Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya peningkatan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan
selama beberapa dekade terakhir, namun masih terdapat kendala dalam
pemerataan kesehatan. Terdapat tantangan yang cukup besar untuk membuat
kemajuan dibidang kesehatan. Dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana
membuat suatu program atau intervensi, informasi tentang banyaknya biaya yang
dibutuhkan, dan pengelolaan sumber daya secara efektif.
Pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada tantangan dalam
mengelola sumber daya yang ada. Sumber daya adalah barang yang terbatas, oleh
karena itu mereka harus dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana.
Alokasi sumber daya khususnya di bidang kesehatan harus memenuhi dua kriteria
etika utama. Etika pertama yaitu dengan biaya yang terbatas dapat
memaksimalkan manfaat kesehatan bagi masyarakat. Etika kedua adalah alokasi
dan distribusi sumber daya harus adil pada setiap individu atau kelompok.
Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat adalah biaya. Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian bidang
keekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
merupakan masalah moral. Alokasi sumber daya yang tidak efektif menghasilkan
manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin terjadi dengan alokasi yang
berbeda.
CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang dapat
memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan – pilihan
dengan tujuan yang sama. Dalam analisis keefektifan biaya dilakukan dengan
membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur dalam satuan
moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam peningkatan kesehatan.
Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang dapat memperoleh rasio
keefefektifan biaya untuk setiap intervensi. Intervensi yang efektif dapat
memberikan lebih banyak manfaat pada lebih banyak orang sehingga menjadi
pertimbangan penting dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan sosial.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
2) Bagaimana prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
3) Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis?
4) Bagaimana Aplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness Analysis
5) Bagaimana Tahap Penghitungan Cost Effectiveness Analysisdan bagaimana
contoh penerapannya?
6) Apa saja kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis)?

1.3.Tujuan
1) Mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2) Mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis).
3) Mengetahui Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis.
4) MengetahuiAplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness Analysis.
5) MengetahuiTahapan Perhitungan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan
contoh penerapannya.
6) Mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis).

1.4.Manfaat
1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness
Analysis).
3) Mahasiswa dapat mengetahuiCara Pengambilan Kesimpulan Cost
Effectiveness Analysis.
4) Mahasiswa dapat mengetahuiAplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness
Analysis.
5) MengetahuiTahapan Perhitungan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan
contoh penerapannya.
6) Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost
Effectiveness Analysis).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Menurut Henry M. Levin, analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang
mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif
pemecahan masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pembuat keputusan yang
dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan
mana yang paling efisien.
Menurut Diana B. Petitti, analisis efektifitas biaya adalah model yang
digunakan untuk menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara
membandingkan alternatif tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang
harus dikorbankan.
Menurut Shepard (1979) dalam First Principles Of Cost-Effectiveness
Analysis in Health, CEA adalah suatu metode untuk menentukan program mana
yang dapat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum.
CEA merupakan suatu metode yang didesain untuk membandingkan antara
outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program
tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang
sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan dalam terminologi
yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan tekanan
darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan dalam terminologi
moneter (Vogenbeg, 2001).
Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda
dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana
yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing
alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost
terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan
(Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).

2.2. Prinsip DasarCost Effectiveness Analysis


Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard
adalah cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan
dalam program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat
memilih diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu
nomor, semua manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan
menetapkan aturan untuk membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara
keduanya. Metode ini sangat berguna dalam analisis program kesehatan preventif,
karena metode ini menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang
ditujukan kepada populasi dan penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan
langkah yang sedikit merepotkan dibandingkan cost-benefit analysis, karena CEA
tidak berusaha untuk menetapkan nilai moneter untuk health outcomes dan
benefits. Sebaliknya, CEA mengungkapkan manfaat kesehatan yang lebih
sederhana, lebih deskriptif, seperti years of life yang diperoleh.
Untuk melaksanakan CEA, harus ada satu atau beberapa kondisi di bawah
ini:
a. Ada satu tujuan intervensi yang tidak ambigu, sehingga ada ukuran yang
jelas dimana efektifitas dapat diukur.
Contohnya adalah dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal
biayanya per year of life yang diperoleh, atau, katakanlah, dua prosedur
screening dapat dibandingkan dari segi biaya per kasus yang ditemukan.
Atau;
b. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan memberikan
hasil yang sama.
Contohnya adalah dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama
dalam hal komplikasi dan kekambuhan.
Dalam evaluasi ekonomi, pengertian efektivitas berbeda dengan
penghematan biaya, dimana penghematan biaya mengacu pada persaingan
alternatif program yang memberikan biaya yang lebih murah, sedangkan
efektivitas biaya tidak semata-mata mempertimbangkan aspek biaya yang lebih
rendah (Grosse, 2000).
CEA membantu memberikan alternatif yang optimal yang tidak selalu
berarti biayanya lebih murah. CEA membantu mengidentifikasi dan
mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien (Grosse, 2000). CEA
sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau alternatif intervensi
dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau intervensinya, tetapi juga
outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan melakukan perhitungan terhadap
ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness ratio), alternatif dengan perbedaan
biaya, rate efikasi dan rate keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan
dilakukan secara berimbang (Grosse, 2000).
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur
efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat
program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.
Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1
tahun. Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak
dan sering dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit
cost) dihitung dari biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1
tahun. Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang
digunakan adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam
perhitungannya tanpa mempertimbangkan biaya depresiasi.

2.3. Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis


Analisis CEA dilakukan dengan menghitung Rasio Inkremental Efektivitas-
Biaya (RIEB; ICER — Incremental Cost-Effectiveness Ratio). ICER merupakan
suatu ukuran biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas-biaya.
ICER dihitung dengan membandingkan selisih biaya terhadap selisih unit
efektivitas-biaya (unit alamiah) antar alternatif. Untuk mempermudah
pengambilan kesimpulan alternatif yang memberikan efektivitas-biaya terbaik,
dapat digunakan beberapa cara, yaitu:
1. Tabel efektivitas-biaya

(Kemenkes RI, 2013)


Dengan menggunakan tabel efektivitas-biaya, suatu intervensi kesehatan
dapat dikelompokkan ke dalam empat posisi.
- Posisi dominan kolom G (juga Kolom D dan H) Jika suatu intervensi
kesehatan menawarkan efektivitas lebih tinggi dengan biaya sama (Kolom H)
atau efektivitas yang sama dengan biaya lebih rendah (Kolom D), dan
efektivitas lebih tinggi dengan biaya lebih rendah (Kolom G) maka dapat
langsung dipilih, sehingga tidak perlu dilakukan AEB.
- Posisi didominasi kolom C (juga Kolom B dan F) Jika suatu intervensi
kesehatan menawarkan efektivitas lebih rendah dengan biaya sama (Kolom B)
atau efektivitas sama dengan biaya lebih tinggi (Kolom F), atau efektivitas
lebih rendah dengan biaya lebih tinggi (Kolom C), maka tidak perlu
dipertimbangkan sebagai alternatif (tak perlu dilakukan AEB).
- Posisi seimbang (Kolom E) Jika suatu intervensi kesehatan yang menawarkan
efektivitas dan biaya yang sama (Kolom E) masih mungkin untuk dipilih jika
lebih mudah diperoleh dan/atau cara pemakaiannya lebih memungkinkan
untuk ditaati oleh pasien, misalnya tablet lepas lambat yang hanya perlu
diminum 1 x sehari dibandingkan dengan tablet yang harus diminum 3 x
sehari. Sehingga ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan seperti biaya dan
hasil pengobatan, kebijakan, ketersediaan, aksesibilitas, dan lain-lain.
- Posisi yang memerlukan pertimbangan efektivitas-biaya (Kolom A dan I) Jika
suatu intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas yang lebih rendah
dengan biaya yang lebih rendah (Kolom A) atau efektivitas yang lebih tinggi
dengan biaya yang lebih tinggi, sehingga untuk melakukan pemilihan perlu
dilakukan AEB
2. Diagram

(Kemenkes RI, 2013)


- Kuadran I Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi
tetapi juga membutuhkan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar,
intervensi alternatif ini masuk ke Kuadran I (Tukaran, Trade-off). Pemilihan
intervensi Kuadran I memerlukan pertimbangan sumber daya (terutama dana)
yang dimiliki.
- Kuadran II Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi
dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar, intervensi
alternatif ini masuk ke Kuadran II (Dominan) dan menjadi pilihan utama.
- Kuadran III Jika suatu intervensi kesehatan yang menjanjikan efektivitas lebih
rendah dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar juga
masuk kategori Tukaran (Kuadran III). Pemilihan intervensi alternatif yang
berada di Kuadran III memerlukan pertimbangan sumber daya (jika dana yang
tersedia lebih terbatas).
- Kuadran IV Jika suatu intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas
lebih rendah dengan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, sehingga
alternatif ini tidak dipilih.

2.4. APLIKASI/PENGGUNAAN COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS


CEA merupakan suatu alat atau cara yang digunakan untuk mengevaluasi
intervensi kesehatan. CEA biasanya digunakan untuk membandingkan dua atau
lebih intevensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda namun memiliki
tujuan yang sama atau yang muaranya sama. CEA dapat digunakan untuk memilih
intervensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang optimal.
Menurut WHO (2003), dari sekian aplikasi atau penerapan CEA di bidang
kesehatan, ada dua aplikasi CEA yang potensial, yaitu:
1. Secara luas, CEA digunakan sebagai informasi spesifik bagi para pengambil
keputusan (decision maker). Misalnya, para pengambil keputusan dihadapkan
pada beberapa kendala dalam biaya, beberapa pilihan atau intervensi yang
dapat digunakan dan kendala lain seperti etik dan politik. Pengambil
keputusan disini dapat berupa donor, Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan
atau Direktur suatu Rumah Sakit. Serangkaian kendala yang dihadapi
pengambil keputusan dapat berpengaruh pada pilihan atau opsi yang akan
diambil.
2. CEA dapat digunakan dalam memberikan informasi general biaya relatif dan
manfaat kesehatan dari berbagai strategi untuk menentukan prioritas alokasi
sumber daya. Pendekatan general ini akan memberikan informasi apakah
suatu intervensi sangat cost-effective, sangat cost-ineffective atau berada
diantara keduanya.
Pengambilan keputusan yang dilakukan pada tingkat nasional (Kementerian
Kesehatan) di antaranya dalam penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium Nasional, obat program, dan asuransi kesehatan. Pada
tingkat daerah (Dinas Kesehatan), penerapan dilakukan dalam pemilihan obat
yang akan digunakan di Puskesmas. Pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain), penerapan dilakukan dalam
penyusunan formularium rumah sakit dan pemilihan obat dalam pengobatan.
Pihak yang melakukan analisis yaitu tim yang telah ada di dalam setiap institusi,
seperti Komisi Nasional Penyusunan DOEN di tingkat nasional, Tim Evaluasi
Obat di asuransi kesehatan, Panitia Farmasi Terapi (PFT) di Rumah Sakit, dan
Tim Pengadaan Obat Terpadu (TPOT) di Dinas Kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis CEA antara lain sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2014):
1. Menentukan tujuan analisis, misalnya membandingkan biaya dan efektivitas
dua terapi penunjang baru bagi pasien suatu penyakit.
2. Membuat daftar cara untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu menentukan
terapi/intervensi yang akan dibandingkan serta outcome yang diamati.
3. Mengidentifikasi tingkat efektivitas dari masing-masing terapi/intervensi yang
dipiilih.
4. Mengidentifikasi dan menghitung biaya terapi/intevensi per pasien; biaya
yang diidentifikasi adalah biaya total akibat sakit (cost of illness), yaitu
meliputi biaya medis langsung dan tidak langsung.
5. Menghitung dan melakukan interpretasi efektivitas-biaya dari pilihan
terapi/intervensi, yaitu dengan (a) menghitung rasio biaya terhadap efektivitas,
(b) menentukan posisi terapi/intervensi dalam tabel atau diagram efektivitas-
biaya, dan (c) menghitung ICER setiap terapi/intervensi.
6. Melakukan interpretasi dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
dilakukan oleh decision-maker dengan pertimbangan biaya yang
tersedia/budget dan apakah biaya lebih yang dikeluarkan sebanding dengan
efektivitas yang diperoleh. Contoh pengaplikasian CEA adalah dalam
penentuan alokasi dana atau biaya HIV-related care dan STD-related service
(Gift dan Marrazzo, 2008). CEA berperan dalam memberikan informasi
kepada pengambil keputusan tentang alokasi biaya optimal. Misalnya, CEA
dapat memberikan informasi dari segi intervensi perilaku (behavioral
intervention). CEA dapat membantu menjawab pertanyaan bagaimana cara
terbaik untuk mengoptimasi keterlibatan staff kesehatan dalam intervensi
perilaku dan mendefinisikan bagaimana menetapkan prioritas.
Contohnya, terdapat tiga intervensi atau strategi yaitu konseling tipikal yang
biasa dilakukan dalam praktek kesehatan, konseling dua sesi untuk mengurangi
risiko yang dilakukan oleh konselor yang terlatih dan konseling empat sesi yang
merupakan theory-based intervention dan dilakukan juga oleh konselor terlatih.
Dilakukan pengumpulan data berupa data pasien dan biaya konseling yang
dikeluarkan untuk STD dan keefektivitasan pencegahan STD dan HIV selama
periode 12 bulan. Didapat bahwa biaya konseling untuk satu orang pada model
dua sesi konseling adalah $33 dan pada model empat sesi konseling adalah $128.
Dapat disimpulkan bahwa kedua intervensi efektif dalam mencegah STD dan
HIV, namun model dua sesi lebih cost-effective.

(Gift dan Marrazzo, 2008)

2.5. Tahap Penghitungan Cost Effectiveness Analysis


Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur biaya dari alternatif program yang ada.
b. Menghitung total cost atau present value cost dengan rumus:
𝐶𝑡 1
c. 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡 = atau𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡 = 𝐶𝑡𝑥 (1+𝑛)𝑡
(1+𝑛)𝑡
1
d. Dimana (1+𝑛)𝑡 merupakan nilai discount factor

e. Menghiitung objective atau output yang berhasil.


f. Menghitung cost effectiveness ratio(CER):
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡)
g. 𝐶𝐸𝑅 = ∑𝑂𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒

h. Membandingkan CER dari masing-masing alternatif program.


i. Memilih CER yang terkecil dari program untuk direkomendasi.

2.6. Kelebihan Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis


2.6.1. Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis
a. Benefit bidang kesehatan
1. Sulit mengukur benefit tingkat kesembuhan, hilangnya produktivitas
akibat sakit atau cacat dan lain-lainnya.
2. Program kesehatan yang bersifat lintas sektoral sulit menentukan
dampak suatu program tertentu.
3. Program terpadu sulit menentukan keluaran program yang murni
b. Cost bidang kesehatan
1. Program terpadu dan lintas sektoral akan menyulitkan menilai sarana
peralatan maupun personil yang benar-benar digunakan untuk program
tersebut.
2. Pendayagunaan peran serta masyarakat akan menyulitkan menentukan
biaya operasional.
3. Bantuan lokal, regional, nasional, dan internasional.
Contoh : bantuan lokal yang berupa transportasi.Sering biaya
transportasi digabungkan dengan dinas dan lain-lain. Dari beberapa
alasan tersebut, masih ditunjang dengan adanya sistem pencatatan dan
pelaporan yang masih lemah, sehingga CEA masih cukup peka untuk
mengukur efisiensi.
2.6.2. Kegunaan Cost Effectiveness Analysis
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk
membandingkan biaya intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan
yang diharapkan. Intervensi dapat dipahami sebagai aktivitas apapun,
dengan menggunakan berbagai input, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan.CEA sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari macam-
macam program dengan tujuan yang sama.

Gambar 2.4.1Different programs in the same objective


Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari
sumber daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat
tujuan (hierachy of objectives).
Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan
unsur biaya lebih sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat
pengambil keputusan. Kerugiannya adalah hasil keluaran yang berupa efek
program tidak diperhitungkan.

2.6.3. Kelebihan dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis


a. Kelebihan
1. Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat
benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam
CEA dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan
dan biaya yang digunakan jadi tetap dapat memilih program
yang lebih efektif untuk dilaksanakan meskipun benefitnya
sulit untuk diukur.
2. Hemat waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana
sehingga lebih dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan
banyak sumber daya untuk melakukan analisis.
3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam
CEA lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Meskipun demikian CEA masih cukup peka sebagai salah satu
alat pengambil keputusan.
4. Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan
program.CEA merupakan cara memilih program yang terbaik
bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama
tersedia untuk dipilih. Sebab, CEA memberikan penilaian
alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam
menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini CEA membantu
penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas.
5. Membantu penentuan prioritas dari sumber daya
b. Kelemahan
1. Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui
CEA yang ideal, dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua
kriteria, sehingga analisis dalam mendesain suatu CEA, harus
sedapat mungkin membandingkan alternatif- alternatif
tersebut.
2. CEA terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan
suatu pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi.
Padahal banyak program-program yang mempunyai efek
berganda. Apabila CEA hanya berdasarkan pada satu ukuran
keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin
menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan
menyesatkan.
3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap
program.
Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap
program sehingga muncul pertanyaan “biaya dan pengaruh
mana yang harus diukur?”. Pertanyaan ini timbul mengingat
belum adanya kesepakatan diantara para analisatau ahli. Disatu
pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh diukur,
sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan
pengaruh-pengaruh tertentu saja.
4. Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan
5. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek
karena beberapa tujuan harus diprioritaskan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi kasus


3.1.1 Jurnal Analisis Efektivitas Penggunaan Kombinasi Antipsikotik
pada Pasien Rawat Inap Skizofrenia

Abstrak
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa dengan biaya tinggi dan
risiko morbiditas seumur hidup. Studi farmakoekonomi pada pasien skizofrenia
perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemilihan kombinasi antipsikotik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya (cost-effectiveness)
penggunaan kombinasi antipsikotik klozapin-haloperidol dan klozapin-
risperidon pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat tahun 2012–2013. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dari rekam medis pasien yang meliputi komponen biaya langsung, antara lain
biaya terapi antipsikotik, biaya penunjang, biaya tindakan medis, biaya rawat
inap, dan biaya administrasi. Rata-rata rasio efektivitas biaya pada kombinasi
antipsikotik klozapin-haloperidol sebesar Rp126.898/hari sedangkan pada
kombinasi klozapin-risperidon sebesar Rp132.781/hari. Dengan
mempertimbangkan waktu rawat inap sebagai efektivitas terapi, kombinasi
antipsikotik klozapin-haloperidol lebih cost-effective dibandingkan klozapin-
risperdion.

Hasil Review Jurnal Analisis Efektivitas Penggunaan Kombinasi


Antipsikotik pada Pasien Rawat Inap Skizofrenia
1. Judul Yang Sesuai
Penelitian pada jurnal dengan judul Analisis Efektivitas Biaya
Penggunaan Kombinasi Antipsikotik Pada Pasien Rawat Inap
Skizofrenia sesuai dengan pembahasan yang terdapat didalamnya.
2. Tujuan Jelas
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis pilihan terapi antara
kombinasi klozapin-haloperidol pada pasien skizofrenia yang
palingcost-effective dengan mempertimbangkan durasi rawat inap
(lenght of stay) sebagai efektivitas terapinya.

Tujuan Jelas, karena artikel ini akan menganalisis pilihan terapi


kombinasi klozapin-haloperidol yang paling cost-effective.

3. Alternatif:
Dalam artikel ini tidak terdapat alternatif lain

4. Penjelasan Alternatif :
Tidak ada penjelasan alternatif pada penelitian ini.

5. Perspektif
Perspektif /sudut pandang dilihat dari Pasien, Dalam artikel ini
perspektif dilihat dari Pasien penderita skizofrenia, demikian juga
dilihat dari biaya langsung & tidak langsung.

6. Tipe Penelitian
Tipe penelitian pada artikel ini telah ditetapkan yaitu tipe yang
digunakan adalah Cost Effectiveness Analysis (CEA).

7. Biaya yang Terkait


Berdasarkan hasil perhitungan CEA diperoleh rata-rata rasio
efektivitas biaya. Biaya kombinasi klozapin-haloperidol Rp.
126.898/hari
Biaya kombinasi klozapin-risperidon Rp. 132.781/hari
8. Outcome Relevan
Outcome pada terapi kombinasi klozapin-haloperidol membutuhkan
waktu lebih lama dibandingkan dengan terapi kombinasi klozapin-
risperidol sehinggan outcome yang lebih relevan pada penelitian ini
yaitu terapi kombinasi klozapin-haloperidol.

9. Penyesuaian atau Discouting


Tidak ada penyesuaian atau discounting yang terdapat pada penelitian
ini.

10. Asumsi dapat dipertanggung jawabkan


Asumsi dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan biaya obat rata-rata
pada terapi kombinasi klozapin-risperidol dan terapi kombinasi pada
klozapin-haloperidol.

11. Analisis Sensitivitas


Analisis atau uji sensitivitas tidak dilakukan pada penelitian ini.

12. Apakah Keterbatasan Penelitian Disampaikan?


Tidak disampaikan

13. Apakah populasi dijelaskan? Bagaimana pemilihan sampelnya?


Apakah bisa diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas ?
Pengambilan sampel data dilakukan secara retrospektif dari rekam medis
pasien, bagian keuangan dan Instalasi Framsi Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat. Tidak, dapat diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas
Karena penelitian ini terbatas hanya pada pasien dengan kondisi tertentu
yaitu dengan penyakit skizofrenia.

14. Kesimpulan tidak Bias.


Kesimpulan dengan judul pada penelitian ini sesuai. Adapun
kesimpulannya yaitu harga kombinasi klozapin-risperidol lebih tinggi
dibandingkan klozapin-haloperidol, namun rata-rata total biaya perawatan
yang dikeluarkan oleh pasien pengguna terapi klozapin-haloperidol lebih
tinggi.

3.1.2 Jurnal 2
Abstrack
HASIIL Review
3.1.3 Jurnal 3
Abstrack
HASIL review

3.1.4 Jurnal 4
Abstrack
HASIL Review

3.1.5 Jurnal 5
Abstrac
HASIL review

Anda mungkin juga menyukai