Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IMPOR BERAS INDONESIA SEMAKIN MENINGKAT

Oleh kelompok :

Latifatul Ulfa
Galih rena
Nabiel
Akbar
Nurul Ilmi
Malika
Aghisna

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak
lebih dari membeli dan menjual baramg antara pengusaha-pengusaha yang
bertempat di negara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa
yang menyeberangi laut dan darat itu tidak jarang timbul berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha-pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan,adat
istiadat dan cara yang berbeda-beda.
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.
Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli
barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi
sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antarberbagai produk. Selain
harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai
USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun
2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat
21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta
hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65
persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Dengan istilah ekspor-impor dalam mewujudkan peraturan
perundangundangan yang berlandaskan pancasila dan undang- undang dasar 1945,
yang di dalamnya terkandung asas keadilan Terjadinya perdagangan dapat memberi
pengaruh positif dan pengaruh negatif, menjunjung tinggi hak setiap angota
masyarakat dan menempatkan kewajiban pabean sebagai kewajiban
kewarganegaraan yang mencerminkan peran serta anggota masyarakat dalam
menghimpun dana, maka peraturan perundang-undangan kepabeanan ini sebagai
hukum fiskal yang harus dapat menjamin perlindungan kepentingan masyarakat,
kelancaran arus barang, orang dan dokumen yang optimal, dan menciptakan iklim
usaha yang dapat lebih mendorong laju pembangunan nasional.1 Roselyne
Hutabarat, 1997, Transaksi Ekspor-Impor , Jakarta: Erlangga, Hal.1 2
Tahun ini hingga September, impor beras telah menembus 2 juta ton,
tertinggi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Terasa pahit memang jika
dibandingkan dengan tekad untuk mencapai swasembada beras sebagaimana
didengungkan semasa kampanye pemilihan presiden 2014.
Namun, tidak benar kalau ada yang mengatakan selama masa Orde Baru
Soeharto lebih baik. Memang, Presiden Soeharto pernah memperoleh penghargaan
dari Food and Agriculture Organization (FAO), lembaga internasional di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada 14 November 1985. Sekretaris Jenderal FAO,
DR Edward Samoa memberikan penghargaan atas keberhasilan Indonesia
mencapai swasembada pangan, khususnya swasembada beras.
Indonesia sempat tidak mengimpor beras sama sekali pada tahun 1985-
1986. Pada tahun itu bahkan Indonesia mengekspor beras masing-masing 106 ribu
ton pada tahun 1985 dan 231 ribu ton tahun 1986. Setahun kemudian ekspor beras
mencapai jumlah tertinggi yakni 231 ribu ton. Setelah ini ekspor meredup, tidak
pernah lagi di atas 100 ribu ton. Ekspor tertinggi di masa Presiden Jokowi terjadi
tahun 2017, itu pun hanya 3,5 ribu ton. Sampai September 2018 tercatat 3,2 ribu
ton.
Keberhasilan menekan impor beras pada Era Soeharto berlangsung tidak
sampai 10 tahun. Di masa itu pun Indonesia beberapa tahun mengimpor ratusan
ribu ton Pada tahun 1995 dan 1996 impor beras kembali melonjak tajam menjadi
masing-masing 1,3 juta ton dan 2,0 juta ton. Setahun kemudian nyaris tak
mengimpor, tetapi pada 1998 ketika Presiden Soeharto “lengser” impor mencapai
rekor tertinggi, yaitu 2,8 juta ton. Itulah salah satu warisan terakhir Soeharto, selain
tentu saja krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah Indonesia. Rekor tertinggi
impor beras pecah pada 1999 (3 juta ton)
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 103/ M-DAG/ PER/ 12/2015 tentang Ketentuan Ekspor dan
Impor Beras (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1891)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 74 / M-
DAG/ PER/ 9 /2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
103 / M-DAG/ PER/ 12 / 2015 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1397), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku jika tidak sesuai kebutuhan negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, masalah-
masalah yang dibahas sebagai berikut :
1. Mengapa Indonesia membutuhkan impor beras dari luar negeri ?
2. Bagaimana mengurangi jumlah impor beras di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui alasan Indonesia membutuhkan impor beras dari luar
negeri
2. Mengetahui peran pemerintah dalam mengurangi jumlah impor
beras di Indonesia
3. Mengetahui solusi permasalahan impor beras di Indonesia

1.4 Manfaat Makalah


Berdasarkah pengertian diatas penulis dapat memahami masalah-masalah
perekonomian dan dapat pengetahuan tentang masalah impor yang dihadapi
oleh negara Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


1. Pengertian Impor
Agar lebih memahami apa arti impor, maka kita dapat merujuk pada
pendapat para ahli berikut ini:
I. Marolop Tandjung
Menurut Marolop Tandjung (2011:379), pengertian impor adalah
kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke
dalam daerah pabean Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
II. Astuti Purnamawati
Menurut Astuti Purnamawati (2013:13), pengertian impor adalah
tindakan membeli barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan
pemerintah, yang dibayar dengan menggunakan valuta asing.
III. Susilo Utomo
Menurut Susilo Utomo (2008:101), arti impor adalah suatu kegiatan
memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean di dalam
negeri yang dilakukan oleh perwakilan dari kedua negara, baik perorangan
maupun perusahaan.
2. Jenis-jenis Impor
Berdasarkan kegiatannya, impor dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Adapaun jenis-jenis impor adalah sebagai berikut:
1. Impor untuk Dipakai; kegiatan memasukkan barang/ jasa ke dalam
wilayah pabean Indonesia dengan tujuan untuk dipakai, dimiliki atau
dikuasai oleh orang yang berdomisili di Indonesia.
2. Impor Sementara; kegiatan memasukkan barang/ jasa ke dalam
wilayah pabean Indonesia dimana tujuannya adalah untuk diekspor
kembali ke luar negeri paling lama 3 tahun.
3. Impor Angkut Lanjut/ Terus; kegiatan mengangkut barang
dengan menggunakan sarana pengangkut melalui suatu kantor ke kantor
lain tanpa adanya proses pembongkaran terlebih dahulu.
4. Impor untuk Ditimbun; kegiatan mengangkut barang dengan
menggunakan sarana pengangkut melalui suatu kantor ke kantor lain
dengan melakukan proses pembongkaran terlebih dahulu.
5. Impor untuk Re-ekspor; kegiatan mengangkut barang impor yang
masih berada di dalam wilayah pabean untuk diekspor kembali ke luar
negeri. Hal ini dilakukan terhadap barang impor dengan kondisi; tidak
sesuai pesanan, salah kirim, rusak, tidak memenuhi syarat teknis, terjadi
perubahan peraturan.
3. Tujuan dan Manfaat Impor
Seperti yang disebutkan di atas, impor adalah memasukkan barang
dari pabean negara lain ke dalam daerah pabean di dalam negeri. Pada
umumnya kegiatan impor akan berhubungan dengan bea cukai, baik di
negara pengirim maupun negara penerima.
Adapun tujuan dan manfaat kegiatan impor adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan Bahan Baku
Kegiatan produksi suatu negara seringkali membutuhkan bahan
baku tertentu yang tidak tersedia atau terbatas di dalam negeri. Untuk
memastikan tersedianya pasokan bahan baku untuk kegiatan produksi,
maka negara tersebut mengimpor bahan baku yang dibutuhkan dari negara
lain.
2. Mendapatkan Teknologi Terbaru
Dalam berbagai kegiatan ekonomi dan bisnis, misalnya untuk
memproduksi barang/ jasa tertentu, seringkali membutuhkan dukungan alat
dengan teknologi terbaru yang tidak tersedia di dalam negeri. Untuk
mendukung kegiatan produksi barang/ jasa dengan lebih efisien maka
Indonesia mengimpor alat tersebut dari negara lain.
3. Menambah Pendapatan Devisa
Selain ekspor, kegiatan impor juga dapat menambah pendapatan
devisa suatu negara. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya
dari nilai pendapatan bea masuk barang impor yang cukup besar.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Alasan Indonesia Membutuhkan Impor Beras Dari Luar Negeri


Jakarta, CNBC “Indonesia-Impor beras memang sudah menjadi
kegiatan tahunan Indonesia.”
Dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2000
hingga saat ini, belum pernah Indonesia absen dari yang namanya impor
beras Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras
terbesar di dunia
Pada periode 2000-2018, Impor beras mencapai puncaknya pada
tahun 2011, yaitu mencapal 2,75 juta ton, Namun, sejak 2011, impor beras
kembali mencapai puncaknya pada tahun 2018 yaitu sebesar 2,14 juta ton.
Sebabnya, lahan panen beras tanah air mengalami fluktuasi. Sejak awal
tahun 2018 hingga bulan Maret 2018, memang luas lahan panen padi
meningkat, puncaknya sebesar 1,7 juta hektar. Wajar karena bulan Maret
memang biasa menjadi bulan panen raya di Indonesia karena awal tahun
yang biasanya musim hujan menjadi waktu tanam yang optimal bagi
tanaman padi. Alhasil stok padi meluap, membuat surplus beras pada bulan
Maret 2018 mencapai 2,91 juta ton
Sebenarnya selama Februari hingga September 2018 produksi beras
selalu berada di atas tingkat konsumsi beras Sayangnya, lahan panen di
bulan Oktober hingga Desember 2018 diperkirakan merosot tajam hanya
saja BPS memperkirakan konsumsi beras pada periode Oktober Desember
2018 akan melebihi produksinya, dimana selisih nya mencapai 3,51 juta ton
selama periode tersebut. Namun, melihat secara keseluruhan data produksi
dan konsumsi beras selama 2018, Indonesia masih diprediksi surplus beras
sebesar 2,86 juta ton. Memang surplus beras tahun ini jauh lebih kecil
dibandingkan 5 tahun terakhir. Dibandingkan pada tahun 2017 aja surplus
beras diperkirakan turun lebih dari 5 kalilipat Surplus sebesar itu dinilai
masih kurang oleh Menko Perekonomian, Darmin Nasution.
Kelebihan produksi sebesar itu jauh di bawah, kalau tadinya bisa 20
juta ton itu lebihnya. Sekarang 2,8 juta ton dan 4,5 juta keluarga. Mereka
pasti menyimpan 5-10 kg. itu ada di sana, Sehingga memang suplal di pasar
tahun Ini tersendat ujar Darmin pada Oktober 2018.
Memang surplus beras tahun ini jauh lebih kecil dibanding surplus
beras pada 4 tahun ke belakang Bola kecilnya surplus beras dijadikan alasan
untuk meningkatnya impor hal tersebut menjadi anomali pada tahun-tahun
sebelumnya dimana surplus mencapai belasan hingga puluhan ton. Bahkan
pada tahun 2016, dimana surplus beras paling tinggi pada periode 2014-
2017 Indonesia juga terbilang mengimpor beras cukup banyak, mencapai
1,28 juta ton Tapi Mau bagaimanapun juga, surplus tetaplah surplus. Bila
kelebihan pasokan dalam negeri asokan dari luar, berarti ada yang salah
dengan rantai pasokan dalam negeri imppor tanpa analisa dan studi yang
mendalam apalagi stok beras di pasaran cukup, maka secara hukum
ekonomi akan membuat harga tersebut.
Pertanian Indonesia saat ini bisa dikatakan terus mengalami
perkembangan. Namun jika dilihat lebih dalam, tetap beberapa
permasalahan yang terus menghambat, salah satunya adalah penurunan
tenaga kerja pertanian. Pada tahun 2016 lalu indonesia kehilangan 0,51%
tenaga pertanian dan tahun ini kehilangan 2,21%. Selain itu, permasalahan
yang menghambat perkembangan pertanian tahun ini adalah kurangnya
benih berbagai komoditas tanaman pangan, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Sampai Oktober 2017 produksi benih padi inhbrida mengalami
penurunan hampir 40 ribu ton dan padi hibrida hanya naik sekitar 15 ton.

Dampak Impor Beras Bagi Masyarakat Petani.


Jakarta-Pemerintah membuka keran impor 500 ribu ton beras akhir Januari
ini untuk menstabilkan harga, Bank Indonesia (BI) yakin keputusan itu bisa
menimbulkan dampak positif untuk menekan laju inflasi Asisten Gubernur
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bl, Dady Budi.
Waluyo menjelaskan pada bulan ini diperkirakan ada dua hal yang perlu
diwaspadal akan mengerek laju inflasi, yakni kenaikan komoditas
hortikultura dan beras.Inflasi di Januari sampai minggu kedua secara year
on year sekitar 3,20% Penyebabnya masih dari sisi komoditas hortikultura
dan beras u ar Dody di Gedung Bl Jakarta, Kamis (18/1/2018 Melihat hal
tersebut, menurut Dody harus ada langkah antisipasi untuk menekan laju
inflas dengan menjaga produksi, pasokan dan distribusi beras dan produk
hortikultura Oleh karena itu, dia menilai kebijakan impor beras akan mampu
menahan la u inflasi. Sebab pastikan pasokan beras akan aman dalam
beberapa waktu"Kebijakan Impor juga bantu jaga pasokan demi menjaga
inflasi, tutur Dody.Akhir Januari ini, 500.000 ton beras dari Thailand dan
Vietnam akan masuk Indonesa Beras beras itu masuk menjelang masa
panen raya, namun pemerintah memastikan beras-beras impor Itu sebagai
stok di gudang Bulog selama masa panen raya.
Dampak positif pembatasan impor beras bagi negeri :
1. Menumbuhkan rasa cinta produk dalam negeri
2.. Mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri
3. Memperkuat neraca pembanyaran
Dampak negatif pembatasan impor beras dalam perdagangan :
1.lesunya perdagangan internasional akibat terjadinya balas membalas
kegiatan pembatas kuota impor.
2.kurang nya peningkatan mutu produksi akibat produsen dalam negeri
merasa tidak mempuyai pesaing.

3.2 Peran Pemerintah Dalam Mengurangi Jumlah Impor Beras Di


Indonesia

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menyiapkan strategi untuk


meningkatkan luas tambah tanam padi. Upaya ini dilakukan agar Indonesia
bisa mengurangi impor beras. "Beberapa terobosan yang telah dilakukan
yakni mendistribusikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa
traktor dan rice transplanter kepada setiap kelompok tani, perbaikan jalur
irigasi, penyediaan teknologi citra Lansat dan penerapan teknologi jarwo
super," ujar Amran di sela-sela kunjungan kerja ke Kabupaten Soreang,
Jawa Barat, Sabtu (21/1/2017).
Kementerian Pertanian (Kementan juga telah melakukan
pengawalan dari serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang
dapat memudahkan Tim Program Upaya Khusus untuk memantau lahan
sawah yang belum digarap untuk dilakukan percepatan penggarapannya.
Tidak hanya itu, skema asuransi pertanian yang telah digulirkan
Kementerian Pertanian dengan PT Jasa Asuransi Indonesia akan terus
mendampingi usaha tani. Petani cukup hanya dengan membayar Rp 36.000
dengan subsidi dari pemerintah sebesar Rp 144.000, maka bila ada
kegagalan disetiap tanam maka petani akan mendapatkan ganti rugi sebesar
Rp 6 juta. "Saat ini dari target peserta asuransi pertanian sebesar 12.500
orang, telah tercapai 10.349 orang atau lebih dari 80 persen target telah
tercapai," jelas Amran.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mizwar, menambahkan upaya
pemerintah yang melibatkan pihak TNI untuk meningkatkan produksi
pangan dan mempercepat pencapaian target produksi pangan patut diacungi
jempol. Jawa Barat memiliki potensi pertanian sangat tinggi untuk
menghasilkan komoditas pangan dan memiliki kontribusi yang besar
terhadap ketersediaan pangan nasional. "Luas baku lahan sawah seluas
936.529 hektar dan diharapkan para Bupati dapat mempertahankan lahan
usaha tani," ungkapnya.
Produksi padi Kabupaten Bandung
Bupati Bandung Dadang menuturkan produksi padi di Kabupaten
Bandung 2016 mengalami surplus. Untuk itu, ke depan akan melakukan
ekspor beras ke Srilanka. Selain itu, pemerintah Kabupaten Bandung
merencanakan juga untuk ekspor kopi karena kopi Bandung berkualitis
tinggi dan nernilai jual tinggi sehingga kesejahteraan petani meningkat. Hal
ini dapat diwujudkan melalui pemanfaatkan lahan kritis dengan merubah
pola tanam lahan pertanian di dataran miring. "Kami akan keluarkan Perda
agar pemanfaatan lahan pertanian di dataran miring atau lereng tidak
ditanami komoditas sayuran tapi ditanami kopi. Untuk sayuran ditanam di
dataran yang kemiringanya rendah," kata Dadang. Sementara itu, Pangdam
III/Siliwangi Mayjend TNI Heriandra mengapresiasi upaya pemerintah
dengan melibatkan pihak TNI dalam meningkatkan produksi dan mengejar
target produksi pangan. Menurutnya, Ketahanan pangan sangat erat
kaitanya dengan ketahanan negara.
Oleh karena itu, ia menegaskan pihak TNI siap berkontribusi penuh
untuk mensukseskan Program Upaya Khusus dalam mewujudkan
swasembada pangan. Hal ini dengan memerintahkan seluruh Komandan
Kodim untuk dukung penuh dan tidak boleh main-main dalam mengawal
program tersebut. "Komandan Kodim harus dukung penuh dan jangan
main-main agar target produksi pangan tercapai. Jangan sampai ke depan
produksi pangan menurun, untuk mari kita dukung agar Indonesia tidak
impor namun terwujud swasembada pangan," tegasnya.

3.3 Solusi Permasalahan Impor Beras Di Indonesia


Makanan Aternatif Beras
1. Jagung
Tanaman yang bernama latin Zea mays ini merupakan makanan
pokok paling populer selain nasi di Indonesia. Tanaman yang sebangsa
dengan padi ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia di Madura,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Jawa Tengah. Biasanya jagung
diolah menjadi nasi jagung atau diolah menjadi kue melalui tepungnya.
2. Singkong
Umbi-umbian yang memiliki kadar karbohidrat tak kalah dengan beras ini
memang banyak dikonsumsi oleh warga Indonesia. Banyak olahan yang
biasanya dibuat dari singkong, seperti nasi singkong, direbus, digoreng,
dibakar, atau dibuat tepungnya. Terdapat penyebaran tanaman berada
hampir di seluruh wilayah Indonesia.
3. Ubi Jalar
Ubi jalar menjadi makanan pokok lainnya yang banyak dikonsumsi
selain nasi. Ubi jalar ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat timur seperti
Papua dan Maluku. Mereka biasanya membakarnya dengan cara "bakar
batu". Selain itu banyak lagi olahan ubi jalar yang dapat kamu konsumsi.
4. Sagu
makanan khas asal timur ini terbuat dari sagu. Sagu sendiri berasal
dari daging batang pohon sagu yang diambil saripatinya. Selain diolah
menjadi papeda, banyak olahan lainnya yang dapat dikreasikan seperti kue
melalui tepung sagu.
5. Sorgum
Sorgum berada di urutan ke-5 sebagai makanan pokok yang
dikonsumsi di dunia setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum ini
menjadi makanan pokok masyarakat Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.
Sorgum banyak dibudidayakan oleh masyarakat Nusa Tenggara.
6. Jewawut
Jewawut adalah sejenis serelia berbiji kecil yang pernah menjadi
makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia tenggara sebelum
budidaya padi dikenal. Beberapa daerah di Indonesia pernah tercatat
mengkonsumsi jewawut sebagai makanan pokok, di antaranya Enrekang
(Sulawesi Selatan), Pulau Rote, Pulau Sumba, dan berbagai daerah lainnya.
7. Jelai
Banyak sudah yang membudidayakan tanaman ini. Mereka
mengonsumsinya sebagai makanan pokok. Jelai di Jawa dikenal dengan
nama Hanjeli. Jelai biasanya diolah menjadi kudapan.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN
4.2 SARAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai