CSS Demam Dengue
CSS Demam Dengue
PENDAHULUAN
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan virus Dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang
sebelumnya telah membawa virus tersebut di dalam tubuh manusia. Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan yang serius dibanyak daerah tropis dan subtropis di dunia.
Penyakit yang ditimbulkannya hiperendemis di Asia Tenggara, dengan bentuk yang
paling berbahaya DBD dan Sindrom Syok Dengue (SSD) yang biasanya bersifat fatal,
terutama pada anak-anak. Virus dengue adalah virus yang termasuk dalam dalam group B
Arthropod borne Virus ( Arbovirus), genus Flavinirus, famili Flaviridae. Virus dengue
terdiri dari 4 serotipe yaitu tipe Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Keempat virus tersebut
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, pengamatan virus dilakukan sejak tahun 1975
di beberapa Rumah Sakit menunjukkan bahwa empat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Virus yang terbanyak berkembang di masyarakat adalah virus tipe 1 dan
tipe 3. Diperkirakan lebih kurang 100 juta kasus Demam Dengue dan 500 ribu kasus
Demam Berdarah Dengue terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia, dimana 90 % dari
kasus-kasus tersebut menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun. 1,2
Pada tahun 1779, David Bylon melaporkan terjadinya letusan Demam Dengue
di Batavia. Jadi, ternyata jenis penyakit ini sudah lama ada di Indonesia sebagai suatu
penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu
yang hidup dan berkembang di lingkungan sekitar manusia, dan perilaku maupun
lingkaran hidup nyamuk itu telah diketahui oleh manusia. Sedangkan di Asia Tenggara
hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi
sejak tahun 1952 infeksi virus Dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis
berat, yaitu Demam Berdarah Dengue yang ditemukan di Manila, Filipina dan menyebar
ke negara lain. Di Indonesia pada tahun 1968 penyakit Demam Berdarah Dengue
dilaporkan di Surabaya dan Jakarta sebanyak 58 kasus, dengan jumlah kematian yang
sangat tinggi 24 orang. 1,2
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Dengue adalah penyakit yang disebabkan virus yang ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes. 1
Demam Dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja
atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan atau nyeri
sendi dan disertai leukopenia, dengan atau tanpa ruam, dan atau limfodenopati, demam
bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa
mengecap, trombositopenia ringan, dan ptekie spontan. 3
Infeksi virus Dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18, seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter kebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus
Dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari
(vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai
dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue
di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan
kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus Dengue menimbulkan penyakit dengan
manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina. Kemudian ini
menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun
1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang
sangat tinggi. 4
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang
lain. Disamping itu urutan infeksi serotipe merupakan suatu faktor risiko karena lebih
Virus Dengue seperti family Flavivirus lainnya memiliki satu untaian genom
RNA (single-stranded positive-sence genome) disusun di dalam satu unit protein yang
dikelilingi dinding icosahedral yang tertutup oleh selubung lemak. Genome virus dengue
terdiri dari 11-kb + RNA yang berkode dan terdiri dari 3 struktur Capsid (C) membrane
(M) Envelope (E) protein dan 7 protein non structural (NS1, NS2, NS2B, NS3, NS4,
NS4B, dan NS5).2
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus Dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti . Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung
virus Dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovarian transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak terlalu
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
Virus Dengue yang masuk ke dalam tubuh akan beredar ke dalam sirkulasi darah
dan akan ditangkap oleh makrofag ( Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi sejak
2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadi demam. Antigen yang
menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya
untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T-
Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.2
Respon innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua komponen
yang berperan penting di periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet.
Antibodi alami IgM dibuat oleh CD5 + B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur
molekul mutimerix. Molekul hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan molekul
pentametric IgM namun hexamer IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen.
Antigen Dengue dapat dideteksi di lebih dari 50% “Complex Circulating Imun”.
Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan didalam dinding darah di bawah kulit
penderita Dengue. Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue level IgM merupakan
hal yang spesifik. 2
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang sistem RES seperti
sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sum - sum tulang
serta paru-paru. Dalam peredaran darah virus akan difagosit oleh monosit. Setelah
genom virus masuk ke dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel genom virus
akan memulai membentuk komponen-komponen strukturalnya. Setelah berkembang biak
di dalam sitoplasma sel maka virus akan dilepaskan dari sel. 2
- Netralisasi virus
- Sitolisis komplemen
- Antibodi Dependent Cell-mediated Cytotoxicity (ADCC)
- Antibodi Dependent Enhancement
Secara in vivo antibodi terhadap virus Den berperan dalam 2 hal yaitu :
Pada infeksi primer virus dengue antibodi yang terbentuk dapat menetralisir virus
yang sama (homologous). Namun jika orang tersebut mendapat infeksi sekunder dengan
jenis virus yang lain, maka virus tersebut tidak dapat di netralisasi dan terjadi infeksi
berat. Hal ini disebabkan terbentuknya kompleks yang infeksius antara antibodi
heterologous yang telah dihasilkan dengan virus dengue berbeda sehingga terjadilah
DBD. 2
Peran sitokin sebagai protein terlarut yang dihasilkan oleh sel-sel hematopoietik
dan non hematopoietik dalam kedaan inflamasi ataupun infeksi. Sitokin berfungsi dalam
proses imun, misalnya IL -1, IL-2, IL 6, IL-8, TNFα dan IFNγ. IL-1, IL-6 dan TNFα
adalah pirogen endogen yang akan merangsang demam di hipotalamus dan juga
berfungsi sebagai vasoaktif sitokin yang meningkatkan permeabilitas endotel pembuluh
darah. Endotel juga akan mendeskripsikan ICAM 1, VCAM 1 dan P-selectin, molekul
Infeksi virus Dengue tergantung dari factor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus
dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness),
Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD)
dan Sindrom Syok Dengue. 4
Asimtomatik Simtomatik
DD DBD
Masa tunas berkisar antara 3-5 hari (pada umumnya 5-8 hari). Awal penyakit
biasanya mendadak. Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi
mendadak, kadang – kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri
belakang bola mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah dan timbulnya ruam.
Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi nyeri pada anggota badan dan timbulnya
ruam (rash). Ruam timbul pada 6-12 sebelum suhu naik pertama kali, yaitu pada hari
sakit ke 3-5 berlangsung 3-4 hari. Ruam berbentuk makulopapular yang menghilang pada
tekanan terdapat di dada, tubuh serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka.
Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak, disertai
kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola mata, punggung, otot, sendi
dan disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita dapat dilihat bentuk kurva suhu
yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetapi pada penelitian selanjutnya bentuk
kurva ini tidak ditemukan pada semua pasien sehingga tidak dapat dianggap
patognomonik. 1,4
Anoreksia dan obstipasi sering dilaporkan, disamping itu perasaan tidak nyaman
di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan dan perut lembek sering ditemukan. Pada
stadium dini sering timbul perubahan dalam indra pengecap. Gejala klinis yang lain
sering terdapat ialah fotofobia, keringat yang bercucuran suara serak, batuk, epistaksis,
dan disuria. Demam menghilang secara lisis, disertai keluarnya banyak keringat. Kelenjar
limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-77% kasus. Beberapa sarjana menyebutkan
sebagai Castelani’s sign, sangat patognomonik dan merupakan patokan yang berguna
untuk membuat diagnosis banding. Manifestasi perdarahan tidak sering dijumpai. Rush
pada tahun 1789 melaporkan pasien demam dengue dengan perdarahan yang kemudian
meninggal. Bentuk perdarahan lain yang dilaporkan ialah menorargi dan menstruasi dini,
abortus atau kelahiran bayi berat badan lahir rendah, mungkin sekali akibat perdarahan
uterus.1
Kelainan darah tepi demam dengue ialah leukopenia selama periode pra-demam
dan demam, neutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relatif dan
limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens. Eosinofil
menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung jenis
neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat pada periode
memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia. Darah tepi menjadi normal
kembali dalam waktu 1 minggu. 1
Demam Dengue (DD) yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita demam dengue tidak dijumpai kebocoran
plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan
dengan adanya hemokonsentrasi, pleura efusi dan asites. 1,4
Fase akut (awal) akan dijumpai jumlah leukosit yang normal kemudian menjadi
leukopenia selama fase demam. Jumlah trombosit pada umumnya normal demikian pula
semua faktor pembekuan. Tetapi saat epidemi dapat dijumpai trombositopenia dan
manifestasi perdarahan. Serum biokimia pada umumnya normal namun enzim hati dapat
4,6
meningkat.
Pansitopenia dapat terjadi pada hari ke 3-4 sakit, neutropenia mungkin menetap
atau muncul kembali selama stadium kedua penyakit dan dapat berlanjut sampai
konvalesen. Angka sel darah putih serendah 2.000/mm3 pernah ditemukan. Trombosit
jarang dibawah 100.000 sel/mm3. Koagulasi vena, waktu perdarahan dan protrombin,
serta fibrinogen plasma dalam kisaran normal. Uji tourniquet jarang positif. Asidosis
ringan, hemokonsentrasi, kenaikan angka transaminase, dan hipoproteinemia dapat
terjadi selama beberapa infeksi virus dengue primer. Demam berdarah dengue-sindrom
syok dengue klasik dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu imun-dengue. 5
a. Anamnesis
Setelah masa inkubasi 4-6 hari (rentang 3-14 hari), gejala prodromal yang
tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah. Tanda
khas dari DD adalah peningkatan suhu mendadak, kadang-kadang disertai
menggigil, nyeri kepala dan flushed face (muka kemerahan). Dalam 24 jam terasa
nyeri pada belakang mata terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata
ditekan, fotopobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala lain yang dapat dijumpai
adalah anoreksia, konstipasi, nyeri perut atau kolik, nyeri tenggorokan, dan
depresi ( biasanya terdapat pada pasien demam) gejala tersebut biasanya menetap
untuk beberapa hari.4
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
- Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
- Pada anak besar dapat dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri
perut
- Diare kadang-kadang dapat ditemukan
- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ditemukan demam, suhu pada umumnya antara 39-400C, bersifat
bifasik, menetap 5-7 hari. Pada awal fase demam terdapat ruam yang tampak di muka,
leher dan dada. Pada akhir fase demam (hari ketiga atau keempat). Ruam berbentuk
makulopapular atau bentuk skarlatina. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu turun
dan timbul ptekie yang menyeluruh pada kaki dan tangan dan diantara ptekie dapat
dijumpai area kulit normal berupa bercak keputihan, kadang-kadang disertai rasa gatal.
Perdarahan kulit pada demam dengue terbanyak adalah uji tourniquet positif dengan atau
tanpa ptekie. 4
c. Pemeriksaan Laboratorium
- Pada fase akut (awal demam) akan dijumpai jumlah leukosit normal, kemudian
menjadi leukopenia selama fase demam
- Jumlah trombosit pada umumnya normal, demikian pula semua faktor pembekuan
- Pada saat epidemik dapat dijumpai trombositopenia
- Uji HI ≥ 1.280 dan atau IgM Anti Dengue positif
- Serum biokimia pada umumnya normal, namun enzim hati dapat meningkat
Pengobatan adalah suportif. Pada fase demam pasien dianjurkan tirah baring.
selama masih demam, obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
Untuk menurunkan suhu menjadi < 390 C, dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/
salisilat tidak dianjurkan (kontraindikasi) oleh karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan, atau asidosis. Pada pasien dewasa, analgetik atau asedatif ringan kadang-
kadang diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri kepala, nyeri otot atau nyeri sendi. Di
anjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, selain air putih,
dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari. Tidak boleh dilupakan monitor suhu,
jumlah trombosit serta kadar hematokrit sampai normal kembali. Pada pasien DD, saat
suhu turun pada umumnya merupakan tanda merupakan tanda penyembuhan. Meskipun
Tersangka DBD
Tanda syok
Muntah terus-menerus Periksa uji torniquet
Kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Berak hitam
Uji Torniquet (+) Uji Torniquet (-)
Tabel 2
Segera bawa ke RS
Tabel 3
Berat Badan waktu masuk RS (kg) Jumlah Cairan ml/kg Berat Badan per
hari
<7 220
7-11 165
12-18 132
>18 88
Tabel 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Soedarmo, S. Gama. H, Hadinegoro, S. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Jakarta : IDAI. Hal : 155-180
2. Frans, Evisina Hanafiati. Patogenesis Infeksi Virus Dengue.2012. available on :
elib.fk.uwks.ac.id
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI. Hal : 428- 433
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. Jakarta. Hal : 1-26
5. Nelson, E Waldo. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC. Hal :
1131-1139
6. Pudjiadi, Antonius H, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal : 141-145