Anda di halaman 1dari 13

80

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada bab ini penyusun menguraikan pembahasan tentang berbagai
kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan penulis
selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan hipertensi pada
tanggal 15 September 2017 sampai 17 September 2017. Adapun kegiatan
yang dilakukan penyusun yaitu mulai dari tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evalusi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien,
agar dapat mengidentifikasi atau mengenali masalah-masalah yang
dialami klien, kebutuhan kesehatan dan perawatan klien, baik fisik,
mental sosial maupun lingkungan (Efendi, 1995 dalam Hutahaean,
2010).
Dalam pengumpulan data tersebut penyusun menemukan hampir
semua perubahan yang terjadi pada penderita hipertensi sesuai
dengan yang dialami oleh klien, seperti pusing disertai tegang pada
daerah tengkuk dan bahu, kurangnya nafsu makan, gangguan aktifitas
sehingga tidak bisa melakukan aktifitas secara mandiri, adanya edema
pada daerah wajah dan kaki serta kurangnya pengetahuan klien dan
keluarga mengenai penyakit hipertensi.
Selama melakukan pengkajian pada Ny. F di ruangan penyakit
dalam kelas 2 RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang penyusun
mengumpulkan data-data dengan melalui metode wawancara
langsung, obeservasi dan dokumentasi kepada klien dan keluarga
klien.
Dari hasil pengkajian pada klien dan keluarga yang menunggu,
ditemukan data klien merasakan pusing / nyeri kepala dengan skala 7
81

disertai tegang pada daerah leher dan bahu dan sudah dirasakan sejak
lama, klien menderita hipertensi sejak satu setengah tahun yang lalu.
Patifisiologi hipertensi adalah tekanan darah akan sangat
mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah . Tekanan ini terjadi
pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar dialami oleh arteriole
sehingga perbedaan desakan besar bila arteriole menyempitakan
menaikkan desakan darah. Simtomatologi hipertensi adalah nadi
teratur kadang tidak teratur, keluhan umum yaitu perasaan capai,
mudah tersinggung, insomnia, pusing , sakit kepala / tengkuk,
palpitasi, dispnea, kadang kaki bengkakgravidarum (Murwani, 2011).
Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
pada klien sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Murwani,
(2011). Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap
keluarga dan klien mengatakan masih kurangnya informasi yang
diterima tentang penyakit yang diderita oleh klien baik cara
pencegahan, penyebab, cara penanganan maupun komplikasi yang
akan terjadi apabila penyakit semakin parah. Berulangnya penyakit
yang terjadi pada klien ini bisa disebabkan oleh faktor kurangnya
pengetahuan keluarga dan klien tentang penyakit hipertensi.
Pada kasus ini peyusun membandingkan dengan teori bahwa
berulangnya penyakit hipertensi pada klien disebabkan karena
kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, karena
dari hasil pengkajian klien sudah menderita penyakit ini kurang lebih
satu setengah tahun yang lalu, sedangkan klien dan keluarga tidak
mengetahui tentang cara pencegahan dan penangan di rumah.
Dalam pelaksanaan pengkajian yang telah dibuat dan dilakukan,
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kenyataan
dilapangan karena perubahan yang terjadi pada klien sesuai dengan
kenyataannya, dan kriteria hasil dapat tercapai.
b. Diagnosa keperawatan
82

Berdasarkan data yang penyusun temukan dari proses pengkajian,


melalui wawancara langsung dan observasi langsung, penyusun
mengangkat enam diagnosa keperawatan sesuai dengan permasalahan
yang terjadi pada klien sehungan dengan penyakit hipertensi yang
diderita klien.
Menurut Rohmah dan Walid (2008), type diagnosa keperawatan
risiko/ risiko tinggi adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga/
komunitas yang rentan untuk mengalami masalah di bandingkan yang
lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Dalam menentukan diagnosis keperawatan pada klien dengan
hipertensi, penyusun banyak menemukan sumber yang membahas
tentang asuhan keperawatan pada penderita hipertensi, mengenai
perumusan diagnosis keperawatan, tetapi dalam memngangkat
diagnosis keperawatan penyusun membuat nya sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan klien.
c. Perencanaan keperawatan / Intervensi
Dalam membuat perencanaan keperawatan pada Ny. F penyusun
membuatnya sesuai dengan prioritas masalah dan perubahan-
perubahan yang terjadi pada penderita sesuai dengan teori yang ada,
namun dalam proses menentukan perencanaan keperawatan harus
sesuai dengan kriteria SMART (Spesifik, Measurable, Achivable,
Rasionable, dan Time).
Menurut Rohmah dan Walid (2008), perencanaan adalah
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
mengatasi masalah – masalah yang telah di identifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh
mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien.
Rencana keperawatan yang penulis buat semuanya penyusun
lakukan secara mandiri dan ditambah dengan modifikasi sesuai
83

dengan kondisi dan kebutuhan klien, Intervensi yang sudah disusun


oleh penulis sesuai dengan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


Intervensi untuk diagnosa resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung adalah : Observasi tekanan darah, catat keberadaan,
kualitas denyutan sentral dan perifer, auskultasi tonus jantung dan
bunyi napas, amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa
pengisian kapiler, catat adanya demam umum / tertentu, berikan
lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal,
anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi serta
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi,
diuretik.
2. Intoleransi aktifitas
Intervensi untuk diagnosa Intoleransi aktifitas adalah: kaji toleransi
pasien terhadap aktifitas dengan menggunakan parameter :
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan, kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan,
TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan
perawatan diri, dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan
diri, berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan
kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya,
dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
Intervensi untuk diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri adalah:
pertahankan tirah baring selama fase akut, beri tindakan non
farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi,
84

hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat


meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk
panjang,dan membungkuk, bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan, beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat
selama 1 jam setelah makan serta kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi untuk diagnosa Perubahan nutrisi adalah: kaji
pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan, bicarakan pentingnya menurunkan masukan
kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi,
tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan, kaji ulang
masukan kalori harian dan pilihan diet, tetapkan rencana penurunan
BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan
0,5 kg per minggu, dorong klien untuk mempertahankan masukan
makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan
lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan,
intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi, kolaborasi dengan ahli
gizi sesuai indikasi.
5. Kelebihan volume cairan
Intervensi untuk diagnosa Perubahan nutrisi adalah: pantau atau
hitung pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam, pertahankan
duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut,
auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan
seperti krekel dan mengi, kolaborasi beri obat sesuai indikasi.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan.
Intervensi untuk diagnosa Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi rencana pengobatan adalah: jelaskan pentingnya
kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
85

perjanjian tindak lanjut, jelaskan tentang obat yang diresep


bersamaan dengan rasional,sarankan untuk sering mengubah posisi,
olaraga kaki saat baring.
d. Pelaksanaan keperawatan / Implementasi
Dalam pelaksanaan keperawatan, penyusun melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien. Dalam
pelaksanaan keperawatan penyusun tidak banyak mengalami kesulitan
karena penyusun juga merasa sangat terbantu atas kerja sama yang baik
antara penyusun, klien dan keluarga.
Menurut (lyer et all, 1996) . Tahap pelaksanaan di mulai setelah
perencanaan tindakan di susun dan di tujukan pada nursing oders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi
faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Pada tanggal 15 -17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu:memantau tekanan darah
mempertahankan tirah baring selama fase akut, mengajarkan teknik
Relaksasi yaitu dengan cara: tarik nafas yang dalam melalui hidung
kemudian tahan sebentar, lalu hembuskan secara perlahan melalui
mulut, memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan
rasa sakit misal mengompres hangat pada daerah yang nyeri, pijat
pungung atau leher dan menjurkan pasien untuk meminimalkan
aktivitas yang dapat menyebabkan kepala pusing misal: mengejan
saat buang air besar , batuk panjang dan membungkuk
2. Intoleransi aktifitas.
Pada tanggal 15 - 17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu: mengobservasi keadaan
umum klien, mengkaji tingkat aktivitas pasien ( aktifitas yang
memerlukan bantuan seperti: mandi, BAB dan BAK dan berjalan),
mencatat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat
86

dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan, mengkaji kesiapan


klien untuk meningkatkan aktivitas, memberi dorongan untuk
melakukan aktivitas / toleransi perawatan diri, memberikan bantuan
sesuai kebutuhan dan menganjurkan menggunakan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya untuk
menghemat energy, mendorong pasien untuk berpartisifasi dalam
memilih periode aktivitas, memotivasi klien agar cepat sembuh dan
mengikuti anjuran perawat dan dokter, menganjurkan keluarga untuk
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya seperti BAB,
BAK, mandi dan berjalan serta memberi dorongan agar klien belajar
perlahan-lahan untuk melakukan aktifitas sencara mandiri.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
Pada tanggal 15 - 17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu: mertahankan klien
dalam posisi baring selama fase akut, memberikan tindakan non
farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala dengan memberi
kompres hangat pada daerah nyeri, memijat punggung dan leher
serta mengajarkan tehnik relaksasi, menganjurkan untuk
meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala seperti mengejan saat BAB , batuk panjang dan
membungkuk, membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan,
mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti:
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, memberikan cairan dan
makanan lunak dan membiarkan klien istirahat selama 1 jam setelah
makan, memberi obat analgetik ( paracetamol 500 mg).
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada tanggal 15 - 17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu: memberi motivasi pada
pasien untuk menghabiskan makanannya, mengajarkan higiene oral
sebelum dan sesudah makan, mengawasi pemasukan diit, mengkaji
ulang pola makan dan membicarakan pentingnya menurunkan
87

masukan kalori dan membatasi masukan lemak, garam, dan gula


sesuai indikasi, memberikan diet, makanan ringan tambahan yang
disukai pasien, membantu memilih makanan yang tepat,
menghindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan
kolesterol, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi.
5. Kelebihan volume cairan
Pada tanggal 15 - 17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu: memantau dan
menghitung pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam, mengantur
posisi duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase
akut, mendengar bunyi nafas, mencatat penurunan dan atau bunyi
tambahan seperti krekel dan mengi, melakukan kolaborasi dengan
dokter untuk memberi obat sesuai indikasi misalnya diuretik
(furosemid).
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan dan pengetahuan.
Pada tanggal 15 - 17 September 2017 dengan diagnosa ini
implementasi yang dilakukan penulis yaitu: menjelaskan pentingnya
kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut pengobatan, menjelaskan tentang obat yang
diresepkan.
Dalam pelaksanaan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan keperawatan, penyusun tidak mendapat kesenjangan antara
teoritis dan yang berada dilapangan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan
rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak atau belum berhasil
perlu disusun rencana yang baru sesuai intervensi. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap waktu dan
kesediaan keluarga yang telah disepakati keluarga. Evaluasi yang digunakan
88

yaitu evaluasi berjalan (formatif) yaitu evaluasi yang dikerjakan dalam


bentuk pengisian catatan perkembangan berprioritas pada masalah yang
dialami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah
SOAP. Evaluasi yang penulis gunakan sudah sesuai teori yaitu
menggunakan evaluasi formatif dengan menggunakn format SOAP. Hasil
evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 yaitu; S: Klien mengatakan
masih merasa pusing, tengkuk dan bahu masih tegang O: TD masih
170/90 Mm Hg, Nadi 90 x / menit, Respirasi 20 x/ menit, suhu normal
A: Masalah masih belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 4.
Tanggal 16 September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan pusing
mulai berkurang, tegang pada tengkuk dan bahu mulai berkurang, O:
TD masih 160/90 Mm Hg, Nadi 88 x / menit, Respirasi 20 x/ menit,
suhu normal, nyeri dada tidak ada, pasien mulai segar dan kesadaran
compos mentis, A: Masalah sedikit mulai teratasi P: Intervensi
dilanjutkan no 1 – 5 . Tanggal 17 September 2017 hasil evaluasi: S:
Klien mengatakan intensitas pusing sudah berkurang, tengkuk dan
bahu sudah tidak tegang, O: TD masih 150 / 85 Mm Hg, Nadi 84 x /
menit, Respirasi 18 x/ menit, suhu normal, A: Masalah sebagian mulai
teratasi P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 5
2. Intoleransi aktifitas
Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 hasil evaluasi yaitu; S: Klien
mengatakan aktifitas masih memerlukan bantuan keluarga tapi secara perlahan
akan berusaha untuk melakukan aktifitas secara mandiri, O: Aktifitas masih di
bantu keluarga, TD masih 170/90 Mm Hg, Nadi 90 x / menit, Respirasi 20 x/
menit, suhu normal, nyeri dada tidak ada, pasien masih lemah dan kesadaran
compos mentis, A: Masalah masih belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan no 1
– 7. Tanggal 16 September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan aktifitas
masih memerlukan bantuan keluarga tapi secara perlahan sudah berusaha untuk
melakukan aktifitas secara mandiri, O: 15 % kebutuhan pasien masih dibantu
89

oleh keluarga, klien sudah mulai tampak segar, A: 5 % masalah sudah teratasi,
P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 7. Tanggal 17 September 2017 hasil evaluasi: S:
Klien mengatakan 90 % aktifitas sudah bisa dilakukan sendiri, O: 10 % aktifitas
masih di bantu keluarga,TD masih 150/85 Mm Hg, Nadi 84 x / menit, Respirasi
18 x/ menit, suhu normal, A: 90 % masalah sudah teratasi, P: Intervensi tetap
dilanjutkan no 1 – 7.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 hasil evaluasi yaitu; S: Klien
mengatakan skala nyeri 7, klien mengatakan nyerinya seperti dipukul-pukul dan
nyerinya timbul pada saat siang hari dan pada saat kurang istirahat, O: Klien
kelihatan meringis, A: Masalah masih belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan
no 1 – 7, Tanggal 16 September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan nyeri
mulai berkurang dan hanya kadang-kadang, O: Klien kelihatan sudah tidak
meringis, A: Masalah masih belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 7
Tanggal 17 September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan nyeri masih
terasa 1-2 x / hari, masih terasa 1-2 x / hari, O: Klien tampak sudah rileks dan
tidak meringis lagi, A: Masalah sebagian sudah teratasi, P: Intervensi
dilanjutkan no 1 – 7.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 hasil evaluasi yaitu; S: Klien
mengatakan menelan terasa sakit, selera makan klien kurang, O: Klien
hanya mampu makan ½ porsi dari makanan yang di siapkan, bising
usus pada saat dilakukan auskultasi terdengar 10 x / menit, A: Masalah
masih belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 8, Tanggal 16
September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan masih terasa sakit
saat menelan, selera makan klien masih kurang, O: Klien hanya mampu
makan ½ porsi dari makanan yang di siapkan, bising usus pada saat
dilakukan auskultasi terdengar 10 x / menit, A: Masalah masih belum
teratasi, P:Intervensi dilanjutkan no 1 – 8. Tanggal 17 September 2017
hasil evaluasi: S: Klien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan
tidak sakit jika menelan, O: Klien tampak sudah mampu menghabiskan
90

makanan yang dihidangkan, A: Masalah sebagian sudah teratasi, P :


Intervensi dilanjutkan no 1 – 8.

5. Kelebihan volume cairan.


Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 hasil evaluasi yaitu; S: Klien
mengatakan edema di daerah wajah dan kaki, O: Daerah wajah dan kaki
terlihat edema dan terpasang Infus RL 24 tts / menit, A: Masalah
sebagian sudah teratasi, P:Intervensi dilanjutkan no 1 – 4. Tanggal 16
September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan edema di daerah
wajah dan kaki mulai berkurang, O: Edema didaerah wajah dan kaki
tampak berkurang, bunyi nafas normal, tidak terdapat bunyi tambahan
seperti krekel dan mengi, obat yang diberikan furosemid, A: Masalah
sebagian mulai teratasi, P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 4, Tanggal 17
September 2017 hasil evaluasi: S: Klien mengatakan edema mulai
berkurang, O: Edema didaerah wajah dan kaki tampak berkurang, bunyi
nafas normal, tidak terdapat bunyi tambahan seperti krekel dan mengi,
obat yang diberikan furosemid, Infus RL 24 tts / menit masih terpasang
(botol ke 2), A: Masalah sebagian mulai teratasi P: Intervensi
dilanjutkan no 1 – 4.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan rencana
pengobatan.
Evaluasi pada tanggal 15 September 2017 hasil evaluasi yaitu; S: Klien
mengatakan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan informasi
yang diterima.O: Saat ditanya tentang penyakit dan cara mengatasi
sakit klien dan keluarga kurang bisa menjawab. A: Masalah sebagian
mulai teratasi P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 3.Tanggal 16 September
2017 hasil evaluasi: S: Klien dan keluarga mengatakan mulai mengerti
setelah diberi penjelasan tentang penyakit. O: Saat ditanya tentang
penyakit kepada keluarga dan klien tentang cara pencegahan, penyebab
dan perawatan 80 % jawaban benar. A: Masalah sebagian mulai teratasi
P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 2. Tanggal 17 September 2017 hasil
91

evaluasi: S: Klien dan keluarga mengatakan mengerti setelah diberi


penjelasan tentang penyakit dan akan selalu melanjutkan program
pengobatan pada saat pulang ke rumah. O: Saat ditanya tentang
penyakit kepada keluarga dan klien tentang cara pencegahan, penyebab
dan perawatan 90 % jawaban klien dan keluarga benar.A: Masalah
sebagian mulai teratasi P: Intervensi dilanjutkan no 1 – 2.
B. Keterbatasan dan Kelemahan Study kasus
Dari sejumlah data yang penyusun peroleh selama pengaplikasiaan
Asuhan keperawatan yang diberikan pada Ny. F yang dimulai dari proses
pengkajian, diagnosa perawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evalusi ,
dalam pelaksanaan keperawatan yang telah dibuat dan dilakukan,
penyusun tidak mendapat kesenjangan antara teori dan kenyataan
dilapangan karena perubahan yang terjadi pada klien sesuai dengan
kenyataannya, dan kriteria hasil dapat tercapai.
Dalam pengelolaan pasien dengan hipertensi penulis hanya
melakukan 3 hari perawatan karena keterbatasan waktu yang ditargetkan
dari institusi membuat penulis hanya melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari, hal tersebut merupakan hambatan bagi penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara maksimal,
walaupun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien walaupun pada akhirnya
masalah keperawatan hipertensi belum teratasi, namun keluarga dan
klien mampu menerima asuhan perawatan yang dilakukan oleh penulis
dan bersedia mengaplikasikan kedalam keseharian klien guna untuk
mencegah kekambuhan dan komplikasi berlanjut terhadap hipertensi.
Tanda dan gejala pada pasien yang menderita hipertensi yaitu
umumnya tidak dirasakan oleh seseorang, seringkali pasien menganggap
bila tidak ada keluhan, berarti TD tidak tinggi. Hal tersebut harus
diwaspadai karena gejala hipertensi mulai dari tanpa keluhan/gejala
sama sekali baik yang dirasakan oleh pasien maupun yang tampak oleh
orang lain (dokter) sampai gejala yang demikian berat. Misalnya TD
92

sangat tinggi (ekstrimnya, TD dapat mencapai 240 / 130 mm Hg tetapi


tanpa keluhan). Sebaliknya ada individu yang TD sistoliknya baru
mencapai 140mmHg atau diastoliknya mencapai 90mmHg sudah
merasakan keluhan misalnya pusing / berputar / melayang dan
sebagainya sehingga mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Jadi perlu
ditekankan pada pasien dan masyarakat bahwa hipertensi jangan dilihat
dan dirasakan dari gejalanya, tetapi lakukan pemeriksaan TD secara
berkala walaupun belum pernah mengalami TD tinggi.
Sehubungan dengan penyakit hipertensi yang diderita klien,
anjurkan klien untuk menjaga kesehatannya dan memeriksakan
kesehatannya di pelayanan kesehatan terdekat secara teratur walaupun
tidak ada keluhan, anjurkan mengkonsumsi obat tradisional ( timun,
belimbing dan daun seledri) dan mengurangi makanan yang asin dan
kaya natrium serta lemak bdan kolesterol, makanan instan dan
berpengawet yang dapat memacu meningkatkan tekanan darah, penulis
juga menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas fisik setiap harinya
untuk menjaga kesehatan badan klien.

Anda mungkin juga menyukai