Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Children with visual impairment have the same risk as eyesight children to have a nutrition problems because
the lack of nutrition knowledge, in order to the nutrition education is required with the appropriate media to be
able to improve theirs nutrition knowledge. This study aimed to know the significant different about nutrient of
fruits and vegetables knowledge before and after given nutrient book in children with visual impairment at
Madrasah Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB) Budi Asih Semarang. The type of this research was pre experiment
with one group pretest posttest design approach. Sampling was used total sampling because the population was
limited, there were 7 samples. The mean of pre test score was 10,57 dan post score was 16,71. Based on the
paired t test, the value of sig (0,018) <0,05 it means there were significant differences between score before given
nutrient media braille book and score after given nutrient media braille book.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: resa_ikm@students.unnes.ac.id
57
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
PENDAHULUAN
Masalah gizi terutama gizi kurang pengetahuan dari media visual. Padahal,
merupakan masalah yang sering terjadi anak-anak tuna netra tersebut memiliki
pada anak sekolah dasar. Masalah gizi resiko yang sama seperti anak awas (mereka
tersebut secara langsung maupun tidak yang dapat melihat dengan normal) untuk
langsung akan menurunkan kecerdasan mengalami masalah gizi karena kurangnya
anak, mengganggu pertumbuhan dan pengetahuan gizi. Sehingga perlu adanya
perkembangan serta menurunkan media-media pendidikan gizi yang sesuai
produktivitas. Berdasarkan data hasil dengan karakteristik anak tunanetra. Seperti
Riskesdas tahun 2013, disebutkan bahwa pada penelitian Ellyza (2013) yang
status gizi anak usia 5-12 tahun secara memberikan pendidikan gizi pada anak
nasional, prevalensi stunting pada anak tunanetra dengan menggunakan booklet
umur 5-12 tahun adalah 30,7% Braille dengan meteri pedoman umum gizi
(diantaranya 12,3% sangat pendek dan seimbang. Sehingga pengetahuan gizi anak
18,4% pendek). Secara nasional prevalensi tunanetra dapat meningkat.
wasting (menurut IMT/U) pada anak umur Menurut Mubarak (2007:30) faktor-
5-12 tahun adalah 11,2% (diantaranya 4,0% faktor yang mempengaruhi tingkat
sangat kurus dan 7,2% kurus). Dan masalah pengetahuan seseoang antara lain
kegemukan pada anak umur 5-12 tahun pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
secara nasional masih tinggi yaitu 18,8% pengalaman, kebudayaan lingkungan
(diantaranya 10,8% gemuk dan 8,8% sekitar, informasi, motivasi, serta fasilitas
obesitas). belajar dan sumber materi. Pengetahuan
Salah satu penyebab masalah gizi gizi sangat penting dimiliki oleh setiap
tersebut adalah kurangnya pengetahuan orang. Kurangnya pengetahuan gizi atau
gizi. Sehingga pendidikan kesehatan kemampuan untuk menerapkan informasi
berperan penting dalam tercapainya hak- tersebut dalam kehidupan sehari-hari
hak kesehatan bagi semua manusia. merupakan faktor penting dalam masalah
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah gizi. Pada Penelitian Hermina (2009),
pengalaman yang berpengaruh secara menunjukkan adanya hubungan antara
menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, pengetahuan dengan kebiasaan sarapan.
dan pengetahuan yang ada hubungannya Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
dengan kesehatan perseorangan, berperan penting dalam perilaku
masyarakat dan bangsa. Pendidikan keseharian, seperti sarapan pagi.
kesehatan ini untuk mempermudah Pendidikan kesehatan adalah proses
diterimanya secara suka rela perilaku yang perubahan perilaku dinamis, dimana
akan meningkatkan atau menelihara perubahan tersebut bukan sekedar proses
kesehatan (Machfoedz & Suryani, 2009:5). transfer materi/ teori dari seseorang ke
Ketunanetraan akan membawa akibat orang lain dan bukan pula seperangkat
timbulnya beberapa keterbatasan bagi prosedur, akan tetapi perubahan tersebut
penyandangnya, salah satunya adalah terjadi adanya kesadaran dari dalam diri
keterbatasan memperoleh informasi. individu, kelompok, atau masyarakat
Keterbatasan dalam hal indera penglihatan sendiri (Mubarak, 2007:8). Berdasarkan
menghalangi mereka untuk memperoleh penelitian Damayanthi (2013) pendidikan
58
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
gizi informal melalui penyuluhan pada promosi kesehatan, karena (1) sebagian
penjaja makanan sudah efektif dalam besar anak-anak berada dengan lembaga
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan pendidikan dalam waktu yang lama (mulai
praktek penjual makanan tentang gizi dan taman kanak-kanak sampai sekolah
keamanan pangan. lanjutan atas); (2) di sekolah anak bisa
Metode pendidikan kesehatan dibagi mempelajari berbagai pengetahuan
menjadi tiga yaitu metode individual, termasuk kesehatan. Kegiatan ini akan
metode kelompok, dan metode massa. Agar membantu meningkatkan kesehatan siswa,
pendidikan kesehatan dapat diterima guru dan karyawan, orang tua serta
dengan baik, maka diperlukan pula media masyarakat lingkungan sekolah
yang tepat untuk menyampaikannya. (Notoatmodjo,2012:40)
Media pendidikan kesehatan pada Sekolah adalah perpanjangan tangan
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
Alat-alat tersebut merupakan saluran kesehatan. Populasi anak sekolah di dalam
(channel) untuk menyampaikan pesan-pesan suatu komunitas adalah cukup besar, antara
kesehatan (Notoatmodjo, 2007:130). 40-50%. Selain itu, anak sekolah
Masing-masing alat bantu memiliki merupakan kelompok yang sangat peka
intensitas yang berbeda-beda dalam untuk menerima perubahan karena mereka
membantu persepsi seseorang. Menurut sedang berada pada taraf pertumbuhan dan
Penelitian Hidayat (2009) diketahui bahwa perkembangan. Pada tahap ini, anak dalam
ada perbedaan signifikan kemampuan kondisi peka terhadap stimulasi, sehingga
praktik bagi petugas daerah sebelum dan mudah dibimbing, diarahkan, dan
sesudah sosialisasi buku pedoman ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup
penerapan gizi seimbang. Hal ini sehat (Notoatmodjo, 2005:362).
menunjukkan bahwa media berperan dalam Pendidikan gizi merupakan bidang
peningkatan pengetahuan yang pada pengetahuan yang memungkinkan
akhirnya berdampak kepada peningkatan seseorang memilih dan mempertahankan
kemampuan seseorang. Dalam penelitian pola makan berdasar prinsip-prinsip ilmu
Permanasari (2013) juga menunjukkan gizi. Pendidikan ini dilakukan melalui
peran media buku bergambar dalam individu maupun kelompok, diskusi,
meningkatkan pengetahuan gizi siswa pertemuan, buku, majalah, radio, televisi,
PAUD. Penelitian lain yang menunjukkan dan berbagai cara serta media lainnya.
pengaruh media terhadap peningkatan Unttuk lingkup sekolah, maka pendidikan
pengetahuan adalah penelitian Herman gizi diberikan kepada siswa untuk
(1990), bahwa hasilnya adalah terjadi mengarahkan kebiasaan dan cara makan
peningkatan pengetahuan gizi ibu-ibu kearah yang lebih baik. Maksudnya sebagai
setelah diberikan informasi melalui media sarana untuk mempengaruhi perilaku anak,
leaflet. Berdasarkan fungsinya sebagai sehingga pengetahuan gizi yang diperoleh
penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
dibagi menjadi tiga, yaitu media cetak, hari (Santoso dan Ranti, 2013:143).
media elektronik, dan media papan Pendidikan kesehatan membutuhkan
(Notoatmodjo, 2007:130). media-media yang tepat pula sebagai
Sekolah berkedudukan strategis penunjang keberhasilannya. Menurut
dalam upaya pendidikan kesehatan melalui Machfoedz dan Suryani (2009:137) yang
59
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
60
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
macam sumber belajar yaitu sumber belajar pesan yang ada dalam materi gizi
by designed, dan sumber belajar yang seimbang. Diharapkan nantinya media
tinggal memanfaatkan by utilization. buku gizi Braille tersebut dapat
Sumber belajar by designed adalah sumber meningkatkan pengetahuan anak-anak
belajar yang dirancang spesifik bagi penyandang tunanetra mengenai gizi buah
keperluan anak tunanetra dalam belajar dan sayur.
secara formal direncanakan. Contohnya Tujuan dari penelitian ini adalah
buku teks braille, buku paket braille, buku untuk mengetahui bagaimanakan gambaran
bicara “talking books”, buku teks dan buku skor pengetahuan gizi buah dan sayur pada
paket dengan tulisan yang diperbesar, dll. anak tunanetra di Madrasah Ibtidaiyah
Sedangkan sumber belajar yang tinggal Luar Biasa (MILB) Budi Asih Semarang
memanfaatkan by utilization tidak spesifik sebelum dan juga setelah diberi media buku
dirancang untuk keperluan pembelajaran gizi braille. Kemudian dapat diketahui
anak tunanetra, hanya saja dapat apakah terdapat perbedaan yang signifikan
dimanfaatkan untuk keperluan pengetahuan gizi sebelum dan sesudah
pembelajaran. Contohnya kebun, taman, diberi media buku gizi Braille tentang buah
pasar, pertokoan, tokoh masyarakat, dll dan sayur bagi anak tunanetra di Madrasah
(Yuliawati, 2013: 171). Nurta dalam Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB) Budi Asih
penelitiannya (2013) mengemukakan Semarang.
bahwa melalui modifikasi bahan ajar,
seperti kartu kata, baik digunakan dalam METODE
meningkatkan kemampuan membaca pada
anak low vision. Dalam penelitian Martuti Jenis penelitian yang digunakan
(2011) menunjukkan bahwa hasil belajar adalah pra eksperimen dengan pendekatan
dari pelaksanaan model modifikasi bahan one group pretest posttest design. Penelitian ini
ajar siswa tunanetra meningkatkan rasa dilakukan di MILB Budi Asih Semarang.
percaya diri, terbukti dari keberanian siswa Pengambilan sampel pada penelitian ini
bertanya pada guru, mengemukakan dilakukan dengan total sampling karena
pendapat di depan teman-temannya, dan jumlah populasi yang terbatas, yaitu
bertanya pada teman yang lebih pandai. sebanyak 7 sampel. Sumber data pada
Berdasarkan karakteristik sasaran penelitian ini berupa data primer dan data
pendidikan kesehatan yaitu anak tunanetra, sekunder. Instrumen yang digunakan
maka Buku Gizi Braille dipilih sebagai adalah kuesioner, dengan sebelumnya
media pendidikan gizi anak tunanetra. melalui uji validitas reabilitas. Untuk teknik
Buku gizi Braille bagi anak penyandang pengambilan data pada penelitian ini
tuna netra ini adalah media pendidikan adalah dengan metode pengamatan,
kesehatan yang berbentuk buku yang metode wawancara, serta metode
disusun dengan huruf-huruf Braille dengan dokumentasi. Pada tahap pra penelitian
materi yang berisi tentang gizi pada buah dilakukan koordinasi mengenai segala
dan sayur. Dipilih materi tentang buah dan sesuatu yang berhubungan dengan
sayur karena buah dan sayur sendiri adalah penelitian kepada kepala sekolah dan guru
bahan pangan yang harusnya dikonsumsi Madrasah Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB)
setiap harinya. Dan mengkonsumsi buah Budi Asih Semarang, kemudian dilakukan
dan sayur sendiri merupakan salah satu pengarahan pada kelompok eksperimen
61
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
tentang prosedur pelaksanaan pendidikan pemberian contoh nyata buah dan sayur
gizi pada buah dan sayur melalui buku gizi seperti yang ada di dalam materi. Analisis
braille. Pada tahap penelitian dilakukan data dilakukan secara univariat dan
pretest, setelah itu diberi intervensi, dan bivariat, analisis bivariat dilakukan dengan
terakhir adalah posttest yang yang berjarak uji t test berpasangan karena data
15 hari dari pretest. Tahap intervensi berupa terdistribusi normal.
pendidikan gizi menggunakan buku gizi
braille tentang manfaat buah dan sayur yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.
Siswa responden diberi baku gizi braille, Distribusi Responden menurut Umur
kemudian diberi penjelasan sesuai materi Distribusi responden berdasarkan umur
yang ada dalam buku dan disertai dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
62
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
buku gizi braille adalah 6 dan skor daripada nilai mean pretest (10,57) artinya
maksimum adalah 15. Sedangkan nilai terjadi peningkatan pengetahuan pada
mean sebesar 10,57 dengan median 10,00 siswa tunanetra di MILB Budi Asih
dan standar deviasi sebesar 3,259. sesudah pemberian pendidikan gizi
Selain itu dapat diketahui juga bahwa skor menggunakan buku gizi braille. Nilai mean
minimum siswa tunanetra setelah pengetahuan gizi siswa tunanetra sebelum
pendidikan gizi menggunakan buku gizi penyuluhan lebih rendah daripada nilai
braille adalah 11 dan yang skor maximum mean sesudah penyuluhan menggunakan
adalah 19. Sedangkan nilai mean sebesar media buku gizi braille karena kurangnya
10,57 dengan median 17,00dan standar informasi yang didapat mengenai gizi.
deviasi sebesar 2,752.
Dari hasil tersebut dapat diketahui Uji Normalitas Data
bahwa nilai mean posttest (16,71) lebih baik
Berdasarkan tabel 2 tentang hasil uji dapat disimpulkan bahwa semua data
normalitas data, diketahui bahwa nilai p terdistribusi normal dan bisa diuji
value pada pre test yaitu 0,876 sedangkan hipotesisnya menggunakan uji statistik t test
pada post test adalah 0,095. Karena nilai berpasangan.
probabilitas (p value) pada pre test dan post
test keduanya lebih besar dari 0,05 maka Perbedaan Skor Pre Test dan Post Test
Berdasarkan tabel 4 tentang hasil uji t sampai 25% lainnya tersalur melalui indera
test tersebut tersebut diketahui bahwa nilai yang lain (Fitriani, 2011:169). Sehingga
mean dari pretest dan posttest adalah sebesar pada anak tunanetra akan kehilangan
6,143 dan nilai standar deviasi sebesar banyak sumber informasi yang ditangkap
1,773. Karena nilai sig (0,018) < 0,05 maka oleh indera penglihat. Untuk mengurangi
dapat disimpulkan bahwa terdapat kerugian akibat kehilangan fungsi
perbedaan yang signifikan antara pre test penglihatan, maka pada penyandang
dan post test. tunanetra perlu dilatih dria-dria non visual
Menurut penelitian para ahli indera, yang masih berfungsi (Rudiyati, 2009).
informasi paling banyak disalurkan ke Media buku gizi braille ini dirasa tepat
dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sebagai media pendidikan gizi bagi anak
sampai 87% dari pengetahuan manusia tunanetra karena ditulis dalam huruf braille.
disalurkan dari mata. Sedangkan 13% Selain itu, pemberian contoh nyata dari
63
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
buah dan sayur sesuai isi materi juga pengetahuan adalah penelitian Herman
membantu penerimaan informasi yang (1990), bahwa hasilnya adalah terjadi
diberikan. peningkatan pengetahuan gizi ibu-ibu
Karena terdapat signifikansi skor setelah diberikan informasi melalui media
pengetahuan sebelum dan sesudah diberi leaflet.
media bergambar timbul, maka dapat Buku ini ditulis dalam huruf braille
ditarik kesimpulan bahwa buku gizi Braille sehingga memudahkan anak-anak
dapat dipakai dengan baik sebagai media tunanetra yang menjadi responden dalam
pendidikan gizi untuk meningkatkan penelitian ini untuk membaca dan
pengetahuan gizi buah dan sayur anak memahami isi buku tersebut. Selain itu,
tunanetra di MILB Budi Asih Semarang pemberian contoh nyata dari buah dan
tahun ajaran 2014/2015. Hal ini sejalan sayur yang ada dalam materi juga turut
dengan penelitian yang dilakukan Ulya membantu mempermudah responden
(2013) tentang pendidikan gizi pada anak dalam menerima informasi gizi yang
tunanetra di Kota Semarang dengan diberikan. Karena responden tidak hanya
menggunakan booklet Braille. Dengan membaca ini materi, akan tetapi juga
meningkatnya pengetahuan gizi, tentunya meraba, membau, dan merasakan contoh
hal ini akan berdampak pada penerapan nyata buah dan sayur tersebut.
informasi yang telah didapat ke dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti pada SIMPULAN DAN SARAN
penelitian Hermina (2009), menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan Skor pengetahuan gizi buah dan sayur
dengan kebiasaan sarapan. Hal ini pada anak tunanetra di Madrasah
menunjukkan bahwa pengetahuan berperan Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB) Budi Asih
penting dalam perilaku keseharian, seperti Semarang sebelum diberi media buku gizi
sarapan pagi. braille memiliki rata-rata (mean) sebesar
Media buku gizi Braille dapat 10,57 sedangkan rata-rata (mean) sesudah
digunakan sebagai media pendidikan gizi diberi media sebesar 16,71. Karena nilai sig
untuk meningkatkan pengetahuan gizi anak (0,018) < 0,05, maka dapat disimpulkan
tunanetra karena media ini disesuaikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
dengan karakteristik responden, yaitu anak skor pre test dan post test pengetahuan gizi
tunanetra. Media memiliki peran penting buah dan sayur anak tunanetra di MILB
dalam pendidikan gizi karena dapat Budi Asih Semarang tahun ajaran
membantu menyampaikan informasi agar 2014/2015.
dapat diterima dengan baik. Hal tersebut Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dibuktikan dengan berbagai penelitian pertimbangan untuk diterapkannya
mengenai peningkatan pengetahuan pendidikan gizi pada anak-anak
melalui media seperti dalam penelitian berkebutuhan khusus, utamanya bagi anak
Permanasari (2013), menunjukkan peran tunantra. Sehingga terdapat perkembangan
media buku bergambar dalam media-media pendidikan gizi bagi anak
meningkatkan pengetahuan gizi siswa tunanetra.
PAUD. Penelitian lain yang menunjukkan
pengaruh media terhadap peningkatan
64
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
Herman, S. (1990). Jurnal Penelitian Gizi Makan. Permanasari, Y., Luciasari, E., & Aditianti. ( 2013).
Penggunaan Leaflet dalam Pendidikan Gizi dan Jurnal Penelitian Gizi Makan. Pengembangan
Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu, Media Edukasi Melalui Buku Mewarnai untuk
13,39-46. Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
36(1), 31-43.
Hermina., Nofitasari, A., & Anggorodi, R. (2009).
Jurnal Penelitian Gizi Makan. Faktor-faktor Rudiyati, S. (2006). Jurnal Pendidikan Khusus. Task
yang mempengaruhi Kebiasaan Makan Pagi Pada Analysis dan Pendekatan Fungsional-Individual
Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama dalam Pembelajaran Anak Berkelainan, 2(2), 72-
(SMP), 32(2), 94-100. 84.
Hidayat, TS., & Jahari, A.B. (2009). Jurnal Penelitian ------------- (2009). Jurnal Pendidikan Khusus .Latihan
Gizi Makan. Uji Coba Pedoman Aplikasi Kepekaan Dria Non-Visual bagi Anak Tunanetra
Perumusan Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) Buta, 5(2), 55-67.
Sesuai Kondisi Daerah, 32(1), 16-21.
Santoso, S., & Ranti, A.L. (2013). Kesehatan dan Gizi.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Jakarta: Rineka Cipta.
Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Suiraoka, I Putu dan I Dewa Byoman Supriasa, 2012,
Machfoedz, I., & Suryani. E. (2009). Pendidikan Media Pendidikan Kesehatan, Graha Ilmu,
Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta.
Yogyakarta: Fitramaya.
Ulya, E., Budiono, I, & Mardiana. (2014). Unnes
Martuti, R.D. (2011). Tesis. Pelaksanaan Pembelajaran Journal of Public Health. Efektivitas Media
Model Modifikasi Bahan Ajar Siswa Tunanetra di Booklet Braille dalam Meningkatkan Pengetahuan
SMP Negeri 4 Wonogiri. Surakarta: Universitas Gizi pada Anak Tunanetra, 3(3),48-55.
Sebelas Maret.
Widjaya, A. (2012). Seluk Beluk Tunanetra dab Strategi
Mubarak, W.I. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pembelajarannya. Jogjakarta: Javalitera.
Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yuliawati, F. (2013). Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. Pengembangan Modul Pembelajaran
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Sains Berbasis Integrasi ISLAM-SAINS untuk
Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Peserta Didik Difabel Netra MI/SD Kelas 5
65
Resa Wahyuni dan Galuh Nita Prameswari / Unnes Journal of Public Health 5 (1) (2016)
66