Anda di halaman 1dari 18

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mandibula
Mandibula adalah tulang wajah yang terbesar dan terkuat yang berbentuk
seperti tapal kuda. Mandibula juga merupakan satu-satunya tulang tengkorak yang
dapat bergerak.7 Adanya lapisan padat tulang kompakta yang terdapat pada
mandibula dapat membuat mandibula bertahan sangat lama dan tetap terjaga dengan
baik daripada tulang lainnya.8 Mandibula tersusun atas komponen-komponen seperti
korpus mandibula yaitu tulang yang berbentuk kurva dan terletak horizontal, dua
tulang perpendikularis yang berfungsi menyatukan ujung dari korpus mandibula
disebut ramus mandibula, prosesus alveolaris yaitu bagian superior dari korpus
mandibula tempat gigi geligi, dan prosesus kondiloideus yang merupakan proyeksi
superior dan posterior dari ramus, yang menyusun sendi temporomandibula dengan
tulang temporal serta sudut mandibula yang dikenal dengan sudut gonial merupakan
sudut yang dibentuk oleh batas inferior dari ramus mandibula dengan batas posterior
dari korpus mandibula.1

Gambar 1. A. Anatomi mandibula aspek lateral, B. Aspek Frontal 7

Universitas Sumatera Utara


6

2.1.1 Ramus Mandibula


Ramus adalah bagian terbesar kedua dari mandibula setelah korpus mandibula
yang meluas pada kranium dari sudut mandibula dan membentuk sudut 110º dengan
badan mandibula. Pada bagian superior dari ramus terletak dua prosesus, sisi anterior
terdapat prosesus koronoideus, dan sisi posteriornya terdapat prosesus kondiloideus
yang berartikulasi dengan tulang temporal. Terdapat juga sigmoid notch (yang disebut
juga mandibula atau semilunar notch) yang terletak diantara prosesus koronoid dan
7,9,10
prosesus kondiloideus. Ramus mandibula mengalami tekanan yang lebih besar
dibandingkan dengan tulang kranium lain karena adanya proses mastikasi yang
terjadi diantaranya. Otot-otot mastikasi yang melekat pada ramus yaitu otot
temporalis yang terletak pada permukaan medial dari anterior border dari ramus, otot
maseter yang terletak di permukaan lateral inferior dari ramus dan otot pterygoideus
medialis yang terletak pada permukaan medial ramus. 7-9
Ramus notch atau yang dikenal dengan takikan ramus adalah titik terdalam
yang terdapat pada cekungan/ lekukan ramus mandibula. Beberapa penelitian
menemukan subjek dengan antegonial dan ramus notch yang dalam dilaporkan
memiliki gangguan pada pertumbuhan kondilus, penelitian lain juga menujukkan
bahwa potensi pertumbuhan mandibula berkurang pada subjek yang memiliki
antegonial dan ramus notch yang cukup jelas dan dalam. Namun Al-Joubori dalam
penelitiannya menemukan bahwa kedalaman ramus notch berhubungan dengan
pertumbuhan tinggi wajah vertikal anterior dan posterior. 11

2.1.2 Kondilus Mandibula


Kondilus adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada ramus
mandibula. Kondilus berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit
terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih
lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong
dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral.12 Kondilus memiliki
permukaan yang halus pada permukaan persendiannya. Bersama kondilus di sisi
lainnya, membentuk bagian engsel dari sistem sendi temporomandibula. Struktur

Universitas Sumatera Utara


7

sendi temporomandibula terdiri dari fossa glenoidalis, prosesus kondilodeus,


eminensia artikularis, kapsula artikularis, diskus artikularis, dan membran sinovial.
Meniskus adalah suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur
yang memisahkan kondilus dan tulang temporal. Kondilus mandibula melekat pada
fossa glenoidalis dari tulang temporal dan memiliki otot pterigoideus lateralis yang
menempel pada lehernya di sebelah anterior. 10,12
Penurunan ketinggian ramus mandibula diikuti oleh penurunan ketinggian
kondilus mandibula. Hal ini terbukti dari hasil nilai rata-rata pada rahang tak bergigi
terjadi penurunan ketinggian ramus disertai dengan ketinggian kondilus yang juga
menurun. Penurunan ketinggian kondilus mandibula dapat meningkatkan frekuensi
terjadinya temporomandibular disorder (TMD). Kondisi ini disebabkan pada rahang
tak bergigi terjadi gangguan proses remodeling pada kondilus mandibula, sehingga
tidak mampu untuk beradaptasi dan mendukung struktur dan fungsi normal sendi
temporomandibula. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa lebih banyak ditemukan perubahan pada ketinggian kondilus pada pasien
dengan TMD dibandingkan dengan pasien yang sehat dan frekuensinya meningkat
seiring bertambahnya usia. 5

2.1.3 Sudut Gonial


Sudut mandibula yang dikenal dengan sudut gonial merupakan sudut yang
terletak di antara garis yang bersinggungan di sepanjang batas inferior ramus
mandibula dan batas posterior korpus mandibula.1,7 Penelitian terdahulu menunjukkan
adanya hubungan antara ketebalan tulang kortikal dengan besar sudut mandibula.
Semakin tebal tulang kortikal semakin kecil sudut mandibula. Adanya otot maseter
dan pterigoideus medialis yang melekat pada daerah sudut mandibula dapat
mempengaruhi bentuk dari mandibula. Semakin kuat tarikan dari otot-otot ini, maka
semakin kecil sudut mandibulanya. Sudut gonial sering digunakan untuk menentukan
rotasi dari mandibula dan digunakan untuk mendiagnosis pola pertumbuhan rahang
seseorang. 1,13

Universitas Sumatera Utara


8

Antegonial notch atau yang dikenal dengan takikan antegonial adalah sebuah
bidang permukaan yang yang memiliki daerah resorpsi atau penurunan pada tepi
inferior dari mandibula di persimpangan ramus mandibula. 14
Penelitian Mohite et al menyatakan bahwa besar sudut gonial dan kedalaman
antegonial notch memiliki korelasi dengan usia. Pernyataan ini sesuai dengan
penelitian Ohm E and Silness J (1999) yang menemukan bahwa terdapat hubungan
positif antara sudut gonial dan edentulus.15 Dutra et al menemukan bahwa kedalaman
antegonial notch pasien edentulus lebih besar daripada kedalaman antegonial notch
pasien bergigi. 3,16

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Morfologi Mandibula


Mandibula akan mengalami proses remodelling. Remodelling mandibula
merupakan proses yang kompleks dan berjalan terus seumur hidup serta dapat
menyebabkan perubahan morfologi pada mandibula. Perubahan morfologi pada
mandibula dapat mempengaruhi beberapa bagian, meliputi sudut gonial, sudut
antegonial, ramus dan kondilus.17 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada
morfologi mandibula diantaranya adalah:
a. Keadaan rahang tidak bergigi (edentulus)
Beberapa masalah pada kedokteran gigi seperti karies, penyakit periodontal,
dan perawatan gigi lain dengan biaya yang cukup mahal dapat diselesaikan dengan
ekstraksi/ pencabutan gigi. Pencabutan gigi dapat menyebabkan terjadinya edentulus
yang merupakan awal dari permasalahan gigi yang baru. Edentulus dapat berdampak
pada kesehatan umum dan kesehatan rongga mulut seseorang yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. 3
Setelah kehilangan gigi, rangsangan mekanis pada tulang alveolar akan
berkurang dan menyebabkan perubahan ketinggian sehingga terjadi penurunan
ketinggian atau resorpsi tulang alveolar.18 Tulang ramus mandibula yang sedikit
menerima rangsangan mekanis akan mengalami peningkatan resorpsi yang dapat
menyebabkan penurunan ketinggian ramus dan kondilus mandibula. Selain itu,
kehilangan dukungan intermaxillary akibat edentulus dapat menyebabkan otot

Universitas Sumatera Utara


9

maseter dan otot pterigoideus medialis mendorong masuk kedalam daerah kosong
mandibula akibat tidak adanya tahanan seperti gigi disertai dengan otot-otot mastikasi
yang kurang aktif bekerja, hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penumpulan
sudut gonial dan peningkatan kedalaman antegonial dan ramus notch.2,15
b. Usia
Proses penuaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis oral.
Perubahan fisiologis yang dapat terjadi seperti berkurangnya fungsi motorik yang
menyebabkan penurunan aktivitas otot pengunyahan, peningkatan resorpsi tulang
alveolar, perubahan mukosa mulut seperti berkurangnya aliran saliva khususnya yang
berkaitan dengan sistem stomatoghnatic merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan morfologi mandibula. 4
c. Penyakit sistemik
Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut yang
dapat mempengaruhi perubahan pada morfologi mandibula yaitu penyakit gangguan
darah seperti leukimia dan anemia, rheumatoid arthritis,19 osteoporosis,20 diabetes
melitus (DM),21 dan penyakit ginjal kronis22 yang semuanya berdampak pada
penurunan kepadatan tulang kortikal dan berujung pada resorpsi tulang alveolar
secara patologis.

2.2 Edentulus
2.2.1 Definisi Edentulus
Edentulus adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh gigi asli23
yang dapat menyebabkan masalah untuk pengunyahan dan berbicara serta masalah
estetis setiap orang.24 Edentulus terbagi dua yaitu edentulus penuh dan edentulus
sebagian. Edentulus penuh adalah keadaan dimana terjadi kehilangan seluruh gigi asli
dari lengkung rahang sedangkan edentulus sebagian adalah keadaan hilangnya
beberapa gigi asli dari lengkung rahang. 23

Universitas Sumatera Utara


10

2.2.2 Etiologi Edentulus


Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa karies dan penyakit periodontal
merupakan faktor penyakit penyebab terjadinya kehilangan gigi (edentulus) yang
berhubungan dengan meningkatnya usia.23 Penelitian Montandon et al menyatakan
bahwa karies (38,4%) dan penyakit periodontal (32,3%) adalah prevalensi terbesar
penyebab utama terjadinya edentulus. Faktor lain seperti faktor sosiodemografi juga
dapat menyebabkan terjadinya kehilangan gigi seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan tingkat penghasilan. 25

2.2.2.1 Faktor Penyakit


Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering
terjadi pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies adalah penyakit multifaktorial yang
menyebabkan demineralisasinya permukaan gigi. Karies gigi ditandai oleh rusaknya
enamel dan dentin secara progresif yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme
bakteri dan plak. Karies gigi timbul karena empat faktor yaitu host yang meliputi gigi
dan saliva, mikroorganisme, substrat serta waktu atau lamanya proses interaksi antar
faktor tersebut. Karies gigi dapat bertambah buruk jika tidak dirawat sehingga dapat
menimbulkan rasa sakit dan berpotensi menyebakan terjadinya kehilangan gigi.23,26
Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia
dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Penyakit yang menyerang pada
gingiva dan jaringan pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan
apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.
Penumpukan plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit
periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang jika tidak terawat dapat
berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung
periodontal berupa kerusakan fiber, pembentukan soket, perluasan furkasi dan
ligamen periodontal, kehilangan perlekatan, dan mobilitas gigi yang dapat berujung
pada kehilangan gigi. 23,26,27

Universitas Sumatera Utara


11

2.2.2.2 Faktor Bukan Penyakit


Meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang
semakin tinggi. Menurut penelitian Esan yang melakukan penelitian pada masyarakat
dengan rentang usia 21-40 tahun, 41-60 tahun, dan ≥61 tahun ditemukan telah terjadi
peningkatan jumlah edentulus penuh pada subjek berikut dari 3.5%, 11.9% dan
menjadi 33.3% hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kehilangan gigi
seiring dengan meningkatnya usia.28 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 telah
dilaporkan bahwa rata-rata kehilangan gigi ditemukan kelompok umur 25-34 tahun
sebesar 1.91, 35-44 tahun sebesar 3.35, 45-54 tahun sebesar 5.65, 55-64 tahun sebesar
10.13, dan kelompok diatas 65 tahun sebesar 17.05.29 Meningkatnya usia seseorang
dapat menyebabkan berbagai perubahan seperti penurunan fungsi pada rongga mulut
seseorang yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kehilangan gigi.28
Berbagai studi menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami edentulus
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki jauh lebih aktif
dibanding dengan perempuan dan lebih tidak peduli pada kesehatan gigi dan mulut
karena mereka lebih memilih untuk tidak membayar mahal perawatan gigi dan mulut
dibanding dengan perempuan.28
Terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan.
Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung telah diberi informasi mengenai
kebutuhan kesehatan mereka dan mendapat perawatan untuk kesehatan gigi dan
mulut sehingga kemungkinan mempertahankan gigi di dalam mulut menjadi lebih
tinggi. Anshary dkk menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan
sebagian masyarakat tidak mau memeriksakan giginya ke dokter gigi karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut sehingga tingkat pendidikan memiliki kaitan erat terhadap tuntutan masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan.23,28
Kehilangan gigi memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan yang tinggi.
Umumnya orang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi memiliki pendidikan yang
tinggi pula sehingga mereka cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki

Universitas Sumatera Utara


12

keadaan rongga mulutnya dan mampu untuk membayar biaya perawatan gigi dan
mulut yang dianjurkan oleh dokter gigi.28
Menurut penelitian Montandon faktor iatrogenik, masalah saat erupsi gigi,
pemasangan orthodonti, indikasi pembuatan protesa, trauma dan masalah oklusal juga
dapat menjadi faktor lain yang dapat menjadi alasan pencabutan gigi yang berakhir
pada kehilangan gigi. 25

2.2.3 Dampak Edentulus


2.2.3.1 Dampak Edentulus pada Kesehatan Umum
Menurut WHO diet makanan yang seimbang merupakan cara untuk mencegah
terjadinya penyakit kronis. Status gigi dan mulut dapat memberikan efek pada asupan
makanan bernutrisi terkhusus pada orang usia lanjut. National Diet and Nutrition
Survey (NDNS) pada orang-orang berusia 65 tahun di Inggris bersama National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) di Amerika menunjukkan
bahwa kondisi gigi yang buruk memiliki hubungan dengan asupan diet. Tsakos
melaporkan bahwa kelompok edentulus lebih mengalami kesulitan didalam
mengunyah makanan dibandingkan dengan kelompok yang bergigi. Kelompok
edentulus cenderung melakukan pemilihan makanan sehingga terjadi pemasukan
nutrisi yang kurang dan dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis penyakit seperti
diabetes melitus, kanker gastrointestinal, gangguan pencernaan, penyakit
kardiovaskular seperti gagal jantung, stroke, hipertensi, aterosklerosis, dan penyakit
jantung iskemik. 30,31

2.2.3.2 Dampak Edentulus pada Morfologi Mandibula


Yassir didalam penelitiannya menemukan bahwa kenaikan tinggi ramus
memiliki hubungan yang signifikan dengan tinggi tulang alveolar pada regio molar
maksila dan mandibula dan memiliki efek yang terbatas tulang alveolar regio
anterior.32
Tulang alveolar adalah bagian dari tulang maksila dan mandibula yang
membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli).33 Tulang alveolar selalu melakukan

Universitas Sumatera Utara


13

proses remodeling yaitu resorpsi tulang yang dilakukan oleh osteoklas dan
dilanjutkan dengan pembentukan tulang yang dilakukan oleh osteoblas. Proses
resorpsi tulang lebih cepat daripada proses pembentukan tulang, proses resorpsi
adalah tanggapan pertama ketika tulang menerima tekanan mekanis.34 Ketika gigi
masih ada proses osteoklas dan osteoblas didalam tulang alveolar berjalan seimbang,
namun hilangnya gigi pada rahang dapat menyebabkan tulang tidak mendapat
rangsangan mekanis yang cukup sehingga metabolisme tulang dapat terganggu yaitu
stimulasi osteoklas yang meningkat dan stimulasi osteoblas yang menurun sehingga
menyebabkan resorpsi pada tulang alveolar. Selain itu, jika tekanan mekanis oklusal
berkurang jumlah dan ketebalan trabekula pun berkurang.18,33,34 Proses tersebut akan
menyebabkan penurunan tinggi ramus disertai dengan penurunan tinggi kondilus
mandibula. Penurunan tinggi kondilus mandibula dapat meningkatkan frekuensi
terjadinya temporomandibular disorder (TMD). Kondisi ini disebabkan pada rahang
tak bergigi terjadi gangguan proses remodeling pada kondilus mandibula, sehingga
tidak mampu untuk beradaptasi dan mendukung struktur dan fungsi normal sendi
temporomandibula. 3,5
Menurut Oksayan perubahan yang terjadi pada kondilus mandibula
berhubungan dengan kedalaman ramus notch, penelitian ini juga menyatakan bahwa
peningkatan usia dapat menyebabkan kedalaman ramus notch yang semakin dalam.
Selain ketidakhadiran gigi yang menyebabkan osteoblas tidak efisien lagi
membangun pembentukan tulang, proses penuaan yang menyebabkan produksi
ekstrogen pada wanita menurun dan penurunan absorbsi kalsium dari usus juga dapat
menyebabkan terjadinya resorpsi tulang alveolar yang berefek pada perubahan
morfologi mandibula. 3,30
Besarnya sudut gonial disebabkan adanya perubahan pada aktivitas tulang dan
aktivitas otot pengunyahan. Ketika edentulus aktivitas tulang menurun dan
menyebabkan terjadinya penurunan stimulasi mekanis sehingga menstimulasi
produksi osteoklas menjadi lebih banyak. Penurunan stimulasi mekanis ini juga
mengakibatkan perubahan pada aktivitas otot pengunyahan yang berpengaruh pada
besarnya sudut gonial.4 Indikator pengunyahan untuk mendapatkan kemampuan dan

Universitas Sumatera Utara


14

efisiensi mastikasi yang kuat dan seimbang ditinjau dari jumlah gigi fungsional
minimum 20 gigi dengan 9-10 pasang gigi yang berkontak,30 namun kehilangan gigi
dapat menyebabkan kemampuan mastikasi menurun akibat tidak terjadi proses
stimulasi mekanis yang menyebabkan perubahan pada sudut gonial mandibula yang
membesar. Otot mastikasi seperti otot maseter dan otot pterigoideous medialis
melekat pada sudut gonial, kekuatan kontraksi dari otot-otot tersebut mempengaruhi
bentuk tulang dasar mandibula. Sebuah penelitian electromyography menyatakan otot
maseter dan otot pterigoideus medialis yang kuat dapat membuat ukuran sudut gonial
dan kedalaman antegonial notch seseorang tetap kecil.4,35
Berdasarkan penelitian Oksayan perubahan nilai kedalaman antegonial notch
juga dipengaruhi oleh fungsi otot mastikasi, hal ini berkaitan dengan penelitian
Mohite yang menyatakan bahwa nilai kedalaman antegonial notch memiliki korelasi
dengan usia. Semakin seseorang berusia lanjut, gaya otot mastikasi akan menurun
yang berpengaruh terhadap kedalaman antegonial notch, terlebih pasien edentulus
memiliki daya otot mastikasi yang lebih berkurang daripada pasien bergigi, sehingga
penelitian ini menyatakan bahwa terjadi perubahan nilai kedalaman antegonial notch
pada pasien yang berusia lanjut dan edentulus.3,15

2.3 Radiografi Panoramik


2.3.1 Definisi Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik yang disebut juga pantomografi merupakan radiografi
ekstraoral yang menampilkan informasi luas mengenai seluruh kondisi gigi geligi
pada maksila dan mandibula serta struktur tulang rahang.36 Satu gambar yang
memperlihatkan gambaran struktur wajah meliputi lengkung gigi rahang atas dan
rahang bawah serta jaringan sekitarnya.37 Tampilan struktur anatomi yang penting
dari mandibula pada gambaran panoramik adalah prosesus kondiloideus dan sendi
temporomandibula, prosesus koronoideus, ramus, korpus dan sudut mandibula,
sekstan anterior, gigi dan struktur pendukungnya.38

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 2. Radiografi panoramik pada orang dewasa39

2.3.2 Indikasi Pemakaian Radiografi Panoramik


Di dalam praktek klinis radiografi panoramik bermanfaat untuk diagnosa
mengenai masalah yang terjadi pada tulang rahang seperti untuk mengevaluasi
trauma, mendeteksi posisi molar tiga, adanya perluasan dari kelainan periapikal,
perkembangan gigi terutama pada fase gigi bercampur, sisa akar gigi, kelainan
temporomandibular joint (TMJ), melihat kualitas dan kuantitas tulang untuk
pemakaian implan, menegakkan diagnosis pada daerah resiko anatomi (sinus
maksilaris, kanalis insisivus, kanalis mandibularis, foramen mental), untuk
memperkirakan tinggi sisa tulang alveolar akibat edentulus, untuk melihat kondisi
perubahan dimensi vertikal dari ramus dan kondilus mandibula pada edentulus, serta
dapat melihat keadaan sudut gonial mandibula seseorang. 4,5,36,39
Selain radiografi panoramik, radiografi ekstraoral lain yang juga bermanfaat
untuk mendiagnosa masalah pada tulang rahang terkhusus rahang bawah adalah
radiografi Sefalometrik dan radiografi Mandibular Lateral Oblique (Mandibular
Body Projection dan Mandibular Ramus Projection). Analisis dengan menggunakan
radiografi panoramik lebih berguna untuk melihat keadaan morfologi mandibula
kanan dan kiri daripada menggunakan radiografi Sefalometrik, yang menampilkan
gambaran ramus mandibula satu sisi yang superimpos dengan sisi lainnya sehingga
tidak dapat dilakukan untuk menganalisis tinggi ramus dan kedalaman ramus notch

Universitas Sumatera Utara


16

sementara Mandibular Body Projection sangat bermanfaat untuk mengevaluasi badan


mandibula namun kurang bermanfaat untuk melihat ramus mandibula. Mandibular
Ramus Projection sangat bermanfaat untuk mengevaluasi ramus, prosesus
koronoideus, leher prosesus kondiloideus mandibula dan sedikit bermanfaat melihat
kepala prosesus kondiloideus namun tidak bermanfaat melihat badan mandibula
termasuk melihat sudut gonial dan antegonial notch. 36,39

2.3.3 Prinsip dan Prosedur Kerja Radiografi Panoramik


Prinsip kerja radiografi panoramik adalah pergerakan resiprokal dari sumber
sinar-x dan reseptor gambar mengelilingi titik atau bidang pusat, yang disebut image
layer, tempat objek berada. Bila objek berada di depan atau belakang image layer ini,
maka gambar yang ditangkap tidak jelas karena pergerakan relatifnya terhadap pusat
rotasi dari reseptor dan sumber sinar-x.38
Prosedur penatalaksanaan radiografi panoramik yaitu:
a. Pasien diintruksikan untuk melepaskan semua benda logam seperti gigi tiruan,
kalung, anting-anting, penjepit rambut, kacamata dan tindikan wajah pada pasien
karena benda-benda ini akan memblokir jalannya sinar x-ray.
b. Memberikan kepada pasien apron timah untuk dipakainya.
c. Posisikan pasien ke mesin panoramik. Usahakan pasien untuk duduk atau
berdiri dengan tegak dan minta pasien untuk melakukan kontak oklusi dalam keadaan
edge to edge, letakkan dagu pada chinrest sehingga posisi kepala dari pasien menjadi
simetris.
d. Untuk hasil yang baik, usahakan tulang belakang pasien sedapat mungkin
lurus dan operator dapat memandu kepala pasien sehingga dagu pasien turun
kebawah dan dahi pasien mencapai ke depan.
e. Sebelum dilakukan pengambilan radiografi, jelaskan pada pasien tentang
jalannya pemeriksaan selama eksposisi dilakukan, terutama:
- film dan tube x-ray akan mengelilingi kepala pasien, tetapi tidak akan
menyentuh pasien.

Universitas Sumatera Utara


17

- eksposisi akan berlangsung selama 15 detik dan pasien diminta untuk tidak
bergerak. 39,40

2.3.4 Keuntungan dan Kelemahan Radiografi Panoramik


2.3.4.1 Keuntungan Radiografi Panoramik
Keuntungan dari radiografi panoramik meliputi:37,39
a. Menampilkan struktur tulang wajah dan gigi secara luas.
b. Dosis radiasi lebih rendah terhadap pasien.
c. Nyaman untuk pasien.
d. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut/ trismus atau pasien yang
tidak mampu dilakukan radiografi intraoral.
e. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3-4 menit.
f. Sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien
di klinik.
g. Membantu dalam menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang
secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase gigi
bercampur.

2.3.4.2 Kelemahan Radiografi Panoramik


Kelemahan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:37,39
a. Tidak dapat menampilkan struktur intraoral secara detail seperti pada
gambaran radiografi periapikal.
b. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi lesi karies kecil, struktur
marginal periodonsium dan penyakit periapikal.
c. Dapat memberikan pembesaran yang tidak sama dan gambaran yang
distorsi.
d. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.
e. Sulit untuk melihat gambaran kedua rahang pada pasien diskrepansi
maksilomandibula yang parah.

Universitas Sumatera Utara


18

2.4 Pengukuran Besar Sudut Gonial Mandibula terhadap Edentulus


Menggunakan Radiografi Panoramik
Pengukuran besar sudut gonial adalah pertemuan dari dua garis yaitu antara
batas bawah dari badan mandibula dan bagian paling inferior dari mandibula atau
gonial angle dan bagian posterior dari ramus mandibula dan kondilus. 2,3,4,6,16

2.5 Pengukuran Tinggi Ramus Mandibula terhadap Edentulus


Menggunakan Radiografi Panoramik
Ketinggian ramus mandibula diukur dengan menandai titik paling lateral dari
kondilus (titik O1) serta titik paling lateral dari ramus asendens (titik O2). Kemudian
ditarik garis lurus yang melewati titik paling lateral dari kondilus dan garis lurus yang
melewati titik paling lateral dari ramus asendens Tinggi ramus adalah jarak antara
titik O1 menuju O2.2,3,5,6

2.6 Pengukuran Tinggi Kondilus Mandibula terhadap Edentulus


Menggunakan Radiografi Panoramik
Ketinggian kondilus mandibula diukur dengan menandai titik paling superior
dari kondilus mandibula, kemudian buat garis yang melewati titik tersebut dan saling
tegak lurus dengan garis ketinggian ramus mandibula (garis B). Panjang garis dari
titik paling superior dan titik paling lateral dari kondilus disebut tinggi kondilus/
condylar height (CH).2,3,5,6

Universitas Sumatera Utara


19

Gambar 3. Pengukuran sudut gonial, tinggi


ramus dan kondilus2

2.7 Pengukuran Kedalaman Antegonial Notch Mandibula terhadap


Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik
Kedalaman antegonial notch diukur dari titik terdalam lengkungan/ notch
yang berada pada antegonial menuju ke garis paralel dari perbatasan tulang kortikal
inferior mandibula. Garis dari titik terdalam antegonial menuju garis inferior
mandibula itulah disebut kedalaman antegonial notch.3,16

2.8 Pengukuran Kedalaman Ramus Notch Mandibula terhadap


Edentulus Menggunakan Radiografi Panoramik
Kedalaman ramus notch diukur dari titik terdalam lengkung ramus notch yang
terletak pada tulang ramus dan prosesus kondilus menuju ke garis tegak lurus yang
ditarik dari bagian lateral ramus menuju bagian lateral dari ramus asendens. Jarak dari
titik terdalam lengkung menuju garis disebut kedalaman ramus notch.3

Universitas Sumatera Utara


20

Gambar 4. Pengukuran morfologi mandibula


dengan radiografi panoramik3

Universitas Sumatera Utara


21

2.9 Kerangka Teori

• Ramus mandibula
Morfologi Mandibula
• Kondilus mandibula
• Sudut gonial mandibula
• Faktor yang mempengaruhi
perubahan Morfologi
mandibula

Edentulus • Definisi Edentulus


• Etiologi Edentulus
• Dampak Edentulus

• Definisi
Radiografi Panoramik • Manfaat
• Prinsip dan Prosedur
Kerja
• Keuntungan dan
Kelemahan

Pengukuran Morfologi
Mandibula pada Pasien
Edentulus dan Bergigi

• Besar Sudut Gonial


• Tinggi Ramus
• Tinggi Kondilus
• Kedalaman
Antegonial Notch
• Kedalaman Ramus
Notch

Universitas Sumatera Utara


22

2.10 Kerangka Konsep

Pengukuran:

1. Besar Sudut
Gonial
Pasien Edentulus 2. Tinggi Ramus
Radiografi Panoramik
3. Tinggi Kondilus
Pasien Bergigi
4. Kedalaman
Antegonial Notch
5. Kedalaman Ramus
Notch

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai