PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013)
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau
setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan
berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu
pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Ketuban pecah
dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan terjadi pada fase
laten yaitu pembukaan < 4 cm. Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko
tinggi, kesalahan dalam mengelola 2 KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. ( Nugroho, T, 2012)
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah resiko infeksi, prolaps tali
pusar, gangguan janin, kelahiran premature dan pada usia kehamilan 37 minggu sering
terjadi komplikasi syndrom distress pernafasan (RDS, Respiratory Distrees Syndrome)
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Apabila terjadi pada usia kehamilan lebih dari
36 minggu dan belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan persalinan induksi.
Pada kasus tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan tindakan operasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa secara
nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 226/100.000 kelahiran hidup. Angka
ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium (Millenium Development
Goals/MDGs), yakni hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian,
meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini.
Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni 28 %
pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5% persalinan lama/macet, 8% komplikasi masa
nifas, 11% infeksi dan 14% lain-lain. Menurut Depkes RI tahun 2011 menjelaskan sekitar
30% kejadian mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah
dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia). Selain 3 itu,
akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan malpresentrasi akan lebih
memperburuk kondisi bayi preterm dan prematuritasAngka Kematian Ibu (AKI) adalah
salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (Kementrian kesehatan RI. 2013).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
(28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), komplikasi masa nifas (8%), untuk emboli
obstetric, abortus, trauma obstetric, persalinan macet masing-masing 5%, penyebab lain
(11%) (Sulistyawati, 2013).
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi di banyak Negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya
pertolongan difokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).
Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali seperti keadaan semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Ambarawati dan Wulandari,2010).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien
Nifas Normal?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada post parum normal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar teori dari post parum normal.
b. Mengatahui asuhan keperawatan post parum normal.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan post parum normal.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam memberikan wawasan tentang asuhan keperawatan post
parum normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan tentang asuhan keperawatan post parum normal.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu:
Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang belakang,
rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
Bab II : Berisi tinjauan pustaka yang terdiri dari penjelasan post parum
normal..
Bab III : Berisi asuhan keperawatan
Bab IV Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai setelah
partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan pulih
kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono,
2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2019).
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2016).
b. Curah Jantung
D. PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang
baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya
nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti
duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan
ini disebut baby blues (Herawati Mansur, 2009).
D. Pemeriksaan Fisik
1. Payudara
Putting menonjol, warna aerola hitam, ada pngeluaran kolostum, tidak ada
masalah pada payudara.
2. Abdomen
Bentuk abdomen cembung, striae gravida ada, tidak ada bekas operasi,
TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus baik, teraba kesras dan
membulat.
3. Genetalia
Tidak ada vulva oedema, tidak ada varises, terrdapat luka pada perineum,
tidak ada bekas episiotomy, terdapat jahitan
Jumlah lokia 25cc, jenis rubra berarna merah. Konsistensi cair, berbau
amis khas darah, dan tidak terdapat hemoroid.
4. Ekstremitas
Tidak ada oedema,tidak ada varises, dan human sign negative
E. Data penunjang
Pemeriksaan lab:
Leukosit : 9.190/uL
Eritrosit : 6.010.000/uL
Hb : 18,5g/dL
Ht : 54,2 %
PLT : 224.000/uL
Gula darah sewaktu : 394 mg/dL
F. Terapi
Asam traneksamat 1000mg
RL 500 mL
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI IMPLEMEENTASI EVALUASI
KEPERAATAN KRITERIA HASIL
JAM TINDAKAN
A:
P:
Lanjutkan intervensi
1.5.Menjelaskan
strategi
meredakan
nyeri