Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

ULKUS DIABETIK

Disusun oleh:

ESTY Y S MASBAIT

ESTY Y S MASBAIT

2011-83-016

PEMBIMBING
dr. Denny Jolanda, Sp.PD, FINASIM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kondisi meningkatnya kadar gula darah

yang dapat meningkatkan risiko kerusakan makrovaskular dan mikrovaskular

sehingga menurunkan kualitas hidup penderitanya.1,

Di seluruh dunia, prevalensi diabetes pada orang dewasa di dunia yang berumur

20-79 tahun akan menjadi 6,4%, berpengaruh kepada 285 juta orang tahun 2010 .

Diantara tahun 2010 jumlah penderita diabetes akan meningkat sebesar 69% di

negara berkembang, dan 20% di negara maju.

Menurut Riskesdas 2013, prevalensi DM berdasarkan wawancara di Indonesia

meningkat pada tahun 2013, yaitu sebesar 2,1% jika dibandingkan dengan tahun 2007

(1,1%). Faktor risiko DM diantaranya adalah berat badan berlebih atau obesitas,

aktivitas fisik yang rendah, riwayat orang tua DM, etnik, diabetes gestasional,

hipertensi, HDL rendah, trigliserida tinggi, dan memiliki riwayat penyakit kardio

vaskuler. Salah satu komplikasi dari DM adalah neuropati, berupa berkurangnya

sensasi di kaki dan sering dikaitkan dengan luka pada kaki. Neuropati perifer

menyebabkan hilangnya sensasi di daerah distal kaki yang mempunyai risiko tinggi

untuk terjadinya ulkus kaki bahkan amputasi.

2
Neuropati sensori motorik kronik adalah jenis yang sering ditemukan dari

neuropati diabetikum. Seiring dengan lamanya waktu menderita diabetes dan

mikroangiopati, maka neuropati diabetikum dapat menyebabkan ulkus pada kaki,

deformitas bahkan amputasi. Ulkus kaki pada neuropati sering kali terjadi pada

permukaan plantar kaki yaitu di area yang mendapat tekanan tinggi, seperti area yang

melapisi kaput metatarsal maupun area lain yang melapisi deformitas tulang. Ulkus

kaki diabetik berkontribusi terhadap >50% ulkus kaki penderita diabetes dan sering

tidak menimbulkan rasa nyeri disertai lebam.

Neuropati perifer merupakan penyebab ulserasi yang susah dikontrol pada kaki

penderita DM. Hilangnya sensasi mengakibatkan hilangnya nyeri dan dapat disertai

oleh kerusakan kulit baik karena trauma maupun tekanan sandal dan sepatu yang

sempit yang dipakai penderita sehingga dapat berkembang menjadi lesi dan infeksi.

Orang yang menderita DM ≥ 5 tahun berkemungkinan hampir dua kali untuk

menderita ulkus dibandingkan dengan orang yangmenderita DM kurang dari 5 tahun.

Semakin lama seseorang menderita DM maka semakin besar peluang untuk

menderita hiperglikemia kronik yang pada akhirnya akan menyebabkan komplikasi

DM berupa retinopati, nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum.

Meskipun gambaran klinis DM tipe 1 dan tipe 2 memiliki perbedaan, misalnya

pada DM tipe 1 dapat mengancam hidup penderitanya, memiliki gejala yang berat

dan membutuhkan insulin namun pada DM tipe 2 sedikit memberi gejala bahkan

diabaikan oleh pasien. Namun komplikasi diantara keduanya sama untuk

3
menimbulkan kelainan profil lipid dalam darah yang dapat memicu penyakit

kardiovaskular, nefropati dan hipertensi. Selain itu juga ditemukan komplikasi lain

berupa, retinopati dan neuropati

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit diabetes melitus (DM) adalah gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. DM merupakan salah

satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat

dari tahun ke tahun.1,

Menurut American diabetes association (ADA), diabetes mellitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin,

A. Patofisiologi

Pangkreas merupakan kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang

lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada

peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang

mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar

glukosa.1

5
Gambar 1 : Patofisiologi DM

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang

dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel

glukosa tersebut dimetabolismekan menjadi energy. Bila insulin tidak ada, maka

glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa

dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.

Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin biasa normal, bahkan lebih

banyak, tetapi jumlah reseptor ( penangkap) insulin di permukaan sel kurang.

Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.

Pada keadaan DM tipe 2 jumlah reseptor kurang sehingga gluokosa yang masuk ke

dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar(glukosa) dan kadar glukosa

dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe

1, bedanya pada DM tipe 2 di samping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi

atau normal. DM juga biasa disebabkan akibat dari gangguan transport glukosa di

dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energi.2

6
B. Faktor Resiko

Faktor genetik merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di

samping penyebab lain seperti infeksi, kehamilan dan obat-obatan. Tetapi

meskipun demikian, pada orang dengan riwayat keluarga diabetes belum

menjamin timbulnya penyakit diabetes. Faktor resiko meliputi:1,8

 Usia diatas 45 th

 Kegemukan (IMT > 25 kg/m

 Hipertensi TD > 140/90 mmhg

 Riwayat keluarga DM

 Riwayat melahirkan bayi dengan BB > 4000 gr

 Riwayat DM pada kehamilan DM gestational

C. Klasifikasi

Klasifikasi atau jenis diabetes ada bermacam-macam tetapi di Indonesia yang

paling banyak ditemkan adalah DM tipe 2, jenis DM yang lain adalah DM tipe 1,

ada juga DM gestasional, klasifikasi diabetes mellitus terdiri atas :6

 Tipe 1

7
Destruksi sel beta, umunya menjurus ke defesiensi isulin absolut,

autoimun, idiopatik

 Tipe 2

Biasanya bervariasi, mulai yang paling dominan yaitu resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi

insulin desertai resistensi insulin

 Tipe lain

Defek genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit

eksokrin pangkreas(pankreatitis, pankreatomi), endokrinopati (

akromegali, cushing syndrome, hipertiroidisme), penggunaan obat seperti

glukokortikoid.

 Diabetes mellitus gestasioal

D. Gejala Dan Tanda

Gejala dari diabetes:1,2,7

Keluhan klasik

 Banyak kencing (poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing, kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan

sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

 Banyak minum (polidipsi)

8
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan

yang keluar melalui kencing, keadaan ini justru sering disalahtafsirkan

dikiranya penyebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja

yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

 Banyak makan (polifagia)

Kalori dari makanan yang dimakan setelah dimetabolisme menjadi

glukosa dalam darah tidak seutuhnya dapat dimamfaatkan, penderita

selalu merasa lapar.

 Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus

menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat hal ini disebakan glukosa

dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kukurangan

bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup.

Keluhan lain

 Gangguan saraf tepi/ kesemutan

Penderita megeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu

malam, sehingga menggangu tidur.

 Gangguan penglihatan

Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan

yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali

agar ia tetap dapat melihat baik.

9
 Gatal atau bisul

Kelainan kulit berupa gatal,sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan

luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti

luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.

 Gangguan ereksi

Ganguan ereksi menjadi masalah tersembunyi karena karena sering tidak

secara terus terang dikemukakan penderitanya.

E. Komplikasi

Dalam perjalana penyakit DM. dapt terjadi komplikasi akut dan menahun.

Komplikasi akut

Komplikasi akut yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM adalah:1,4

 Ketoasidosis diabetikum

 Hiperosmlar non ketotik

 Hiperglikemia

Komplikasi menahun

Komplikasi menahun yang dapt ditimblkan oleh penyakit DM adalah

 Makroangiopati ( pada pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,

pembuluh darah otak)

 Mikroangiopati ( retinopati diabetic, nefropati diabetic)

10
 Neuropati perifer

2.2 Ulkus Diabetikum

A. Definisi

ulkus adalah hilangnya jaringan kulit epidermis dan sebagian dari dermis, ulkus

juga dapat didefenisikan sebagai luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput

lendir yang disertai oleh kematian jaringan yang luas dan invasive kuman, adanya

kuman tersebut menyebabkan ulkus berbau.7

Ulkus diabetikum merupkan salah satu gejala klinis dan perjalanan penyakit DM

denga neuropati perifer. Ulkus diabetikum adalah salah satu komlikasi diabetes

mellitus berupa kematian jaringan akibat kekurangan aliran darah, biasanya di bagian

ujung kaki. Ulkus diabetikum termaksud luka kronik, yaitu luka yang berlangsung

lama atau sering timbul kembali (rekuren) dimana terjai gangguan pada proses

penyebuhan yang biasanya disebakan oleh masalah multifactorial dari penderita.

Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap

terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. 7

11
Gambar 2 : Kaki ulkus diabetikum pada penderita DM

B. Patogenesis

Ulkus diabetikum dapat terjadi melalui 3 faktor yaitu : 7

 System saraf

Neuropati diabetikum melibatkan baik saraf perifer maupun system saraf

pusat. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa neuropati perifer pada pasien

DM disebabkan karena abnormalitas metabolism intrinsic sel schwan yang

melibatkan lebih dari satu enzim, nilai ambang proteksi kaki ditentukan oleh

normal tidaknya fungsi saraf sensorik kaki. Pada keadaan normal, rangsang

nyeri yang diterima kaki cepat mendapat respon dengan cara merubah posisi

kaki untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar.

Pada penderita DM. adanya neuropati diabetikum akan menyebabkan

seseorang penderita DM kurang tidak merasakan adanya trauma, baik

12
mekanis, maupun termis. Keadaan ini memudahkan terjadinya lesi atau

ulserasi yang kemudian masuknya mikroorganisme meyebabkan infeksi dan

tejadilah selulitis atau gangrene. Perubahan yang terjadi yang mudah

ditunjukkan pada pemeriksaan rutin adalah penurunan sensasi ( rasa raba,

panas, nyeri, dan dingin) nyeri radikuler, hilangya refleks tendon, anhidrosis,

pembentukan callus pada daerah tekanan, perubahan bentuk kaki karenan

atrofi otot, perubahan tulang dan sendi.

 System vaskuler

Iskemik merupakan penyebab berkembanya gangrene pada pasien DM. dua

kategori kelainan vaskuler yaitu:

o Makroangiopati

Makroangiopati yang berupa oklusi pembuluh darah yang berukuran

sedang atau besar menyebabkan iskemik dan gangrene. Dengan

adanya DM. proses aterosklerosis berlangsung cepat dan lebih berat

dengan keterlibatan pembuluh darah multiple. 90% pasien mengalami

tiga atau lebih oklusi pembuluh darah dengan oklusi yang segmental

serta lebih panjang dibanding non DM. aterosklerosis biasanya

proksimal namun sering berhubungan dengan oklusi arteri distal

bawah lutut, terutama arteri tiialis anterior dan posterior, metatarsalis

serta arteri digitalis.

13
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,

sedang secara akut emboli akan memberikan gejala klinik 5P, yaitu :

pain (nyeri), paleness ( pucat), paresthesia ( kesemutan ), pulselessness

( dengyut nadi menghilang), paralisis ( kelumpuhan) kadang ditambah

P ke-6 prostration ( lesu). Dan bila terjadi sumbatan kronis akan

timbul gambaran klinik menurut pola dari fontaine.

o Mikroangiopati

Mikroangiopati berupa penebalan membrane basalis arteri kecil,

arteriola, kapier dan venula. Kondisi ini merupakan akibat

hiperglikemia menyebabkan reaksi enzimatik dan non enzimatik

glukosa ke dalam membarana basalis. Penebalan membrane basalis

menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.

 System imun

Status hiperglikemi dapt mengganggu berbagai fungsi neutrophil dan

monosit ( makrofag) meliputi proses kemotaksis, perlekatan fagosist dan

proses mikroorganisme intraseluler. Semua proses ini penting untuk

membatasi invasi bakteri piogenik dan bakteri lainya.

C. Proses Pembentukan Ulkus

Ulkus diabetik merupakan suatu ulkus yang dicetuskan oleh adanya

hiperglikemia. Tak satupun faktor yang biasa berdiri sendiri menyebabkan

14
terjadinya ulkus. Kondisi ini merupakan akumulasi efek hiperglikemik dengan

akibat terhadap saraf, veskuler, imunologi, protein jaringan, trauma serta

mikroorganisme yang saling berinteraksi menimbulkan ulserasi dan infeksi

pada kaki.7

Ulkus diabetik terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibandingkan

pintu masuknya, dikelilingi kalus yang tebal, awalnya proses pembentukan

ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,

kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik

terbentuknya keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.

Neuropati sensiris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang

megakibatkan terjadinya kerusakan jaringan di bawaha area kalus.

Selanjutnya terbentk kavitas yang membesar dan akhirnya rupture sampai

permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemik dan penyembuhan luka

abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan

kolonisasi di daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space

infection. Akhirnya sebagai konsekuensi system imunyang abnormal, bakteri

sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.7

15
D. Klasifikasi

Menurut berat ringanya lesi ulkus diabetic dibagai dalam 6 derajat wagner

yaitu:1,7

Derajat 0 : resiko tinggi, tidak ada ulkus, pebentukan kalus

Derajat 1 : ulkus superfisial terbatas pada kulit, klinis tidak ada infeksi.

Derajat 2 : ulkus meluas sampai ligamen, tendon, kapsula sendi atau fasia

dalam tanpa abses atau osteomielitis.

Derajat 3 : ulkus dalam, sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi

tulang.

Derajat 4 : ulkus dalam yang melibatkan tulang atau pembentukan abse.

Derajat 5 : gangrene seluruh kaki.

16
Gambar 3 : Berat ringanya lesi ulkus diabetic dibagai dalam 6 derajat wagner

A. Pembentukan plak keratin keras sebagai kalus

B. Kerusakan jaringan jauh di dalam kalus

C. Rupture permukaan kavitas, terbentuk kalus

D. Blockade ulkus oleh keratin, bakteri terperangkap, infeksi berkembang

Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya

daerah iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari kalsifikasi kai diabetic menurut

wegner sebagai berikut:

Derajat 0 : kaki berisiko, tanpa ulserasi

Derajat 1 : ulserasi superfisial, tanpa infeksi

17
Derajat 2 : ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon

Derajat 3 : ulserasi yang luas / abses penderita berisiko tinggi terkena ulkus DM

adalah

 Penderita DM lama

 Kadar gula darah tinggi

 Umur

 Perokok

 Hipertensi

 Kegemukan

 Hiperkolestrolemia

 Kurang bergerak

E. Anamnesis

Informasi penting adalah pasien telah mengidap DM sejak lama, oleh karena itu

perlu ditanyakan durasi menderita DM. keluhan neuropati berupa kesemutan, rasa

panas di telapak kaki, kram dan seluruh tubuh sakit terutama pada malam hari. Gejala

neuropati menyebakan hilang atau menurunya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila

penderita mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri pada kaki.

Sehingga mengakibatkan luka pada pada kaki. Selain itu juga ditanyakan aktivitas

harian, sepatu yang digunakan, pembentukan kalus, deformitas kaki, nyeri tungkai

18
saat beraktifitas, penyakit komorbid, kebiasaan merokok dan minum alkohol, obat-

obat yang sedang dionsumsi, riwayat menderita ulkus atau amputasi sebelumnya.4

F. Pemeriksaan fisik

Pememriksaan fisik diaarahkan untuk mendapatkan deskripsi karakter ulkus,

mendeskripsikan ada tidaknya infeksi, menentukan hal yang melatar belakangi

terjadinya ulkus ( neuropati, obstruksi vaskuler perifer, trauma atau deformitas).

Klasifikasi ulkus dan melakukan pemeriksaan neorumuskular untuk menentukan ada

tidaknya deformitas. 4

Pada inspeksi akan tampak kesan kulit kaki kering dan pecah-pecah akibat

berkurangnya produksi keringat, hal ini disebabkan karena denervasi struktur kulit.

Tampak pula hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus pada daerah

yang mengalami penekanan seperti tumit, plantar aspek kaput metatarsal. Pada daerah

yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi ulkus diabetikum karena

trauma yang berulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien. Tergantung dari derajatnya

saat kita temukan ulkus yang terlihat mungkin hanya suatu ulkus superfisial yang

hanya terbatas pada kulit dengan dibatasi kalus yang secara klinis tidak menunjukkan

tanda-tanda infeksi. Pada derajat 3 tampak pus yang keluar dari ulkus. Gangrene

tampak sebagai daerah kehitaman yang terbatas pada jari atau melibatkan seluruh

kaki. 4

Dengan palpasi, kulit kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang

sehat. Oklusi arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi pada

19
arteri yang terlibat. Kalus di sekeliling ulkus akan teraba sebagai daerahyang tebal

dank eras. Deskripsi ulkus harus jelas karena sangat mempengaruhi prognosis serta

tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak tampak maka penekanan pada

daerah sekita ulkus penting untuk mengetahui ada tidaknya pus. Ulkus harus dibuka

lebar untuk melihat luasnya kavitsas serta jaringan bawah kulit, otot, tendon serta

tulang yang terlibat. 4

Resiko pembentukan ulkus sangat tinggi pada penderita neuropati sehingga apabila

belum tampak adanya ulkus namun sudah ada neuropati sensorik maka proses

pembentukan ulkus dapat dicegah.

Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan tes

vaskuler nonivasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial

20
index (ABI). ABI didapat dengan cara membagi tekanan sistolik betis dengan tekanan

sistolik lengan. Apabila didapatkan angka yang abnormal perlu dicurigai adanya

iskemia. Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya oklusi arteri. 4

ABI normal : 0,91-1,30

Obstruksi ringan : 0,70-0,90

Obstruksi sedang : 0,40-0,69

Obstruksi berat : < 0,40

Ruang kompresi : > 1,3

G. Penatalaksanaan

 Non farmakologi

Kontorl nutrisi dan metabolic

Factor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.

Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan.

Perlu memonitor Hb di atas 12 gr/dl dan pertahankan albumin di atas 3.5 gr/dl.

Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangrene perlu disesuaikan untuk

mencapai dan mempertahankan berat badan ideal dengan komposisi energi : 4

60 -70 % karbohidrat

21
10-15 % dari protein

20-25 % dari lemak

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh penderita

diabetes :

- Memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal sebesar 25-30

kal/kgBB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa factor

yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan, laktasi, adanya komlikasi dan

berat badan.

- Dengan pegangan kasar yaitu :

Kurus : 2300-2500 kalori

Normal : 1700-2100 kalori

Gemuk : 1300-1500 kalori

Kebutuhan kalori dihitung dengan menggunakan perhitungan menurut broca dimana

BBI=90% x ( TB dalam cm -100) x 1 kg, sedangkan untuk laki-laki dengan tinggi

badan kurang dari 169 cm atau wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm

digunakan rumus BBI= (TB dalam cm – 100) x 1 kg.

Kontrol Stress Mekanik

Khusus semua pasien yang istirahat di tempat tidur, tumit dan mata kaki harus

dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi setiah hari. Hal ini diperlukan karena

22
kaki pasien sedah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan menjadi trauma

berulang di tempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka

 Farmakologi

Sarana pengendalian secara farmakologi diabetes melitus dapat berupa : 4

- Pemberian insulin

- Pemberian obat hiperglikemik oral golongan ( sulfonylurea, biguanid,

inhibitor alfa glikosid, insulin sensitizing).

 Tindakan bedah

Tahapan yang perlu diperhatikan dalam penerapan ulkus diabetikum ataupum

pencegahan timbulnya ulkus adalah : 4

- Debridemen dan pembersihan luka

- Mengistirahatkan

- Pembalutan

- Control infeksi

- Revaskularisasi

- Tindakan amputasi

- Flap dan rekonstruksi

- Terapi tambahan

- Rehabilitasi dan edukasi

23
Sebelum tindakan bedah, kondisi yang harus diperhatikan adalah kedaan umum yang

meliputi serum protein > 6,2 g/dl, serum albumin > 3,5 g/dl, total limfosit > 1500

sel/mm3. Pemeriksaan kultur diperlukan terutama pada ulkus yang dalam dan di

ambil dari jarinagan yang dalam.

Debridemen dan pembersihan luka

Debridemen adalah suatu proses usaha menghilangakan jaringan nekrotik atau

jaringan non vital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan

mepertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti pembuluh

darah, saraf, tendon, dan tulang. 4

Setelah luka dibersihkan dari jaringan nekrotik, eksudat dan waste metabolic

diharapkan akan memperbaiki dan mempermudah proses penyembuhan luka.

Timbunanan jaringan nekrotik biasanya terjadi akibat buruknya suplai darah pada

luka atau dari peningkatan tekakan interstitial. Tujuan mendasar dari debridemen

adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk mengontrol dan mencegah infeksi.

Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya mengahalangi

penyembuhan luka, tetap juga dapat terjadi kehilangan protein dalam jumlah banyak.

Osteomyelitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai

bahkan sampai ke kamatian. Setelah debridemen dan membuang jaringan nekrotik

akan terjadi perbaikan sirkulasi da terpenuhinya pangangkutan oksigen yang adekuat

ke jaringan sekitar sehingga proses penyembuhan lebih cepat. 4

24
Teknik debridemen dibagi atas 4 teknik yaitu : 4,7

- Autoliytic debridement Adalah suatu proses usaha tubuh untuk melakukan

pembuangan jaringan mati. Keadaan ini perlu dibantu dengan

mempertahankan suasana supaya tetap lembab, produk yang dipakai adalah

hydrogels.

- Enzymatic debridement merupakan suatu teknik menggunakan topical

ointment, yang popular saat ini adalah kolagenase yang merupakan hasil dari

fermentasi clostridium histoliticum yang mempunyai kemampuan unik

mencerna kolagen jaringan nekrotik, dapat membersihkan luka dari jaringan

mati dan proses penyembuhan cepat.

- Mechanical debridement prinsip kerjanya dengan wet to dry dressing luka

ditutup dengan kasa yang dibasi normal saline setelah kering kasa akan

melekat dengan jaringan mati saat mengganti balutan jaringan mati akan ikut

terbuang tindakan ini dilakukan berulang ulang sampai 6 kali perhari, namun

prosedur ini membuat tidak nyaman penderita saat debridemen balutan dan

potensial merusak epitel.

- Surgical debridement menggunakan scapel, gunting, dan instrument lain

disertai irigasi untuk membuang jaringan nekrotik lain dari luka.

25
Mengistirahatkan

Yang dimaksud adalah dengan mencegah trauma pada daerah ulkus dan

memindahkan tekanan ke tempat yang lain, jika perlu dengan mengistirahatkan

penderita di tempat tidur, perlu di ingat bahwa latihan gerakan kaki sebagai

perangsang gerak otot harus teatp dilakukan untuk mempertahankan aliran balik

darah.

Pembalutan

Banyak teknik dan macam jenis pembalutan yang digunakan saat ini, tapi yang

terpenting pembalutan ideal mempunyai karakteristik sebgai berikut :

- Mejaga dan melindungi kelembababan jaringan

- Merangsang penyembuhan luka

- Melindungi dari suhu luar

- Melindungi dari trauma mekanis

- Bebas dari zat yang mengotori

- Mudah dibuka tanpa nyeri dan merusak luka

- Mempunyai daya serap terhadap eksudat

- Tidak melekat di luka

- Mudah untuk memonitor luka

- Memudahkan pertukaran udara

- Nyaman untuk pasien

26
- Tidak tembus mikrooorganisme

- Mudah penggunaanya

- Biaya terjangkau

Perbaikan vaskualarisasi

Pasien DM kronis harus dibuktikan adanya gangguan aliran darah ke tungkai sampai

dibuktikan tidak ada kelainan.

Fontaine membagi derajat penyakit pembuluh darah perifer ( perifer vascular disease

/ PVD ) menjadi :

- Derajat 1 : PVD asimptomatik atau gejala tidak khas ( kesemutan)

- Derajat 2 : intermitten caudication ( rasa sakit yang timbul baik siang atau

malam hari, biasanya pada telapak kaki setelah berjlan beberapa saat dan

segera hilang bila istirahat disertai perasaan terbakar, kebas dan dingin), a >

200 m, b < 200 m

- Derajat 3 : ischemia rest pain ( nyeri saat istirahat )

- Derajat 4 ulkus atau ganggren akibat kerusakan jaringan karena anoksia tetapi

pembagian menurut fontaine ini sering tidak dapat diterapkan pada kaki

diabetes karena gejala klinis yang sering tidak ada disebakan gangguan

neuropati perifer.

27
Amputasi

Banyak hal yang harus dipertimbangka sebelum mengambil keputusan melakukan

amputasi. Pada dasranya. Amputasi dibagis menjadi amputasi minor yaitu amputasi

sendi midtarsal, atau bawahnya dan amputasi mayor yaitu di atas midtarsal.

Indikasi untuk dilakukan amputasi : 7

- Febris terus menerus

- Regulasi diabetes mellitus sulit dicapai ( kadar glukosa darah lebih dari 300

mg%)

- Osteomyelitis pada gambaran radiologi

- Selulitis cenderung ke atas

- Infeksi pada gangrene yang menyebabkan keadaan umum semakin meburuk

- Faal ginjal semakin menurun

Secara teknis amputasi kaki atau jari kaki dapat dilakukan menurut tingkatan sebagai

berikut :

- Jari nekrotik : disartikulasi ( tanpa pembiusan )

- Mutilasi jari terbuka ( pembiusan setempat )

28
- Osteomioplasti : memotong bagian tulang dan sendi

- Amputasi midesis ( dengan otot jari atau kaki)

Bila daerah gangrene menyebar lebih kranial maka dilakukan amputasi bawah lutut

atau bahkan amputasi atas lutut, tujuanya adalah

- Membuang jaringan nekrotik

- Menghilangkan nyeri

- Drainase nanah dan penyembuhan luka sekunder

- Merangsang vaskularisasi baru

- Rehabilitasi yang terbaik

Terapi tambahan

yang dimaksud dengan terapi tambahan dalam hal ini adalah modalitas yang ada di

luar terapi di atas. Dalam hal ini termaksud pemberian obat-obatan seperti ciloztazol ,

terapi stem cell, atau terapi oksigen hiperbarik ataupun modalitas lain.6

Rehabilitasi

Pada dasarnya penderita kaki diabetes harus dapat merawat sendiri dan dapat

mencegah timbulnya ulkus dengan cara yang baik. Dengan pengetahuan yang baik

angka timbulnya ulkus dapt ditekan sampai setengahnya. Hal ini akan menekan biaya

pengobatan yang cukup besar . disamping fungsi social pasien juga menjadi baik

29
diperluka kerjasama multidisipliner dan waktu konsultasi yang cukup untuk

mendapatkan hasil yang baik dari segi pengetahuan pasien dalam perawatan kaki. 6

BAB III

KESIMPULAN

Di antara berbagai komplikasi menahun diabetes mellitus, komplikasi pada

kaki kiranya yang paling mengesankan. Kasus nyapun paling banyak, sekitar

sepertiga kasus diabetes mengalami masalah dengan kakinya. indonesia termaksud

urutan tertinggi jumlah diabetes di dunia 17-32%, sedangkan angka laju amputasi

sekitar 15-30.

Dengan masih tingginya prevalensi diabetes mellitus baik di negara maju

maupun Negara berkembang, maka penting sekali untuk memperhatikan pengelolaan

pasien diabetes yang mengalami ulkus diabetik, pengobatan terpadu diperlukan

sehingga angka kesembuhan pasien dengan ulkus diabetik dapat di perbesar.

Sebelum dilakukan terapi seorang dokter yang akan menangani pasien dengan ulkus

kaki diabetic sebaiknya dapat melakukan penelitian kaki diabetic secara menyeluruh,

menilai ada tidaknya infeksi, melakukan identifikasi penyebab terjadinya ulkus dan

30
faktor penyulit penyembuhan luka, lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila

diterapi secara komprehensif dan multidisipliner

DAFTAR PUSTAKA

1. Power AC Diabetes Mellitus : Diagnosis, Classification, and

Pathopyshiology Dalam Harrison’s Principles Of Internal Medicine 18

Th Edition, The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 2012. 2.H.2399.

2. Neli Husniawati, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Ulkus Kaki Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Mellitus, Jurnal Ilmu

Kesehatan, 7(2);September 2015

3. Anas Rahmad Hidayat, Isnani Nurhayati. Perawatan Kaki Pada

Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Permata Indonesia Volume 5,

Nomor 2, November 2014. Hal 49-54.

4. Yuanita A Langi. Penatalksanaan Ulkus Kaki Diabetic Secara

Terpadu, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal Biomedik, Volume 3,

Nomor 2, Juli 2011, Hlm 95-101.

5. Aria Wahyuni, Nina Arisfa. Senam Kaki Diabetic Efektif

Meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

31
Departemen Keperawatan Medical Bedah Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES For De Kock Bukit Tinggi, Submitted ; 31-01-

2016.

6. Eka Fitria, Adibah Nur, Nelly Marissa. Karakteristik Ulkus

Diabetikum Pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal

Abiding dan RSUD Meuraxa Banda Aceh, Bulletin Penelitian

Kesehatan, vol 45, no 3. September 2017; 153-160.

7. Junaidi M, Mardianto, Dharmo lindarto. Patofisiologi dan

Penatalksanaan Ulkus Kaki Diabetes. Divis Endokrinologi dan

Metabolism Bagian Penyakit Dalam FK-USU/RS Prigadi/ RS. H.

Adam Malik Medan. 2011.

8. Suryono S. Patofisiologi Diabetes Melitus: Dalam Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu, Edisi Kedua, Tahun 2013

32

Anda mungkin juga menyukai