Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Perilaku kekerasan adalah reaksi emosional yang menyebabkan

terjadinyakemarahan atau perilaku yang bertujuan untuk menyebabkan kerusakan

fisikterhadap seseorang atau properti. Perilaku impulsif maupun agresif dapat

terjadi pada fase akut maupun fase kronis pada pasien schizophrenia.Perilaku

kekerasaan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat

membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain. Marah

merupakan perasan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan /

kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.1

Pada sebuah penelitian yang lakukan di 3 ruang (2 ruang laki – laki dan 1

ruang perempuan) Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) RSJ.Dr. Radjiman

Wediodiningrat Lawang Malang terjadi peningkatan jumlah pasien yang masuk

rumah sakit dengan perilaku kekerasan. Jumlah pasien yang dirawat di ruang

IPCU pada triwulan ketiga (Juli, Agustus, dan September) tahun 2014 adalah 898

pasien (649 laki – laki dan 249 perempuan) pasien yang masuk rumah sakit.

Perilaku kekerasan terjadi pada 482 pasien (53,67%) terdiri dari pasien laki – laki

sebanyak 414 orang dan perempuan sebanyak 68 orang. 1

Jumlah pasien yang dirawat pada triwulan keempat (Oktober , November,

dan Desember) 2014, terdapat 1015 pasien (727 laki – laki dan 288 perempuan)

pasien. Perilaku kekerasan terjadi pada 538 pasien (53,01%) terdiri dari pasien

laki – laki sebanyak 458 orang dan perempuan sebanyak 80 orang. Terjadi

1
peningkatan jumlah pasien yang dirawat pada triwulan keempat sebanyak 117

pasien (13%), dan peningkatan jumlah pasien dengan perilaku kekerasan

sebanyak 56 pasien (11,62%), dengan rata – rata hari rawat pasien dengan

perilaku kekerasan adalah 7 - 8 hari. 1

Ruang IPCU merupakan ruang perawatan untuk pasien dalam kondisi akut.

Apabila kondisi pasien yang dirawat sudah tenang (tidak akut) maka pasien

tersebut akan dipindahkan ke ruang sub akut, selama ini rata – rata hari rawat

pasien schizophrenia adalah 7 – 8 hari, sementara standar pelayanan hari rawat di

ruang intensif adalah 10 hari. Ruang perawatan intensif psikiatri adalah ruangan

untuk merawat pasien dengan kondisi psikiatri akut. Kondisi psikiatri akut ini

meliputi tindakan yang membahayakan diri sendiri dan kegawatdaruratan psikiatri

lainnya. Kondisi akut yang dimaksudkan di atas adalah kondisi pasien gangguan

jiwa dengan kriteria : pasien yang mengalami gangguan jiwa yang berat dan

biasanya kronis, pasien yang menunjukkan gangguan yang berat pada aspek

kognitif, afektif dan persepsi, pasien beresiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan merusak lingkungan. secara total tergantung terhadap semua pemenuhan

kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (Activity of Daily Living), membutuhkan 8

jam perawatan setiap hari, evaluasi Global Assessment of Functioning (GAF) : <

30, evaluasi perkembangan perilaku < 17.1

Selama ini strategi preventif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan

berupa peningkatan kesadaran diri, edukasi pasien dan latihan asertif. Peningkatan

kesadaran diri dilakukan dengan meningkatkan kemampuan diri sehingga mampu

2
menggunakan diri secara terapeutik. Edukasi pasien berisi latihan komunikasi dan

cara yang tepat untuk mengekspresikan marah.1

Latihan Asertif merupakan salah satu terapi spesialis untuk melatih

kemampuan komunikasi interpersonal dalam berbagai situasi. Strategi preventif

pencegahan perilaku kekerasan yaitu peningkatan kemampuan, edukasi kepada

pasien dalam berkomunikasi dan mengekspesikan marah, serta latihan asertif

untuk meningkatkan kemampuan interpersonal dalam berbagai situasi.1

Latihan asertif bertujuan untuk membantu merubah persepsi untuk

meningkatkan kemampuan asertif individu, mengekspresikan emosi dan berfikir

secara adekuat dan untuk membangun kepercayaan diri. Pada pasien

schizophrenia yang kronik latihan asertif terbukti meningkatkan perilaku asertif

dan kemampuan berkomunikasi secara interpersonal dengan segera setelah

intervensi diberikan. Pemberian latihan asertif dapat mengurangi perilaku agresif

pasien yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Pada

penelitian dengan subyek remaja yang diberikan latihan asertif, didapatkan

perbedaan yang signifikan peningkatan level asertif antara kelompok intervensi

dan kelompok kontrol. 1

PANSS (Positive and Negative Syndrome Scale) ialah salah satu instrumen

penilaian yang paling penting untuk pasien dengan gangguan jiwa

berat/skizofrenia. PANSS pertama kalli dibuat oleh Stanley Kay, lewis Opler, dan

Abraham Fizsbein di tahun 1987 yang diambil dari dua instumen terdahulu yaitu

Brief Psychiatry Rating Scale (BPRS) dan Psychopathology Rating Scale (PRS).

3
Uji reabilitas inter-rater dan test-restest telah dilakukan Kay dan Opler pada tahun

1987 dengan hasil yang tinggi.2

PANSS merupakan 30 item penilaian yang masing-masing dibagi dalam sub

skala positif, negatif, dan juga psikopatologi secara umum. Adapun skala ini

biasanya digunakan oleh dokter yang telah terlatih untuk menilai beratnya

masing-masing item dengan memberikan poin sebesar 1-7 pilihan untuk beratnya

gejala. PANSS dapat menunjukkan reliabilitas internal yang tinggi, validitas yang

disusun dengan baik, dan sensitivitas yang baik untuk perubahan gejala dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. PANSS merupakan pengukuran yang

sensitif dan spesifik dari manipulasi farmakologik pada gejala-gejala positif dan

juga negatif dari skizofrenia. Validitas dari masing-masing sub skala dikonfirmasi

dengan eksplorasi dari klasifikasi pasien berdasarkan kelas gejala predominan.

Salah satu kekuatan PANSS adalah konsistensinya dalam skoring pasien secara

individual sejalan dengan waktu dan juga perjalanan penyakit. 2

Untuk dapat digunakan terhadap pasien skizofrenia Indonesia, telah

dilakukan uji reliabilitas, validitas, dan uji sensitivitas PANSS oleh A.

Kusumawardhani dan juga tim dari Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1994.2

PANSS-EC (The Positive and Negative Syndrome Scale-Excited

Component) atau PANSS komponen gaduh gelisah merupakan sub skala yang

telah divalidasi dari PANSS yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala agitasi,

dan menilai 5 (lima) gejala, yaitu : buruknya kontrol terhadap impuls, ketegangan,

permusuhan, ketidakkooperatifan dan gaduh gelisah. Masing-masing gejala dinilai

oleh dokter pada skala 1-7.2

4
Dari perspektif klinis, PANSS-EC adalah salah satu skala yang paling

sederhana tetapi paling intuitif yang digunakan untuk menilai pasien gaduh

gelisah. Skala penilaian PANSS-EC yang dinilai ialah dari 1 (tidak ada) sampai

dengan 7 (sangat parah) dan skor berkisar antara 5-35. Adapun nilai rata-rata ≥ 20

klinis menunjukkan adanya agitasi akut. Apabila ditemukan hasil total skor 25-35

pada pengukuran PANSS gaduh gelisah pasien, maka pasien tersebut dapat

dikategorikan dalam indikasi untuk dilakukan perawatan di rumah sakit. 2

Anda mungkin juga menyukai