Oleh :
Muhammad Amirullah Sumaji ( D051171532 )
ABSTRAK
ARSITEKTUR HIJAU
1. Konservasi energi
Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan
bakar untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat
dilakukan mulai saat pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian atau
pengoperasian bangunan, dan saat bangunan dirobohkan.
Gambar 1.1 Bangunan tinggi dengan material baja dan kaca memerlukan energi sangat banyak.
Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id
Sumber : http://idjakarta.com/selatan/kebayoranbaru/senayan/kodepos12190/sequiscenter.jpg
3. Meminimalkan pemakaian sumber daya
Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian sumber daya,
terutama yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan
dapat membentuk sumber daya baru untuk arsitektur bangunan lain.
Gambar 1.3 Efisiensi sumber daya dengan memanfaatkan bangunan lama untuk fungsi baru.
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/06/Batu_Pahat_bus_station.jpg
4. Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia
dalam pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi
kenyamanan, keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan
bangunan juga harus memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan,
dan perilaku pemakainya.
6. Holistik
Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistik (menyeluruh) dari
seluruh prinsip yang ada.
KESIMPULAN
Arsitektur hijau adalah sebuah konsep dalam perancangan bangunan yang
berusaha untuk megurangi dampak lingkungan yang kurang baik serta
meningkatkan kenyamanan dan keamanan manusia. Konsep dilakukan dengan
cara memanfaatkan sumber energy dan sumber daya alam secara efisien dan
optimal. Dalam pengaplikasiaannya, arsitektur hijau menggunakan istilah
Sustainable Architecture atau arsitektur berkelanjutan. Arsitektur berkelanjutan
yaitu, konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama,
yang dikaitkan denagn lingkungan ekologis manusia,
DAFTAR PUSTAKA