Periodik Paralisis
Oleh :
Preseptor :
2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Periodik Paralisis”. Case
Report ini dibuat untuk memenuhi kegiatan ilmiah dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dr.Syarif Indra, Sp.S yang telah
memberika bimbingan, memberikan perbaikan dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan case report ini.
(Vanny Asrytuti)
DAFTAR ISI
2.1 Definisi
Periodic paralisis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak yang bersifat
flaksid yang diakibatkan oleh terganggunya channel Kalium di otot skeletal.
Kelainan ini dikarakteristikkan denganterjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba
yang diakibatkan gangguan pada kadar kalium serum. Periodik paralisis ini dapat
terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hypokalemia.
Kelompok penyakit otot yang dikenal dengan periodik paralisis (PP) cirinya
adalah episode kelemahan flaksid otot yang terjadi pada interval yang tidak teratur.
Umumnya diturunkan dan lebih episode daripada periode. Penyakit ini dapat dibagi
dengan baik dalamkelainan primer dan sekunder. Karakteristik umum PP primer
sebagai berikut : (1)diturunkan; (2) umumnya dihubungkan dengan perubahan kadar
kalium serum; (3) kadangdisertai myotonia; dan (4) myotonia dan PP primer
keduanya akibat defek ion channel.1
2.2 Etiologi
1) Hipokalemi :
2) Hiperkalemi :
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian dari periodic paralisis hyperkalemia belum diketahui, karena
kejadian yang paling sering terjadi berupa periodic paralisis hypokalemia dengan
angka 1 per 100.000 populasi. paralisis hipokalemi banyak terjadi pada pria daripada
wanita dengan rasio 3-4 : 1. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20
tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun
dengan peningkatan usia. Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan
diterapi secara benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.
2.4 Klasifikasi
Atas dasar kadar kalium darah pada saat serangan , dibedakan 3 jenis paralisis
periodik yaitu:1
1. Paralisis periodik hipokalemia :kadar kalium darah yang rendah (kurang dari 3,5
mmol/L) pada waktu serangan
2. Paralisis periodik hiperkalemia
3. Paralisis periodik normokalemi
2.5 Patofisiologi
Dasar fisiologis kelemahan otot flaksid adalah tidak adanya eksitabilitas
membranotot (yakni, sarkolema). Perubahan kadar kalium serum bukan defek utama
pada PP primer;perubahan metabolismse kaliuim adalah akibat PP. Pada primer dan
tirotoksikosis PP,paralisis flaksid terjadi dengan relatif sedikit perubahan dalam kadar
kalium serum,sementara pada PP sekunder, ditandai kadar kalium serum tidak
normal.2,4
Tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung jawab untuk kelainan pada
kelompok penyakit ini. Kelemahan biasanya secara umum tetapi bisa lokal. Otot-otot
kranial dan pernapasan biasanya tidak terkena. Reflek regang tidak ada atau
berkurang selama serangan. Serat otot secara elektrik tidak ada hantaran selama
serangan. Kekuatan otot normal diantara serangan, tetapi setelah beberapa tahun,
tingkat kelemahan yang menetap semakin berkembang pada beberapa tipe PP
(khususnya PP primer). Semua bentuk PP primer kecuali Becker myotonia kongenital
(MC) juga terkait autosomal dominan atau sporadik (paling sering muncul dari paint
mutation).
Ion channel yang sensitif tegangan secara tertutup meregulasi pergantian
potensialaksi (perubahan singkat dan reversibel tegangan mebran sel). Disana
terdapat permeabelitasion channel yang selektif dan bervariasi. Energi tergantung
voltase ion channel terutama gradien konsentrasi. Selama berlangsungnya potensial
aksi ion natrium bergerak melintasi membran melalui voltage-gated ion channel.
Masa istirahat membran serat otot dipolarisasi terutama oleh pergerakan
klorida melalui channel klorida dan dipolarisasi kembali oleh gerakan kalium,
natrium, klorida dan kalsium channelopati sebagai sebuah grup , dihubungkan dengan
myotonia dan PP. Subunit fungsional channel natrium, kalsium dan kalium adalah
homolog. Natrium channelopati lebih dipahami daripada kalsium atau
klorida channelopati.
2.7 Diagnosis
Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan berdasarkan
kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9–3,0 mmol/L) ] pada waktu
serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan pemeriksaan lain
dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada penyakit ini umumnya berlokasi di
bahu dan panggul meliputi juga tangan dan kaki, bersifat intermiten, serangan
biasanya berakhir sebelum 24 jam, pada EMG dan biopsi otot ditemukan miotonia,
refleks Babinsky positif, kekuatan otot normal diluar serangan. Terdapat 2 bentuk
kelainan otot yang diobservasi yaitu episode paralitik dan bentuk miopati, kedua
keadaan ini dapat terjadi secara terpisah ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk
paralitik murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang progresifitasnya lambat
jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni jarang terjadi. Episode paralitik
ditandai terutama adanya flaccid paralysis dengan hipokalemia sehingga dapat terjadi
para paresis atau tetraparesis berpasangan dengan otot pernafasan. Pada pasien ini
murni flaccid paralysis dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 5–6
jam kemudian, dengan pemberian kalium per oral serangan menjadi lebih ringan.
Tidak terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika terdapat kelainan genetik maka
pada analisa didapatkan kelainan antara lain adalah autosomal dominan inheritance
yaitu mutasi pada kromososm CACNA1S (70%) disebut hipokalemik periodik
paralisis tipe 1, mutasi lokus pada kromosom SCN4A (10%) disebut hipokalemik
periodik paralisis tipe 2.9
Karakteristik klinis perbedaan dari paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis
hipokalemik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.10
a. Laboratorium
1. Kadar elektrolit serum dan urin
- Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan
suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan
mialgia.11
- Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi
lebih berat terutama pada bagian proximal tungkai.
- Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat
terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan
miogobinuria.
2. Fungsi ginjal
3. Kadar glukosa darah
Pengambilan glukosa darah ke dalam sel menyebabkan kalium berpindah
dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel tubuh
4. pH darah
b. EKG
normal
Mild hipokalemia
severe hipokalemia
c. EMG (Elektromiografi)
2.10 Tatalaksana
Pengobatan sering dibutuhkan untuk serangan akut hipokalemik PP tetapi
jarang untuk hiperkalemik PP. Pengobatan profilaksis dibutuhkan ketika serangan
semakin sering.2,5,6
• Hipokalemik periodik paralisis
Selama serangan, suplemen oral kalsium lebih baik dari suplemen IV. Yang
terakhir diberikan untuk pasien yang mual atau tidak bisa menelan. Garam kalium
oral pada dosis 0,25 mEq/kg seharusnya diberikan setiap 30 menit sampai kelemahan
improves.Kalium Klorida IV 0,05-0,1 mEq/kgBB dalam manitol 5% bolus adalah
lebihbaik sebagai lanjutan infus. Monitoring ECG dan pengukuran kalium serum
berturutdianjurkan. Untuk proifilaksis, asetazolamid diberikan pada dosis 125-1500
mg/haridalam dosis terbagi. Dichlorphenamide 50-150 mg/hari telah menunjukkan
keefektifan yang sama. Potasium-sparing diuretik seperti triamterene (25-100
mg/hari) danspironolakton (25- 100 mg/hari) adalah obat lini kedua untuk digunakan
pasien yangmempunyai kelemahan buruk (worsens weakness) atau mereka yang tidak
respon dengan penghambat karbonik anhidrase. Karena diuretik ini potassium
sparing,suplemen kalium bisa tidak dibutuhkan.
• Hiperkalemik periodik paralisis
Beruntungnya, serangan biasanya ringan dan jarang meminta pengobatan.
Kelemahan terjadi terutama karena makanan tinggi karbohidrat. Stimulasi beta
adrenergik seperti salbutamol inhaler juga memperbaiki kelemahan (tetapi
kontraindikasi pada pasien aritmia jantung). Pada serangan berat, terapetik measure
yang mengurangi hiperkalemia berguna. Monitoring EKG yang berkelanjutan selalu
dibutuhkan selama pengobatan.Diuretik tiazid dan karbonik anhidrase inhibitor
digunakan sebagi protilaksis. Diuretik tiazid mempunyai beberapa efek samping
jangka pendek; obat-obat ini dicoba sebagaiterapi lini pertama. Kadang-kadang
diuretik tiazid bisa menghasilkan kelemahan hipokalemik paradoksal, yang respon
dengan suplementasi kalium.
2.11 Diet
• Hipokalemik PP : Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium bisa menurunkan
frekuensi serangan.
• Hiperkalemik PP : Diet permen yang berisi glukosa atau karbohidrat dengan rendah
kalium bisa memperbaiki kelemahan.
2.12 Prognosis
• Hiperkalemik periodik paralisis dan paramyotonia kongenita
Ketika tidak dihubungkan dengan kelemahan, kelainan ini biasanya
tidak mengganggu pekerjaan.
Myotonia bisa memerlukan pengobatan
Harapan hidup tidak diketahui.
• Hipokalemik periodik paralisis
Pasien yang tidak diobati bisa mengalami kelemahan poksimal menetap, yang bisa
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama : MJ
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun
Nomor RM : 01.02.42.42
Alamat : Jl.Teuku Umar Pematang Kandis Bangko Merangin Jambi
Suku Bangsa : Minang
Pekerjaan : Pegawai Swasta
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan usia 25 tahun dirawat di bangsal saraf RSUP Dr.
Keluhan Utama:
kelemahan dirasakan pada kedua kaki sehingga membuat pasien tidak bisa
berdiri dan berjalan. 1 hari kemudian terjadi kelemahan pada kedua tangan,
pasien hanya mampu mengangkat kedua tangan selama beberapa detik lalu jatuh.
oleh keluarga
Rasa kebas dan kesemutan tidak ada pada keempat anggota gerak pasien.
Pasien beraktivitas lebih banyak dan berkeringat lebih dari biasanya 2 hari
sebelum mengalami kelemahan
Banyak memakan makanan dengan karbohidrat tinggi sebelum keluhan tidak ada
Keluhan nyeri pada ekstremitas tidak ada
Mengalami diare sebelum keluhan tidak ada
Nyeri kepala dan demam tidak ada
BAB dan BAK biasa
Status Generalis :
Suhu : 36,6°C
Status Internus :
Perkusi : sonor
Perkusi : Timpani
Corpus Vertebrae :
Status Neurologikus :
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
N. I (Olfaktorius)
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/endotalmus (-) (-)
Pupil
(+) (+)
Refleks konvergensi
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
(+) (+)
Mengunyah
Sensorik
Divisi oftalmika
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebra (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)
Memperlihatkan gigi (+) (+)
Sensasi lidah 2/3 depan (+) (+)
Hiperakusis (-) (-)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik arloji (+) (+)
Rinne tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber tes Tidak dilakukan
Schwabach tes Tidak dilakukan
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (Gag Rx) Baik Baik
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan Bisa dilakukan Bisa
Dilakukan
Suara (+) (+)
Nadi Teratur Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)
Menoleh ke kiri (+) (+)
Mengangkat bahu kanan (+) (+)
Mengangkat bahu kiri (+) (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atropi Tidak ada Tidak ada
4. Pemeriksaan koordinasi
n
Test tumit lutut Sulit dinilai
Duduk Normal
b. Berdiri dan Gerakan spontan Sulit dinilai
Aktif
Kekuatan 333 333 111 111
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
6. Pemeriksaan sensibilitas
7. Sistem refleks
Tromner
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki
Tungkai
8. Fungsi otonom
9. Fungsi luhur
Laboratorium
Hb : 14 gr% GDR : 267 mg/dl
Ht : 34%
Na :141 mg/dl
K :1,5mg/dl
Cl :113 mg/dl
BAB 4
DISKUSI
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien sakit sedang dan tidak terdapat
tanda peningkatan tekanan intracranial, pada pemeriksaan motorik ditemukan
kelemahan pada ekstremitas bawah dan atas, degan reflek fisiologis normal dan reflek
patologis tidak ada. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ini ditegakkan
dignosis klinis tetraparese tipe LMN. Diagnosis topik yaitu otot rangka. Diagnosis
etiologi yaitu Periodik Paralisis Hipokalemia, hal ini disebabkan karena adanya
riwayat penyakit dahuu pada pasien. Sebelumnya pasien juga sudah pernah
mengalami keluhan seperti ini dan dapat kembali seperti semula.
KESIMPULAN