Anda di halaman 1dari 4

A Few Reasons Why We Should Control and Minimize Waste and Litter

Problems in Indonesia
Pada abad ke 21 ini, dimana teknologi semakin maju dan para ilmuwan
berlomba lomba untuk berinovasi agar teknologi dapat semakin memudahkan
pekerjaan dan kehidupan manusia. Tidak hanya itu, teknologi dan inovasi juga
dapat berpengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitar kita, yaitu bagaimana kita
mengelola dan menggunakan sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Mulai
dari udara, tanah, air dan segala kekayaan alam yang ada di lingkungan hidup
bumi kita tercinta ini, dapat kita kelola dengan mudah menggunakan teknologi
dan inovasi pada abad ke 21 ini. Namun, terdapat plus dan minus dalam
memanfaatkan teknologi dalam mengelola sumber daya alam bumi kita tercinta
ini. Dengan tidak menutup mata, isu yang paling menonjol yang dapat
ditimbulkan dari hal ini adalah polusi. Ya, polusi. Contohnya saja untuk
memproduksi suatu barang dari barang mentah menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi, dalam setiap produksi nya pasti menyisakan apa yang kita sebut
dengan limbah.

Limbah ini bersifat mencemarkan, dan tidak baik bagi lingkungan hidup di
sekitarnya. Limbah dapat menyebabkan polusi air, udara, dan daratan. Limbah
padat biasa kita sebut dengan sampah, limbah cair dapat berupa cairan kimia sisa
produksi dan limbah udara dapat berupa asap sisa pembakaran. Apabila tidak
dikelola dengan baik maka akan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tidak hanya itu, limbah juga dapat mengancam keberlangsungan makhuk hidup
yang terdapat di sekitarnya. Sebagian besar pabrik produksi kurang
memperhatikan pengelolaan limbah mereka sehingga mencemari lingkungan dan
pemukiman warga.

Selain itu, barang yang diproduksi juga berpotensi menimbulkan


pencemaran lingkungan. Contohnya, makanan yang memiliki kemasan
pembungkus setelah dikonsumsi maka kemasan pembungkusnya akan dibuang
menjadi sampah. Sebagian besar kemasan pembungkus makanan tersebut berupa
plastik. Celakanya, plastik merupakan salah satu komponen sampah yang sulit
untuk diurai oleh mikroorganisme di dalam tanah. Sedangkan jumlahnya kian hari
makin bertambah. Kondisi ini akan bertambah buruk jika sampah yang sulit
terurai ini pada akhirnya akan bermuara ke lautan lepas. Tentu hal ini dapat
mengganggu ekosistem dan keberlangsungan makhluk hidup di lautan.

Menurut data laporan Indonesia Marine Debris Hotspots yang dirilis oleh
The World Bank pada Mei 2018, presentase jumlah sampah di Indonesia meliputi
63,18% sampah organik dan sampah plastik sebesar 13,16%. Sedangkan sampah
yang mencemari perairan di Indonesia berjumlah sebesar 31% sampah plastik
(terdiri dari 16% kantong plastik, 9% jenis sampah plastik lainnya, 5% kemasan
plastik, dan 1% botol plastik). Angka ini akan terus bertambah jika tidak segera
dilakukan penanganan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat tentang
betapa pentingnya untuk membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi
serta mengontrol jumlah sampah yang ada di Indonesia

Mengapa kita perlu untuk mengurangi dan mengontrol jumlah sampah di


Indonesia khususnya sampah plastik ? Ada beberapa alasan kuat untuk menjawab
pertanyaan ini. Yang pertama, Indonesia adalah negara kedua penyumbang
terbesar ke-2 limbah laut setelah negara Cina. Indonesia menghasilkan 65 juta ton
sampah setiap tahun. Dimana 13% atau 8,45 juta ton sampah berupa sampah
plastik. Sekitar 1,3 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap hari di Indonesia. Hal
ini telah menjadi ancaman terhadap ekosistem laut karena limbah laut mengancam
perikanan dan terumbu karang yang bisa menimbulkan dampak negatif terhadap
wisata bahari.
Yang kedua, sampah plastik mempunyai dampak negatif terhadap
lingkungan karena sampah plastik dapat membunuh hewan laut yang
mengakibatkan hewan laut tersebut terjerat dan tenggelam. Partikel plastik yang
berasal dari sampah plastik secara tidak sengaja bisa dikonsumsi hewan laut
ketika hewan tersebut makan, dan partikel plastik ini tidak dapat dicerna. Racun
yang terdapat dalam partikel plastik otomatis akan masuk ke dalam tubuh kita jika
kita mengonsumsi ikan tersebut. Yang ketiga, mengurangi polusi dan emisi gas
rumah kaca. Sampah yang sulit terurai biasanya akan menumpuk di tempat
pembuangan akhir sampah, menyebabkan polusi darat, air dan udara. Sampah
yang menumpuk juga akan mengeluarkan gas rumah kaca, yaitu karbondioksida.
Semakin banyak emisi gas CO2, maka sinar matahari dan panas yang berasal dari
matahari akan lebih lama terperangkap di permukaan bumi sehingga
menyebabkan dampak buruk global warming pun akan semakin meningkat, dan
perubahan iklim yang perlahan demi perlahan dapat mengancam eksistensi
kehidupan manusia di muka bumi ini.

Melihat urgensi tersebut, tidaklah cukup jika kita hanya menyoroti dan
mengkaji. Namun juga diperlukan solusi dan aksi untuk mengatasi permasalahan
sampah di Indonesia. Tidak hanya sebatas dari pemerintah namun masyarakat
juga harus ikut andil dalam mewujudkan tujuan ini. Pemerintah sendiri telah
berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik dengan hingga 30 persen dan
penanganan sampah degan benar sebesar 70 persen dari total timbunan sampah.
Sebagaimana telah diresmikan pada Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Pengelolaan Sampah.

Beberapa gerakan dan kampanye untuk mengurangi sampah yang dapat


kita coba dan terapkan dalam gaya hidup sehari hari adalah sebagai berikut. Yang
pertama, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, yaitu sebuah gerakan sejak
2010 yang mengajak masarakat untuk lebih bijak menggunakan kantong plastik.
Gerakan ini dapat dilakukan mulai dari hal hal sederhana, yaitu dengan membawa
tas belanja pakai ulang sendiri dari rumah, menggunakan wadah makanan pakai
ulang dan tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja. Yang kedua,
Gerakan Tanpa Sedotan Plastik, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan untuk
mengurangi pemakaian sedotan sekali pakai dan diganti dengan menggunakan
sedotan pakai ulang dari bahan stainless, kaca, atau bahan pakai ulang lainnya.
Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik dalam bentuk sedotan
yang jarang bahkan dilewatkan oleh pendaur ulang untuk mengolahnya kembali.
Yang ketiga, Gerakan 1 Juta Tumbler yang diluncurkan pemerintah sejak Juli
2019 lalu. Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian botol kemasan
plastik sekali pakai dan menggantinya dengan tumbler atau wadah botol minum
pakai ulang yang dapat dibawa dari rumah.

Persoalan sampah di Indonesia tidak dapat diabaikan lagi urgensi nya.


Baik pemerintah maupun masyarakat diharapkan untuk dapat bersinkronisasi satu
sama lain agar dapat mencapai tujuan Indonesia yang bersih dari permasalahan
sampah yang kian hari semakin membelenggu. Jika bukan kita, siapa lagi ? Bumi
ini tidak hanya untuk dihuni oleh kita yang hidup pada zaman sekarang ini.
Namun, 50-100 tahun kedepan masih ada anak cucu kita yang akan melanjutkan
kehidupan di bumi tercinta ini. Live green, for our sustainable future!

By : Muhammad Iqbal

Anda mungkin juga menyukai