Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal :Kunjungan Ke Rumah Pasien Ny. S

Nama Mitra : RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu

Petugas Pelaksana Kunjungan Rumah

A. Nama Lengkap : Yuresta Eko Putra, S.Kep


B. NPM : 1826050023
C. Jabatan : Mahasiswa Profesi Ners stikes Tri Mandiri Sakti
D. Program Studi : Profesi Ners
E. Nomor HP/WA : 085709682707
F. Perguruan Tinggi : Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Lama Pelaksanaan Kunjungan Rumah Keseluruhan : 1 hari

Bengkulu, 10 Febuari, 2019

Petugas Pelaksana,

( Yuresta Eko Putra, S.Kep)

Menyetujui,
Co-Preseptor

(Ns. Elyse Darmiriyanti S.Kep)

1
TEORI RESIKO PELAKU KEKERASAN (RPK)

A. Defenisi

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai

atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku

tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun

orang lain (Yosep, 2007).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun

orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).

Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah

dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol

(Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan

kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah

(Depkes, 2007).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan

yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana

individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat

membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2
3
B. Rentang Respon

Rentang respon marah menurut Keliat (1999) dalam Direja (2011)

 Rentang Respon

Respon adaptif Respon Maladaptif

asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 2.1 : Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Sumber : Direja (2011)

a. Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan

ketenangan.

b. Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan

alternatif.

c. Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4
d. Agresif

Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih

terkontrol.

e. Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

C .Penyebab

Meurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada

pasien gangguan jiwa antara lain

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor psikologis

a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan

akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.

b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak

menyenangkan.

c) Rasa frustasi.

d) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.

e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa

aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang

rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat

meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya

berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan

5
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku

tindak kekerasan.

f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu

yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran eksternal

dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.

2) Faktor sosial budaya

Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif

sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa

agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari

melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka

semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku

kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat

diterima dan yang tidak dapat diterima.

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku

kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan merupakan faktor

predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

3) Faktor biologis

Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan pada

hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika

terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk

pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan

memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak

menyerang objek yang ada di sekitarnya.

6
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut

a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai

implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat

terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan bahwa

berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan

serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.

Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA

(6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang

menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.

c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan

genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni

penjara tindak kriminal (narapidana)

d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan

serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal) trauma otak,

apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap

perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa

injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku

kekerasan adalah sebagai berikut.

7
1) Klien

Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan

agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2) Interaksi

Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik

internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.

3) Lingkungan

Panas, padat, dan bising.

Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan

perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.

1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.

2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.

3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam

menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.

4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan

alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.

5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap

perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku

kekerasanterdiri dari :

a. Fisik

8
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah

dan tegang, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,

ketus.

c. Perilaku

Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,

amuk/agresif.

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak

berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan

kata-kata bernada sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas

terhambat.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.

h. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

G. Proses Terjadinya Masalah.

9
Dalam dunia masa kini yang terus menerus berubah terdapat banyak
sekali sumber tekanan, frustasi dan konflik yang menimbulkan stress fisik dan
mental pada kita, baik perorangan maupun kelompok. Manusia bereaksi secara
keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara somato psikososial
(Maramis, 2005).
Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena tuntutan akan kebutuhan ekonomi, sedang, pangan dan papan,
pemenuhan kebutuhan kasih sayang, rasa aman dan aktualisasi diri dapat
berakibat tingginya tingkat stress di kalangan masyarakat. Jika individu kurang
atau tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam
beradaptasi maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun
mental (Rasmun, 2004).
Suatu penelitian dari sedini 2010 melaporkan bahwa sekitar 10% dari
populasi mengalami halusinasi. 2009-2010 survei lebih dari 13.000 orang
melaporkan banyak lebih tinggi angka, dengan hampir 39% dari orang-orang yang
melaporkan pengalaman halusinasi, 27% di antaranya adalah halusinasi siang hari,
sebagian besar di luar konteks penggunaan penyakit atau obat.
Menurut Maramis (2005), “halusinasi merupakan gangguan atau
perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren : persepsi palsu”.
Keluarga sangat berperan dalam kepulihan klien, keluarga hendaknya
memberi dukungan kepada klien. Bagi klien yang di rumah sakit kunjugan
keluarga sangat mendukung. Pada klien di rumah pun keluarga hendaknya
mengerti keadaan yang di alami oleh klien, oleh karena itu dilakukanya home visit.

H.Mekanisme Koping

10
 membrontak: perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat
konflik perilaku untuk penarik perhatian orang lain
I. perilaku kekerasan: tindakan kekerasan atau amuk yang di tujukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

H. Rencana Tindak Keperawatan.


Diagnosa : Perilaku kekerasan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
EVALUASI

Perilaku Pasien mampu : Setelah … kali SP 1


kekerasan pertemuan, pasien
 Identifikasi
dapat memenuhi
penyebab tanda
 mengidentikasi kebutuhannya, mampu:
dan gejala serta
penyebab dan
 Menyebutkan akibat perilaku
tanda perilaku
penyebab, kekerasan.
kekerasan
tanda, gejala  latih cara fisik
 menyebut jenis
dan akibat 1.tarik nafas
perilaku
perilaku dalam.
kekerasan yang
kekerasan.  masukan dalam
pernah
jadwal harian
dilakukan
pasien
 menyebut Setelah ….. kali
akibat perilaku pertemuan, pasien
mampu : SP 2

11
kekerasan yang  menyebutkan  Evaluasi kegiatan
di lakukan kegiatan yang yang lalu (SP 1)
sudah dilakukan  latih cara fisik 2 :
 Memperagakan pukul kasur atau
Keluarga mampu
cara fisik untuk bantal
:
mengontrol  masukan dalam
 merawat perilaku jadwal pasien
pasien dirumah kekerasan
sakit

Setelah …… Kali
pertemuan pasien
mampu :

 Menyebutkan SP 3
kegiatan yang
 Evaluasi
dilakukan
kegiatan yang
 Memperagakan
lalu (SP 1 & SP
cara sosial /
2)
verbal untuk
 Latih secara
mengontrol
sosial atau
perilaku
verbal
kekerasan.
 Menolak dengan
baik
 Meminta dengan
baik
 mengungkapkan
dengan baik

12
 Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
Setelah … kali SP 4
pertemuan, pasien
 Evaluasi
mampu :
Kegiatan yang
 Menyebutkan lalu Sp 1, 2 dan 3
kegiatan yang  Latih secara
sudah dilakukan spiritual (berdoa
 Memperagakan dan sholat.
cara spiritual  Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
SP 5
Setelah …… kali
 Evaluasi
pertemuan pasien
Kegiatan yang
mampu :
lalu SP 1, 2, 3
 Menyebutkan dan 4
kegiatan yang  Latih patuh obat
sudah (minum obat
dilakukan secara teratur,
 Memperagakan susun jadwal
cara patuh obat. minum obat
secara teratur
 Masukkan dalam
jadwal harian
pasien

13

14
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas Klien
Nama Lengkap : Susilawati
Agam :Islam
Jenis Kelamin :perempuan
Alamat : Kampung Melayu, Kota Bengkulu
Nomor Keluarga :-
B. Identitas Perawat
Nama Lengakp : Yuresta Eko Putra, S. Kep
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Air Selagan Rt 12 No 68 Kel . Betungan Kec.
Selebar Kota Bengkulu.
No. HP /WA : 085709682707

Petugas yang melakukan home visit adalah mahasiswa mahasiswa Profesi


Ners Stikes Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu 2019 yang sedang praktek klinik di
RSKJ Soeprapto Prov. Bengkulu (Daftar Nama Terlampir).

C. Tujuan Kunjungan Rumah


1. Tujuan umum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa sesuai dengan keadaan klien berdasarkan
rencana asuhan keperawatan yang ada.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan klien di
Rumah Sakit dan cara merawat klien dirumah
b. Mengklasifikasi dan melengkapi data yang di peroleh dari klien dan data
sekunder (dokumen medik) tentang:
1. Alasan klien masuk rumah sakit
2. Faktor predisposisi dan presipitasi

15
3. Genogram keluarga
4. Psikososial dan lingkungan
5. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
6. Dukungan dalam keluarga
c. Mengevaluasi kemampuan keluarga tentang perawatan klien dengan gangguan
jiwa di rumah berdasarkan 5 fungsi keluarga dalam hal:
1) Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien kambuh
2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan
terhadap klien
3) Keluarga dapat merawat klien di rumah
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat klien
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakatuntuk merawat klien
3. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
a. keluarga
SP 1
- mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
- Mendiskusikan bersama keluarga tentang halusinasi (penyebab,
tanda dan gejala halusinasi yang muncul tersebut).
- Mendiskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti pasien mendengar
suara-suara.

SP 2
- Mengevaluasi SP 1
- Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah dianjarkan oleh perawat.

16
- Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila
pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
- Mendiskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan
bila pasien menunjukkan tanda dan gejala Resiko Pelaku
Kekerasan.

SP 3
- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minum obat.
- Menjelaskan follow up pasien pulang.

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


1. Orientasi
a. Salam terapeutik dan perkenalan
“selamat pagi bapak dan ibu, perkenalan nama saya Yuresta , saya adalah
mahasiswa Co Ners Stikes Tri Mandiri Sakti Kota Bengkulu, saya
ditugaskan oleh Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
untuk melakukan kunjungan ke rumah pasien yang bernama Ny. S. Saya
mendapatkan surat tugas untuk melakukan kunjungan kerumah
bapak/ibu.”
“tujuan kunjungan saya pada hari ini, untuk membantu proses keperawatan
Ny. S. Melalui pengumpulan data yang lengkap dan kami ingin
memberitahukan tentang perkembangan Ny. S. Selama dirawat di RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu dan juga ingin memberitahukan penyuluhan
tentang peranan keluarga dalam merawat Ny. S dirumah.”
b. Evaluasi/ Validasi
“ Bapak/ibu bisa menceritakan kepada saya apa penyebab Ny. S Bisa
sakit?”
“Menurut pendapat bapak/ibu apa sebenarnya yang dialami oleh Ny.S ?”
“ Apakah didalam keluarga ada yang sakit sama dengan seperti Ny. S ?”

17
18
c. Kontrak
Topik : “Bapak/ibu, hari ini saya akan mengajak bapak dan ibu
mengobrol sambil berdiskusi tentang cara merawat keluarga bapak/ibu
khususnya Ny. S ”
Waktu : kita akan berdiskusi sekitar 1-2 jam
Tempat : Bapak/ibu kita hari ini akan berdiskusi dimana?”
2. Fase kerja
“ Apakah bapak/ibu mengetahui tentang keadaan yang dialami oleh Ny. S ?”
“ Baiklah Bapak/ibu saya akan menjelaskan dan menceritakan tentang kondisi
terakhir yang dialami Ny. S Saat ini Ny. S sering marah - marah.
“Berdasarkan hasil pengkajian yang saya lakukan dalam merawat Ny. S. Saya
mendapatkan masalah yaitu Resiko Pelaku Kekerasan ”
“ Baiklah bu, sebelum kita berdiskusi, saya akan menjelaskan sedikit tentang
Resiko Pelaku Kekerasan . Apa sebelumnya ibu pernah mendengar istilah
tersebut? Atau apa yang bapak/ibu ketahui tentang Resiko pelaku kekerasan ?”
“ Yang pertama saya akan menjelaskan apa itu Resiko Pelaku Kekerasan.
Resiko pelaku Kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang lain , diri sendiri , baik secara fisik, emosional dan seksualitas (nanda
2005)
“ Resiko perilaku kekerasan dapat disebabkan factor psikologi perilaku social
budaya bioneurologis.
Gejala klinis : Fasif agresif , sikap suka menghambat, bermalas-malasan
,bermuka masam , keras kepala dan dendam.
Cara untuk mencegah Resiko pelaku Kekerasan ,pada saat ibu ingin marah
harus latih cara fisik 1 yaitu yaitu pukul kasur atau bantal , Yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh bapak/ibu adalah bawa klien RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu terdekat terdekat apabila tanda dan gejala semakin memburuk.”
“ Itulah beberapa masalah yang dirasakan Ny. S selama sakit”, “apa yang
bapak/ibu lakukan kepada Ny.N sehingga penyakitnya kambuh? Apa menurut

19
bapak/ibu lingkungan sudah cukup membantu dalam penyembuhan Ny. S ?, o
iya pak/bu, sebelum Ny.N dibawa ke RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu,
apakah yang bapak/ibu lakukan dalam pengobatan Ny. S? Lalu bagaimana
respon keluarga yang lain tentang kondisi yang dialami Ny. S ? Apakah mereka
menolak, menghindar, atau membantu dalam pengobatan Ny. S ?”
“ Bapak dan ibu, ada beberapa hal yang bisa bapak/ibu lakukan dalam merawat
Ny.S dirumah, seperti:
a. Membantu Ny.N memenuhi kebutuhan sehari-hari
b. Melibatkan Ny.N dalam kebutuhan sehari-hari yang dilakukan keluarga.
c. Mendengarkan keluhan yang dirasakan Ny. S
d. Memberikan pujian bila Ny.N dapat melakukan tugasnya
e. Memberikan jalan keluar jika Ny.Nmengalami masalah.
f. Tetap mempertahankan tentang jadwal minum obat karena minum obat
secara teratur sangat penting bagi kesembuhan klien”
“ Selain itu, bapak/ibu dan keluarganya juga perlu tahu tentang tanda dan
gejala Ny.N kambuh lagi, misalkan suka berdiam diri, melamun, senyum
sendiri, jika hal tersebut terjadi, bapak/ibu harus tahu sikap apa yang harus
dilakukan karena keluarga merupakan penanggung jawab dalam merawat
klien.”

20
3. Terminasi
a. Evaluasi
- Subjektif
“ Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita mengobrol dan berdiskusi
tadi? Apakah bapak/ibu merasa senang?”
- Objektif
“ Apakah bapak/ibu dapat mengulangi cara merawat Ny. S ? “Bagus
pak/ibu.
b. Rencana tindak lanjut
Kesepakatan keluarga untuk terlibat dalam asuhan keperawatan
(baik di rumah maupun dirumah sakit)”
Saya harap, bapak/ibu dapat merawat Ny. S dirumah dengan baik ya
bapak/ibu.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah pak/ibu, selain saya kemungkinan ada perawat RSKJ
yang datang berkunjung kerumah ibu lagi untuk
mendiskusikan dan melihat perkembangan Ny. S
Waktu : akan tetapi waktunya belum dipastikan nanti kami hubungi
kembali jika akan melakukan kunjungan rumah.
Tempat : saya harap kita dapat bertemu lagi dirumah ibu. “ Terima
kasih atas kerjasama nya bapak dan ibu” selamat siang.

Terimakasih….Wassalamu’alaikum WR….WB.

21
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

POKOK BAHASAN : RESIKO PERILAKU KEKERASAN


SUP POKOK BAHASAN : RESIKO PERILAKU KEKERASAN
SASARAN : KELUARGA KLIEN
WAKTU : 60 MENIT
PELAKSANAAN KEGIATAN : YURESTA EKO PUTRA, S.Kep

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Keluarga dapat memerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan keadaan klien berdasarkan rencana asuhan
keperawatan yang ada.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan klien di
Rumah Sakit dan cara merawat klien dirumah
b. Mengklasifikasi dan melengkapi data yang di peroleh dari klien dan data
sekunder(dokumen medik) tentang:
i. Alasan klien masuk rumah sakit
ii. Faktor predisposisi dan presipitasi
iii. Genogram keluarga
iv. Psikososial dan lingkungan
v. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
vi. Dukungan dalam keluarga

22
B. Materi
Terlampir

C. Sasaran Penyuluhan
Keluarga klien Ny. S (orang tua/tinggal satu rumah)
D. Strategi Penyuluhan
Memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga klien

23
E. Metode
1. Ceramah
2. diskusi (tanya jawab)
3. Demonstrasi (cara mengontrol halusinasi)
F. Media Dan Sumber Bahan
Media : Leaflet
G. Rencana Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Audiens

1. Pembukaan 5 menit Menjawab salam

a. salam Mendengarkan

b. memperkenalkan diri Memperhatikan

c. menjelaskan tujuan

Isi 30 menit Mendengarkan dan


memperhatikan
2. a. Fase Kerja :

SP Keluarga

1. Menanyakan suasana
anggota kelurga
2. Persepsi keluarga
terhadap penyakit klien
3. Masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat
pasien

24
4. Dukungan keluarga
terhadap kesembuhan
klien
5. Harapan keluarga
terhadap kesembuhan
klien
6. Pengertian resiko
perilaku kekerasan

7. Penyebab-penyebab
RPK
8. Tanda-tanda penderita
RPK
9. Cara perawatan
penderita RPK
10. Jenis-jenis obat jiwa
11. memberi kesempatan
keluarga untuk bertanya
12. menjawab pertanyaan
Penutup

a. memberikan
kesimpulan
b. mengevaluasi hasil
penyuluhan terhadap
keluarga
c. salam Mendengarkan dan
memperhatikan

25
Mendengarkan

Menjawab
10 menit

3. 15 menit

H. Rencana Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
 Keluarga mau menghadiri penyuluhan
 Peserta yang hadir tidak meninggalkan ruangan penyuluhan
 Pengorganisasiaan sesuia dengan rencana
 Setting tepat sesuai dengan perencanaan
b. Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian gangguan persepsi (RPK)
2. Keluarga dapat menyebutkan tingkatan RPK
3. Keluarga dapat menyebutkan penyebab-penyebab RPK
4. Keluarga dapat menyebutkan jenis-jenis RPK
5. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda penderita RPK
6. Keluarga dapat menyebutkan cara perawatan penerita RPK
7. Keluarga dapat menyebutkan jenis obat dan kegunaanya

26
I. Pengorganisasian
1. penyajian dilakukan oleh Mahasiswa Co- Ners Stikes Tri Mandiri Sakti
Bengkulu
2. Peserta penyuluhan (keluarga Ny.S)
J. Evaluasi
K. Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran

Bengkulu, 10 Febuari 2019


Mahasiswa

YURESTA EKO PUTRA, S.Kep


NPM. 1814901016

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono.2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Selemba

Medika.

Stuart Dan Sundeen.2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat Budi Ana.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi 1. Jakarta .EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai