2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11294
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABANJAHE
KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 12 Oktober 2018
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Hospital is a health facility that provides health services, a gathering place for
healthy and sick people so that the risk of health interference and disease
transmission is higher. Therefore, application of Hospital Occupational Health
and Safety is needed to prevent the occurrence of these hazards potential. The
purpose of this study is to describe the application of occupational health and
safety at the Kabanjahe Regional Hospital of Karo Regency, North Sumatera. The
type of research used was qualitative using indepth interview method. The
informants in this study determined using purposive sampling, which was
amounted to 6 of Hospital Occupational Health and Safety Team then the result
will be analyzed by qualitative techniques, that is thematic analysis. The study
found that 27 criterias (62,8%) from existing 43 criterias criteria have been
fulfilled because the Hospital Occupational Health and Safety Team was working
in multiple positions which resulted in the Hospital Occupational Health and
Safety Team was not focus on doing their work in the Occupational Health and
Safety and don’t have special education about Occupational Health and Safety. It
is hoped that head of hospital can maximaze Occupational Health and Safety
activities in order to reduce the impact of arising the hazards by recruiting
workers to become the of Hospital Occupational Health and Safety Team.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan
mendapat bimbingan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Utara.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mendidik, membimbing dan memberikan saran serta kritikan kepada
5. dr. Halinda Sari Lubis, M. K.K.K. sebagai Anggota Penguji I yang telah
Sumatera Utara.
9. Direktur RSUD Kabanjahe dan seluruh staf, khususnya Tim K3RS yang
10. Kedua orang tua terkasih, Ayahanda Lukkas Sembiring, S.E. dan Ibunda
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Rumah Sakit 9
Pengertian rumah sakit 9
Tujuan, tugas dan fungsi rumah sakit 10
Jenis rumah sakit 11
Organisasi rumah sakit 15
Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja 16
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) 20
Definisi K3RS 20
Tujuan dan manfaat K3RS 23
Dasar hukum K3RS 26
Pelaksanaan K3RS 27
Kerangka Pikir 31
Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Lokasi penelitian 32
Waktu penelitian 32
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan 32
Definisi Konsep 33
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Analisis Data 35
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Karakteristik Informan 38
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Kerangka pikir 31
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pedoman Wawancara 67
8 Dokumentasi 79
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
menghasilkan suatu produk berupa barang dan jasa yang dapat berlangsung di
tempat terbuka, tertutup, permukaan air, kedalaman air, bawah tanah, darat, udara,
tempat bergerak maupun statis dan mengandung unsur bahaya, baik industri,
pertanian. Setiap jenis pekerjaan selalu memiliki berbagai risiko, baik risiko
terhadap tenaga kerja, alat kerja maupun material kerja. Risiko yang dapat
ditimbulkan dari material maupun alat kerja adalah setruman listrik, ledakan,
terjatuh, terpotong, dan sebagainya. Tenaga kerja dapat terkena penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja pada saat melakukan pekerjaannya. Kecelakaan
akibat kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari
kerja, seperti terjepit oleh mesin, tertimpa, terjatuh oleh benda, terpapar oleh sinar
elektrikal, dan limbah (PMK RI Nomor 66 Tahun 2016). Potensi bahaya dari
penyakit, dan sebagainya. Potensi bahaya tenaga kerja di rumah sakit lebih besar
risikonya dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumnya. Potensi bahaya yang
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
ada di rumah sakit tidak hanya mengancam jiwa tenaga kerja di rumah sakit tetapi
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diderita oleh pekerja yang
berhubungan atau terkait dengan pekerjaan mereka seperti penyakit paru, cidera
reproduksi, dan sebagainya (Swarjana, 2017). Oleh sebab itu, setiap pekerja
Ketenagakerjaan.
adanya rasa tanggung jawab antara pemilik usaha (manajer) dan tenaga kerja
sehingga semua pihak dapat merasa aman dan nyaman saat melakukan
keamanan dan kesehatan di tempat kerja yaitu sistem manajemen keselamatan dan
tempat kerja berguna untuk meningkatkan kinerja serta kualitas keselamatan dan
kesehatan pekerja.
kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan pelayanan rawat
darurat yang mencakup pelayanan medik. Ada beberapa faktor penting pendukung
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang saling berkaitan satu dengan yang lain,
Silviasari yang dikutip oleh Ibrahim, dkk (2017), rumah sakit merupakan sarana
orang sehat dan sakit sehingga risiko kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan
dkk (2017) bahwa dari 35 juta pekerja kesehatan di dunia terdapat 3 juta pekerja
terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terbajan virus HBC
dan 170.000 terpajan virus HIV/AIDS). Setiap tahun di USA dilaporkan terdapat
Kerja Rumah Sakit (K3RS) untuk mencegah terjadinya potensi bahaya tersebut.
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Pasal 1
menyatakan bahwa K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Dalam
penerapan K3RS tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat mengelola,
mencegah, bahkan meniadakan potensi bahaya yang dapat timbul, yaitu Sistem
Tahun 2016 Pasal 4 menyatakan bahwa SMK3 Rumah Sakit meliputi penetapan
dan evaluasi kinerja K3RS, hingga peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS.
Dalam penetapan kebijakan K3RS, rumah sakit harus melakukan tinjauan awal
lingkungan kerja.
tempat kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim, dkk (2017) dengan
Kerja Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar menyatakan
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Bersalin Pertiwi Makassar dimana terdapat 57,86% (81 kriteria) yang telah
terlaksana dan terdapat 42,14% (59 kriteria) yang belum terlaksana seperti belum
Kepala Rumah Sakit dan jajarannya dalam implementasi pemenuhan standar K3,
berkompeten, tugas dan fungsi Panitia K3 masih kurang efektif karena personil
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang disebut sebagai
Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Umum Kabanjahe dan
(SMK3) Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe. Mekanisme kerja tim K3 rumah
sakit bekerja secara tim dan pelaksanaan K3 di RSUD Kabanjahe bekerja secara
fungsional atau secondjob. Tim K3 rumah sakit bekerja secara rangkap jabatan
dalam arti bahwa tim K3 tidak fokus dalam menangani K3, sehingga tim K3
dalam melaksanakan kerjanya hampir tidak nampak. Rumah Sakit Umum Daerah
Kabanjahe juga memiliki program-program atau kegiatan yang terkait dengan K3,
rumah sakit, serta pengelolaan prasarana dan sarana rumah sakit (PMK RI Nomor
tetapi belum terlaksana secara maksimal. Rumah sakit ini telah mengolah limbah
cair dengan baik, namun belum memisahkan limbah padat yang infeksius dan
tempat titik kumpul aman, dan peta jalur evakuasi dan tempat titik kumpul aman.
kerja maupun tertular penyakit dari pasien, namun tidak melaporkannya kepada
tim K3 sehingga tim K3 tidak memiliki catatan mengenai kecelakaan akibat kerja
dan penyakit akibat kerja tersebut. Tim K3 belum melakukan peninjauan secara
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitian
kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian
Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS) yang dapat dijadikan
maupun mahasiswa dari jurusan lain yang tertarik dengan topik ini.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi untuk
peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih dalam terkait kajian penerapan K3
di rumah sakit.
Rumah Sakit
rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Pasal 1
dilaksanakan di Unit Pelayanan Teknis (UPT), seperti Unit Gawat Darurat, Unit
Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Transfusi Darah, Unit Farmasi, dan
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Azwar (1994) adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
Care (1947), rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
Pena (1987), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan
diselenggarakan.
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 3 bahwa
kesehatan.
tentang Rumah Sakit Pasal 4 bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan
Untuk menjalankan tugas rumah sakit maka rumah sakit memiliki fungsi
medis.
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 19, 20, 21, dan 24 bahwa rumah sakit
Rumah sakit khusu memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
2. Berdasarkan pengelolaannya:
dan badan hukum yang bersifat nirlaba.Rumah sakit publik yang dikelola
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
1. Menurut pemilik
Jika ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dapat dibedakkan atas dua
macam yakni rumah sakit pemerintah (government hospital) dan rumah sakit
Jika ditinjau dari filosofi yang dianut, rumah sakit dapat dibedakan atas
dua macam yakni rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non-profit
Jika ditinjau dari jenis pelayanan yang diselenggarakan, rumah sakit dapat
dibedakan atas dua macam yakni rumah sakit umum (general hospital) jika semua
hospital) jika hanya satu jenis pelayanan kesehatan saja yang diselenggarakan.
Jika ditinjau dari lokasinya, rumah sakit dapat dibedakan atas beberapa
dianut. Misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara, rumah sakit
provinsi jika lokasinya di ibukota provinsi dan rumah sakit kabupaten jika
sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top
rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota provinsi (provincial hospital) yang
pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit
kelas B.
pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan
spesialis ini yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah,
Direncanakan rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap ibukota kabupaten
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada
satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini
umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, rumah sakit
kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (special hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini
banyak rumah sakit kelas E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa,
rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung,
rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya yang seperti ini.
Pada penentu kebijakan rumah sakit ini dikenal dengan nama Dewan
Perwalian (Board of Trustees). Pada waktu awal dikenalnya rumah sakit, ke dalam
dewan perwalian termasuk wakil-wakil masyarakat. Tetapi pada saat ini, terutama
untuk rumah sakit yang dikelola oleh badan swasta, anggota dewan perwalian
umumnya adalah para pemilik rumah sakit. Sesuai dengan namanya, maka tugas
adalah mereka yang ditunjuk oleh Dewan Perwalian untuk mengelola kegiatan
rumah sakit. Tugas utamanya adalah mengelola kegiatan aspek non medis rumah
sakit sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan perwalian.
(medical staff). Adapun yang dimaksud dengan pelaksana pelayanan medis disini
medis rumah sakit. Sesuai dengan pengertian yang seperti ini maka tugas utama
di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kerusakan pada mesin, alat atau
terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja. Definisi kecelakaan kerja menurut
Suma’mur yang dikutip oleh Irianto (2014) adalah suatu kecelakaan yang
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda.
b. Alat angkut darat, alat angkut udara, dan alat angkut air.
c. Peralatan lain, misalnya dapur pembakar dan pemanas, alat-alat listrik, dan
sebagainya.
d. Bahan, zat, dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat kimia, dan
sebagainya.
tanah).
a. Patah tulang.
b. Dislokasi (keseleo).
e. Amputasi.
f. Luka di permukaan.
h. Luka bakar.
i. Keracunan mendadak.
j. Pengaruh radiasi.
a. Kepala.
b. Leher.
c. Badan.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diderita oleh pekerja yang
1. Penyakit paru.
2. Cidera muskuloskletal.
3. Kanker.
4. Trauma berat.
6. Gangguan reproduksi.
7. Gangguan neurotoksik.
9. Kondisi-kondisi dermatologis.
1. Faktor manusia
penggunaan obat, dan motivasi. Kecelakaan juga sering terjadi oleh karena
tanggung jawab yang tidak baik, pengambilan keputusan yang tidak tepat, atau
keputusan tepat tetapi aksinya terlalu lambat. Untuk menghindari itu manusia
konstruksi mesin, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan, dan
yang lainnya.
3. Faktor organisasi
pun, terlebih pekerja itu sendiri. Setiap pekerja selalu menginginkan dapat bekerja
dengan nyaman, aman tanpa ada rasa ketakutan akan terjadinya kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, lingkungan sosial atau organisasi memiliki efek paling besar
Rumah Sakit bahwa keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
tempat bekerja, dan lingkungan kerja secara langsung dan tidak langsung.
kerja dan pengukuran terhadap pencegahan yang diambil untuk menurunkan atau
(2011), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
dikutip oleh Swarjana (2017) adalah aktivitas multidisiplin yang ditujukan pada:
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bahwa
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan
manusia dan manusia dengan jabatannya. Kesehatan kerja merupakan bagian dari
(Swarjana, 2017). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
upaya menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya mausia
sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit,
dan kesehatan kerja di rumah sakit adalah suatu upaya untuk memberikan jaminan
kecelakaan.
menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja, serta memelihara
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
perusahaan.
kenikmatan kerja.
dalam produksi.
masyarakat konsumennya.
4. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan
dari keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS) secara umum adalah
terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM rumah
sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar rumah sakit sehingga proses pelayanan rumah sakit berjalan
(UUD) 1945 sebagai sumber hukum dari segala hukum. Sumber hukum peraturan
diterapkannya K3RS:
Rumah Sakit.
dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pengunjung pasien, dan lingkungan rumah sakit sesuai dengan program
yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang bertujuan agar dapat
kerja. Pelaksanaan K3RS ini harus didukung oleh tim keselamatan dan kesehatan
kerja rumah sakit, prasarana dan sarana, dan anggaran yang memadai sehingga
1. Manajemen risiko
meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di rumah sakit pada tahap yang
dan kesehatan SDM rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengujung, maupun
a. Persiapan/penentuan konteks
c. Analisis risiko
d. Evaluasi risiko
e. Pengendalian risiko
kepada sumber daya manusia rumah sakit untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan baik secara fisik, mental, dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang
c. Pembinaan mental/rohani.
e. Pemberian imunisasi.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu upaya yang
serta limbah dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun terhadap sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pengunjung pasien, dan lingkungan rumah sakit.
beracun adalah:
b. Menyiapkan sarana B3, seperti lemari B3, penyiram badan, pencuci mata,
alat pelindung diri, rambu dan simbol B3, dan spill kit.
bencana yang dapat berdampak buruk bagi sumber daya manusia yang berada di
lingkup dan lingkungan sekitar rumah sakit serta dapat merusak prasarana dan
sarana rumah sakit sehingga semua sumber daya manusia yang berada di lingkup
dan lingkungan sekitar rumah sakit serta prasarana dan sarana rumah sakit dapat
menjadi aman dan selamat. Jenis-jenis kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan
proteksi kebakaran, peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman, serta denah
sekali.
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, dan lingkungan menjadi
aman dan selamat. Pengelolaan prasarana rumah sakit yang dimaksud di atas
adalah penggunaan listrik, air bersih, genset, boiler, gas medis, pengelolaan air
limbah, peralatan medis yang ada di rumah sakit tersebut. Jenis-jenis kegiatan
sakit.
c. Memberikan label pada prasarana rumah sakit yang digunakan dan tidak
digunakan.
Kerangka Pikir
Penerapan K3RS
Pencegahan
Pelayanan Pengelolaan dan Pengelolaan
kesehatan B3 RS pengendalian prasarana RS
kerja kebakaran
dan bencana
Jenis Penelitian
tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Sugiyono, 2011).
Sumatera Utara.
berlokasi di Jalan Kapten Selamat Ketaren Kode Pos 22111 Kabanjahe Kabupaten
Karo Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa
data yang diperlukan dalam penelitian ini tersedia serta belum pernah dilakukan
dengan selesai.
Informan
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Dalam hal ini informan yang
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
kesehatan kerja di rumah sakit tersebut terdiri dari 6 informan Tim Keselamatan
Definisi Konsep
kriteria.
pihak rumah sakit agar pekerja rumah sakit tidak tertular penyakit dan
3. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu upaya yang
sehingga semua SDM yang ada di rumah sakit tidak terkena paparan dan
yang dilakukan agar semua SDM yang ada di rumah sakit dapat waspada
pihak rumah sakit agar semua SDM yang ada di rumah sakit dapat aman
dan nyaman saat menggunakan prasarana dan sarana rumah sakit yang
memenuhi 7 kriteria.
yang ada di rumah sakit menjadi aman, nyaman, selamat, dan sehat saat
kriteria.
sehingga data asli lapangan dapat sesuai dengan apa yang dirasakan oleh
mengamati, dan mencatat kegiatan atau peristiwa. Dalam hal ini, peneliti
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa berbentuk
diperoleh. Analisis ini dikodekan secara induktif yaitu dimulai dengan observasi
akan diolah dan disajikan dalam bentuk narasi menurut variabel yang diteliti.
Kabupaten Karo. RSUD Kabanjahe adalah rumah sakit umum daerah milik
Agustus 2014 bahwa RSUD Kabanjahe adalah rumah sakit umum kelas C. RSUD
Kabanjahe adalah unit pelayanan kesehatan yang didirikan pada tahun 1921 oleh
1945 setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, rumah sakit ini diberikan kepada
Provinsi Sumatera Utara tentang pemenang pertama penampilan kerja rumah sakit
umum pemerintah kelas C tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 yang
2009.
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit
2. Pelayanan medis.
3. Pelayanan keperawatan.
5. Rekam medis.
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
belakang profesi sumber daya manusia dari tenaga administrasi maupun tenaga
dokter, dan tenaga kesehatan lainnya yang termasuk dalam kelompok jabatan
efektif dan efisien maka perlu ditetapkan struktur organisasi rumah sakit sehingga
terdapat mekanisme pengendalian dan hubungan kerja yang baik dari setiap unit-
unit kerja yang ada (Lampiran 5). RSUD Kabanjahe juga telah memiliki Tim
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari Tim
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit di RSUD Kabanjahe, yaitu ketua,
kewaspadaan bencana.
Tabel 1
Karakteristik Informan
Informan Umur Jenis
Jabatan Pendidikan
(thn) Kelamin
1
Ketua Tim K3RS S2 46 Laki-Laki
2
Sekretaris Tim K3RS S1 44 Perempuan
3 Koordinator bidang Kesehatan
S2 55 Laki-Laki
Kerja
4 Koordinator bidang Keselamatan
S2 53 Laki-Laki
Kerja
5 Koordinator bidang Kesehatan
S1 54 Laki-Laki
Lingkungan
6 Koordinator bidang
S1 49 Laki-Laki
Kewaspadaan Bencana
oleh direktur. Menurut PMK RI Nomor 66 Tahun 2016, setiap rumah sakit harus
K3RS, serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS. RSUD Kabanjahe telah
dibentuk oleh pihak rumah sakit berdasarkan standar pelayanan K3 di rumah sakit
yang disesuaikan dengan keadaan rumah sakit tersebut. Tim K3RS ini telah
Pembentukan tim K3RS ini merupakan bukti bahwa pihak rumah sakit
akreditasi rumah sakit serta keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan
salah satu aspek penilaian dalam akreditasi tersebut. Namun kenyataannya bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja karena sebelum terbentuknya tim ini hingga saat
ini, setiap personil tim telah memiliki jabatan atau pekerjaan masing-masing di
rumah sakit sehingga setiap personil memiliki rangkap jabatan yang menjadikan
setiap personil tidak fokus dalam melakukan tugasnya sebagai tim K3RS dan
tidak memiliki pendidikan khusus mengenai K3. Hal tersebut dapat terbukti dari
pernyataan informan:
“Untuk tim K3RS sudah ada dan sudah ada SK nya, tetapi timnya masih
sibuk dengan pekerjaan masing-masing karena timnya disini masih
terbentuknya tim K3RS, rumah sakit ini telah melakukan kegiatan-kegiatan yang
untuk membuat setiap pekerja merasa aman dan nyaman dalam melakukan setiap
K3RS belum melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai setiap KAK dan
PAK yang terjadi pada pekerja karena merasa bahwa hal tersebut tidak penting
sakit.
ilmu pengetahuan dan teknologi K3 Rumah Sakit. Dengan adanya standar K3RS
maka pihak manajemen Rumah Sakit dapat menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung,
Rumah Sakit berjalan baik dan lancar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuan,
Medan hanya mencapai 154 kriteria (50,66%) dari 304 kriteria dengan tingkat
bahan berbahaya dan beracun, standar sumber daya manusia K3RS, serta
pemenuhan.
Manajemen Risiko
Kegiatan ini dilakukan untuk dapat menentukan tanggung jawab SDM rumah
aktivitas, prosesm fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di tempat kerja,
Tahun 2016).
Identifikasi ini perlu dilakukan untuk dapat menemukan faktor risiko terhadap
proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau
barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah
yang terbentuk proses produksi (PMK RI Nomor 66 Tahun 2016). Dalam kegiatan
ini, lembar data keselamatan bahan perlu dipelajari sehingga setiap bahan kimia
karena merupakan hal awal untuk pencegahan dan mengendalikan tingkat pajanan
dari setiap aktivitas yang dilakukan. Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi
2016). Kegiatan ini merupakan gambaran dari risiko yang ada dan akan disusun
tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria
standar yang digunakan (PMK RI Nomor 66 Tahun 2016). Evaluasi risiko yang
kesehatan kepada pekerja sehingga dapat mencegah dan mengendalikan PAK dan
KAK.
Kabanjahe telah melakukan kegiatan ini, yaitu dengan menggunakan APD saat
bekerja, memiliki alat-alat yang berguna untuk mengurangi potensi bahaya dan
risiko kebakaran, serta mendesain tempat kerja yang nyaman dan aman.
RSUD Kabanjahe tidak melakukan kegiatan ini. Kegiatan ini bertujuan untuk
eksternal sejak tahapan awal proses pengelolaan risiko (PMK RI Nomor 66 Tahun
2016).
dilakukan, RSUD Kabanjahe tidak melakukan kegiatan ini. Kegiatan ini bertujuan
karena pihak rumah sakit beranggapan bahwa hal itu adalah diluar tanggung
jawab rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan informan:
“Kalau di rumah sakit ini, pekerja tidak ada diberikan makanan tambahan
karena anggaran juga tidak ada disediakan. Pekerja memiliki inisiatif
untuk membeli atau membawa makanan sendiri” (Informan 3, 4, 5, 6).
Pihak rumah sakit memberikan makanan tambahan kepada pekerja agar dapat
jasmani berupa senam pagi yang dilakukan setiap hari Sabtu. Hal tersebut dapat
mengurangi stress akibat kerja dan stres di lingkungan kerja, serta membudayakan
latihan fisik dan olahraga sebagai gaya hidup sehari-hari (Porajow, 2016).
diperoleh, ada dilakukan program rekreasi yang dilakukan 1 sampai 3 kali dalam
ada dilakukan pembinaan mental/rohani berupa ibadah pagi yang dilakukan setiap
hari Kamis di aula rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan
informan:
“Setiap Kamis pagi pekerja mengikuti ibadah pagi di aula rumah sakit.
Bukan hanya pekerja yang boleh mengikuti ini tetapi juga pasien dan
pendamping pasien” (Informan 1, 2, 4, 5, 6).
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan profesional kerja, lebih menghargai
hasil observasi yang diperoleh, rumah sakit ini tidak memiliki kantin sehingga
pekerja, pasien, ataupun pendamping pasien membeli makanan dari luar rumah
sakit.
dilakukan pemberian imunisasi bagi pekerja yang memiliki risiko tinggi tertular
(Porajow, 2016).
kesehatan bagi pekerja sebelum bekerja, berkala yang dilakukan setiap setahun
sekali, dan khusus bagi pekerja yang terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan
akibat kerja, serta setiap kegiatan pemeriksaan yang dilakukan ditanggung sendiri
kondisi kesehatan pekerja dengan pekerjaannya (fit the man to the job), serta agar
n.d.).
diperoleh, ada dilakukan pemantauan kesehatan pekerja setiap setahun sekali. Hal
menyelaraskan kondisi kesehatan pekerja dengan pekerjaannya (fit the man to the
job), serta agar pekerja tetap dapat menjaga dan meningkatkan kondisi
sakit akibat kerja yang langsung ditangani di rumah sakit tersebut. Hal tersebut
“Pekerja yang menderita PAK dan KAK akan diberikan diperiksa secara
khusus dan diberikan pengobatan serta perawatan, bahkan apabila belum
sembuh juga maka pihak rumah sakit akan memberikan rehabilitasi
kepada pekerja sehingga pekerja dapat kembali sehat. Tindakan ini juga
akan langsung ditangani di rumah sakit ini” (Informan 2, 3, 4).
Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu tindakan kesehatan kuratif dan
diperoleh, tidak ada dilakukan pelaporan dan pencatatan setiap kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilakukan karena tim K3RS tidak memiliki waktu yang cukup
untuk melakukannya sebab tim K3RS masih melakukan pekerjaan secara rangkap
sehingga tidak fokus dalam program ini. Hal tersebut dapat terbukti dari
pernyataan informan:
No.66, 2016).
diperoleh, tidak ada dilakukan identifikasi dan inventarisasi B3. Hal tersebut dapat
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit tidak memiliki MSDS
karena tim K3RS sendiri tidak mengetahui apa maksud dan kegunaan MSD
“Rumah sakit tidak memiliki lembar data keselamatan bahan bahkan kami
juga baru mendengarnya jadi kami belum ada menggunakan itu”
(Informan 1, 2, 3, 4, 5, 6).
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada para pekerja dan
personel gawat darurat mengenai informasi penanganan suatu bahan dengan aman
(Wikipedia, 2017).
dibutuhkan adalah lemari B3, peyiram badan (body wash), pencuci mata
(eyewasher), APD, rambu dan simbol B3, spill kit, dan tempat sampah khusus.
sarana keselamatan B3 seperti APD dan tempat sampah khusus B3. Hal tersebut
dapat mengetahui keberadaan B3 dengan rambu dan simbol yang ada sehingga
dapat menjadi lebih aman dan selamat dalam melakukan aktivitas di rumah sakit
pengelolaan B3. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah
memiliki pedoman dan SPO pengelolaan B3. Hal tersebut dapat terbukti dari
pernyataan informan:
lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen sehingga akan
kinerja yang akan memberikan pekerja cara konkrit untuk memperbaiki kinerja
wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah melakukan pelatihan dan simulasi
tumpahan B3 kepada pekerja yang dilakukan minimal setahun sekali. Hal tersebut
B3 minimal 3 bulan sekali. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan informan:
dapat diketahui kelayakannya dan apabila tidak layak digunakan lagi dapat
yang diperoleh, tidak ada dilakukan pelaporan dan pencatatan setiap kegiatan
pengelolaan B3 yang dilakukan karena tim K3RS tidak memiliki waktu yang
cukup untuk melakukannya sebab tim K3RS masih melakukan pekerjaan secara
rangkap sehingga tidak fokus dalam program ini, serta tim K3RS masih
beranggapan bahwa kegiatan ini belum penting untuk dilakukan. Hal tersebut
No.66, 2016).
wawancara yang diperoleh, tidak ada dilakukan identifikasi area berisiko bahaya
kebakaran karena tim K3RS masih bekerja dengan rangkap sehingga belum fokus
mengerjakan kegiatan K3. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan informan:
merugikan pekerja, pasien, pendamping pasien, dan rumah sakit sendiri (Salikuna,
2011).
keselamatan yang dibutuhkan adalah APAR, hidran, detektor api, detektor asap,
jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah memiliki APAR,
jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, dan tempat titik kumpul aman yang
merupakan salah satu syarat dalam penilaian akreditasi rumah sakit. Hal tersebut
“Kalau untuk itu sudah ada karena penting untuk akreditasi rumah sakit
seperti APAR, jalur evakuasi, titik kumpul aman, dan ada juga penangkal
petir di rumah sakit ini. APAR disediakan di setiap ruangan dan koridor
rumah sakit. Selain itu ada juga tangga darurat, pintu darurat, dan tempat
titik kumpul aman” (Informan 1, 2, 3, 4, 5, 6).
Kegiatan ini dilakukan agar pekerja, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung
dapat menjadi lebih aman dan selamat dalam melakukan aktivitas di rumah sakit
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, rumah sakit ini tidak memiliki peta
area berisiko tinggi ledakan dan kebakaran karena rumah sakit juga belum
melakukan identifikasi area berisiko bahaya ledakan dan kebakaran. Kegiatan ini
mengetahui lokasi yang memiliki risiko tinggi terjadinya ledakan dan kebakaran
sehingga dapat menjadi lebih aman dan selamat dalam melakukan aktivitas di
hasil observasi yang diperoleh, rumah sakit ini tidak memiliki peta keberadaan
alat proteksi kebakaran. Seharusnya hal ini dilakukan agar pekerja, pasien,
kebakaran sehingga dapat menjadi lebih aman dan selamat dalam melakukan
hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit ini telah memiliki peta jalur
evakuasi dan titik kumpul aman yang terletak di koridor depan rumah sakit. Hal
“Di koridor depan rumah sakit sudah ada ditempel di dinding peta jalur
evakuasi dan titik kumpul aman. Di peta itu juga ada dibuat denah lokasi
dapat mengetahui jalur untuk evakuasi dan tempat titik kumpul aman apabila
terjadi ledakan dan kebakaran serta bencana sehingga dapat menjadi lebih aman
yang diperoleh, rumah sakit ini telah memiliki denah lokasi yang terletak di
koridor depan rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan informan:
“Di koridor depan rumah sakit sudah ada ditempel di dinding peta jalur
evakuasi dan titik kumpul aman. Di peta itu juga ada dibuat denah lokasi
rumah sakit, jadi disitu terlihat semua bagian-bagian atau ruangan-
ruangan rumah sakit” (Informan 3).
Kegiatan ini dilakukan agar pekerja, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung
dapat mengetahui jalur untuk evakuasi dan tempat titik kumpul aman apabila
terjadi ledakan dan kebakaran serta bencana sehingga dapat menjadi lebih aman
diperoleh, rumah sakit ini memiliki rambu larangan merokok apalagi rumah sakit
ini telah melaksanakan KTR. Kegiatan ini dilakukan agar pekerja, pasien,
ledakan dan kebakaran sehingga dapat menjadi lebih aman dan selamat dalam
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah memiliki tim
pernyataan informan:
“Sudah ada juga timnya dan alat yang mereka gunakan sesuai dengan
SPO yang telah ditetapkan. Untuk tenaga teknis penanggulangan
kebakaran juga sudah dilatih oleh Dinas Pemadam Kebakaran”
(Informan 2, 5, 6).
Kegiatan ini wajib dilakukan tim K3RS sehingga ada tim atau bagian yang lebih
khusus untuk menangani apabila terjadi kebakaran atau bencana. Tim ini dibentuk
agar bisa meminimalkan kerusakan atau kerugian yang timbul akibat kebakaran
memiliki pedoman dan SPO pengendalian kebakaran dan bencana. Hal tersebut
“Sudah ada juga timnya dan alat yang mereka gunakan sesuai dengan
SPO yang telah ditetapkan. Untuk tenaga teknis penanggulangan
kebakaran juga sudah dilatih oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan dalam
penggunaan alat sesuai dengan SPO yang telah ditentukan” (Informan 2,
5, 6).
Kegiatan ini dilakukan sebagai standarisasi cara yang dilakukan pekerja dalam
lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen sehingga akan
kinerja yang akan memberikan pekerja cara konkrit untuk memperbaiki kinerja
pelatihan dan simulasi pengendalian kebakaran dan bencana kepada pekerja yang
dilakukan minimal setahun sekali. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan
informan:
“Timnya juga diberi pelatihan dalam janga waktu setahun sekali untuk
dapat membantu kalau saja ada kebakaran atau bencana nantinya”
(Informan 2, 5, 6).
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan
dna bencana minimal 3 bulan sekali. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan
informan:
dapat diketahui kelayakannya dan apabila tidak layak digunakan lagi dapat
yang diperoleh, tidak ada dilakukan pelaporan dan pencatatan setiap kegiatan
pengendalian kebakaran dan bencana yang dilakukan karena tim K3RS tidak
memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya sebab tim K3RS masih
melakukan pekerjaan secara rangkap sehingga tidak fokus dalam program ini,
serta tim K3RS masih beranggapan bahwa kegiatan ini belum penting untuk
No.66, 2016).
hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah melakukan identifikasi dan
inventarisasi prasarana rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan
informan:
“Alat-alat disini sudah disusun daftarnya dan untuk alat-alat yang masih
bagus dan yang sudah rusak juga sudah diberikan tandanya atau
labelnya” (Informan 2, 4, 5, 6).
Kegiatan ini dilakukan agar rumah sakit memiliki daftar dan kondisi prasarana
aspek pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung, dan seluruh masyarakat (Ibrahim,
2017).
wawancara yang diperoleh, rumah sakit ini telah memberikan label pada prasarana
“Juga diberikan label untuk alat-alat yang masih dipakai ataupun yang
tidak dipakai lagi” (Informan 2, 4, 5).
Kegiatan ini dilakukan agar pekerja, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung
pedoman dan SPO pengelolaan prasarana rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti
lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen sehingga akan
kinerja yang akan memberikan pekerja cara konkrit untuk memperbaiki kinerja
hasil wawancara yang diperoleh, rumah sakit telah melakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan prasarana rumah sakit. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan
informan:
diketahui kelayakannya dan apabila tidak layak digunakan lagi dapat diperbaiki
minimal setahun sekali. Hal tersebut dapat terbukti dari pernyataan informan:
observasi yang diperoleh, rumah sakit ini tidak memiliki dokumentasi setiap
kegiatan pengelolaan prasarana karena tim K3RS beranggapan bahwa kegiatan ini
belum terlalu penting untuk dilakukan. Kegiatan ini wajib dilakukan rumah sakit
yang diperoleh, tidak ada dilakukan pelaporan dan pencatatan setiap kegiatan
pengelolaan prasarana yang dilakukan karena tim K3RS tidak memiliki waktu
yang cukup untuk melakukannya sebab tim K3RS masih melakukan pekerjaan
secara rangkap sehingga tidak fokus dalam program ini, serta tim K3RS masih
beranggapan bahwa kegiatan ini belum penting untuk dilakukan. Hal tersebut
No.66, 2016).
Kesimpulan
belum terpenuhi karena tim K3RS sendiri masih bekerja secara rangkap
besar program K3RS yang ada dan tidak memiliki pendidikan khusus
mengenai K3.
K3.
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
ada. Beberapa kriteria belum terpenuhi karena pihak tim K3RS merasa
sakit tersebut.
Saran
dampak bahaya yang akan timbul dengan melakukan recruitment pekerja untuk
secara utuh agar dalam pelaksanaan program kerja tim bisa bekerja lebih fokus
dan meningkatkan sosialisasi K3RS baik kepada anggota tim K3RS, pekerja,
Dinas Kesehatan Kota Depok. (24 Mei 2017). Diakses 1 September 2018, dari
http://dinkes.depok.go.id/?p=2292.
Ibrahim, H., Damayanti, D. S., Amansyah, M., & Sunandar. (2017). Gambaran
penerapan standar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Rumah
Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Al-Sihah : Public
Health Science Journal, 9(2), 160-173. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/3769.
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Mawar, M. (2012). Penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Ddi
terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut
Labuhan Deli-Belawan tahun 2011 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34445.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (13 Oktober 2009).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor%203
6%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf.
Porajow, M. C., dkk. (2016). Analisis penerapan standar pelayanan kesehatan dan
keselamatan kerja rumah sakit (K3RS) di RSUP Ratatotok Buyat
Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 1(7), 1-10.
http://ejournalhealth.com/index.php/ikmas/article/view/165.
SME Indonesia. (4 Juli 2015). Manfaat, tujuan, dan fungsi SOP. Diakses 28
September 2018, dari http://www.smeindonesia.org/manfaat-tujuan-dan-
fungsi-sop/465/.
Wikipedia. (2017). Lembar data keselamatan bahan. Diakses 2 Oktober 2018, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembar_data_keselamatan_bahan.
PEDOMAN WAWANCARA
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABANJAHE KABUPATEN
KARO SUMATERA UTARA
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
Kabanjahe.
Instalasi Unit Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi
Gawat Transfu Rawat Gawat Radio- Rehabi- Labora- Farmasi Gizi Hemo- Sarana Penun-
Darurat si Jalan Inap logi litasi torium dialisa & Pra- jang
Darah Medik/ sarana Diag-
Fisio- nostik
terapi
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
DIREKTUR
Ketua
Sekretaris
Tabel 3
Matriks Pelayanan Kesehatan Kerja di RSUD Kabanjahe
Informan Pernyataan
1 Pelayanan kesehatan kerjanya ada diperiksa kesehatan kepada pekerja pada
saat awal bekerja yang menggunakan biaya sendiri bagi pekerja honor dan
ditanggung pihak rumah sakit bagi pekerja PNS. Ada juga diberi makan siang
kepada pekerja, di setiap hari Sabtu pagi ada dilakukan senam di halaman
belakang rumah sakit. Ada dilakukan rekreasi maksimal 3 kali dalam setahun
bukan hanya di akhir tahun dan ibadah pagi di setiap hari Kamis untuk
membina iman atau rohani pekerja dan keluarga pasien yang mau ikut.
Diberikan imunisasi hepatitis B kepada pekerja yang kita anggap memiliki
risiko tinggi terkena penyakit menular seperti di IGD, laboratorium, dan
kamar operasi. Kalau ada pekerja yang terkena penyakit akibat kerja atau pun
kecelakaan akan ditanggung oleh pihak BPJS.
2 Disini ada diberikan makanan tambahan, kalau siang diberi makan siang.
Setiap hari Sabtu ada senam pagi kepada pekerja kemudian ada juga rekreasi
untuk dilaksanakan 3 kali dalam setahun. Kemudian juga setiap hari Kamis
ada ibadah pagi untuk membina mental dan rohani pekerja. Untuk pekerja
yang bekerja di penyakit menular ada diberikan imunisasi seperti untuk
mencegah hepatitis B diberikan vaksin hepatitis B, ada juga diberikan
pengecekan kesehatan berkala kepada pekerja sekali setahun dengan biaya
mereka sendiri. Kalau ada yang terkena penyakit akibat kerja atau kecelakaan
akibat kerja akan ditanggulangi oleh rumah sakit.
3 Dilakukan pengecekan kesehatan untuk pekerja, seperti tensi dan jantung.
Diberikan juga imunisasi kepada pekerja seperti hepatitis B. Dilakukan
pengecekan berkala kepada pekerja minimal setahun sekali. Pekerja yang
menderita PAK dan KAK akan diberikan diperiksa secara khusus dan
diberikan pengobatan serta perawatan, bahkan apabila belum sembuh juga
maka pihak rumah sakit akan memberikan rehabilitasi kepada pekerja
sehingga pekerja dapat kembali sehat. Tindakan ini juga akan langsung
ditangani di rumah sakit ini.
4 Ada dilakukan pengecekan kesehatan untuk pekerja pada awal bekerja dan
berkala yaitu setahun sekali. Kemudian ada juga diberi imunisasi untuk
pekerja yang berisiko terkena penyakit menular. Apabila ada terkena
kecelakaan kerja akan ditangani langsung di IGD rumah sakit ini. Pekerja
melakukan senam pagi di hari Sabtu di lapangan rumah sakit dan melakukan
rekreasi satu sampai 3 kali dalam setahun.
5 Ada ibadah tiap Kamis pagi dan senam pagi di hari Sabtu , ada juga
pengecekan kesehatan untuk pekerja secara berkala kalau bisa setahun sekali,
dan ada juga diberi imunisasi untuk pekerja yang mungkin terkena penyakit
menular dari pasien.
6 Pekerja dicek kesehatannya di awal sekali pada saat pertama masuk kerja,
dicek juga kesehatan pekerja setiap setahun sekali. Diberi juga imunisasi
kepada pekerja yang berisiko terkena penyakit menular. Dilakukan ibadah
pagi pada hari Kamis dan senam pada Sabtu pagi, serta rekreasi minimal
sekali setahun.
Tabel 4
Matriks Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di RSUD Kabanjahe
Informan Pernyataan
1 Sudah dilihat oleh pihak akreditasi dan sudah bagus. Nanti tinggal dibuat
ventilasi untuk ruangan pengelolaan bahan berbahaya dan beracunnya, sudah
memiliki bangunan sendiri di belakang. Untuk limbah-limbah padat
dipisahkan yang infeksius dan non infeksius pada tempat sampah yang telah
tersedia. Untuk kegiatan pelaporan belum pernah dilakukan karena selalu
lupa untuk melakukan itu.
2 Kalau untuk B3 sebenarnya dalam pelaksanaan sudah dilaksanakan tapi data
secara lengkap mengenai daftar B3 belum dikonsep semuanya. Seperti ada
alat pelindung diri dilengkapi khususnya untuk tempat-tempat yang
berpenyakit menular. Ada pedoman untuk pengelolaan B3 di rumah sakit,
pelatihan dilakukan sewaktu kapan perlunya saja di aula rumah sakit yaa
minimal setahun sekali ada itu.
3 Belum ada dilakukan identifikasi dan inventarisasi B3. Untuk pengelolaan
limbah B3 kita sudah ada bangunan khusus di belakang, disitu semua limbah-
limbah cair diolah. Dan untuk limbah-limbah padat dipisahkan yang infeksius
dan non infeksius pada tempat sampah yang telah tersedia. Pemeriksaan
peralatan pengelolaan B3 dilakukan minimal sekali dalam 3 bulan. Namun
untuk pencatatan kita belum melakukannya.
4 Terdapat tempat sampah khusus yang infeksius dan non infeksius seperti di
IGD dan semua akan dibuang di pembuangan akhir limbah B3. Terdapat
inventaris untuk bahan-bahan berbahaya dan beracun, serta sarana untuk B3
hanya disediakan sesuai dengan yang dibutuhkan saja, seperti pelindung
badan, pakai handscoon untuk pekerja di IGD. Pekerja punya SPO untuk
mengerjakan segala kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan B3 dan
pernah dilakukan pelatihan dan dilakukan hanya apabila dirasa penting.
Apabila terjadi kecelakaan kerja maka akan diberitahu kepada pihak yang
lebih tinggi seperti direktur rumah sakit dan kemudian akan ditangani.
5 Kita sudah punya gedung khusus untuk mengolah limbah B3 cair yang sekitar
2 tahun yang lalu dibangun dan pengelolaannya juga dibantu oleh ahli dari
Korea dan diperiksa oleh BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan) untuk
melihat apakah limbah sudah bisa dibuang ke lingkungan, untuk
mengolahnya digunakan FeCl, bakteri, PAC (Poly Akuminium Chloride), dan
kaporit. Kadang kita melakukan pelatihan untuk pekerja yang mengelola
limbah B3, paling tidak setahun sekali. Pemeriksaan peralatan biasanya akan
dilakukan dalam triwulan sesuai dengan SPO yang telah ditentukan. Terdapat
juga tempat sampah infeksius dan non infeksius, sampah padat yang non
infeksius akan dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara dan
kemudian akan dibuang ke BTKL Medan.
(continued)
Tabel 4
Matriks Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di RSUD Kabanjahe
6 Di sini sudah ada pengolahan limbah B3 yang dibantu oleh sebuah PT yang
ada di Korea dan hasil terakhir akan diuji kembali oleh BTKL Sumatera
Utara untuk melihat apakah limbah akhir sudah bisa dilepaskan ke
lingkungan. Untuk limbah padat juga sudah tersedia tempat sampah yang
infeksius dan non infeksius. Tapi untuk identifikasi dan inventarisasi belum
dilakukan karena waktu belum memungkinkan. Pemeriksaan peralatan
dilakukan 3 bulan sekali tetapi untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan ini
belum ada terlulis.
Tabel 5
Matriks Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran dan Bencana di RSUD
Kabanjahe
Informan Pernyataan
1 Kalau untuk itu sudah ada karena penting untuk akreditasi rumah sakit seperti
APAR, jalur evakuasi, titik kumpul, dan ada juga penangkal petir di rumah
sakit ini. Tetapi untuk identifikasi area berisiko kebakaran belum sempat
untuk dilakukan. Terdapat peta denah lokasi rumah sakit dan jalur evakuasi
dan titik kumpul aman di koridor depan rumah sakit.
2 Ini udah ada, tapi untungnya belum pernah kebakaran di rumah sakit ini. Di
sini sudah ada APAR, jalur evakuasi, arah pintu darurat, tangga darurat, dan
titik-titik berkumpul ada dibuat pamfletnya gunanya untuk etiket-etiket
karena mau akreditasi. Terdapat peta denah lokasi rumah sakit dan jalur
evakuasi dan titik kumpul aman di koridor depan rumah sakit. Sebenarnya
sebelum dibentuk pun timnya untuk ini sudah dilaksanakan kegiatan-
kegiatannya tetapi belum dibuat secara detail.
3 Identifikasi area berisiko kebakaran rumah sakit ini belum dilakukan. Di sini
kita sudah ada APAR di setiap ruangan, di koridor rumah saki dan tempat
titik kumpul manatau terjadi bencana atau kebakaran. Pemeriksaan peralatan-
peralatan pengendalian kebakaran dilakukan setahun sekali.
4 Identifikasi area berisiko kebakaran rumah sakit ini belum dilakukan. Sudah
ada dibuat APAR di setiap ruangan, ada jalur evakuasi, dan sebagainya
karena itu diperlukan untuk akreditasi rumah sakit. Ada juga peta denah
lokasi rumah sakit dan jalur evakuasi dan titik kumpul aman di koridor depan
rumah sakit Pemeriksaan peralatan-peralatan pengendalian kebakaran
dilakukan setahun sekali.
5 Sudah ada APAR di setiap ruangan, jalur evakuasi, titik kumpul kalau ada
bencana dan kebakaran. Itu sudah lama dibuat dan ada juga timnya khusus
untuk bagian itu. Terdapat peta denah lokasi rumah sakit dan jalur evakuasi
dan titik kumpul aman di koridor depan rumah sakit. Setiap setahun sekali
dicek kembali APAR itu apakah masih bisa digunakan atau tidak. Timnya
juga diberi pelatihan dalam jangka waktu setahun sekali untuk dapat
membantu kalau saja ada kebakaran atau bencana nantinya.
6 Inventaris untuk pencegahan kebakaran yang tersedia sampai saat ini ada
APAR. Untuk identifikasi area berisiko kebakaran belum dilakukan karena
belum sempat sampai saat ini. Untuk tenaga teknis penanggulangan
kebakaran juga sudah dilatih dari Dinas Pemadam Kebakaran.
Tabel 6
Matriks Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit di RSUD Kabanjahe
Informan Pernyataan
1 Untuk alat-alat rumah sakit semuanya masih bagus, kalau ada yang rusak
akan diperbaiki dan kalau bisa diganti langsung oleh rumah sakit. Belum ada
dilakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan pengelolaan prasarana
rumah sakit ini.
2 Daftar untuk ini sudah ada apa-apa saja yang ada di rumah sakit dan ada label
apabila alat-alatnya baik atau rusak. Ada tim untuk memeriksa itu misalnya di
radiologi ada tim untuk memeriksa alat rontgen-nya didatangkan dari Jakarta
untuk dilihat layak atau tidak untuk dipakai, baru-baru ini ada baru datang
dan hanya mereka yang boleh memeriksa, tidak boleh sembarangan. Pelatihan
dilakukan tergantung situasi, apabila perlu akan dipanggil tim ahli dari
Provinsi, dari Jakarta atau dokter-dokter yang ahli untuk meningkatkan
profesionalisme pekerja-pekerja disini.
3 Pekerja yang menggunakan alat ini berpedoman pada SPO yang telah ada.
Alat-alat rumah sakit diperiksa minimal setahun sekali oleh timnya, kalau
rusak akan diperbaiki atau bahkan diganti, kalau masih bagus yaa dirawat
supaya jangan rusak. Untuk pencatatan kegiatan pengelolaan prasarana belum
dilakukan.
4 Ada daftar inventaris alat-alat di rumah sakit ini dan alat-alat tersebut
diperiksa setahun sekali tergantung dari alatnya, kemudian dikalibrasi dengan
memanggil yang ahli untuk mencek keakuratan dari alat tersebut. Juga
diberikan label untuk alat-alat yang masih dipakai ataupun yang tidak dipakai
lagi. Terdapat SPO untuk penggunaan alat seperti alat di kamar bedah
sebelum dan setelah digunakan akan disterilkan terlebih dahulu. Pelatihan
diberikan kepada pekerja yang menggunakan alat dan dilakukan hanya pada
saat dibutuhkan saja.
5 Ada daftar inventaris untuk alat-alat di rumah sakit ini dan ada juga diberikan
label untuk alat yang masih dipakai ataupun tidak. Alatnya diperiksa dalam
setahun sekali dan dipelihara agar tidak cepat rusak. Setiap pemeriksaan yang
dilakukan belum dicatat dan dilaporkan sehingga kita tidak memiliki data
akan hal ini.
6 Alat-alat disini sudah disusun daftarnya dan untuk alat yang masih bagus dan
yang sudah rusak juga sudah diberikan tandanya. Alat-alat disini diperiksa
hanya pada saat dibutuhkan saja kemungkinan diperiksa setiap setahun sekali.
Untuk pemeliharaannya sendiri dilakukan oleh pekerja rumah sakit yang telah
dilatih dan pelatihannya sendiri dilakukan dalam waktu setahun sekali atau
apabila dibutuhkan. Penggunaan alat-alat yang ada dilakukan sesuai dengan
SPO yang berlaku.
Lampiran 7. Dokumentasi
RSUD Kabanjahe
APAR