Anda di halaman 1dari 3

PEMBERONTAKAN ANDI AZIS

A. Latar Belakang
Pemberontakan yang dipimpin oleh Andi Azis, terjadi di Makassar,
Sulawesi Selatan. Andi Azis adalah soerang Mantan perwira KNIL yang
ditugaskan untuk menjaga keamanan wilayah NIT. Pemberontakan ini
awalnya disebabkan oleh konflik yang terjadi di Sulawesi Selatan, bulan
April 1950.
Konflik ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat
anti federal yang mendesak NIT untuk menggabungkan diri dengan RI.
Sebagian masyarakat yang pro federal, menginginkan agar NIT tetap
dipertahankan, mereka tidak ingin kembali pada bentuk NKRI.
5 April 1950 pemerintah pusat mengutus pasukan TNI sebanyak satu
Batalyon dari Jawa untuk mengamankan Makassar. Kedatangan TNI
tersebut mengancam kedudukan masyarakat yang pro federal, kelompok
masyarakat yang pro federal bergabung dan membentuk sebuah pasukan
bernama “Pasukan Bebas” dibawah komando Kapten Andi Azis. Andi azis
ikut membela rakyat pro federal karena ia beranggapan bahwa masalah
keamanan di Sulawesi Selatan adalah tanggung jawabnya.

B. Tokoh
Tokoh utama pemberontakan ini adalah Andi Azis. Ia lahir dari keluarga
keturunan Bugis, di Sulawesi Selatan. Awal tahun 1930-an Andi Azis
dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negerinya.
Ia mengenyam pendidikan sampai masuk ke kesatuan militer.
Pada masa Perang Dunia II, Andi Azis pun berperan karena bertugas
menjadi pasukan sekutu yang berperang melawan Jerman.
19 Januari 1946 kesatuan Andi Azis mendarat di Jakarta, waktu itu ia
menjabat komandan regu, kemudian bertugas di Cilincing. Saat di Jakarta,
ia mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo dan pada pertengahan
tahun 1947 ia dipanggil masuk ke kesatuan KNIL.
Tahun 1948, Andi azis dikirim ke Makassar dan diangkat sebagai
koamndan kompi dengan pangkat Letnan satu yang memiliki 125 anak
buah mantan pasukan KNIL. Dalam susunan APRIS ia dinaikan
pangkatnya menjadi kapten.
C. Proses Pemberontakan
Pada pagi hari tanggal 5 April 1950, Andi azis dengan pasukan KNIL
nya menyerang markas TNI/APRIS yang ada di Makassar. Pasuan
pemberontak juga berhasil menduduki objek-objek penting, seperti
lapangan terbang dan kantor telekomunikasi yang ada disana. Pimpinan
TNI, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan pemberontak. Dalam
waktu singkat, kota Makassar dikuasai oleh pasukan Andi Azis.
Mendengar kabar penyerangan ini, kemudian pemerintah pusat
bertindak tegas untuk menyelesaikan konflik tersebut.
8 April 1950 pemerintah mengeluarkan ultimatum agar Andi Azis
melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu 4×24 jam untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kemudian pasukan Andi Azis
pun dilarang keluar dari asrama. Perlengkapan senjata mereka pun harus
diserahkan kepada TNI/APRIS.
Ultimatum tersebut tidak dipenuhi oleh Andi Azis dan pasukannya.
Pemerintah pusat menganggapnya sebagai pemberontakan terhadap
pemerintahan RIS.
15 April 1950, Andi Azis berangkat ke Jakarta, karena ia didesak oleh
Presiden Negara Indonesia Timur saat itu, yaitu Sukawati. Namun Andi
Azis terlambat melapor, disebabkan karena Andi Azis masih terbawa oleh
hasutan orang-orang yang menginginkan Negara federal. Maka akhirnya ia
pun ditangkap dn diadili oleh Mahkamah Militer.
Walaupun Andi Azis sudah menyerahkan diri, tapi pasukan KNIL yang
berada di Makassar masih saja melakukan aksi perlawanan terhadap
TNI/APRIS. Karena merak tidak terima dengan keberadaan pasukan TNI di
wilayah Negara Indonesia Timur.
Perdana menteri Indonesia Timur, yaitu Ir. P. D. Diapari mengundurkan
diri karena tidak setuju dengan tindakan Andi Azis. Kemudian diganti oleh
Ir. Putuhena (orang yang pro dengan RIS).

D. Penumpasan
24 April 1950, kepala NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia
bergabung dengan NKRI. Pemerintah pusat kembali mengirimkan pasukan
TNI untuk membantu upaya penyelesaian pemberontakan di Sulawesi
Selatan.
26 April 1950, pasukan ekspedisi yang dipimpin Alex Kawilarang
mendarat di Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi
Selatan tidak berlangsung lama, pasukan KNIL melakukan provokasi dan
memancing bentrokan dengan TNI/APRIS.
Pertempuran antara APRIS dengan KNIL terjadi pada 5 Agustus 1950.
Pasukan APRIS berhasil memukul mundur pasukan KNIL. Pasukan APRIS
mengepung tangsi-tangsi KNIL, sehingga membuat posisi mereka
terdesak.
8 Agustus 1950, pihak KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari
kedudukannya sudah sangat kritis. Perundingan dilakukan oleh Kol. Alex
Kawilarang (pihak Indonesia) dan Mayjen Sevelar (pihak KNIL). Hasilnya,
kedua belah pihak setuju untuk menghentikan peperangan. Dalam waktu
dua hari, pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai