Anda di halaman 1dari 6

Peran Strategis TPMPS dalam Penjaminan Mutu Pendidikan

di Provinsi Kepulauan Riau

Ditulis Oleh:
Sapta Mupakat, MPd

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di bidang pendidikan merupakan suatu


siklus yang kontinu yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan
mutu pendidikan berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah.
Dalam menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan hendaknya
dilakukan secara terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah
yang meliputi Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja
sama dengan komite sekolah.Unsur pendukung SPMI. Untuk mendukung hal ini sangat
diperlukan juga Peran penting kepala sekolah, Komitmen seluruh warga sekolah, Dukungan
dan binaan dari LPMP dan TPMPD, SDM yang memiliki potensi untuk melakukan audit/
evaluasi internal.
Untuk menjamin terlaksananya sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah pemerintah menerbitkan Permendikbud 28 tahun 2016 . Dalam Permendikbud ini
terdapat berbagai peran masing-masing pihak dalam berbagai tingkatan di lingkungan
kemendikbud, salah satunya adalah TPMPS ( Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah)
Untuk menjadi ketua TPMPS diperlukan seorang guru terbaik dari sekolah yang dipilih
berdasarkan kemampuannya dalam mengorganisasi manajemen pendidikan, pengajaran dan
penguasaan terhadap audit mutu dan ilmu penelitian. Yang menjadi ketua TPMPS sebaiknya
dipilih dari guru yang paling memiliki komitmen tertinggi untuk memperbaiki hal- hal yang
masih kurang dalam pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di sekolah tersebut.
Dalam Pasal 11 Permendikbud 26 tahun 2018 tersebut disebutkan
(1) Satuan pendidikan mempunyai tugas dan wewenang: a. merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan SPMI-Dikdasmen; b. menyusun
dokumen SPMI-Dikdasmen yang terdiri atas: 1) dokumen kebijakan; 2) dokumen standar;
dan 3) dokumen formulir; c. membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam
rencana kerja sekolah; d. melaksanakan pemenuhan mutu, baik dalam pengelolaan satuan
pendidikan maupun proses pembelajaran; e. membentuk tim penjaminan mutu pada satuan
pendidikan; dan f. mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan. (2)
Dokumen SPMI-Dikdasmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun sebagai
acuan satuan pendidikan dalam melaksanakan SPMI-Dikdasmen. (3) Direktorat Jenderal
menetapkan petunjuk teknis untuk melaksanakan tugas dan wewenang satuan pendidikan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1). . (4) Tugas tim penjaminan mutu pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah: a. mengoordinasikan pelaksanaan
penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan; b. melakukan pembinaan, pembimbingan,
pendampingan, dan supervisi terhadap pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam
pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan; c. melaksanakan pemetaan mutu
pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di satuan pendidikan; d. melakukan monitoring
dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; dan e. memberikan
rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kepada
kepala satuan pendidikan. (5) Tim penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e paling sedikit terdiri atas: a. perwakilan pimpinan satuan pendidikan; b.
perwakilan guru; c. perwakilan tenaga kependidikan; dan d. perwakilan komite sekolah. (6)
Satuan pendidikan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melakukan koordinasi dan kerja sama dengan tim penjaminan mutu pendidikan
daerah.
Upaya pernjaminan mutu pendidikan sudah saatnya berubah dari paradigma
kewajiban menjadi kebutuhan melakukan perbaikan mutu. Sebagaimana kita memiliki
kebutuhan akan makanan dan minuman. Kita makan karena kita sadar kalau lapar itu dapat
melemahkan tubuh kita dalam melakukan kegiatan, sebaliknya jika kita tidak makan dan
tidak minum selama berhari-hari dapat menimbulkan penyakit bagi tubuh kita. Demikian juga
di sekolah, jika kita mengabaikan standard Nasional pendidikan, mengajar semaunya,
mengelola sekolah semaunya. Maka lama kelamaan sekolah kita bukan menuju kemajuan,
malah akan mengalami stagnasi atau destruksif. Setelah TPMPS terbentuk selanjutnya
dituangkan dalam bentuk SK Kepala sekolah, sekolah menyediakan ruang kerja di ruang
guru atau di ruangan lainnya. Ruangan TPMPS harus banyak dipenuhi data, dinding
dindingnya memuat peta mutu 8 SNP, kemajuan pelaksanaan SPMI dari tahun ke tahun,
grafik, info grafis kemajuan sekolah, sehingga siapa pun masuk ke ruangan tersebut akan
teringat dan mendapatkan pemahaman tentang data mutu sekolah kita. Kegiatan TPMPS
perlu di dukung dana dan anggaran sekolah dengan menyisir dari anggaran yang ada dan
tertuang dalam RKAS sekolah.
LPMP bertanggungjawab untu membina dan mendampingi TPMPS . Peran TPMPS
diawali dengan pemahaman terhadap 8 standar. Dalam pelaksanaan TUSI nya TPMPS juga
perlu mengalami perubahan Dari eksternal driven menjadi internal driven . TPMPS harus
mampu Menjelaskan bagaimana menjalankan EDS dengan baik, mengembangkan SOP
Audit mutu internal dengan memanfaatkan data Raport mutu masing-masing sekolah.
TPMPS harus belajar melakukan audit madiri dengan merancang instrument yang tepat untuk
memahami bagaimana pelaksanaan ke- 8 Standar nasional Pendidikan di sekolah dilihat dari
Content peraturan yang ada, Input, proses, produk dan Out putnya. Dalam forum TPMPS
juga harus melakukan analisis raport mutu secara cermat, membandingkan angka-angka
capaian yang ada di raport mutu dengan kondisi yang sebenarnya di sekolah tersebut.
Mungkin saja instrument pemetaan mutu diisi oleh operator sekolah, namun disitulah letak
tugas dan fungsi TPMPS harus ditunjukkan dengan menyandingkan raport mutu dengan bukti
fisik yang ada dalam dokumen- dokumen yang dimiliki sekolah. Sehingga mendapatkan
potret nyata sekolah sebagaimana adanya, selanjutnya TPMPS dengan bimbingan Fasilitator
daerah dan pengawas sekolah menemukan akar masalah, mampu mencarikan solusi yang
tepat dalam implementasi pemenuhan mutu.
TPMPS. salah satu organ yang sangat menunjang dinamikan pengembangan mutu di
sekolah adalah Tim inti terdiri ddari tim pengembang sekolah dan evaluator/ auditor internal
Untuk menunjang terlaksananya program kegiatan TPMPS perlu dilakukan pelatihan dan
pendampingan Memperkuat pemahaman TPMPS tentang definisi, tujuan dan peran sekolah
model sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah di tingkat propinsi
dan kabupaten/kota Indikator bahwa TPMPS menguasai tusinya dapat terlihat dari
kemampuannya dalam hal:
1.Menggambarkan pengertian dan tujuan pengembangan sekolah model.

2.Kemampuan Menjelaskan indikator keberhasilan sekolah model.

3.Menjelaskan prinsip dalam pelaksanaan SPMI


4.Menjelaskan cara memotret capaian sekolah model.
5.Menjelaskan tata cara pelaksanaan siklus sekolah model
6.Menjelaskan cara mengimbaskan SPMI ke satuan pendidikan lainnya

Dalam suatu kesempatan kunjungan monev (monitoring dan Evaluasi) ke sekolah


model didapatkan fakta ternyata masih banyak warga sekolah yang belum memahami
indikator keberhasilan sekolah model tersebut. Bahkan ada juga yang mengaku sama sekali
belum pernah mengetahui dan memahami adanya program sekolah model, karena tidak
pernah diikutkan sosialisasi. Sebenarnya apa indicator keberhasilannya? Mudah dilihat dari
rapor mutu yang dimiliki oleh sekolah.

Hal lainnya yang amat penting adalah kemampuan TPMPS dan berkomitmen untuk
menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan. sekolah yang dapat menunjukkan
terjadinya perubahan atau peningkatan mutu secara berkelanjutan dan terukur setelah
menerapkan penjaminan mutu. Sekolah lain yang berada di sekitarnya bahkan masyarakat
umum akan mudah mengungkapkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh sekolah model.
Dapat menceritakan secara lengkap keunggulan dan keutamaan yang fimiliki oleh sekolah
model tersebut. Sebagaimana kita mengenali kawan dan sahabat kita, kita mampu
menceritakan kekurangan, kelebihan , kebaikan yang ada di sekolah model tersebut. Sekoal
model yang baik itu mampu mengimbaskan penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan
kepada sekolah di sekitarnya memiliki karakter budaya mutu, akan muncul testimony atau
kesaksian dari sekolah model di sekitarnya dan pengakuan terhadap sekolah tersebut. Untuk
itu sekolah binaan atau sekolah model yang baik perlu melakukan diseminasi prestasi-prestasi
baiknya dalam bentuh diskusi terpumpun (FGD), seminar, diskusi, ataupun pameran-pameran
pendidikan.

Dalam survey yang saya adakan pada 34 sekolah rujukan di Kepulauan Riau yang
terdiri dari tingkatan SD, SMP SMA, SMK pada waktu Bimtek SPMI Sekolah Rujukan
tanggal 7 sampai 10 Mei 2019, terdapat data bahwa beberapa sekolah binaan juga
melakukan Observasi ke lingkungan sekolah dan berdiskusi dengan warga sekolah serta
pemangku kepentingan di sekitar sekolah untuk mengetahui pandangan mereka terhadap
upaya-upaya peningkatan mutu yang dilakukan sekolah. Belum semua sekolah binaan/
rujukan memiliki SK TPMPS 73,5 %, sedangkan 26,5 % nya belum memiliki TPMPS.
Belum semua juga sekolah memiliki tim audit internal dan di SK Kan, sebagian mengaku
sudak memiliki tim audit internal, namun sebagian lagi belum meng SK Kan. Hal tersebut
tergambar dalam hasil survey berikut ini
Tingkat dukungan warga sekolah dalam pelaksanaan SPMI di 34 sekolah binaan

Dari tulisan tersebut terlihat pentingnya peran strategis TPMPS dalam Penjaminan mutu
pendidikan di Kepulauan Riau, kesadaran warga sekolah juga perlu ditingkatkan melalui
kegiatan sosialisasi, pelibatan semua warga sekolah dan juga komite sekolah serta dunia
usaha dan dunia industry untuk melaksanakan program-program kerja di sekolah yang
bermuara terbentuknya delta praktek-praktek baik di semua sekolah binaan. Untuk itu semua
pihak terutama pemerintah daerah harus terus menerus melakukan penguatan fungsi dan
peran TPMPS tersebut di daerah masing-masing.
Ditulis Oleh:
Sapta Mupakat, MPd
Penyusun Program Supevisi dan Fasilitasi PMP LPMP Kepulauan Riau
Peserta Bimtek Fasilitator Nasional SPMI di Tangerang 14-17 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai