Miastenia Gravis
Oleh :
Preseptor :
2018
0
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Miastenia Gravis”. Case
Report ini dibuat untuk memenuhi kegiatan ilmiah dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp. S (K)
dan dr. Restu Susanti, Sp. S, M. Biomed yang telah memberika bimbingan,
memberikan perbaikan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan case
report ini.
(Vanny Asrytuti)
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
ini dapat menyerang segala usia. Miastenia gravis terjadi akibat adanya proses
asetilkolin yang diproduksi tetap namun tidak digunakan karena prones penurunan
jumlah reseptor asetilokolin. Hal ini mengakibatkan impuls tidak dapat diteruskan
berdasarkan usia dan jenis kelamin terhadap miastenia gravis. 10 kasus dalam
jutaan orang per tahunnya sedangkan untuk prevalensinya 140 kasus dalam jutaan
1
orang. berdasarkan studi epidemiologi usia dan jenis kelamin berpengaruh
3
terhadap kejadian miastenia gravis. Perbandingan rasio kejadian pada pria dan
wanita dengan usi kecil 40 tahun adalah sebanyak 3:1, sedangkan untuk usia 40-
50 tahun dan pada usia pubertas kejadian miastenia gravis relative sama.
Gejala klinis pada miastenia gravis menunjukkan gejala yang berat, sehingga
berupa adanya kelemahan otot wajah, sulit menelan, sesak napas dan perubahan
suara. Gejala ini sangat mengganggu pasien sehingga penyebabkan pasien tidak
yang tepat serta cara pasien menghindari factor factor yang dapat menurunkan
3
sistem imun tubuhnya.Dengan tatalaksana yang tepat dan berkelanjutan dan
edukasi yang baik, serangan miastenia gravis dapat dihindari. Hal ini akan dapat
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terganggunya transmisi sinaps antara axon dan lower motor neuron yang terjadi di
motor end plate pada otot.2 Ditandai dengan kelumpuhan otot setelah melakukan
aktivitas dan dapat pulih dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Miastenia
gravis merupakan penyakit autoimun yang dapat mengenai segala usia. Penyakit
2.2 Epidemiologi
insiden miastenia gravis adalah 10 kasus dalam jutaan orang per tahunnya
sedangkan untuk prevalensinya 140 kasus dalam jutaan orang. 1 berdasarkan studi
gravis. 3 Perbandingan rasio kejadian pada pria dan wanita dengan usia kecil 40
tahun adalah sebanyak 3:1, sedangkan untuk usia 40-50 tahun dan pada usia
2.3 Klasifikasi
5
kekuatan otot lain normal
Kelas II Kelemahan otot okuler semakin parah disertai kelemahan
ringan otot lain
Kelas II A Memperngaruhi otot-oto aksial, angota tubuh atau keduanya
dan terdapat kelemahan otot faringeal ringan
Kelas II B Mempengaruhu otot-otot faringeal, otot pernapasan atau
keduanya. Kelemahan otot anggota tubuh dan aksial
Kelas III Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan
otot-otot lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tingkat
sedang.
Kelas IIIa Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau
keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal
yang ringan.
Kelas IIIb Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau
keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota
tubuh, otot-otot aksial atau keduanya dalam derajat ringan
Kelas IV Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam
derajat yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan
dalam berbagai derajat.
Kelas Iva Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau
otot-otot aksial. Otot orofaringeal mengalami kelemahan dalam
derajat ringan.
Kelas Ivb Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya
secara predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot
anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan.
Penderita menggunakan feeding tube tanpa dilakukan intubasi.
Kelas V Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Tabel 1 Klasifikasi Miastenia Gravis Menurut MGFA 1
2.4 Patogenesis
6
Proses penjalaran impus pada saraf diperantai oleh adanya asetilkolin sehingga
impuls dapat sampai ke tujuannya. Pada miastenia gravis aktivitas dan fungsi dari
Karena penurunan jumlah ACR ini, asetilkolin yang diproduksi dalam jumlah
normal namun tidak dapat meneruskan potensial aksi menuju membrane post
sinaptik.
dengan kejadian miastenia gravis. Sekitar 75% pasien dengan miastenia gravis
kelenjer timus dan ini berkaitan dengan aktifnya respon imun. Hanya sekitar 10 %
Gejala klinis yang khas pada miastenia gravis adanya kelemahan pada otot.
Pasien sering mengeluhkan adanya kelemahan pada otot. Kelemahan otot yang
dirasakan seperti kelemahan pada otot leher, mata, ekstremitas atas dan bahkan
kelemahan pada otot okuler yaitu berupa ptosis yang bersifat unilateral ataupun
kondisi suara akan memburuk dan mengecil jika pasien tetap melakukan
percakapan. Secara umum gejala klinis dari miastenia gravis terdiri dari:
a. Kelemahan oto yang progresif terutama pada otot okuler, otot bulbar
7
b. Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa menit dan beberapa jam terutama
d. Sesak napas dan disfagia yang berkaitan dengan kelemahan otot bulbar
2.6 Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
2. Pemeriksan Fisik
gravis adalah berupa kelemahan otot wajah, seperti senyum yang lebih
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tensilon test
8
Tes ini bermanfaat jika tes antibody resptor asetilkolin tidak dapat
dilihat efek dari suntian obat berupa terjadinya perbaikan pada otot
b. EMG (Elektromiografi)
2.7 Tatalaksana
dengan dosis inisial 30-60 mg setiap 4-6 jam serta dilakukan evaluasi
2. Kortikosteroid
9
hari sebanyak 1 kali/hari. Pemberian kortikosteroid memberikan efek
berat badan.
dengan riwayat gangguan ginjal dan infeksi yang sudah berat seperti
ACR. 9,10,11
4. Timomektomi
2.8 Prognosis
10
miastenia gravis generalisata hanya sekitar 10-20 %.6 Pasien wanita dengan usia
11
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama : HL
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Nomor RM : 01.01.45.45
Alamat : JL.Bypass Bukit Putus
Suku Bangsa : Minang
Pekerjaan : PNS
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Sulit menelan
angsur dimana awalnya pasien masih bisa menelan bubur namun sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien tidak mampu lagi menelan air putih
Sesak napas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa
13
Suara terasa berubah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, makin lama
Pasien sudah dikenal menderita asma sejak 5 tahun terakhir meningkat ketika
suspek SGB dd
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
14
Nafas : 28x / menit
Suhu : 36,7°C
Status Internus :
Perkusi : sonor
(-)
Perkusi : Timpani
Corpus Vertebrae :
(-)
15
Status Neurologikus :
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
N. I (Olfaktorius)
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
16
Kanan Kiri
Pupil
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
17
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Sensorik
Divisi oftalmika
Divisi maksila
- Refleks masetter (-) (-)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+) (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
18
Menggerakkan dahi (+) (+)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
- Memanjang
- Memendek
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
19
Sensasi lidah 1/3 belakang (+) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
20
Atropi (-) (-)
4. Pemeriksaan koordinasi
Ataksia -
Reboundphenomen -
Duduk Normal
Atetosis (-)
Mioklonik (-)
Khorea (-)
21
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
6. Pemeriksaan sensibilitas
Stereognosis Normal
7. Sistem refleks
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter APR ++ ++
Atas + + Cremaster
Tengah + + Sfingter
Bawah + +
22
b.Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Tromner
Klonus kaki
Tungkai
8. Fungsi otonom
9. Fungsi luhur
Laboratorium
Hb : 13,3 gr% GDR : 201 mg/dl
23
Leukosit : 15.910/mm3 Ureum : 30 mg/dl
Ht : 40%
Na :141 mg/dl
K :3,8 mg/dl
Cl :107 mg/dl
Pemeriksaan Tambahan
EKG: Bradikardia
Elektromiografi
Diagnosis Kerja :
Terapi :
Umum :
O2 RM 8 liter/ menit
NGT
Khusus :
Mestinon 3 x 60mg
24
Metilprednisolon 4 x 250 mg
Ranitidin 2 x 50 mg
25
BAB 4
DISKUSI
Pasien masuk ke bangsal saraf RSUP dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis
masuk rumah sakit namun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasientidak
dirasakansakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak napas dirasakan
terus menerus dan dada pasien terasa berat. Suara pasien dirasakan berubah agak
serak dan makin lama makin kecil jika pasien terus berbicara. Kelemahan otot
wajah seperti kelopak mata yang jatuh dan senyum yang lebih mendatar tidak
diraskan oleh pasien. Dari pemeriksaan fisik pasien terlihat sesak napas dengan
NaCL 0,9%, pemberian Oksigen 8 liter/ menit, diet makanan cair dan pemasangan
karena sesak napas pada pasien. Pemsangan NGT adalah untuk mengatasi disfagia
pasien dan untuk memberikan intake makanan pasa pasien. Pasien kemudian
diberi terapi lini pertama untuk miastenia gravis yaitu pemeberian prostigmin
26
Pemberian ranitidine dilakukan untuk mengatasi efek samping dari pemberian
hari.
27
BAB 5
KESIMPULAN
2. Panyakit ini terjadi akibat kegagalan fungsi dari ACR yang diepengaruhi oleh
proses autoimun tubuh pasien. Miastenia gravis juga dikaitkan dengan adanya
3. Keluhan yang dirasakan pasien adalah berupa sulit menelan, sesak napas,
terapi pembedahan.
28