Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Taskhir atau ketundukan alam semesta kepada manusia sebagai khalifah disebut dalam surah
Alhajj [22] ayat 65. ''Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa
yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya?'' Konsep taskhir
menarik untuk dikaji karena kita sering melihat bencana alam yang menyebabkan jatuhnya
korban manusia. Di mana letak ketundukan alam dalam hal ini?
Taskhir dalam Islam mempunyai prasyarat. Alam raya tunduk sepanjang manusia menjalankan
fungsi kekhalifahannya dengan benar. Manakala manusia melakukan eksplorasi alam yang
melampaui ambang daya dukungnya dan sesama mereka saling menghujat dan menyebabkan
pertumpahan darah; tidak ada jaminan alam semesta akan tunduk (QS Arrum [30]: 41).
Manusia tercipta dengan keunggulan potensi-potensinya dibanding dengan makhluk lain.
Kemampuan manusia mengenal nama-nama (pengetahuan) di muka bumi dengan akalnya inilah
yang menjadi alasan kenapa Allah memilihnya dibandingkan makhkuk lain, seperti malaikat
maupun iblis. Dalam QS: 30-34 menggambarkan betapa malaikat mengakui keunggulan manusia,
meskipun sering menumpahkan darah sesama. Sementara iblis menolak untuk hormat kepadanya
karena faktor egonya yang merasa lebih mulia karena diciptakan dari api dibanding manusia yang
dari tanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep taskhir dalam al-quran?
2. Apa saja kriteria kekhalifahan manusia?
3. Bagaimana peran kekhalifahan dibumi?

1.3 Tujuan
1. Mengeksplorasi konsep taskhir dalam al-quran
2. Menyebutkan kriteria kekhalifahan manusia
3. Menganalisis peran kekhalifahan dibumi

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. KONSEP TASKHIR DALAM AL-QURAN

Konsep taskhir juga menggambarkan relasi Allah, manusia, dengan alam. Manusia harus
“melihat keatas” hanya kepada Allah. Menyembah hanya kepada Allah, taat dan patuh pada
syariat Allah yang tertulis dalam al-quran. Kemudian kepada sesame harus melihat dalam gari
mendatar yang setara, tidak boleh sombong atu rendah diri, tidak boleh menindas atau bersedia
ditindas.tidak boleh mempertuhan kan diri sendiri atau orang lain. Dan kepada alam semesta,
manusia harus melihat kebawah. Manusia tidak seharusnya menafsirkan gejala alam secara
magis-mitologis yang pada khirnya mengantarkan manusia dalam lembah kemusyrikan.

Dalam perspektif ekonomi, Allah yang maha pemurah menciptakan bumi yang bisa
menopang segala kebutuhan ciptaan-Nya. Allah juga telah memilih manusia sebagai mandaritas
tuhan dibumi untuk mengisi dan memakmurkan bumi. Islam membantah asumsi hokum
kelangkaan yang disuarakan para ekonom sekuler dengan 3 lasan penting, berikut:

1. Secara teologis, tuhan telah menjamin rezeki makhluk-Nya. Persediaan sumber daya
alam tak terbatas dalam jangka panjang. Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
melayani dan meningkatkan kualitas hidup manusia disedakan tuhan secara melimpah,
tidak ada kekurangan, keuali jika tuhan hendak menguji manusia.
2. Kenyataan alamiah, bahwa tanaman dan hewan jauh lebih subur daripada manusia.
Perempuan butuh waktu Sembilan bulan untuk melahirkan, dan jarang sekekali
melahirkan kembar dua atau tiga. Banyak hewan yang dikonsumsi manusia jauh lebih
produktif. Tanaman bahan pangan pertanian bahkan lebih cepat petumbuhan nya
ketimbang hewan.
3. Populasi (angkatan kerja)merupakan unsur penting bagi kemajuan ekonomi. Manusia
merupakan modal dasar pembangunan, bukan sekedar mulut yang harus diberi makan
dan menjadi beban Negara (masyarakat), tetapi juga makhluk produktif yang memiliki
pikiran dan kemampuan bersama menyelesaikan masalah,menggunakan, dan
kmenentukan teknologi baru.

DEFINISI TASKHIR
Taskhir adalah masdar dari kata ‫ يرسسخخرر‬-‫ سسخخسر‬yang berarti membebani sesuatu tanpa imbalan
atau pembebanan seseorang dengan suatu pekerjaan tanpa upah. Secara bahasa berarti
membebani sesuatu untuk tujuan tertentu secara terpaksa (tanpa alternative) hingga mengikuti
semua perintahnya. Dikatakan secara paksa (qahran) karena bagi sesuatu yang ditundukkan tidak
ada pilihan keuali mengikuti kehendak dan keinginan yang memberdayakannya. Kata sakhkhara
juga diartikan menundukkan. Dalam Al-Qur’an setiap kali disebut kata sakhkhara, hampir selalu

2
dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa segala ciptaan Allah di langit dan di bumi
ditundukkan untuk mengikuti system “sunnatullah” yang telah Allah letakkan.

TASKHIR DALAM AL-QUR’AN


Al-Qur’an menyebutkan kata taskhir 16 kali, yaitu dalam surat Ar-Ra’d(13):2, 4 kali dalam surat
Ibrahim(14): 32-33, dua kali dalam surat An-Nahl(16): 12 dan 14, Al-Hajj(22): 65, Al-‘Ankabut(29): 61,
Luqman(31):20 dan 29, Fathir(35): 13, Az-Zumar(39): 5, Az-Zukhruf(43): 13, Al-Jasiyah(45): 12 dan 13.
Para ahli tafsir mengartikan kata taskhir dengan maksud “menundukkan sesuatu yang diinginkan
untuk sebuah kemanfaatan bagi hamba”, hal ini merupakan gambaran taskhir Allah atas semua yang ada
di langit dan di bumi, baik matahari, bulan, bintang, awan, angin, udara, hewan, air, gunung, tumbuh-
tumbuhan dan lain sebagainya. Taskhir adalah sebuah bentuk kekuasaan Allah untuk member manfaat
bagi manusia selaku hamba-Nya dan ini merupakan bentuk nikmat dan rahmat yang Allah berikan.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an tersebut telah member gambaran taskhir Allah yang sangat sempurna
terhadap alam semesta dan segala isinya. Hal ini membuat manusia semakin terhentak akan kelemahan
dirinya. Apa lagi ilmu pengetahuan yang dicapainya kian menampakkan kenyataan dari sebagian sisi
yang sangat luar biasa itu.tidak ada pilihan bagi manusia kecuali harus tunduk secara total kepada Allah
sebagai hamba-Nya. Allah berulang-ulang menegaskan hakikat taskhir dalam Al-Qur’an, pada hakikatnya
untuk menguatkan makna kehambaan ini. Bahwa manusia diciptakan bukan untuk menandingi
kemahadasyatan Allah, sebab manusia dengan segala yang terdahsyat dari kemampuannya tidak lebih
hanya karena karunia-Nya. Dengan menyaksikan keagungan ciptaan ini, hati manusia cahaya keimanan
secara sempurna.
Dengan kata lain, taskhir adalah sunnatullah dalam segala wujud. Tanpa taskhir kehidupan ini
dipastikan telah berakhir. Tak terkecuali manusia, ia harus mengikuti proses taskhir ini secara seksama.
Tidak ada aturan taskhir yang paling sempurna dan menentukan bagi keselamatan hidup manusia kecuali
aturan Allah SWT. Sebab Dialah Sang Pencipta, maka Dialah yang paling berhak menentukan aturan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan-Nya.

2. MACAM-MACAM TASKHIR
Macam-macam taskhir yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain adalah Allah telah
menundukkan matahari dan bulan, siang dan malam, sungai-sungai, kendaraan manusia di lautan, serta
tutunnya air hujan. Sedangkan beberapa bukti kesatuan alam adalah sebagai berikut:
a. Seorang ahli fisika menemukan bahwa struktur atom persis dengan tatasurya-tatasurya yang ada.

3
b. Dalam ilmu fisika ada satu hukum umum yang disebut sebagai Qanun az-Zaujiyyah, yakni
makhluk itu ada secara berpasang-pasangan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Yaa-
siin(36): 36 dan Adz-Dzariyat(51): 49.
Adanya saling bantu-membantu, saling koordinasi satu irama diantara bagian-bagiannya
sehingga setiap bagian menjalankan fungsinya dengan rapi dan teratur. Tidak ada benturan
dengan bagian-bagian lain. Sebagai contoh adalah hubungan timbale balik antara alam binatang
dan alam tumbuhan yang begitu selaras dan seimbang.

B. KRITERIA KEKHALIFAN MANUSIA


Kata khalifah dama bentu tunggal terulang dua kali dalam al-quran yaitu dalam al-baqarah
ayat 30 dan shad ayat 26. Sedangkan dalam bentuk plural ada dua ungkapan yang digunakan oleh
Al-quran.
1. Khalaif yang terulang sebanyak 4 kali, yakni pada surah al-an’am 165, yunus 14,73, dan
father 39.
2. Khulafa terulang sebanyak 3 kali pada surah Al-A’raf [7]: 69,74,dan Naml [27]: 62

Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya berarti “dibelakang”.
Disini para khalifah

Anda mungkin juga menyukai