Alkitab adalah buku yang paling laris sepanjang masa. Alkitab adalah buku yang paling sering dibaca dan dikaji,
dan buku yang paling kontroversial di muka bumi hari ini. Ada orang mengatakan bahwa Alkitab adalah firman
Allah, sedangkan orang lain mempersoalkan keabsahan pernyataan itu. Banyak alasan untuk mempercayai
Alkitab adalah firman Allah (2 Tim. 3:16; 2 Pet. 1:21; Ibr. 1:1). Kami akan menyajikan beberapa alasan pokok di
sini dan mengajak Anda membaca dengan pikiran yang terbuka dan mengambil kesimpulan sendiri.
Allah menciptakan manusia dan ingin berkomunikasi dengan manusia. Tentu dapat dimengerti bahwa Dia akan
melakukannya melalui sebuah buku, sesuatu yang tidak dapat berubah dan mudah dipahami oleh manusia.
Buku semacam itu tentu harus memenuhi beberapa kriteria. Kalau Anda hendak membuktikan Allah adalah
sumber buku itu, tentunya standar moralitas buku itu harus sepadan dengan standar moralitas Allah, yang pasti
melampaui standar moral tertinggi dari umat manusia. Buku itu harus mewahyukan Allah dan tujuan Allah
menciptakan manusia; buku itu harus mudah didapat di mana-mana. Alasan pertama kami mempercayai Alkitab
sebagai firman Allah adalah: Alkitab memenuhi semua kriteria yang disebut di atas.
Standar moralitas tertinggi Alkitab jelas tinggi karena standar moralitas Alkitab berpadanan dengan kasih dan
keadilan Allah. Beberapa buku lainnya mengizinkan poligami. Hanya Alkitab yang mengemukakan satu suami
satu istri (Kej. 2:24). Alkitab tidak hanya menyalahkan perceraian (Mat. 5:32), bahkan menyalahkan nafsu
terhadap orang lain dalam hati seseorang, dan menganggapnya sebagai perzinaan (Mat. 5:28). Di samping itu,
hanya Alkitab yang mengajarkan bahwa membenci orang lain dalam hati sama dengan membunuh (karena
pembunuhan berasal dari hati yang penuh kebencian) (Mat. 5:22). Alkitab tidak hanya mengajarkan orang agar
tidak membenci musuhnya, tetapi juga mengajarkan mereka untuk mengasihi musuh mereka (Mat. 5:28). Hanya
Alkitab yang menggambarkan standar kasih yang tertinggi, kasih yang sepenuhnya bebas dari segala
kepentingan pribadi, rasa dengki, dan kesombongan. Masyarakat yang benar-benar mengikuti Alkitab, dijamin
pasti memiliki kasih, kesatuan, damai sejahtera, dan kesentosaan.
Alkitab mewahyukan Allah, siapa Dia, apa yang hendak Dia lakukan, asal usul manusia, dan tujuan Allah
menciptakan manusia (Ef. 3:9-11; Kej. 1:1; Kel. 3:14). Beberapa buku lainnya tidak menyebutkan dengan jelas
tujuan Allah terhadap manusia. Dalam beberapa buku itu, hubungan antara Allah dengan manusia hanya
digambarkan seperti hubungan Pencipta dengan makhluk ciptaan, antara Hakim dengan terdakwa, yang akan
memberi pahala kepada orang-orang yang “baik”. Namun, Alkitab mewahyukan bahwa Allah menciptakan
manusia sebagai wadah (bejana) untuk menampung-Nya sebagai hayat, sehingga manusia dapat
mengekspresikan Allah dalam pekerti ilahi-Nya dan mewakili Allah berkuasa di bumi (Kej. 1:26; 2 Kor. 4:7; Yoh.
10:10). Jadi, Alkitab tidak hanya mewahyukan penciptaan Allah atas diri manusia, tetapi juga mewahyukan
kehendak Allah atas diri manusia, tetapi juga mewahyukan kehendak Allah untuk hidup di dalam manusia,
sehingga manusia dapat hidup di dalam-Nya (Yoh. 15:4; Gal. 2:20; Yoh. 14:20, 23; Rm. 6:11; Yoh. 6:57), yang
menghasilkan keesaan mutlak antara Allah dengan manusia (1 Kor. 6:17). Tidak ada buku lain yang
mewahyukan Allah dan tujuan-Nya atas diri manusia.
Alasan kedua dari kepercayaan kami terhadap Alkitab sebagai Firman Allah adalah sampai saat ini sudah
banyak nubuat dalam Alkitab yang telah tergenap. Pengajaran, pemikiran, etika, dan sebagainya bersifat
subyektif dan dapat dengan mudah ditulis oleh siapa saja. Namun, jika suatu buku berisi ratusan nubuat tentang
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi jauh di masa yang akan datang, yang hasilnya tidak ternyata dengan jelas
pada saat nubuat itu dicatat, serta tidak ada satu pun dari nubuat itu yang gagal, buku itu tentu firman Allah.
Alkitab berisi nubuat-nubuat yang ditulis dari tahun 4.000 SM sampai 700 SM mengenai persona, kelahiran,
hidup, kematian, kebangkitan, dan kedatangan kembali Yesus Kristus dalam kemuliaan (Yes. 7:14; 53:3; 9:1-2,
5; Mi. 5:2; Dan. 9:25-26; Yes. 53:12; Mzm. 16:10; Mal4:5; Kej. 13:14-15, 17; 2 Sam. 7:12-13; 1 Raj. 8:19; 9:6-9;
Yer. 5:15-18; Mat. 24:2, 32; Dan. 9:27; 12:11). Semua nubuat, kecuali kedatangan-Nya kembali, telah tergenap
sekitar 2000 tahun yang lalu.
Semua nubuat Alkitab tentang masa lalu dan masa kini dari bangsa Israel, termasuk kepemilikan tanah permai
(Kanaan), pembangunan Bait Suci, kejatuhan Israel, perusakan Bait Suci dan Yerusalem, pembuangan ke
Babel, pembangunan kembali Bait Suci dan Yerusalem, penghancuran Bait Suci dan Yerusalem pada tahun
70M, pemulihan bangsa Israel pada tahun 1948, dan perebutan kembali Yerusalem pada tahun 1967, telah
tergenap.
Tidaklah cukup tempat di lembaran ini untuk memuat semua nubuat Alkitab yang telah tergenap. Nubuat-nubuat
yang tergenap itu tentu membuktikan kepada semua orang, termasuk anda, bahwa Alkitab pasti firman Allah
karena tidak mungkin manusia meramalkan masa yang akan datang tanpa kesalahan seperti itu.
Alasan ketiga dari kepercayaan terhadap Alkitab sebagai firman Allah yang murni dan sejati adalah
kekonsistenannya. Berbagai buku yang menyusun Alkitab ditulis dalam beberapa bahasa yang berbeda, oleh
sekitar empat puluh penulis dari latar belakang yang berbeda-beda, dalam kurun waktu lebih dari 1.600 tahun.
Namun semuanya memiliki satu tema, pengantar, perkembangan, dan kesimpulan yang sama. Walaupun Alkitab
ditulis oleh banyak orang, mereka semua dipimpin oleh Roh Allah yang esa itu.
Kekuatan Alkitab
Kekuatan Alkitab yang dapat mengubah kehidupan, pemikiran, arah, dan tingkah laku orang yang
mempersaksikan kesahihan Alkitab sebagai firman Allah. Fakta banyak orang telah mengasihi Alkitab dan rela
mati karenanya juga membuktikan kesahihannya. Berbicara dengan orang Kristen yang benar-benar percaya
kepada Alkitab tidak sama dengan berbicara dengan siapa pun, karena orang Kristen itu benar-benar mengalami
Allah.
Semua alasan di atas mungkin menyakinkan, tetapi hanya satu jalan bagi Anda untuk membuktikan sendiri
bahwa Alkitab adalah firman Allah, yaitu melakukan apa yang dikatakannya dan melihat apakah Anda
mendapatkan hasil yang dijanjikannya. Sebuah ayat Alkitab mengatakan, “Siapa saja yang berseru kepada nama
Tuhan, akan diselamatkan” (Roma 10:13). Jika Anda mengatakan, “Tuhan Yesus, aku menyeru nama-Mu.
Selamatkanlah aku dari belenggu dosa-dosa. Selamatkanlah aku dari ketidakmampuanku berbuat baik dan
tepat. Selamatkanlah aku dari kecemasanku sehari-hari, rasa takut, dan frustasi. Tuhan Yesus, selamatkanlah
aku, “maka Anda akan mengalami penyelamatan-Nya. Ayat yang lain mengatakan, “Berbahagialah orang yang
suci (murni) hatinya, karena mereka akan melihat Allah ”(Matius 5:8). Anda dapat menguji ayat ini dengan
mengatakan, “Tuhan Yesus, murnikanlah hatiku supaya aku bisa melihat Allah.” Jika Anda berdoa dengan hati
terbuka menurut perkataan Alkitab, Anda akan diselamatkan dan melihat Allah dalam roh Anda melalui Yesus
Kristus. Kemudian Anda akan tahu bahwa Alkitab adalah firman Allah bagi Anda.
Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Traktat no. 4 dalam seri Pertanyaan-pertanyaan yang Paling Sering
Diajukan Tentang Allah, "Apakah Alkitab Firman Allah?"
Apakah Anda pernah bertanya apakah Allah dapat dihubungi? Bagi kebanyakan dari kita, Allah itu abstrak dan
jauh. Bahkan Alkitab mengkonfirmasi bahwa Allah tinggal dalam terang yang tak terhampiri (1 Tim. 6:16). Tetapi
Alkitab juga memberitahu bahwa kita, sebagai manusia, dapat menghubungi dan menerima Allah dan menjadi
anak-anak-Nya (Yoh. 1:12). Bagaimana kita dapat mempersatukan hal yang bertentangan ini?
Untuk mencerap sesuatu, kita harus menggunakan organ yang tepat. Contohnya, untuk menyadari warna kita
harus menggunakan mata kita, dan untuk menerima pengetahuan kita harus menggunakan pikiran kita. Organ
apakah yang akan kita gunakan untuk menerima Allah?
Ketika Allah menciptakan manusia, Dia membentuk roh di dalamnya (Zak. 12:1). Dengan roh manusia inilah
manusia dapat menghubungi dan menerima Allah. Tetapi karena kejatuhan manusia, roh manusia menjadi mati
karena dosa, oleh sebab itu kehilangan fungsinya untuk menhubungi dan menerima Allah (Ef. 2:1). Namun, Allah
tidak meninggalkan manusia; sebaliknya, Dia menjadi seorang manusia yang bernama Yesus Kristus (Yoh. 1:1,
14), menempuh hidup manusia yang sempurna di muka bumi, dan mati untuk menghapus dosa-dosa kita,
sehingga semua halangan antara kita dan Allah telah disingkirkan. Dia telah dikubur dan bangkit pada hari yang
ketiga (1 Kor. 15:4), dan di dalam kebangkitan Dia menjadi Roh yang memberikan hayat (1 Kor. 15:45). Sebagai
Roh itu, Dia dapat masuk dan menghidupkan roh manusia. Sekarang manusia dapat menggunakan roh
manusianya untuk menghubungi dan menerima Allah melalui bertobat kepada Allah dan percaya ke dalam
Tuhan Yesus Kristus (Kis. 20:21).
Untuk menghubungi dan menerima Allah, datanglah kepada-Nya dengan hati yang terbuka dan katakan:
Tuhan Yesus, aku membuka hatiku kepada-Mu.
Terima kasih, Engkau mati bagi dosa-dosaku.
Tuhan Yesus, masuklah ke dalam diriku.
Aku menerima Engkau sekarang sebagai Juruselamat dan hayatku.
Untuk melanjutkan menikmati hayat yang baru saja Anda terima, adalah perlu menggunakan roh Anda untuk
menghubungi Tuhan Yesus dalam doa, dalam firman-Nya dan dalam persekutuan dengan kaum beriman yang
lain.
Sumber: www.truthquestions.org.uk, "Can God be Contacted?"
Berkat yang Sejati
Posted 07/01/2013 | 12:01
Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:3-4; 3:9; 1 Kor. 2:9; 2 Kor. 13:13; Bil. 6:24-26
Alkitab memberitahu kita bahwa kita telah dipanggil untuk mewarisi berkat (1 Ptr. 3:9). Puji Tuhan, anak-anak
Allah adalah sekelompok orang yang berada di bawah berkat Allah. Mungkin ada orang Kristen yang memiliki
konsepsi bahwa mewarisi berkat di sini berarti memiliki suatu pekerjaan yang ideal, sebuah rumah yang besar,
sebuah mobil model terbaru, dan seterusnya. Ada pula yang mengartikan bahwa hidup yang bekelimpahan yang
disebutkan dalam Yohanes 10:10 adalah kemakmuran materi anak-anak Allah. Saudara saudari terkasih,
sebenarnya berkat apakah yang Allah sediakan bagi kita?
Menurut 1 Petrus 1:3-4, berkat yang Allah berikan kepada kita adalah suatu bagian warisan yang tidak dapat
binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kita. “Tidak dapat
binasa” di sini mengacu kepada substansinya yang tidak dapat hancur, tidak dapat rusak. “Tidak dapat cemar”
mengacu kepada kemurniannya, tidak bernoda. “Tidak dapat layu” mengacu kepada kecantikannya dan
kemuliaannya, tidak pudar. Ini adalah kualitas yang unggul dari warisan kekal kita, berkat kita. Kualitas-kualitas
ini tentu tidak berhubungan dengan sebuah rumah yang besar, sebuah mobil model terbaru, atau benda-benda
lainnya, melainkan berhubungan dengan Trinitas Ilahi. Tidak dapat binasa berhubungan dengan sifat Bapa, yang
seperti emas; tidak dapat cemar, berhubungan dengan keadaan yang dijaga oleh pekerjaan pengudusan Roh
itu; dan tidak dapat layu, berhubungan dengan ekspresi Putra yang mulia.
Selain itu, Rasul Paulus berkata bahwa apa yang disediakan Allah bagi kita yang mengasihi Dia adalah "Apa
yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia” (1 Kor. 2:9). Apa yang Allah sediakan bagi kita itu jauh melampaui pengenalan,
pemahaman, bahkan imajinasi kita! Dalam Yohanes pasal 6, Tuhan Yesus dengan lima roti dan dua ekor ikan
memberi makan sampai kenyang 5.000 orang. Keesokan harinya, sekelompok orang itu kembali mencari Tuhan
Yesus. Tuhan Yesus dengan tegas memberi tahu mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu
mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan
kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan
sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu” (ayat 26-27). Jika Tuhan mau,
tentu saja Ia mampu menyediakan “roti dan ikan” bagi kita, yakni makanan yang dapat binasa, sebab Ia adalah
Allah yang berkuasa. Namun, apa yang ingin Ia karuniakan kepada kita sebenarnya bukan itu, melainkan Diri-
Nya sendiri sebagai makanan dan suplai rohani kita. Dialah makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang
kekal! Perkataan Tuhan di atas mengekspos motivasi kita dalam mengikuti Dia. Saudara saudari, hari ini kita
mengikuti Tuhan bukan karena “roti dan ikan” yang dapat binasa, tetapi karena pada-Nya ada makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal!
Dalam bagian akhir surat kirimannya kepada gereja di Korintus, Rasul Paulus memberikan perkataan berkat,
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2
Kor. 13:13). Inilah berkat yang sejati itu. Kasih karunia Tuhan adalah Tuhan sendiri sebagai hayat kita untuk
kenikmatan kita (Yoh. 1:17); kasih Allah adalah Allah sendiri (1 Yoh. 4:8; 4:16) sebagai sumber kasih karunia
Tuhan; persekutuan Roh itu adalah Roh itu sendiri sebagai transmisi dari kasih karunia Tuhan dengan kasih
Allah untuk partisipasi kita. Kasih Allah adalah sumber, karena Allah adalah asal mulanya; kasih karunia Tuhan
adalah aliran kasih Allah, karena Tuhan adalah ekspresi Allah; persekutuan Roh adalah penyaluran kasih
karunia Tuhan beserta kasih Allah, karena Roh adalah transmisi Tuhan beserta Allah, bagi pengalaman dan
kenikmatan kita. Sesungguhnya berkat yang sejati itu tidak lain adalah kita berbagian, mengalami, menikmati,
dan mendapatkan Allah Tritunggal yang telah melalui proses, sekarang dan sampai selamanya.
Bagaimanakah pengalaman yang riil atas berkat yang sejati seperti yang disebutkan dalam 2 Korintus 13:13?
Dalam Bilangan 6:24-26, Alkitab berkata, “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN
menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya
kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Memberkati dan melindungi berasal dari Bapa; menyinari
dengan wajahNya dan memberi kasih karunia" berasal dari Putra; dan menghadapkan Wajah-Nya dan memberi
damai sejahtera berasal dari Roh Kudus. Bapa memberkati kita, Putra menyinari kita, dan Roh Kudus
menghadapkan wajahNya kepada kita. Hasilnya, kita dilindungi, kita menerima kasih karunia dan kita mendapat
damai sejahtera. Haleluya!
Saudara saudari terkasih, untuk mendapatkan dan menikmati berkat yang sejati ini, kita perlu berada di tempat
yang tepat. Baik menurut wahyu Perjanjian Baru maupun menurut pengalaman kita, berkat ini hanya bisa
dapatkan di dalam gereja (Ef. 1:3). Seluruh berkat Allah Tritunggal hari ini ada di dalam gereja. Hari ini banyak
orang mengatakan bahwa tidak ada yang lebih riil daripada uang, namun jika Anda menempuh kehidupan gereja
dengan normal, Anda dapat membuktikan sendiri bahwa berkat Allah Tritunggal itulah yang riil, yang sejati;
karena di dalam gereja Anda telah mencicipi, menikmati, dan mengalami Allah sendiri sebagai berkat sejati Anda
(2 Kor. 4:18; Pkh. 5:9-10).
Karena berkat sejati ini bersifat rohani maka untuk menikmatinya kita harus melatih roh kita, juga melatih iman
kita. Roh kita perlu dibangkitkan, dibarakan (2 Tim. 1:6-7). Doa adalah cara terbaik untuk melatih roh kita. Melalui
berdoa senantiasa, roh kita terus menerus berkontak dengan Tuhan, dan pada saat demikianlah berkat rohani
tersalur ke dalam kita. Kita pun bisa menggunakan firman yang kita baca sebagai doa kita (Ef. 6:17b-18),
misalnya di pagi hari, kita bisa membaca beberapa ayat Alkitab dan mengubahnya menjadi isi doa kita. Praktek
yang demikian tidak hanya untuk kerohanian individu, tetapi kita pun bisa membantu kaum saleh yang baru
untuk melakukan hal yang sama, misalnya dengan mendampingi mereka berkontak dengan Tuhan melalui
sarana telepon manna surgawi. Jika setiap orang kudus mempraktekkan hal ini, dapat dipastikan sidang-sidang
gereja akan menjadi kaya dan tinggi, dan berkat sejati Allah Tritunggal ini akan mengalir dengan limpah di antara
kita.
Saudara saudari sekalian, marilah di awal tahun yang baru ini kita mempersembahkan diri kita sekali lagi,
memberikan waktu-waktu yang masih ada di tangan kita untuk menikmati, mengalami, dan menyalurkan berkat
yang sejati ini. Jika kita dengan tekun mencari berkat yang sejati ini, Tuhan akan menambahkan apa yang
menjadi keperluan kita (Mat. 6:33). Kiranya kita semua bisa dengan hati yang tulus berkata, “Yang aku tuntut
Allah melulu, bukanlah senang bukanlah bahagia . . . Satu yang kubuat, cari Dia melulu, setiap waktu Allah yang
kuperlu, Allah muliaku itu upahku.”
Back to Top
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105)
"Ingatlah juga bahwa sejak kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan
menuntun engkau kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah
dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik" (2 Tim. 3:15-17).
PENTINGNYA MEMBACA ALKITAB
Setiap orang Kristen wajib membaca Alkitab, karena. Alkitab adalah yang diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Alkitab memperlihatkan kepada kita berapa banyak pekerjaan yang telah Allah lakukan bagi kita,
berapa banyak orang yang Allah pimpin pada masa yang silam. Bila kita ingin mengetahui betapa limpah ruah
dan luasnya yang Allah sediakan bagi kita, kita harus membaca Alkitab. Demikian juga bila kita ingin mengetahui
bagaimana Allah selangkah demi selangkah memimpin orang, kita harus membaca Alkitab.
Dasar Allah berfirman kepada manusia dewasa ini, semuanya berdasar pada apa yang pernah Ia firmankan.
Sukar sekali kita menemukan Allah berfirman kepada seseorang di luar Alkitab. Juga terhadap seseorang yang
sudah jauh perjalanan rohaninya, kadangkala Allah memberikan wahyu-Nya masih dengan firman yang pernah
Ia katakan dalam Alkitab. Firman Allah sekarang mi, sebenarnya hanya merupakan pengulangan kembali dari
apa yang pernah Ia katakan. jika seseorang tidak mengenal perkataan yang telah Allah katakan itu, maka tidak
mudah baginya untuk mendapatkan wahyu Allah, karena dia kekurangan syarat bagi Allah untuk berfirman
kepadanya.
Jika Allah ingin berfirman kepada seseorang melalui diri kita, itu juga berdasar pada apa yang pernah Ia katakan.
Bila kita tidak mengetahui firman yang telah Allah katakan, Allah takkan berfirman kepada orang lain melalui kita,
sehingga kita akan menjadi orang yang tak berguna di hadapan Allah.
Karena itu, kita harus dengan kayanya menyimpan firman Allah di dalam hati kita, barulah kita dapat mengetahui
jalan Allah pada masa lampau, mendengar firman Allah hari ini, dan melalui kita Allah dapat berfirman kepada
orang lain.
Alkitab adalah sebuah buku yang hebat dan besar. Dalam seumur hidup kita, meskipun seluruh waktu itu kita
curahkan padanya, paling-paling kita hanya menjamah sebagiannya saja. Ingin memahami Alkitab tanpa
mengeluarkan waktu, itu mustahil. Bagi orang Kristen yang masih muda haruslah cepat-cepat mengeluarkan
waktu atas firman Allah, agar bisa memiliki firman yang kaya limpah, sehingga setelah kita mencapai usia
setengah baya atau tua, kita bisa menyuplai diri sendiri dan orang lain.
Setiap orang yang mau mengenal Allah, wajib membaca Alkitab dengan seksama. Begitu seseorang percaya
Tuhan, harus segera mengetahui pentingnya membaca Alkitab.
Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Pembinaan Dasar: Berdoa, Watchman Nee.
Roma 1 sampai dengan 8 terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memperlihatkan, darah menanggulangi apa
yang telah kita lakukan; sedang bagian kedua memperlihatkan, salib menanggulangi apa adanya kita. Kita
memerlukan darah untuk pengampunan dosa-dosa kita, kita juga memerlukan salib untuk pelepasan kita.
Kalau kita memandang lebih jauh lagi, akan kita temukan, bahwa bagian yang pertama itu umumnya
membicarakan soal pembenaran (misalnya, Roma 3:24-26; 4:5,25), sedangkan bagian kedua terutama
membahas masalah pengudusan (Roma 6:19,22). Mengetahui kebenaran pembenaran oleh iman yang berharga
ini, baru merupakan pengenalan yang separuh. Dengan kata lain, kita baru sekedar menyelesaikan sengketa
kedudukan kita di hadapan Allah. Bila kita maju lagi, Allah masih memberi lebih banyak kepada kita, yaitu
penyelesaian masalah tingkah laku kita. Perkembangan pemikiran pada pasal-pasal ini memang menandaskan
hal tersebut. Dalam hal apa saja, langkah kedua selalu menyusul langkah pertama; jika kita hanya tahu yang
pertama, ini berarti kita masih menempuh penghidupan orang Kristen yang di bawah normal. Lalu, bagaimana
kita baru bisa menempuh penghidupan orang Kristen yang normal? Tentu saja, mula-mula kita harus mengalami
pengampunan dosa-dosa, harus dibenarkan, harus berdamai dengan Allah; hal-hal itu adalah dasar yang tidak
boleh tiada. Tetapi sesudah dasar itu benar-benar ditanamkan melalui tindakan iman kita yang pertama dalam
Kristus, kita nampak jelas, bahwa kita masih harus maju kepada sesuatu yang lebih dari itu.
Dalam Roma pasal 4 dan pasal 6, tercantum dua aspek kebangkitan. Dalam Roma 4:25, kebangkitan Tuhan
Yesus disebutkan berhubungan dengan pembenaran kita, "Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita." Ayat ini menyinggung tentang kedudukan kita di
hadapan Allah. Tetapi dalam Roma 6:4 dikatakan, bahwa kebangkitan memberikan hayat baru kepada kita, agar
kita dapat menempuh penghidupan yang kudus, "Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati
... demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Ayat ini menyinggung tentang tingkah laku kita.
Damai sejahtera pun tercantum dalam kedua bagian tersebut, yaitu dalam, pasal 5 dan 8. Roma 5 menyinggung
damai sejahtera bersama Allah adalah hasil dari pembenaran karena beriman kepada darahNya, "Sebab itu, kita
yang dibenarkan karena iman kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus
Kristus" (Roma 5:1). Ini berarti, karena aku telah menerima pengampunan dosa, maka Allah tidak lagi
menakutkan bagiku. Dahulu aku musuh Allah, tetapi kini telah "diperdamaikan dengan Allah oleh kematian
Anaknya"(5:10). Namun, aku segera menemukan, bahwa "diri"ku adalah biang keladi yang mengganggu diriku
sendiri. Di batinku masih ada kegelisahan, karena ada sesuatu di dalamku yang menarikku berdosa. Memang
aku sudah berdamai dengan Allah, tetapi dengan diriku sendiri masih belum; dalam hatiku masih ada
pergumulan. Keadaan ini dengan jelas digambarkan dalam Roma 7, yang menampakkan pertarungan sengit
antara tubuh daging dengan roh. Tetapi dari keadaan tersebut, kita dibawa ke pasal 8, kepada damai sejahtera
batiniah akibat hidup di dalam Roh. "Karena pikiran daging adalah maut" sebab "pikiran daging itu adalah
perseteruan terhadap Allah", tetapi "pikiran roh adalah hidup dan damai sejahtera" (Roma 8:6-7 Tl).
Jadi, di pihak obyektifnya, darah menanggulangi perbuatan dosa kita. Sebagai pengganti kita, Tuhan Yesus telah
menanggungnya di kayu salib bagi kita, dan karenanya dapat memberi kita pengampunan, pembenaran dan
pendamaian. Namun kini kita harus maju selangkah lagi dalam rencana Allah untuk memahami bagaimana Ia
membereskan tabiat dosa yang ada di dalam kita. Darah dapat mencuci bersih dosa-dosaku, tetapi tidak dapat
mencuci bersih "orang lamaku". Untuk itu, perlu salib menyalibkan "aku". Darah menanggulangi "dosa-dosa",
tetapi salib menanggulangi "orang dosa". Istilah "orang dosa" jarang kita temukan dalam empat pasal pertama
kitab Roma. Hal itu karena pokok pembahasannya bukan tentang orang dosa, melainkan dosa-dosa yang
dilakukannya. Istilah "orang dosa" mula-mula muncul pada pasal 5, dan penting untuk diperhatikan, bagaimana
penampilan orang dosa itu. Dalam pasal itu manusia disebut "orang dosa" bukan karena ia telah berbuat suatu
dosa, tapi karena ia terlahir sebagai orang dosa. Perbedaan ini sangat penting. Sebab pengajaran kitab Roma
adalah, kita disebut orang dosa bukan karena kita telah berbuat dosa, melainkan karena kita adalah orang dosa.
Kita adalah orang dosa karena kelahiran, bukan karena perbuatan. Seperti yang dinyatakan Roma 5:19, "Jadi
sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa." Bagaimana kita bisa
menjadi orang dosa? Karena ketidaktaatan Adam. Kita menjadi orang dosa bukan karena perbuatan kita, tetapi
karena perbuatan dan apa adanya Adam. Misalnya sekarang, saya berbicara dengan bahasa Inggris, tetapi
bukan karena berbahasa Inggris lalu saya disebut orang Inggris. Saya tetap orang Tionghoa. Maka, pasal 3
mengarahkan perhatian kita kepada perbuatan kita, semua orang telah berbuat dosa, namun ingatlah, kita
menjadi orang dosa bukan karena kita telah berbuat dosa. Suatu kali saya bertanya kepada sekelompok anak-
anak, "Siapakah yang disebut orang dosa?" Mereka langsung menjawab, "Orang yang berbuat dosa." Benar,
orang yang berbuat dosa, adalah orang dosa, tetapi fakta seseorang berbuat dosa, tidak lain membuktikan
bahwa ia memang orang dosa; bukan perbuatannya yang menyebabkan ia disebut orang dosa. Orang yang
berbuat dosa, adalah orang dosa, tetapi orang yang tidak berbuat dosa, pun, asal ia keturunan Adam, juga
disebut orang dosa. Orang dosa memerlukan penebusan. Mengertikah Anda? Ada orang dosa yang jahat, ada
pula orang dosa yang baik. Ada orang dosa yang bermoral, ada pula orang dosa, yang bejat. Namun, semuanya
sama, adalah orang dosa. Kadang-kadang kita mengira, asal kita tidak melakukan hal-hal tertentu, semuanya
akan baik. Tetapi persoalannya lebih dalam daripada apa yang kita lakukan, persoalannya terletak pada apa
adanya kita. Mungkin saja satu orang keturunan "X" lahir di Amerika dan tidak dapat berbahasa "X" sama sekali,
tetapi ia, tetap orang "X", karena ia terlahir sebagai orang "X". Kelahiranlah yang menentukan. Jadi, aku adalah
orang dosa karena aku dilahirkan dalam Adam. Ini bukanlah soal kelakuanku, melainkan soal keturunanku atau
kelahiranku. Aku menjadi orang dosa bukan karena aku telah berbuat dosa, malah sebaliknya, aku berbuat dosa
karena aku berasal dari keturunan yang berdosa. Aku berbuat dosa karena aku adalah orang dosa. Kita mudah
sekali berpikir demikian, meskipun perbuatan kita amat bobrok, tetapi diri kita tidak begitu bobrok. Tetapi Allah
justru terus menerus menunjukkan kepada kita, bahwa diri kita bobrok dan pada dasarnya memang bobrok. Akar
segala kesulitan kita adalah orang dosa itu; dan ia harus ditanggulangi. Dosa-dosa kita ditanggulangi oleh darah,
tetapi diri kita ditanggulangi oleh salib. Darah menjamin pengampunan atas segala yang kita perbuat; salib
menjamin kita terlepas dari apa adanya kita.
Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, "Kehidupan Orang Kristen Yang Normal", Watchman Nee.
Setelah beroleh selamat, kita wajib mengenal Alkitab, barulah bisa mendapat pemeliharaan rohani. Dua ribuan
tahun orang Kristen pada mengakui satu fakta, yaitu tiada seorang pun yang benar-benar mengenal Tuhan
tanpa mengenal Alkitab. Warisan rohani yang Allah karuniakan kepada kita adalah Roh Kudus yang tak
kelihatan, dan satu lagi Alkitab yang kelihatan. Roh Kudus di dalam kita, sedang Alkitab di luar kita. Keduanya ini
harus seimbang mutlak. Memiliki Roh Kudus di batin, tanpa Alkitab di lahir, itu mudah keliru. Sebaliknya, hanya
Alkitab melulu tanpa Roh Kudus, niscaya gersang, layu dan lembam.
Orang Kristen seperti kereta api yang di dalamnya ada tenaga penggerak, dan di luarnya ada rel. Dengan
dilengkapi kedua-duanya, barulah bisa bergerak dan melaju dengan baik. Begitulah juga hubungannya Roh
Kudus di dalam kita dan Alkitab di luar kita. Apabila secara batin kita penuh Roh Kudus dan secara lahir kita
mengenal Alkitab, dengan sendirinya Anda dapat menjadi orang Kristen yang hidup pun mantap, dinamis pun
tepat.
ASAL USUL ALKITAB
Alkitab adalah hembusan Allah (2 Tim. 3:16)
Alkitab adalah hembusan Allah. Ini mengatakan bahwa Alkitab bukan sekali-kali berasal dari maksud atau pikiran
manusia, melainkan Allah melalui RohNya menghembuskan maksud dan firman-Nya ke dalam penulis Alkitab,
kemudian dihembuskan pula dari dalam mereka. Karenanya dalam Alkitab terkandung kadar Allah, juga cita rasa
Allah. Sukacita atau bahagia yang terbesar bagi kita orang-orang Kristen, ialah mengontaki Allah, sambil
mengecap diri Allah dari hari ke hari, melalui firman yang Allah hembuskan.
Alkitab adalah orang didorong Roh Kudus, mengutarakan daripada Allah (2 Ptr. 1:20, 21)
Berhubung Alkitab adalah Allah melalui Roh-Nya menghembuskan firman-Nya dari dalam manusia, tentunya
bukan berasal dari maksud manusia, melainkan manusia digerakkan Roh Kudus sehingga mengutarakan
daripada Allah. Kalimat ini mempunyai dua makna : Pertama yaitu manusia didorong Roh Kudus; kedua yaitu
mengutarakan daripada Allah. Menurut bahasa Yunaninya, didorong Roh Kudus itu seumpama perahu layar
yang ditiup angin. Penulis Alkitab diinspirasi Allah di bawah kuasa Roh Kudus, dihembusi serta dipimpin Roh
Kudus sambil mengucapkan firman Allah. Bahkan mereka mengutarakannya dari dalam Allah. Roh Allah yang
menggerakkan orang berbicara, dan manusia mengucapkan dari dalam Allah. Dengan kata lain, Allah
mengutarakan diri-Nya dari dalam manusia dan melalui mulut manusia.
2 Samuel 23:2 berkata, "Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku." Inilah yang
diungkapkan oleh Daud. Ia sendiri memberitahu kita, bahwa kata-katanya itu adalah Roh Allah berfirman melalui
dia, bahkan firman Allah di dalam mulutnya. Bukan sekedar Roh Kudus berfirman melalui dia, bahkan firman
Allah ditaruh di dalam mulutnya. Firman Allah diutarakan dari mulutnya, itulah Alkitab.
Alkitab adalah Allah bersabda di dalam para nabi dan bersabda di dalam PutraNya (Ibr. 1:1-2)
Pada zaman Perjanjian Lama, Allah bersabda di dalam para nabi. Pada zaman Perjanjian Baru, Allah bersabda
di dalam PutraNya, Tuhan Yesus kita. Jadi sabda yang disampaikan oleh para nabi pada Perjanjian Lama,
maupun sabda yang disampaikan oleh Tuhan Yesus pada Perjanjian Baru, sernuanya merupakan sabda Allah
yang berasal daripada Allah.
Alkitab adalah wahyu Roh Kudus
Yohanes 16:13 berkata, "Apabila Ia datang, yaitu Roh kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam kebenaran;
sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya, dan Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Yang diungkapkan oleh
Tuhan di sini juga membuktikan bahwa setelah Roh Kudus turun, apa yang diutarakan dan yang ditulis murid-
murid-Nya, adalah yang "Roh Kudus beritahukan" kepada mereka. Kata-kata Tuhan ini pun membuktikan, bahwa
setelah Ia naik ke sorga, kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis oleh murid-murid-Nya, berasal dari wahyu Roh
Kudus, dan otoritas ilahinya diakui juga oleh-Nya.
Maka itu, Alkitab adalah Allah menyuruh orang menulis firman-Nya (Kel. 34:27), Roh Kudus berbicara melalui
orang, sabda Allah yang diutarakan melalui mulut orang (2 Sam. 23:2), sabda yang dituturkan orang di bawah
inspirasi Roh Kudus (Mar. 12:36). Perjanjian Lama adalah firman yang Allah pesankan kepada nabi (Yer. 1:7),
firman Allah menimpa kepada nabi (Yeh. 1:3), firman yang diungkapkan Roh Allah melalui para nabi (Zak. 7:7,
Kis. 3:18, 28:25; Rm. 1:2; 1 Ptr. 1:10-12.). Perjanjian Baru ada yang merupakan firman yang Allah sampaikan di
dalam Tuhan Yesus (Yoh. 14:10), ada yang merupakan tulisan para rasul yang diajarkan Roh Kudus (1 Kor.
2:13). Tulisan yang Roh Kudus ajarkan rasul, sama ilahinya dengan Perjanjian Lama (2 Pet. 3:15,16). Karenanya
seluruh Alkitab berasal dari firman Allah, kata demi kata, kalimat demi kalimat, titik demi titik (Mat 5:18),
semuanya diilhamkan oleh Allah, sehingga manusia tidak boleh menambahkan apa pun, atau pun mengurangi
apa pun (Why 22:18,19).
Sumber: Living Stream Ministry, Truth Lesson Level 1 Lesson 1, Bible, Witness Lee
Fungsi Alkitab
Posted 15/04/2013 | 12:04
FUNGSI ALKITAB
Bersaksi bagi Tuhan Yesus (Yoh. 5:39)
Pertama, Alkitab berfungsi untuk bersaksi bagi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itulah judul dan isi Alkitab; Alkitab
merupakan keterangan dan pernyataan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus itu firman Allah yang hidup, sedang Alkitab
itu firman Allah yang tertulis. Tanpa Tuhan Yesus sebagai realitas firman yang hidup, maka Alkitab yang sebagai
firman yang tertulis akan menjadi doktrin kosong atau huruf-huruf yang hampa. Sebaliknya, tanpa Alkitab yang
tertulis sebagai pernyataan, maka Tuhan Yesus Sang Firman yang hidup akan terlampau abstrak sehingga sulit
untuk dikenal atau dijangkau. Setelah ada Alkitab sebagai keterangan yang jelas, wahyu yang tegas, barulah
Tuhan Yesus dapat dikenal secara konkret dan dipahami secara tegas. Bukan saja seluruh Perjanjian Baru
mewahyukan Tuhan Yesus, bahkan seluruh Perjanjian Lama, baik a). Hukum Taurat Musa b). Kitab Nabi c).
Mazmur (Perjanjian Lama terbagi tiga kelompok), semuanya bersaksi bagi Tuhan Yesus, mengungkapkan Tuhan
Yesus. Kalau ingin mengenal Tuhan Yesus, tak boleh tidak membaca Alkitab, dan tak boleh tidak memahami
Alkitab.
Memberi hikmat yang menyelamatkan (2 Tim. 3:15 )
Selain bagi Tuhan Yesus, Alkitab juga berguna untuk kita; selain bersaksi bagi Tuhan Yesus, juga
mendatangkan berkat dan pembinaan bagi kita. Pada aspek kepentingan kita, yang pertama yaitu memberi kita
hikmat yang menyelamatkan. Mewahyukan kepada kita penyelamatan Allah yang di dalam Kristus, dan jalan
manusia beroleh selamat karena iman, agar supaya kita mengenal jalan mendapat kasih karunia serta paham
cara diselamatkan.
Membuat orang dilahirkan kembali (1 Pet. 1:23)
Kegunaan praktis yang pertama dari Alkitab terhadap kita, yaitu membuat kita terlahir ulang. Alkitab ialah firman
Allahyang hidup, di dalamnya terkandung hayat Allah yang hidup. Kapan kita dengan iman menerima firman
Alkitab ke batin kita, maka firman Alkitab akan seperti bibit yang jatuh ke dalam kita, sehingga kita memiliki hayat
Allah seraya dilahirkan ulang.
Air susu rohani kaum beriman (1 Pet. 2:2)
Tatkala kita baru diselamatkan, belum mempunyai daya paham yang cukup terhadap perkara rohani, firman
Alkitab ada yang berupa air susu guna menyusui kita, membuat hayat rohani kita bertumbuh sedikit demi sedikit.
Oleh sebab itu, seorang umat imani yang baru dilahirkan ulang, wajiblah mendambakan sabda Alkitab, "sama
seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni." Jika tidak, hayat rohaninya tidaklah
akan bertumbuh, malahan selalu "belum dewasa di dalam Kristus." (1 Kor. 3:1-2)
Makanan hayat kaum beriman (Mat. 4:4)
Alkitab juga makanan hayat rohani kita. Sebagaimana hayat jasmani kita membutuhkan gizi, begitu pula hayat
rohani kita. Gizi terhadap hayat rohani, hanyalah tersuplai dari firman Alkitab. Bila kita ingin menjadi orang yang
lincah dan tangguh di hadapan Allah, selain roti (makanan), harus pula bersandar pada semua sabda yang ditu-
turkan mulut Allah, yakni firman Alkitab. Kita harus makan firman Allah (Yer. 15:16), bahkan lebih menghargainya
daripada roti (makanan). Kalau tidak, hayat rohani kita takkan dewasa. Dalam memahami firman Alkitab, kita
harus berlatih sampai mahir, hingga dapat memahami firman Alkitab yang sulit-sulit, sebagaimana orang dewasa
bisa menerima makanan keras (Ibr. 5:13-14). Jika tidak demikian, mustahil hayat rohani kita akan sehat.
Menyempurnakan kaum beriman (2 Tim. 3:16-17)
Firman Alkitab membuat kita sabar, terdorong dan menaruh harapan (Rm. 15:4). Banyak umat saleh ketika
menderita sengsara dan jatuh sakit, tak kuat menahan, sedih dan putus asa, namun setelah membaca Alkitab
barang separagraf atau sekalimat, makan dalam hatinya terbit daya tahan, terhibur dengan tak terkatakan,
bahkan menaruh harapan yang di luar dugaan. Alkitab menyampaikan juga perkara-perkara lain, yang boleh
dijadikan peringatan dan lampu merah, agar kita berwaspada dan jangan sampai mengulangi kesalahan yang
sudah dibentangkan (1 Kor. 10:11). Karenanya setelah kita dilahirkan kembali, Alkitab dapat menasehati kita,
menegur dan memperbaiki kelakuan atas aspek mana saja, dan mendidik orang dalam kebenaran atas setiap
hal, agar kita yang sebagai manusia milik Allah ini disempurnakan.
Sumber: Living Stream Ministry, Truth Lesson Level 1 Lesson 1, Bible, Witness Lee.
Allah Berbicara
Posted 06/03/2013 | 12:03
"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dengan berbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan para nabi, maka pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya" (Ibr. 1:1-2).
Surat Ibrani dimulai dengan "Allah berbicara". Allah telah berbicara! Terpujilah Dia! Allah berbicara ini mutlak
bukan perkara kecil. Jika Allah tidak berbicara, Dia akan merupakan suatu rahasia. Namun Dia telah
mewahyukan diri-Nya dalam pembicaraan-Nya. Dia tidak lagi rahasia. Sekarang Dia adalah Allah yang telah
diwahyukan.
Yang ditekankan dalam surat ini adalah Allah yang telah berbicara, bukan manusia. Karena itu, surat ini tidak
mencantumkan penulisnya, bahkan nama pembicara dari kutipan-kutipan Perjanjian Lama juga tidak disebut.
Menurut konsepsi surat ini, seluruh Kitab Suci adalah pembicaraan Allah. Maka, dalam mengacu kepada
Perjanjian Lama, surat ini selalu mengatakan bahwa itu adalah pembicaraan Roh Kudus (3:7; 9:8; 10:15-17).
Pembicaraan Allah menyatakan hikmat Allah, memberi terang, menghidupkan dan menggugah kita,
sehingga kita menjadi vital
Allah kita hidup! Allah kita berbicara, dan pembicaraan-Nya membuktikan bahwa Dia hidup. Kita mengetahui
bahwa Dia hidup karena Dia berbicara. Alangkah bodohnya mengatakan Allah itu tidak ada! Andaikata Dia tidak
pernah berbicara, dari manakah datangnya Alkitab? Tidak seorang pun dapat menyangkal hikmat yang di-
nyatakan dalam Alkitab. Kalau bukan setiap kalimat, setidak-tidaknya sebagian besar kata-kata Alkitab tidak
mungkin keluar dari alam pikiran manusia. Seorang filsuf Perancis pernah mengatakan bahwa andaikata
keempat kitab Injil itu cerita palsu dan Kristus itu tidak ada, maka pengarang keempat kitab Injil itu sendiri sudah
cukup bersyarat menjadi Kristus. Jika Anda tidak percaya, silakan coba, dapatkah Anda mengarang kitab-kitab
seperti itu? Siapa yang dapat mengarang kitab yang sedalam dan sehikmat Alkitab?
Alkitab juga membawa terang. Tidak ada buku lain yang dapat menerangi orang seperti Alkitab. Apakah Anda
menerima terang dari membaca koran atau majalah? Bila orang membaca majalah dan surat kabar, mereka
malah menjadi gelap, teracun, terselubung, dan tertipu. Sebaliknya, di antara kita banyak yang dapat memberi
kesaksian, begitu kita membaca Alkitab, tidak peduli pasal yang mana, terang menyoroti kita. Boleh jadi terang
itu tidak langsung menyorot karena Anda belum siap. Terang selalu siap menyorot, tetapi Anda belum. siap
membuka diri terhadapnya. Namun akhirnya, terang itu datang juga.
Sering kali firman Allah tidak saja menerangi kita, tetapi juga menghidupkan kita, menggugah kita, sehingga kita
lincah pun hidup. Coba saja baca sambil mendoakan kata-kata dalam koran dan lihat apa jadinya. Semakin Anda
mengulang-ulangi kata-katanya, Anda makin gelap dan terbunuh. Namun, bila Anda membaca sambil
mendoakan Alkitab, Anda akan dihidupkan. Hal ini adalah bukti yang kuat bahwa Alkitab benar-benar
pembicaraan Allah. Allah telah berbicara! Saya pernah melihat lebih dari seratus kali orang-orang berdosa besar
yang beroleh selamat hanya dengan membaca satu ayat Alkitab saja. Dalam sekejap mata, seluruh hidup me-
reka berubah. Itulah hasil pekerjaan firman yang kudus.
Tahapan Allah Berbicara
Pertama-tama Allah berbicara melalui beberapa orang yang dipilih dan digerakkan oleh-Nya. Dengan berbagai
cara Allah berbicara melalui Adam, Habel, Enos, Henokh, Nuh dan Abraham. Setelah Abraham, Allah berbicara
melalui Musa, imam-imam, raja-raja, dan nabi-nabi yang dipilih oleh-Nya. Orang-orang yang menyampaikan
firman Allah itu, entah itu raja atau nabi, semuanya digerakkan oleh Roh Allah. Karena itu, sejarah Allah adalah
sejarah berbicara.
Meskipun Allah pernah berbicara melalui berbagai macam orang: yang bermartabat tinggi, yang berkelas rendah;
yang berpendidikan, yang tidak berpendidikan; raja, gembala; namun masih saja tidak cukup pembicaraan-Nya.
Tidak peduli berapa banyak orang itu telah dipakai untuk berbicara bagi Allah, pembicaraan mereka belumlah
cukup sempurna. Allah perlu berfirman sendiri secara langsung. Karena itu, Ia datang di dalam persona Putra.
Ibrani 1:2 mengatakan bahwa Ia telah berbicara kepada kita "di dalam" (Tl.) Putra-Nya. Pada zaman dulu Allah
berbicara melalui (dengan perantaraan) nabi-nabi, kini Ia berbicara di dalam Putra-Nya. Putra berbeda dengan
nabi-nabi. Nabi-nabi ialah orang-orang yang dipakai Allah untuk berbicara bagi-Nya, namun Putra justru Allah
sendiri yang berbicara. Ayat 2 mengatakan bahwa Allah berbicara di dalam PutraNya, sedang ayat 8 memberi
tahu kita bahwa Putra adalah Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah berbicara di dalam diri-Nya sendiri. Kalau
hanya membaca ayat 2, seolah-olah Allah dengan Putra itu dua persona, sebab di situ dikatakan, "Allah
berfirman di dalam Putra." Tetapi dalam ayat 8 terbukti jelas bahwa Putra dan Allah adalah satu, sebab di sana
Putra itu disebut "Ya Allah". Mengatakan Allah berbicara di dalam Putra berarti Allah berbicara dalam diriNya
sendiri.
Dalam keempat kitab Injil, Putra Allah sudah datang. Kedatangan-Nya adalah untuk membicarakan Allah, bukan
sekadar dengan perkataan nyata, tetapi juga dengan apa ada-Nya dan apa yang dilakukan-Nya. Ia adalah firman
dan pembicaraan Allah. Adakalanya Ia berbicara dengan kata-kata nyata, adakalanya Ia berbicara dengan
tindakan. Segala apa ada-Nya dan segala apa yang dilakukan-Nya adalah membicarakan Allah. "Tidak seorang
pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakan-Nya" (Yoh. 1: 18).
Putra adalah firman Allah, pembicaraan Allah, ekspresi Allah, dan definisi Allah. Ketika Putra berbicara,
perkataan-Nya adalah Roh (Yoh. 6:63). Pada akhirnya, ketika berfirman kepada gereja-gereja, Ia adalah Roh
yang berbicara. Pada awal setiap, pucuk surat dari ketujuh surat dalam Wahyu 2 dan 3, Putra yang berfirman,
namun pada akhirnya dikatakan, itu adalah perkataan Roh Kudus kepada gereja-gereja. Allah berfirman di dalam
Putra, dan ketika Putra itu berbicara kepada gereja-gereja, Dialah Roh yang berfirman. Melalui
pembicaraan-Nya, gereja-gereja menjadi satu dengan-Nya. Pada akhir Kitab Wahyu, kita nampak bahwa gereja
bersatu dengan Roh dan berbicara bersama (Why. 22:17). Allah berfirman di dalam Putra, Putra menjadi Roh
yang berbicara, sedang Roh yang berbicara itu bersatu dengan gereja dan berbicara bagi Allah. Inilah sejarah
pembicaraan Allah, yaitu sebuah sejarah berbicara.
Kisah Allah berbicara ini tercatat dalam Alkitab. Seluruh Alkitab merupakan sejarah Allah. Seperti telah kita lihat,
sejarah ini adalah kisah berbicara. Ketika Allah menciptakan segala sesuatu, Ia merampungkannya dengan
berbicara. Ketika Allah berkontak dengan manusia dalam zaman Perjanjian Lama, hal itu dilakukan melalui
berbicara di dalam para nabi. Dalam zaman Perjanjian Baru, Ia datang ke antara manusia dan berbicara di
dalam Putra, yaitu Putra sebagai persona firman Allah. Bagaimanakah Ia hari ini datang ke dalam gereja? Ia
berfirman sebagai Roh itu yang berbicara. Melalui berbicara sebagai Roh, Ia menyatukan diri-Nya dengan
gereja. Akhirnya, kisah berbicara ini tidak hanya mencakup Allah sendiri, tetapi juga mencakup seluruh gereja.
Sidang perhimpunan demi sidang perhimpunan hidup gereja merupakan kisah berbicara. Kita adalah
orang-orang yang berbicara. Melalui berbicara ini, Allah menginfuskan diri-Nya ke dalam manusia. Melalui
berbicara ini, unsur ilahi-Nya terinfus dan meresap ke dalam banyak manusia. Inilah hidup gereja dan inilah Allah
berbicara. Dalam kisah berbicara yang demikian inilah Allah masuk ke dalam manusia, dan manusia dibawa ke
dalam Allah. Allah dengan manusia, manusia dengan Allah, lalu menjadi satu. Inilah hidup gereja yang ajaib.
Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Pelajaran Hayat Ibrani, Bab 1-3, Witness Lee.