berlebihan berlanjut terus sejalan
ditunggui oleh orangtua atau dengan bertambahnya usia anak, maka
pengasuhnya. anak akan selalu mengharapkan bantuan
Rina (2008) menyatakan bahwa orang lain setiap kali anak menghadapi
kemandirian anak bisa dilatih, dan sebagai masalah. Orangtua yang tidak sabar dalam
orangtua sudah selayaknya mendidik memberikan kesempatan kepada anak
salah satu proses belajar perilaku, yang stimulus yang menyenangkan) sehingga
dilakukan dengan cara memodifikasi dapat meningkatkan frekuensi perilaku
suatu bentuk perilaku yang akan yang akan dibentuk. Martin & Pear
diterapkan. Pemberian pengukuh positif (2003) menambahkan bahwa dalam
memperkuat perilaku yang diinginkan, penerapan modifikasi perilaku, pengukuh
oleh karenanya langkah pertama dalam tidak dibiarkan terjadi secara alamiah
merencanakan adalah dengan (natural consequence) tetapi diatur
mengidentifikasi dan mendefinisikan sedemikian rupa agar menjadi
perilaku yang ingin diperkuat dan yang konsekuensi tindakan/perilaku yang ingin
akan diberi penguatan (Soekadji, 1983). ditingkatkan atau dipelihara. Martin &
Berdasarkan penjelasan di atas dapat Pear, (2003) menambahkan bahwa dalam
disimpulkan bahwa kemandirian anak penerapan modifikasi perilaku, pengukuh
usia prasekolah adalah kemampuan anak tidak dibiarkan terjadi secara alamiah
dalam melakukan tugasnya sendiri tanpa (natural consequence) tetapi diatur
adanya campur tangan orang lain. sedemikian rupa agar menjadi
Kemandirian usia prasekolah dapat konsekuensi tindakan/perilaku yang ingin
diartikan sebagai keterampilan untuk ditingkatkan atau dipelihara.
membantu diri sendiri, baik kemandirian Pemberian pengukuh positif adalah
secara fisik maupun kemandirian secara salah satu cara untuk memberikan
psikologis. Berdasarkan uraian tersebut motivasi kepada subjek supaya bersedia
dapat disimpulkan bahwa dalam melatih melakukan perilaku kemandirian. Subjek
kemandirian anak dapat melalui berbagai yang awalnya tidak bersedia, secara tidak
tahap pemberian penguatan positif (positif langsung akan menyenangkan, sehingga
reinforcement). Kemandirian anak dapat perilaku mandiri tersebut akan
dilatih dan dibentuk melalui penerapan dimunculkan oleh subjek secara terus –
stimulus yang sesuai dan pemberian menerus (continue). pengukuh positif
penguatan positif terhadap perkembangan dapat mempengaruhi suatu perilaku yang
perilaku mandiri anak. akan dibentuk, ataupun untuk menguatkan
Berdasarkan beberapa prinsip dasar perilaku yang akan dipertahankan.
penerapan perilaku, peneliti akan Pemberian pengukuh positif dapat melatih
menggunakan prinsip dasar belajar berupa pembentukan kemandirian anak usia
pemberian pengukuh (reinforcement). prasekolah, sehingga tingkat kemandirian
Pemberian penguatan (reinforcement) anak dapat meningkat atau sesuai dengan
dilakukan ketika suatu perilaku (respon) tahap perkembangannya. Perilaku
diikuti oleh stimulus yang kemandirian anak dapat ditingkatkan
menguntungkan (biasanya dilihat sebagai melalui pemberian pengukuh positif,
karena dengan pengukuh positif suatu akan selalu bergantung terhadap oranglain
perilaku dapat dibentuk dengan cara dalam setiap pengambilan keputusan
menyenangkan anak. dalam hidupnya. Kemandirian merupakan
Menurut asumsi peneliti, bahwa suatu perilaku yang dapat dikukuhkan
perilaku kemandirian anak usia atau dibentuk melalui pemberian
prasekolah yang ditunjukkan merupakan pengukuh positif. Target perilaku yang
hasil pembinaan, bimbingan dan bentukan akan dibentuk atau ditingkatkan dalam
pendidikan serta pola asuh yang penelitian ini adalah kemandirian anak
dikembangkan orang tua. Penciptaan usia prasekolah yang belum memiliki
lingkungan yang kondusif terhadap perilaku mandiri sesuai dengan usia
pembentukan kemandirian anak usia perkembangannya. Pemberian pengukuh
prasekolah, tidak akan lepas dari orang positif dapat diasumsikan bahwa ada
tua sebagai pemeran utama; secara umum hubungan langsung antara konsekuensi
konsep pemberian pengukuh positif dalam perilaku yang akan ditingkatkan dan
penelitian ini adalah meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut terulang,
motivasi terhadap anak agar dapat dalam hal ini yakni peningkatan
melakukan aktivitasnya dengan mandiri. kemandirian anak usia prasekolah. Usaha
Berbagai variasi dan tingkatan dalam apapun untuk menjelaskan, memprediksi,
pemberian pengukuh positif dapat dan mempengaruhi motivasi akan
meningkatkan perilaku kemandirian anak melibatkan kegiatan mengukur perilaku
usia prasekolah sesuai tahap dan menguji konsekueni dari perilaku saat
perkembangannya. Partisipasi aktif dari ini dan perilaku yang diinginkan.
orangtua serta peran serta guru dapat Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
memberikan pengaruh yang positif yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini
terhadap penerapan perilaku kemandirian adalah bahwa ada pengaruh pemberian
anak menjadi lebih efektif. pengukuh positif terhadap peningkatan
Berdasarkan keterangan tersebut di kemandirian anak usia prasekolah,
atas, disimpulkan bahwa kemandirian kemandirian anak selama dan setelah
merupakan salah satu tugas mendapatkan intervensi pemberian
perkembangan anak yang harus dilalui, pengukuh positif mengalami peningkatan
dimana anak akan belajar untuk dibandingkan sebelum pemberian
membantu dirinya sendiri dan tidak intervensi.
bergantung terhadap orang lain. Disisi
lain, minimnya kemandirian anak dapat METODE
mengakibatkan anak akan kesulitan dalam Subjek dalam penelitian ini adalah
menyelesaikan tugas secara mandiri, serta anak usia prasekolah yang memiliki
Visual Inpection
Tingkat Kemandirian Anak 60
50
40
Baseline_1
30 Intervensi
20 Baseline_2
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sesi
Berdasarkan hasil visual inspection menulis huruf dan angka, subjek juga
dari skor total rerata ketiga rater dapat mampu melakukan aktivitas lain seperti
disimpulkan bahwa adanya peningkatan menggunting, melipat meskipun belum
perilaku kemandirian subjek dari sebelum, rapi. Subjek tidak mau ditinggal oleh
selama pemberian pengukuh positif, dan ibunya, dan ibu harus menunggui subjek
setelah diberikannya intervensi pengukuh selama di sekolah, bahkan duduk di
positif. Secara analisis data statistik sebelah subjek. Setiap mengerjakan tugas
(visual inpection) dan analisis kuantitatif yang diberikan oleh guru subjek awalnya
dapat disimpulkan bahwa hasil dari kedua mau mengerjakan sendiri, namun
analisis menunjukkan adanya pengaruh seringkali tampak meminta bantuan dari
pemberian pengukuh positif pada subjek ibunya, bahkan terkadang ibunya sendiri
dengan tingkat kemandirian rendah, hal yang langsung membantu subjek tanpa
tersebut dapat dilihat dari hasil visual diminta. Ibunya kurang memberikan
inspection skala rating (F) subjek terjadi kesempatan subjek, sehingga membuat
perubahan, baik dari rater 1, rater2, dan anak kurang memiliki kepercayaan untuk
rater 3. melakukan kegiatannya sendiri, dan
Berdasarkan hasil wawancara yang ketidaksabaran ibunya akan membuat
dilakukan kepada guru kelas subjek, anak tidak memiliki kesempatan untuk
secara akademik subjek sebenarnya sudah belajar
cukup mampu mengikuti tugas yang Selama pemberian intervensi dan
diberikan oleh guru, misalnya menirukan setelahnya, guru menyampaikan bahwa
ada perubahan pada diri subjek, tampak Berdasarkan hasil visual inpection
sekali subjek bisa aktif dalam kelas dari grafik serta didukung oleh hasil
meskipun tanpa ibunya. Subjek mulai wawancara dengan orangtua juga guru
bersedia mengikuti kegiatan di sekolah wali kelas, bahwa subjek dalam penelitian
tanpa ditemani dan ditunggui ibunya. ini memperlihatkan bahwa adanya
Subjek mulai bermain dengan teman- peningkatan perilaku kemandirian anak
temannya tanpa harus ditunggui. antara sebelum, selama pemberian
Demikian pula dengan ibu subjek pengukuh positif dan sesudah pemberian
mengatakan bahwa selama dan setelah pengukuh positif. Hal tersebut dapat
pemberian pengukuh positif, subjek mulai diartikan bahwa hipotesis yang diajukan
belajar melakukan semua aktivitasnya dalam penelitian ini dapat diterima.
sendiri tanpa bantuan darinya. Bahkan Penelitian ini menunjukkan bahwa
saat ini subjek sudah tidak lagi ditunggui, intervensi dengan pemberian pengukuh
meskipun awalnya sulit untuk positif cukup dapat merubah maupun
meninggalkan selama di sekolah, namun mempertahankan perilaku kemandirian
setelah dibujuk dan diberi hadiah subjek pada anak usia prasekolah.
akhirnya mau mengikuti semua kegiatan Pemberian pengukuh positif memberi
sekolah tanpa harus ditemani oleh ibunya. kesempatan pada anak untuk belajar
Menurut pengakuan ibunya bahwa melakukan kegiatan/aktivitas dan
perilaku subjek di rumah juga mulai ada tanggungjawabnya sendiri tanpa bantuan
perubahan; seperti mulai melakukan dari orang lain. Intervensi pemberian
aktivitasnya tanpa harus ditemani ibu atau pengukuh positif memberikan rasa
ayahnya dan belajar melakukannya senang, menciptakan suasana yang santai
sendiri, meskipun sedikit-sedikit masih tanpa paksaan, melibatkan emosi dan
perlu bantuan. Hal ini didukung oleh hasil dapat mensimulasi dinamika
penelitian Anastasia (2004), membuktikan perkembangan anak secara baik dalam
bahwa pola asuh orangtua sangat meningkatkan pengetahuan dan
berhubungan erat dengan pembentukan pengalaman, sehingga mengalami
kemandirian untuk anak-anak. Hasil perubahan perilaku kemandirian sesuai
penelitian Hartinah (2009) juga dengan masa perkembangannya. Menurut
menunjukkan bahwa ada pengaruh Soetjiningsih (1995), anak yang
pemberian reward untuk mengurangi mendapatkan stimulasi akan lebih cepat
perilaku yang impulsif, bahkan menjadi berkembang daripada anak yang kurang
konsekuensi yang menyenangkan bagi atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.
anak. Lebih lanjut dijelaskan Soetjiningsih
(1995), bahwa stimulasi dapat juga