Anda di halaman 1dari 18

IDEOLOGI PERS LIBETARIAN

Disusun Oleh :

Cempaka Al Mawaddah (07031381823176)

Septia Anisa (07031381823136)

Karunia (07031381823182)

Rizky Aulia Fathonah (07031381823200)

Tia Jesicca (07031381823180)

Widya Apriana (07031381823140)

Sistem Komunikasi Indonesia

Dosen Pengampu : Prof. Sriati, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018/2019

Jalan Srijaya Negara, Bukit Besar, Ilir Barat I, Bukit Lama, Ilir Bar.1, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30128
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Februari 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi ................................................................................................... 6


2.2 Pengertian Pers .......................................................................................................... 6
2.3 Karakteristik dan Ciri-Ciri Pers ................................................................................ 7
2.4 Ideologi-Ideologi Sistem Pers ................................................................................... 9
2.5 Pengertian Libertarian ............................................................................................. 13
2.6 Pengertian Teori Ideologi Pers Libetarian .............................................................. 13
2.7 Ciri-ciri Ideologi Pers Libertarian ........................................................................... 14
2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Ideologi Libertarian ................................................... 15

BAB 3 PENUTUP

1.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 17


1.2 Saran ........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pers adalah dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk pers
elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada
pers cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletein kantor berita. Media adalah media realitas
dalam dirinya sendiri. Kemampuan untuk menjadi pemain dalam industri media, Mediapun
memiliki fungsi ideologis, dan melakukan manuver politik sesuai dengan fungsi ideologinya. Ini
akan mencakup masalah siapa, kepentingan apa, dan perspektif mana yang akan memperoleh akses
ke media mereka. Di luar fungsi ideologis yang dijalankan, bagaimanpun juga, media pertama-
tama perlu terlebih dahulu di lihat sebagai institusi ekonomi, dan karenanya manuver politik yang
dijalankan melalui politik pemberitaannya juga dikemas sebagai komoditi informasi yang
berusaha menyiasati tuntutan serta peluang pasar.
Hal lain yang penting diamati dalam pemberitaan pers saat ini, terutama sekali adalah
masalah sejauh mana mereka telah berfungsi menciptakan dirinya sebagai bagian dari public
sphere. Ini bisa dikaji melalui pengamatan tentang sejauh mana kemampuan untuk memiliki media
semakin terpusat di kaum-kaum itu-itu saja, sejauh apa media di tangan mereka itu telah bersedia
memberikan akses berimbang ke setiap unsur publik terkait. Dalam proses tersebut pers
menempati posisi sentral, khususnya dalam era peradaban di mana praktis semua manusia menjadi
bagian dari kesepakatan untuk bersatu dalam kesatuan-kesatuan politik besar, seperti negara.
Pada zaman otoriter pers dikekang oleh pemerintah, karena pada saat itu jurnalisdipaksa
patuh dan tidak boleh mengkritisi apa yang menjadi kebijakannya. Media diwajibkan mendukung
keputusan tersebut dengan cara mensosialisasikan ke publik. Media yang membantah otomatis
akan dicabut izin pernerbitannya. Bukan hanya itu, wartawan yang melakukan peliputan yang
merugikan pemerintah akan dijebloskan ke penjara. Indonesia mengalami sistem pers jenis ini saat
pemerintahan Rezim Soeharto. Saat itu semua kegiatan Pers diatur oleh pemerintah dan mereka
juga harus mendukung apa yang dikehendaki. Bahkan, bukan hanya pers umum saja, sampai pers
mahasiswa saat itu juga terkena imbasnya.
Namun, Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pers tidak dikekang lagi
karena mereka sudah melewati beberapa zaman diantaranya adalah pers bebas, pers bertanggung

4
jawab sosial, dan masih ada beberapa zaman lagi (Kusumaningrat dan Kusumaningrat 2006: 19).
Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan definisi serta ciri-ciri ideologi pers pada zaman
pers bebas atau biasa disebut dengan Ideologi Pers Libertarian.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Apa Pengertian Ideologi?
b. Apa Pengertian Pers?
c. Apa Saja Karakteristik Dan Ciri-Ciri Sistem Pers?
d. Apa Saja Ideologi-Ideologi Didalam Pers?
e. Apa Pengertian Ideologi Pers Libertarian?
f. Apa Saja Ciri-Ciri Dari Ideologi Pers Libertarian?
g. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan dari Ideologi Libertarian?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa/I Dapat Mengetahui Pengertian Pers Secara Umum Maupun Secara
Khusus
b. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Apa Saja Ideologi Didalam Pers
c. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Pengertian Dari Ideologi Pers Libertarian
d. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Ciri-Ciri Dari Ideologi Pers Libertarian
e. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Teori Libertarian Yang Didasari Oleh Asumsi Dasar
Filosofis
f. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan dari Ideologi
Libertarian

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi


Menurut Wikipedia Indonesia, Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan.
Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu. Secara umum melihat Ideologi dalam kehidupan sehari
hari)dan beberapa arah filosofis melihat Ideologi politis, atau sekelompok ide yang diajukan oleh
kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran
abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga
membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
Hippolyte Taine, Adapun pengertian Ideologi menurut para ahli:
a) Ideologi seperti mengajarkan filsafat kepada rakyat menggunakan metode
sokrates denganmenggunakan kosakata yang telah diketahui oleh masyarakat (bukan
bahasa tingkat tinggi) dan tanpamemberikan contoh yang membutuhkan percobaan
sainsuntuk membuktikannya (contoh langsung dari keadaan mereka).
b) Manfred Steger dan Paul James, memiliki pendapat samatentang ideologi. Menurut mereka
berdua ideologi adalahSekelompok Ide dan konsep yang normatif yang memilikipola,
begitupun representasi dari kekuatan politik yang ada.Ideologi merupakan peta konsep
yang membantumasyarakat dalam mengarahkan kompleksnya kehidupanberpolitik dan
keyakinan akan kebenaran sosial.
c) Harold H. Titus, dalam buku the living issues of Philosophy , mendefinisikan ideologi
adalah sebagai suatu istilah yangdipergunakan untuk sekelompok cita-cita. mengenai
berbagaimacam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosia serta filsafatsosial yang
dilaksanakan bagi suatu rencana sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok
atau lapisan masyarakat.

2.2 Pengertian Pers

Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang berarti dalam bahasa inggris adalah pers.
Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknafiah berarti penyiaran secara tercetak atau
publikasi secara dicetak.

6
Pers adalah lembaga kemasyarakatan, sebagai lembaga kemasyarakatan, pers
merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama dengan subsistem
lainnya.Dengan demikian pers tidak hidup secara mandiri,tetapi dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga kemasyarakatan lain. Bersama-sama dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya
itu, pers berada dalam keterikatan organisasi yang bernama Negara, karenanya pers dipengaruhi
bahkan ditentukan oleh falsafah dan sistem politik Negara tempat pers itu hidup.

Menurut UU No. 40 tahun 1999, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Menurut Oemar Seno Adji, pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran,
gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis. Sedangkan pers dalam arti luas, yaitu memasukkan
di dalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan
seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan. Berbeda dengan Oemar, Kustadi
mengatakan bahwa pers adalah seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah,
menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam
rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya (Wikipedia, 2012).

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa pers merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk mengemukakan pendapat,
berekspresi maupun menyampaikan ide-ide ataupun gagasan untuk diinformasikan kepada
masyarakat luas. Dengan kata lain, pers dapat dikatakan sebagai kurir ataupun jendela penghubung
pemikiran antar masyarakat.

2.3 Karakteristik dan Ciri-Ciri Pers

Berdasarkan pengertian dalam peraturan perundangan udangan Indonesia ini, kita dapat
mengelompokan sistem pers di Indonesia menjadi 4 karakteristik utama sebagai berikut:
A. Pers sebagai lembaga sosial atau kemasyarakatan.
Pers harus mampu memberikan informasi dengan teratur sesuai sifat kelembagaan itu sendiri.
Informasi yang disampaikan oleh pers harus bersifat umum karena target pers adalah masyarakat
yang heterogen atau terdiri dari berbagai lapisan. Dengan konsep ini, pers juga berkembang
menjadi indsutri jasa yang bersifat independen dan profesional. Lembaga ini juga bisa
mendatangkan profit bagi pemiliknya. Pers sebagai industri telah berkembang hingga saat ini.

7
B. Pers sebagai alat perjuangan nasional
Pers juga dapat berperan sebagai pendukung pergerakan nasional Hal ini terjadi ketika awal
kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Saat itu berkembang sistem pers merdeka di Indonesia. Hal
ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
C. Pers sebagai media komunikasi massa
Dalam hal ini, pers adalah sarana komunikasi massal masyarakat. Artinya pers harus mampu
dijangkau setiap masyarakat dalam suatu negara. Pers harus membangun hubungan yang kuat
dengan pembaca, pendengar maupun penontonnya.
D. Pers sebagai media yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
Kegiatan jurnalisik pers ini dapat berupa berita di koran atau majalah maupun kanal lain seperti
radio, televisi dan video internet.

Menuru Haris Sumadiria, ia mengatakan cirri-ciri pers adalah sebagai berikut:

1. Periodesitas.
Pers harus terbit secara teratur, periodek, misalnyasetiap hari,setiap minggu dan sebagainya.
Pers harus konsisten dalam pilihan penerbitannya ini.

2. Publisitas.
Pers ditunjukan (disebarkan) kepada khalayak sasaran yang hangat heterogen. Apa yang
dimaksud heterogen menunjuk dua hal, yaitu geografis dan psikografis.geogarfis menunjuk pada
data administrasi kependudukan, seperti jenis kelamin, kelompok usia, agama, suku bangsa,
tingkat pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya. Sedangkan psikografis menunjuk
pada karakter, sifat kepribadian, kebiasaan, adapt istiadat, dan sebagainya.

3. Aktualitas.
Informasi apapun disuguhkan media pers harus mengandungunsur kebaruan, menunjuk kepada
peristiwa yang benar-benar baru terjadi atau sedang terjadi. Secara etimologis,aktualitas
mengandung arti kini dan keadaan sebenarnya, secara teknis jurnalistik.

4. Universalitas.
Berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari sumbernya dan dari keanekaragaman
materiisinya.

5. Objektivitas

8
Merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh surat kabar dalam
menjalankan profesi jurnalistiknya.

2.4 Ideologi-ideologi Sistem Pers

Pandangan hidup suatu bangsa akan mempengaruhi hubungan sosial masyarakat yang akan
membentuk sistem kemasyaratan, secara makro dapat dikatakan bahwa pandangan hidup, falsafah,
atau ideologi suatu bangsa akan menentukan system ketatanegaraan.

Terkait dengan masyarakat pers, hampir setiap Negara memiliki sistem persnya sendiri-sendiri,
sesuai dengan kebudayaan, ideologi, dan struktur masyarakatnya. Namun, pada umumnya system
pers yang dibentuk berguna untuk dijadikan acuan dalam tugas dan fungsi pers sebagai alat
perjuangan dan pembangunan, penerangan, hiburan, kontrol sosial, sekaligus sebagai penyalur dan
pembentuk pandapat umum.

Menurut William A. Hachten (dalam bukunya yang berjudul “The World News Prism”) ada
lima system pers di dunia, yakni:

1. Pers Otoriter
2. Pers Liberal
3. Pers komunis
4. Pers Revolusioner
5. Pers pembangunan

Sementara Fred. S. Siebert, Theodore B. Peterson, dan Wilbur Schram (dalam bukunya “Four
Theories of The Pers”) menyebutkan bahwa ada empat konsep atau teori pers yang berlaku di
dunia, yakni:

1. Teori Otoritarian (akhir renaissance)


Memberikan asumsi bahwa pemerintah adalah mutlak yang berarti bahwa kebijakan-
kebijakannya adalah terlalu sulit untuk dipertanyakan. Peranan media dalam masyarakat seperti
ini adalah sangat tunduk kepada pemerintah.

Ciri-cirinya:

1. Kebenaran dari lingkaran pusat kekuasaan.

9
2. Pers milik kantor kerajaan
3. Pers swasta ada hanya dengan ijin khusus. Bertanggung jawab kepada raja atau Negara.
Dalam Teori otoritarian, setiap teori tentang hubungan komunikasi yang terorganisasi
dimana pers menjadi bagiannya akan ditentukan oleh asumsi dasar filosofi dasar tentang manusia
dan Negara sebagai berikut:

a) Hakikat manusia: manusia dapat mencapai potensi sepenuhnua hanya apabila manusia itu
menjadi anggota masyarakat. Manusia sebagai individu bidang kegiatannya terbatas.
b) Hakikat masyarakat: manusia sebagai anggota masyarakat atau kelompok yang
terorganisasi akan mampu mencapai tujuan hidupnya, bahkan tak terukur.dengan asumsi
seperti ini, maka kelompok lebih penting daripada perseorangan karena hanya melalui
kelompoklah tujuan perseorangan dapat tercapai.
c) Hakikat Negara: Negara adalah ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia,
menggungguli perseorangan dalam segala skala nilai.tanpa Negara perseorangan tidak
sanggup mengembangkan atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan
perseorangan terhadap Negara dalam mencapai dan mengembangakan peradapan muncul
sebagai formula umum dari sistem otoriter.

2. Teori Libertarian
Dalam teori ini sangat berbeda atau bertolak belakang dengan teori otoritarian. Jika teori
otoritarian dikuasai oleh Negara, maka teori libertarian lebih dikuasai oleh golongan pengusaha
bermodal besar. Media massa memiliki kebebesan yang luar biasa dan dalam suasana yang nyaris
tak terkendali bagi kepentingan mengekspresikan dan bertukar pendapat:

Ciri-cirinya:

1. Kebenaran milik massa,berdasarkan pilihannya atas beberapa alternative. Tidak mutlak


dari Negara.
2. Pers sebagai mitra pencari kebenaran. Bukan instrumen penguasa.
3. Media massa sebagai ide dan pendapat.
4. Tanggung jawab sosial :
 kebenaran adalah alternative yang dimunculkan/ sindikat media massa.
 Siapa, fakta bagaimana, versi bagaimana yang disajikan ditentukan oleh pemilik media.

10
 invasi seseorang tidak dilayani demi perlindungan hak umum.
Teori libertarian ini didasari oleh asumsi-asumsi dasar filosofis sebagai berikut:

a) Hakikat manusia: manusia seperti hewan rasional dan mimiliki tujuan sendiri.walaupun
manusia sering melatih kemampuannya untuk berfikir yang diberikan tuhan kepadanya
untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, pada akhirnya mereka mampu
menghimpun keputusan secara terpisah.
b) Hakikat masyarakat: tujuan masyarakat adalah kabahagian dan kesejahteraan manusia dan
sebagai organisme yang dapat berpikir ia sanggup mengorganisasi dunia sekelilingnya dan
membuat keputusan yang dapat mendukung kepentingannya. Fungsi utama masyarakat
adalah untuk memajukan kepentingan anggotanya serta menciptakan perlindungan agar
masyarakat tidak mengambil ahli peran utama dan menjadi tujuan itu sendiri.
c) Hakikat Negara: Negara merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mencapai tujuan. Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan perorangan
sehingga mereka dapat menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan.
d) Hakikat pengetahuan dan kebenaran: tindakan manusia yang menggunakan panca indera
untuk memecahkan permasalahan menjadi nyata. Kebenaran adalah suatu yang dapat
ditemukan dan diperlihatkan kepada manusia lain untuk diperdebatkan dan melalui
musyawarahakan dapat mengakhiri peredebatan dan hasinya dapat diterima oleh akal.

3. Teori social responsibility


Bagi teori ini walaupun berasumsi pers punya hak untuk mengkritik pemerintah dan lembaga
lain, ia juga harus bertanggung jawab untuk memelihara demokrasi dengan menginformasikan
secara benar kepada masyarakat serta dengan memberi tanggapan terhadap apa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh masyarakat. Atau dengan kata lain teori ini lebih memberikan porsi lebih
penting terhadap hak warga Negara bagi perolehan akses informasi untuk menyatakan kebebasan
perpendapat. Konsep social responsibility atau pertanggungjawaban sosial tersebut lebih sesuai
karena ada persamaan tujuan dalam semangat memelihara kesatuan dan persatuan bangsa.

Fungsi teori social responsibility:

1. Mengabdi kepada sistem politik dengan menyajikan informasi, diskusi dan debat
mengenai persoalan – persoalan umum.

11
2. Memberipenerangan kepada khalayak sehingga menimbulkan kemampuan untuk
berpemerintahan sendiri.
3. Melindungi hak-hak perorangan dengan mengabdikan diri sebagai penjaga menghadapi
pemerintah.
4. Mengabdi system ekonomi terutama menghubungkan para pembeli dan penjual barang
dan jasa melalui periklanan.
5. Menyajikan hiburan.
6. Memelihara cukupnya kebutuhan sendiri dalam hal financial sehingga bebas dari
tekanan- tekanan pihak tertentu.

4. Teori soviet comunis


Teori ini berkembang di Uni soviet, maka teori pers ini sekarang lebih tepat disebut teori
pers komunis. Teori pers komunis menempatkan pers sebagai alat partai politik yang berkuasa,
dan karena itu pers merupakan pelayan Negara, seperti teori pers otoriter.

Pers komunis dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi doktrin, melaksanakan kebijakan
kelas pekerja atau militant. Jelaslah menurut Marx, sesuai dengan determinisme bahwa kontrol
pers akan dipegang oleh mereka yang memiliki fasilitas seperti para pencetak, penerbit stasiun
siaran, dan sebagainya. Selama kelas kapitalis mengontrol perangkat fisik ini, maka kelas pekerja
tidak akan pernah mendapat kesempatan seimbang untuk menggunakan seluruh komunikasi.

Sejak awal tradisi marxis telah memperlihatkan otoranisme, kecenderungan membuat


perbedaan yang keras dan tajam antara yang salah dan benar.pandangan umum yang diwariskan
marx kepada orang Rusia terlihat kesalahpahaman antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Orang
Amerika biasa berpikir bahwa orang sebaiknya mempunyai ide dan nilai yang berbeda, dengan
demikian menggalakkan seni bermusyawarah serta pemerintah mayoritas. Sedangkan Rusia biasa
berpikir bahwa orang-orang seharusnya tidak berbeda pandangan, musyawarah tanda
kelemahan, dan hanya ada satu pandangan yang benar yang dapat dipertemukan dan
dipertahankan, disebarkan, dan digalakkan. Dalam sikap umum inilah marx mengembangakan
konsep tentang perubahan sosial dalam pengertian Dinamikanya (dialektikanya), motivasinya
(Determinisme materialistik), dan tujuannya ( kemenangan kelas pekerja dan akhirnya
masyarakat tanpa kelas). Perubahan itu tidak hanya terjadi di bidang politik saja atau bidang

12
ekonomi saja, akan tetapi semua komponen kebudayaan lainnya juga akan berubah seperti seni,
agama, dan filsafat. Bagi marx Negara hanyalah alat bagi kelas masyarakat untuk menguasai kelas
lainnya. Dengan demikian masyarakat tanpa kelas artinya masyarakat tanpa Negara. Satu hal yang
jelas konep Marxis mengenai persatuan dan pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran
tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai lembaga sosial yang bebas mengkritik pemerintah
dan bertindak sebagai forum bebas. Pers komunis dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi
doktrin, melaksanakan kebijakan kelas pekerja atau militant.

2.5 Pengertian Libertarian atau Liberalisme

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari
konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai
dengan karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu
sistemdominasi kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini bersifatstatis dan sukar
berubah.Pemikiran liberal (liberalisme) berkembang sejak masa ReformasiGereja dan Renaissans
yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abadV-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah
berarti bebas dari batasan (freefrom restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan
yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. Ini berkebalikan total dengankehidupan Barat Abad
Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasiseluruh segi kehidupan manusia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalismemenolak adanya pembatasan, khususnya
dari pemerintah dan agama.Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas,
ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas,dan suatu
sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan
individu. Oleh karena itu paham liberalismelebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya
kapitalisme.

2.6 Libertarian Theory (Teori Pers Bebas)

Teori Pers Bebas ini berkembang pada abad 17-18 sebagai munculnya revolusi industri dan
adanya penuntutan kebebasan pemikiran di negara barat yang sering disebut aufklarung
(pencerahan). Esensi dasar sistem ini memandang manusia mempunyaia hak asasi dan meyakini
bahwa manusia akan bisa mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan bisa mengatur
sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah tujuan mulia untuk mewujudkan esensi
dasar, sedangkan kontrol pemerintah dipandang sebagai manifestasi kebebasan berfikir. Pers harus

13
diberi tempat yang sebebas-bebasnya untuk membantu mencari kebenaran. Kebenaran akan
diperoleh jika pers diberi kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolok ukur dihormatinya
hak bebas yang dimiliki manusia. Dalam teori ini manusia dipandang sebagai makhluk rasional
yang dapat membedakan antara yang benar dan tidak benar. Pers harus menjadi mitra dalam upaya
pencarian kebenaran, dan bukan menjadi alat pemerintah. Jadi, tuntutan bahwa pers mengawasi
pemerintah berkembang berdasarkan teori ini. 23 Sebutan terhadap pers sebagai pilar demokrasi
kekuasaan keempat setelah kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislative pun menjadi umum
diterima dalam teori pers libertarian. Oleh karenanya, pers harus bebas dari dari pengaruh dan
kendali pemerintah.

Dalam upaya pencarian kebenaran, semua gagasan harus memiliki kesempatan yang sama
untuk dikembangkan sehingga yang benar dan dapat dipercaya akan bertahan, sedangkan yang
sebaliknya akan lenyap. Gagasan John Milton tentang “Self-Righting process” (proses
menemukan sendiri kebenaran) dan tentang “Free market of ideas” (Kebebasan menjual gagasan)
menjadi sentral dalam teori pers bebas ini. Berdasarkan gagasan tersebut, dalam sistem ini pers
dikontrol oleh “Self Righting process of truth”, lalu oleh adanya “Free market of ideas”, dan oleh
pengadilan Imlikasi dari Self-Righting process” adalah bahwa semua gagasan harus memiliki
kesempatan yang sama ke semua saluran komunikasi dan setiap orang punya akses yang sama pula
ke sana.

Dalam teori ini sangat berbeda atau bertolak belakang dengan teori otoritarian. Jika teori
otoritarian dikuasai oleh Negara, maka teori libertarian lebih dikuasai oleh golongan pengusaha
bermodal besar. Media massa memiliki kebebesan yang luar biasa dan dalam suasana yang nyaris
tak terkendali bagi kepentingan mengekspresikan dan bertukar pendapat.

2.7 Ciri-Ciri Ideologi Pers Libertarian

Adapun Ciri-ciri ideologi liberal adalah sebagai berikut:


1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasukkebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan diri
sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.

14
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atausebagian terbesar
individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggaroleh kekuasaan
mana.
Teori libertarian ini didasari oleh asumsi-asumsi dasar filosofis sebagai berikut:

1) Hakikat manusia: manusia seperti hewan rasional dan mimiliki tujuan sendiri.walaupun
manusia sering melatih kemampuannya untuk berfikir yang diberikan tuhan kepadanya
untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, pada akhirnya mereka mampu
menghimpun keputusan secara terpisah.
2) Hakikat masyarakat: tujuan masyarakat adalah kabahagian dan kesejahteraan manusia dan
sebagai organisme yang dapat berpikir ia sanggup mengorganisasi dunia sekelilingnya dan
membuat keputusan yang dapat mendukung kepentingannya. Fungsi utama masyarakat
adalah untuk memajukan kepentingan anggotanya serta menciptakan perlindungan agar
masyarakat tidak mengambil ahli peran utama dan menjadi tujuan itu sendiri.
3) Hakikat Negara: Negara merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mencapai tujuan. Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan perorangan
sehingga mereka dapat menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan.
4) Hakikat pengetahuan dan kebenaran: tindakan manusia yang menggunakan panca indera
untuk memecahkan permasalahan menjadi nyata. Kebenaran adalah suatu yang dapat
ditemukan dan diperlihatkan kepada manusia lain untuk diperdebatkan dan melalui
musyawarahakan dapat mengakhiri peredebatan dan hasinya dapat diterima oleh akal.

2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Ideologi Pers Libertarian

 Kelebihan dari Ideologi Pers Libertarian


1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah.
2. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal ini mendorong
partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada
masyarakat.
4. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang kurang bermutu tidak
akan laku di pasar.
5. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif
mencari keuntungan.

15
6. Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-berita ataupun
ulasan yang dibuat dalam media massa dapat mengandung kritik-kritik tajam, baik
ditujukan kepada perseorangan lembaga atau pemerintah.
7. Masyarakat dapat memilih partai politik tanpa ada gangguan dari siapapun.

 Kekurangan dari Ideologi Pers Libertarian

1. Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat bebas, pendapatan


jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan golongan pekerja hanya menerima
sebagian kecil dari pendapatan.
2. Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga yang kaya
makin kaya, yang miskin makin miskin.
3. Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat.
4. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi budaya oleh
individu yang sering terjadi
5. Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah sulit untuk
mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers sebagai media komunikasi dan
media masa sangat efektif menciptakan image dimasyarakat sesuai misi kepentingan
mereka.

BAB III

PENUTUP

16
3.1 Kesimpulan

Libertarianisme adalah suatu filsafat politik yang menekankan kepada kebebasan individu atau
hak pemilikan-diri diatas tingkat kebebasan. Kaum libertarian lebih menganggap seorang yang
miskin lebih bahagia karena tidak tertekan dibanding seoran buruh yang tercukupi tetapi hak
pemilikan dirinya dibatasi.
Libertarianisme tidak sesuai dengan prinsip keuntungan mutual, kerena libertarianisme
tidak menetapkan keuntungan yang mutual, tapi menetapkan terjaminnya hak pemilikan-diri.
Libertarianisme tidak sesuai dengan stupun dari ketiga definisi kebebasan yang mana
ditetapkn oleh ahli kebebasan yang mendukung pandangan bahwa libertarianisme meningkatkan
kemerdekaan.
Jika diamati, indonesia termasuk dalam sitem pers tanggung jawab sosial. Tidak hanya dilihat dari
“kebebasan yang bertanggungjawab” namun pada berbagai aktualisasi pers pada akhirnya harus
disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat. Adapun tanggungjawab itu adalah suatu dasar
ideologi yang diyakini yakni pancasila yang dijadikan sebagai acuan prilaku pers.

3.2 Saran
Kita tak perlu menghakimi, pers harus bersikap begini atau begitu. Sebab hal demikian tak
ubahnya dengan mendikte pers yang etlah kehilangan jati dirinya. Bagaimanapun pers masih
punya jati diri, salah satunya kemampuan untuk bertahan di tengah derasnya iklim demokrasi dan
himpitan struktur yang harus ditaati.
Dalam posisi yang sulit begini, pers masih bisa bernafaspun masih lumayan. Ini menunjukan
betapa sulit kedudukan pers kita selama ini, meskipun biusa dibilang punya jati diri rendah (relatif)
sekalipun.

17
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (ed. 1-5), PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2004.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (ed. 6), PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2012.

http://id.scribd.com/doc/69740255/Ideologi-di-dunia
http://masterblog-information.blogspot.com/2012/02/kelebihan-dan-kekurangan-idiologi-
di.htmldiakses tanggal 5 Februari 2019

18

Anda mungkin juga menyukai