596 1578 1 PB
596 1578 1 PB
596 1578 1 PB
KHRISNA PABICHARA
(Kajian Psikologi Humanistik Abraham Maslow)
NUR HIKMA
Email: nurhikma011@gmail.com
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana aspek psikologis tokoh utama dalam novel
Sepatu Dahlan Karya Krishna Pabichara dengan berdasarkan psikologi humanistik Abraham Maslow.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan aspek psikologis tokoh utama
dalam novel Sepatu Dahlan karya Krishna Pabichara berdasarkan kajian psikologi humanistik Abraham
Maslow. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra yang
menitik beratkan pada psikologi tokoh utama dengan langkah-langkah: mengidentifikasi data, klasifikasi
data, analisis data, deskripsi data, dan interprestasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh
Dahlan digambarkan sebagai pribadi yang lebih dewasa, kuat, mandiri, memandang sesuatu secara
objektif, mampu menerima kenyataan, berwawasan terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain, dan
tidak mudah menyerah pada setiap masalah-masalahnya sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh Dahlan seperti keterbatasannya dalam
mencapai apa yang menjadi impiannya tidak membuatnya menyerah untuk memenuhi setiap
kebutuhannya agar ia mampu mengatualisasikan dirinya. Berkat potensinya yang sudah teraktualisasi,
Dahlan merasa puas terhadap dirinya sendiri atas apa yang dicapainya karena mampu membuat dirinya
bangga serta bapak, almarhum ibunya dan seluruh masyarakat Kebon Dalem. Berdasarkan hasil
penelitian ini, siswa bisa belajar mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang mandiri serta
bertanggung jawab. Dengan potensi dan sikap mandiri yang dimiliki oleh tokoh utama dapat dijadikan
acuan dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan berkarakter dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan suatu karya atau hasil kreatif penulis yang diangkat dari realita-realita
kehidupan berhubungan dengan kompleksitas isi karya itu sendiri dan pada hakikatnya juga identik
dengan kompleksitas kehidupan penulis itu sendiri. Karya sastra berhubungan dengan realitas kehidupan
masyarakat dalam hal ini manusia. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya dianggap sebagai suatu
karya seni yang diekspresikan melalui pengalaman-pengalaman kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga
sebagai suatu karya keratif yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan dalam hal ini sikap dan
perilaku manusia. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai gejala (penyakit) kejiwaan. Perilaku yang
tercermin lewat ucapan dan perbuatan merupakan data atau fakta empiris yang menjadi agen penunjuk
keadaan jiwa atau mental seseorang.
Sebagai suatu karya sastra, novel mengambil peranan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan
kebanyakan novel mengangkat masalah hidup dan kehidupan. Berbicara masalah kehidupan, ini erat
hubungannya dengan pemenuhan sejumlah kebutuhan demi melanjutkan hidup. Dalam memenuhi
kebutuhan hidup, tingkah laku sangat menentukan kecenderungan manusia agar mencapai kehidupan
yang memuaskan. Tingkah laku dalam hal ini berkaitan dengan psikologis merupakan cerminan
kepribadian yang dapat dilihat dalam realitas kehidupan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan.
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Sastra
Sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia dalam hal ini tanggapan, fantasi, perasaan, pikiran,
dan kehendak yang dituangkan dalam suatu karya yang bersatu padu dan diwujudkan dengan
menggunakan bahasa. Sastra merupakan kreasi manusia yang diangkat dari realita kehidupan. Sastra tidak
hanya dinilai sebagai suatu karya seni yang imajinatif, tetapi juga sebagai suatu karya kreatif yang
bermanfaat memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan.
2. Pengertian Novel
Novel merupakan suatu jenis karya sastra berbentuk cerita fiksi yang diciptakan oleh
pengarangnya dengan pelukisan adegan-adegan kehidupan nyata dalam suatu keadaan tertentu. Novel
diciptakan dari hasil imajinasi pengarangnya dengan harapan untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan
oleh pembaca.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 9-10) sebutan novel dalam bahasa inggris dan inilah yang
kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahsa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novella).
Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian dartikan sebagai ‘cerita
pendek dalam bentuk prosa’. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama
dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang
panjangnya cukupan, tak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita panjang
berbentuk fiksi yang merupakan pengungkapan dari realita kehidupan manusia berupa suasana cerita yang
beragam, dengan penonjolan watak dan sifat setiap pelaku sehingga menyebabkan terjadinya konflik-
konflik yang akhirnya membawa perubahan bagi jalan hidup terhadap para pelakunya.
3. Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya
sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui
tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama mau pun prosa. Istilah psikologi sastra memiliki empat
pengertian, yakni studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi, kajian proses kreatif, dampak sastra
terhadap pembaca dan kajian tipe dan hukum, yakni hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.
Pengertian terakhir ini paling terkait dengan bidang sastra (Wellek dan Warren, 1993: 90).
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional
yang terkandung dalam karya sastra, Ratna, 2003: 343 (dalam Minderop, 2011: 54). Sebagai dunia dalam
kata, karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Pada
umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-
mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.
Psikologi sastra (psikologi kesastraan) merupakan perwujudan getaran jiwa dalam bentuk tulisan.
Tulisan tersebut mengisahkan tentang kepribadian seorang individu menggambarkan psikis individu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu yang khas. Sastra dipergunakan oleh pengarang sebagai
alat untuk menembus batin pribadi individu yang diwakilkan pada para tokoh untuk diangkat ke
permukaan sehingga dapat dipahami oleh pembaca tentang kejiwaan dari para tokoh yang ditampilkan
oleh pengarang.
d. Kebutuhan Seks
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh
sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Salah satu kebutuhan mendasar adalah
kebutuhan seks karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar fisiologis yang benar-benar harus
terpenuhi dan apabila tidak terpenuhi semestinya maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual.
Kebutuhan ini merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Kebutuhan ini berhubungan lansung
dengan kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula
berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai makhluk seksual. Pada manusia seksual
berkaitan dengan biologis, fisiologis, psikologis, sosial, dan norma yang berlaku. Hubungan seks manusia
dapat dikatakan bersifat mulia sehingga secara wajar hanya dibenarkan dalam ikatan perkawinan.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar yang dapat mempengaruhi cara berpikir sehat seseorang. Sebagai
makhluk yang normal, manusia dikaitkan dengan kebutuhan seks merupakan makhluk yang akan
memenuhi kebutuhan ini dengan penuh hati-hati sebab kebutuhan ini dapat mendominasi perilaku
manusia tersebut. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang termasuk kebutuhan dengan pemenuhan
yang mendesak untuk didahulukan. Namun, dalam pemenuhan kebutuhan ini, perlu pemikiran yang sehat
agar dapat terpenuhi dengan baik. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan, yaitu aktifitas seksual genital. Seks di lain pihak adalah istilah yang lebih luas. Seks
diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama
dan mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.
e. Kebutuhan Tempat Tinggal
Tempat tinggal merupakan kebutuhan yang termasuk kebutuhan dasar fisiologis. Pemenuhan
kebutuhan ini paling mendesak untuk didahulukan oleh setiap individu agar memudahkannya
memperoleh ketenangan dalam mempertahankan kehidupannya secara fisik. Tanpa tempat tinggal,
seseorang akan merasa terusik kehidupannya dari keadaan sekelilingnya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi pemikiran individu dalam menjalani kehidupannya, seperti tidak tenang karena merasa
tidak terlindungi secara fisik. Seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan ini dengan cara apa pun
agar memperoleh ketenangan dalam berpikir untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dengan tujuan dapat
mencapai kehidupan yang lebih baik.
2) Kebutuhan Psikis
Kebutuhan psikis merupakan kebutuhan yang akan diusahakan oleh individu setelah kebutuhan
dasar fisiologisnya terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan dasar fisiologis merupakan motivasi untuk
bergerak memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
terlebih dahulu harus terpenuhi kebutuhan yang di bawahnya. Selain kebutuhan fisik seseorang akan
mengusahakan pemenuhan sejumlah kebutuhan psikisnya agar dapat dengan mudah mencapai kebutuhan
yang lebih tinggi. Ada pun kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, maka dalam diri individu akan
muncul satu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dikatakan
deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa aspek
psikologis tokoh utama dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara berdasarkan kajian psikologi
humanistik Abraham Maslow. Dikatakan kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang
b. Kebutuhan Pakaian
Kebutuhan fisiologis lainnya yaitu kebutuhan akan pakaian. Melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi merupakan hal yang lumrah pada masa anak-anak seperti Dahlan, namun keadaan keuangan
keluarga merupakan hambatan yang tidak bisa dipungkiri olehnya. SMP Magetan adalah sekolah idaman
bagi anak-anak di kampung Dahlan, salah satunya dia sendiri. Namun, keputusan bapaknya yang tidak
mengizinkannya adalah hal yang perlahan menyiksa harapannya. Sebab, sekolah di SMP Magetan
memerlukan biaya yang tinggi, baik dari biaya seragam sampai biaya buku dan lain-lain. Larangan
bapaknya adalah suatu siksaan batin bagi Dahlan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Tak dapat kumungkiri, keputusan Bapak yang melarangku melanjutkan sekolah di SMP
Magetan adalah keputusan yan bijak. Bagaimana pun, aku pasti akan merasa malu, minder, atau
rendah diri. Pakaian, misalnya, aku hanya punya sepasang dan itu alamat akan jadi bahan ejekan
bagi murid-murid lain yang rata-rata punya orang tua yang mampu membelikan mereka banyak
pakaian……
“Andaikan aku punya sepatu seperti itu, tentulah perjalanan sejauh lima belas kilometer tidak
akan terlalu menyiksa. Dan, tentunya akan bertambahlah hinaan itu kalau murid-murid
mengetahui kakiku tanpa sepatu. (Pabichara, 2012: 21-22)
Larangan bapaknya merupakan hal yang sangat membuat perasaan Dahlan diselimuti kebimbangan
dalam melanjutkan sekolah. Namun, setelah dia pikir-pikir, sekolah di SMP Magetan akan lebih
membuatnya merasa malu dan minder karena seragam sekolah saja ia tidak punya. Dari kutipan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta. CAPS (Center for Akdemic
Publishing Service (PT. Buku Seru).
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori Dan Contoh Kasus. Jakarta.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada Press.
Pabichara, Khrisna. 2012. Sepatu Dahlan. Jakarta. Noura Books (PT Mizan Publika).
Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
Wahid, Sugira. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah Universitas Neger Makassar.
Wellek, Rene dan Warren Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.