1 2 2
Hanifah Auliya , Farida Hayati , Diana Rachmania
1.
Rumah Sakit Islam Banjarmasin
2.
STIKES Karya Husada Kediri
2
Email : faridahayati71@gmail.com
Abstrak
Penyakit Stroke merupakan penyebab tertinggi kematian di Indonesia. Stroke adalah kelainan
potensial dalam suplai darah otak yang menyebabkan kecacatan, kelumpuhan anggota tubuh,
gangguan bicara, proses berpikir akibat gangguan fungsi otak dan gangguan otot wajah yang
dialami saraf (VII) fasialis. Terapi yang bisa dilakukan adalah ai latihan terapi cermin adalah bentuk
latihan melatih pasien bayangan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot wajah pasien stroke.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi cermin latihan terhadap kemampuan otot-
otot wajah pada pasien stroke di Rumah Sakit Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan
desain pre eksperimental (one group pre test_post test), teknik pengambilan sampel yang
digunakan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebelum terapi cermin semua
responden (100%) kriteria rentang skor 25-36 dan setelah melakukan terapi cermin semua
responden (100%) kriteria kisaran skor 25-36. analisis data menunjukkan (nilai P = 0,026 <α =
0,05) ada pengaruh latihan cermin terapi terhadap kemampuan otot wajah pada pasien stroke di
Rumah Sakit Kabupaten Kediri. Dengan terapi cermin makan gangguan otot wajah tersebuat
dapat diminimalisir dengan efeknya sistem Neuron Cermin yang dapat digunakan untuk
rekonstruksi lateral, yaitu kemampuan untuk membedakan antara kiri dan sisi kanan Disarankan
pada pasien Stoke untuk melakukan terapi cermin sebagai bentuk latihan untuk meningkatkan
kemampuan otot-otot wajah penderita stroke.
ABSTRACT
Stroke is the highest cause of death in Indonesia. Stroke is a potential abnormality in the brain's
blood supply that causes disability, limb paralysis, speech disorders, thought processes due to
brain function disorders and facial muscle disorders experienced by nerve (VII) facials. Therapy that
can be done is ai mirror therapy exercise is a form of exercise to train shadow patients to improve
the ability of facial muscles of stroke patients. The purpose of this study was to determine the effect
of mirror exercise therapy on the ability of facial muscles in stroke patients in Kediri District
Hospital. This study uses a pre-experimental design (one group pre test_post test), the sampling
technique used was accidental sampling. The results showed that before mirror therapy all
respondents (100%) criteria for the score range 25-36 and after doing mirror therapy all
respondents (100%) criteria for the score range of 25-36. Data analysis showed (the value of P =
0.026 <α = 0.05) there was the effect of mirror therapy exercises on the ability of facial muscles in
stroke patients in Kediri District Hospital. With meal mirror therapy, facial muscle disorders can be
minimized by the effects of the Mirror Neuron system that can be used for lateral reconstruction,
namely the ability to distinguish between the left and the right side It is recommended for Stoke
patients to do mirror therapy as a form of exercise to improve the ability of sufferers' facial muscles
stroke
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan potensial yang fatal darah dalam waktu relatif lama sebab darah
pada suplai darah bagian otak. Tidak ada sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama
satupun bagian tubuh manusia yang oksigen mengangkut bahan makanan yang
bertambah bila terdapat gangguan suplai dibutuhkan pada otak dan otak adalah pusat
kontrol sistem tubuh termasuk perintah dari dibandingkan keseluruhan penyakit serebro
semua gerakan fisik (Neil dalam Sudarsini, vaskular, karena perdarahan yang luas terjadi
2017). Stroke merupakan kelainan fungsi otak destruksi massa otak (Muttaqin, 2008). Bila
yang timbul secara mendadak dan terjadi stroke mengenai nervus (VII) fasialis akan
pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini mengakibatkan gangguan pada otot wajah.
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan Paralisa supranuklea, gangguan yang paling
anggota gerak, gangguan bicara, proses sering terjadi di kapsula interna yang
berfikir sebagai akibat gangguan fungsi otak disebabkan infark, sumbatan arteri karotis
(Muttaqin, 2008). Pasien stroke yang atau arteri serebri media, perdarahan dan
menderita gangguan otot wajah nervus (VII) sebagainya (Setyanegara, 2010).
fasialis sering ditemui. Gangguan otot pada Intervensi untuk penyembuhan yang bisa
pasien stroke terjadi pada paralisa dilakukan pada pasien stroke selain terapi
supranuklear. Gangguan yang paling sering medikasi atau obat-obatan yaitu dilakukan
terjadi adalah di kapsula interna yang fisioterapi/latihan seperti; letihan beban,
disebabkan oleh infark, sumbatan arteri latihan keseimbangan, latihan resistansi,
karotis atau arteri serebri media, perdarahan, hydroteraphy, dan latihan rentang
tumor, dan sebagainya (Setyanegara, 2010). gerak/Range of Motion (ROM). Penderita
Pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis stroke yang mengalami gangguan komunikasi,
tenaga kesehatan (Nakes) penderita penyakit dapat ditangani oleh speech therapist dengan
stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang cara; 1) latihan pernapasan (pre speech
(07,0%).Berdasarkan diagnosis Nakes training) berupa latihan napas, menelan,
Provinsi Jawa Timur memiliki estimasi jumlah meniup, latihan gerak bibir dan tenggorokan,
penderita terbanyak yaitu 190.449 orang 2) latihan di depan cermin untuk gerakan
(6,6%). Pada studi pendahuluan yang lidah, bibir dan mengucapkan kata-kata
dilakukan, data rekam medis di RSUD (Bastian dalam Crossiati, 2013). Latihan
Kabupaten Kediri angka kejadian pasien Mirror Therapy of the face merupakan
tahun 2016 yang rawat inap sebanyak 729 kombinasi dari mirror therapy dan senam
jiwa, sedangkan pasien stroke yang rawat wajah. Latihan Mirror Therapy adalah bentuk
jalan sebanyak 3231 jiwa. Tahun 2017 rehabilitasi atau latihan yang mengandalkan
Januari-Juni pasien stroke yang rawat inap dan melatih bayangan atau imanjinasi motorik
sebanyak 373 jiwa sedangkan pasien stroke pasien, dimana cermin akan memberikan
rawat jalan sebanyak 1562 jiwa. stimulasi visual kepada otak (saraf motorik
Infark serebral pada daerah tertentu di otak serebral yaitu ipsilateral atau kontralateral
akan mengakibatkan gangguan suplai untuk pergerakan anggota tubuh yang
oksigenasi. Sehingga suplai darah ke otak hemiparesis) melalui observasi dari
dapat berubah (makin cepat atau lambat) pergerakan tubuh yang akan cenderung ditiru
pada gangguan lokal (trombus, emboli, seperti cermin oleh bagian tubuh yang
perdarahan, dan spasme vaskuler). mengalami gangguan (Wang, 2013 dalam
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur Heriyanto, 2015). Gerakan yang digunakan
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh dalam mirror therapy adalah gerakan senam
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat wajah. Senam wajah merupakan gerakan
luas akan lebih sering menyebabkan kematian
kemampuan otot wajah menyeringai terdapat pasien stroke terjadi pada paralisa
(91%) skor 2 yaitu fungsional dimana tampak supranuklear. Gangguan yang paling sering
normal atau hanya sedikit gangguan dan (9%) terjadi adalah di kapsula interna yang
dengan skor 2 temasuk dalam kategori disebabkan oleh infark, sumbatan arteri
gangguan fungsional, pada kemampuan otot karotis atau arteri serebri media
wajah mengangkat bibir keatas terdapat Berkaitan dengan riwayat stroke yang dimiliki
(91%) skor 4 yaitu tampak normal atau hanya responden, dalam hal ini peneliti berpendapat
sedikit gangguan dan (9%) skor 2 yaitu sesuai fakta penelitian dapat dijelaskan bahwa
mengalami gangguan fungsional, pada semakin kondisi keparahan stroke dipengaruhi
kemampuan otot wajah tertawa terdapat oleh sering tidaknya responden mengalami
(82%) skor 4 yaitu tampak normal atau hanya riwayat stroke, semakin sering responden
sedikit gangguan dan (18%) skor 3 yaitu mengalami maka semakin terjadi
mengalami fungsional lemah, gangguan keparahan/komplikasi stroke. Namun dalam
moderat yang mempengaruhi tingkat gerak, penelitian ini kondisi stroke responden tidak
pada kemampuan otot wajah sedih terdapat terlalu mengkawatirkan hal secara kasat mata
(91%) skor 4 yaitu tampak normal atau hanya tampak pada gangguan otot pada pasien
sedikit gangguan dan (9%) dengan skor 3 stroke khususnya otot wajah sebelum
yaitu mengalami fungsional lemah gangguan dilakuklan mirror therapy sebagian besar
moderat yang mempengaruhi tingkat gerak. mempunyai kemampuan otot wajah dalam
Terdapatnya responden yang mengalami kriteria baik.
gangguan beberapa bagian wajah seperti alis, Adapun faktor yang tidak bisa di ubah yaitu
hidung, bibir, kompresi pipi, menyeringai, usia, yang mana usia responden (100%) >55
mengangkat bibir keatas, tertawa, orang sedih tahun beresiko 2 kali lipat menderita stroke,
hal ini mempengaruhi kemampuan otot wajah dan pada usia ini jenis kelamin tidak berbeda
responden yang mengalami stroke dimana untuk terkena stroke. Adanya riwayat lain
semakin rendah nilai skor semakin terdapat yang dimiliki responden seperti riwayat minum
gangguan dan begitu pula sebaliknya semakin alkohol dan riwayat stres berkaitan erat
tinggi nilai skor maka semakin normal. Selain dengan kondisi stroke yang dialami
itu, adanya faktor riwayat stoke yang dimiliki responden, hal ini terdapat pada fakta hasil
responden dalam penelitian ini memberikan penelitian ini yaitu seluruh responden (100%)
pengaruh kondisi stroke responden yaitu dari tidak mempunyai riwayat minum alkohol,
11 responden didapat hampir seluruh sebagian kecil (36,4%) mengalami stres,
responden (81,8%) tidak ada riwayat stroke. faktor stres pada proses aterosklerosis adalah
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang melalui peningkatan pengeluaran hormon
timbul secara mendadak dan terjadi pada kewaspadan oleh tubuh. Stres yang tidak
siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini dikontrol dengan baik akan menimbulkan
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan kesan pada tubuh adanya keadaan bahaya
anggota gerak, gangguan bicara, proses sehingga direspon oleh tubuh secara
berfikir sebagai akibat gangguan fungsi otak berlebihan dengan mengeluarkan hormon-
(Muttaqin, 2008). Pasien stroke yang hormon yang membuat tubuh waspada seperti
menderita gangguan otot wajah nervus (VII) kortisol, katekolamin, epineprin dan adrenalin.
fasialis sering ditemui. Gangguan otot pada Dengan dikeluarkan hormon adrenalin atau
Menurut pendapat peneliti, terdapatnya hasil tampak normal atau hanya sedikit gangguan
penelitian pada pasien stroke kemampuan dan (9%) dengan skor 3 yaitu temasuk dalam
otot wajah sesudah dilakukan mirror therapy kategori fungsional lemah yang
seluruh responden kriteria baik hal ini mempengaruhi tingkat gerak, pada
dimungkinkan latihan yang diberikan dapat kemampuan otot wajah mengangkat bibir
meningkatkan imajinasi motorik responen, keatas terdapat (91%) skor 4 yaitu tampak
dengan cermin maka dapat memberikan normal atau hanya sedikit gangguan dan (9%)
stimulasi visual saraf motorik untuk dengan skor 3 yaitu temasuk dalam kategori
pergerakan anggota tubuh termasuk fungsional lemah yang mempengaruhi tingkat
kemampuan otot wajah responden. gerak, pada kemampuan otot wajah tertawa
Hal ini sejalan antara teori dengan fakta terdapat (82%) skor 4 yaitu tampak normal
penelitian yaitu pasien stroke yang mengalami atau hanya sedikit gangguan dan (18%) skor
gangguan pada otot wajah yang merupakan 3 yaitu mengalami fungsional lemah,
gangguan yang paling sering terjadi di kapsula gangguan moderat yang mempengaruhi
interna yang disebabkan infark, sumbatan tingkat gerak, pada kemampuan otot wajah
arteri karotis. Gangguan otot wajah tersebuat sedih terdapat (91%) skor 4 yaitu tampak
dapat diminimalisir dengan efeknya sistem normal atau hanya sedikit gangguan dan (9%)
Neuron Cermin yang dapat digunakan untuk dengan skor 3 yaitu mengalami fungsional
rekonstruksi lateral, yaitu kemampuan untuk lemah gangguan moderat yang
membedakan antara kiri dan sisi kanan. mempengaruhi tingkat gerak.
Berdasarkan hasil penelitian pada responden Berbagai faktor erat kaitannya dengan kondisi
sesudah dilakukan intervensi terdapat stroke yang dialami responden, seperti
responden dengan kemampuan otot wajah adanya faktor resiko yang dapat dikontrol
yang tidak mengalami gangguan pada bagian seperti kondisi stress, kebiasaan konsumi
mata seluruhnya (100%) mempunyai skor 4 alkohol, dimana dalam penelitian ini
yaitu dikategorikan normal, pada kemampuan didapatkan sebagian besar responden
otot wajah bagian alis terdapat (55%) dengan (63,6%) tidak ada riwayat mengalami stres
skor 3 yaitu gangguan fungsional lemah dan dan didapatkan seluruh responden (100%)
(45%) skor 2 yaitu fungsional lemah, pada tidak mempunyai riwayat minum alkohol.
kemampuan otot wajah bagian hidung Pada pasien stroke memiliki faktor resiko yang
terdapat (91%) skor 2 yaitu mengalami dapat dikontrol diantaranya yaitu kondisi
gangguan fungsional dan (9%) skor 3 yaitu stress, kondisi stress menimbulkan pengaruh
mengalami fungsional lemah, pada pada proses aterosklerosis adalah melalui
kemampuan otot wajah bagian bibir terdapat peningkatan pengeluaran hormon
selurunya (100%) skor 3 yaitu mengalami kewaspadaan oleh tubuh. Stres yang tidak
fungsional lemah, pada kemampuan otot dikontrol dengan baik akan menimbulkan
wajah bagian kompresi pipi terdapat (73%) kesan pada tubuh adanya keadaan bahaya
skor 3 mengalami fungsional lemah dan (9%) sehingga direspon untuk mengeluarkan
skor 2 mengalami gangguan fungsional serta hormon seperti adrenalin dimana dapat
terdapat (18%) skor 4 yaitu termasuk dalam meningkatkan tekanan darah (Junaidi, 2011).
kategori normal, pada kemampuan otot wajah Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke.
menyeringai terdapat (91%) skor 4 yaitu Minuman alkohol lebih dari satu gelas pada
pria dan lebih dari dua gelas dapat (CI) 0,093-1,180 sehingga dapat dinyatakan
mengakibatkan tekanan darah dan risiko bahwa latihan mirror therapy yang dilakukan
stroke. Penggunaan obat-obatan seperti selama 7 hari oleh peneliti berpengaruh
kokain dan amphetamine merupakan risiko terhadap kemampuan otot wajah pasien
terbesar terjadinya stroke pada dewasa muda stroke
(Junaidi, 2011). Sedangkan berdarkan distribusi pada tabel
Berkaitan dengan hasil penelitian yang silang menunjukkan kemampuan otot wajah
terdapat perubahan pada kondisi responden sebelum sebelum latihan mirror therapy dari
setelah dilakukan intevensi, menurut pendapat 11responden didapat seluruh responden
peneliti bahwa pada pasien stroke (100%) kriteria rentang skor 25-36 dan
kemampuan otot wajah sesudah dilakukan sesudah melakukan latihan mirror
mirror therapy mengalami peningkatan hal ini therapydidapatkan seluruh responden (100%)
dipengaruhi kondisi stroke responden dan kriteria rentang skor 25-36.
faktor yang dapat dikontrol oleh responden itu Berdasarkan hasil penelitian pada responden
sendiri seperti kondisi stress dan konsumi sebelum dan sesudah intervensi dimana pada
alkohol dimana responden dalam penelitian ini kemampuan otot wajah terdapat perubahan
sebagian besar tidak mengalami stress dan skor yaitu pada bagian alis, hidung, bibir,
tidak mengkonsumsi alkohol, selain itu kompresi pipi, menyeringai, yaitu skor pada
perubahan kemampuan otot wajah tersebut kemampuan otot wajah sebelum intervensi
merupakan efek dari sistem neuron cermin bagian alis terdapat skor 3 yaitu fungsional
dari intervensi mirror therapy yang telah lemah setelah intervensi menjadi skor 4 yaitu
diberikan pada responden. normal sebanyak (18%). Pada skor
Adapun perubahan yang tidak signifikan, kemampuan otot wajah bagian hidung
dikarenakan adanya kekurangan penelitian sebelum intervensi bagian hidung terdapat
dalam waktu untu intervensi yang dilakukan. skor 2 yaitu gangguan fungsional setelah
Studi literatue efek MT, pemulihan fungsi intervensi menjadi skor 3 yaitu fungsional
motorik telah menunjukkan efek yang lemah sebanyak (9%) dan sebelum intervensi
menguntungkan dalam 2 pasca stroke dan 6 terdapat skor 3 yaitu fungsional lemah setelah
bulan pasca stroke. Adapun faktor-faktor yang intervensi menjadi skor 4 yaitu normal
signifikan mempengaruhi kemandirian yang sebanyak (9%). Pada skor kemampuan otot
dicapai dalam kondisi cermin belum dijelaskan wajah bagian bibir sebelum intervensi bagian
(Radejewska, 2017). bibir terdapat skor 2 yaitu gangguan
Analisis Pengaruh Latihan Mirror Therapy fungsional setelah intervensi menjadi skor 3
Terhadap Kemampuan Otot Wajah Pada yaitu fungsional lemah sebanyak (9%). Pada
Pasien Stroke di RSUD Kabupaten Kediri skor kemampuan otot wajah kompresi pipi
Didapatkan hasil analisis uji statistik sebelum intervensi terdapat skor 3 yaitu
menggunakan uji T-test didapatkan nilai ρ = fungsional lemah setelah intervensi menjadi
0.026 < α 0.05 hal ini menunjukkan bahwa H1 skor 4 yaitu normal sebanyak (9%). Pada skor
diterima dan H0 ditolak, artinya ada pengaruh kemampuan otot wajah menyeringai sebelum
latihan mirror therapy terhadap kemampuan intervensi terdapat skor 2 yaitu gangguan
otot wajah pada pasien stroke di RSUD fungsional setelah intervensi menjadi skor 3
Kabupaten Kediri, adapun besar pengaruhnya yaitu fungsional lemah sebanyak (9%).
Terapi cermin (MT) telah digunakan dengan yang dicapai dalam kondisi cermin belum
beberapa keberhasilan dalam mengobati dijelaskan (Radejewska, 2017).
pasien stroke. Studi klinis yang Sesuai hasil penelitian didapat nilai ρ = 0.026
menggabungkan terapi cermin dengan < α 0.05 ada pengaruh latihan mirror therapy
rehabilitasi konvensional dalam mencapai terhadap kemampuan otot wajah pada pasien
hasil yang paling positif. Namun tidak ada stroke di RSUD Kabupaten Kediri hal ini
konsensus yang jelas mengenai disebabkan karena latihan mirror therapy yang
keefektifannya. Dalam sebuah survei terbaru dilakukan selama 7 hari oleh peneliti dapat
dari penelitian yang dipublikasikan Rothgengel memberikan pengaruh terhadap kemampuan
menyimpulkan bahwa “pada pasien stroke, otot wajah pasien stroke, namun dalam hal ini
kami menemukan bukti kualitas mederat masih belum maksimal adanya perubahan
bahwa terapi cermin (MT) sebagai tambahan yang terjadi pada responden dimana pada
terapi meningkatkan pemulihan fungsi lengan kriteria rentang skor tidak nampak perubahan
setelah stroke. Kualitas bukti mengenai yang nyata pada kemampuan otot wajah
dampak terapi cermin terhadap pemulihan pada pasien stroke tetapi pada bagian tertentu
fungsi anggota tubuh bagian bawah masih pada otot wajah responden mengalami
rendah, dengan hanya satu efek palaporan perubahan skor yang nyata seperti terdapat
penelitian. Pada pasien dengan CRPS dan pada 5 responden yaitu bagian bibir, bagian
PLP, kualitas bukti juga rendah”. Sebuah hidung, bagian alis, bagian kompresi pipi dan
tinjauan Corhrane terbaru meringkas bagian menyeringai. Keterbatasan dari
keefektifannya terapi cermin untuk penelitian ini adalah pengambilan sampel
memperbaiki fungsi motorik, aktivitas sehari- responden yang mana tidak mengklasifikasi
hari, nyeri dan pengabaian visuospatial pada stroke secara spesifik, tidak membahasa
pasien setelah stroke 14 penelitian dengan indikator stres dalam penyebab masalah
total 567 peserta membandingkan terapi kesehatan, riwayat penyakit yang tidak dikaji
cermin dengan intervensi lainnya secara detail seperti penyakit saraf selain
dibandingkan. Pada akhir pengobatan, terapi stroke, rentang skor yang terlalu panjang
cermin memperbaiki gerakan anggota badan sehingga tidak terlihat adanya perubahan
dan kemampuan yang terkena untuk yang terjadi pada pasien stroke, pengalaman
melakukan aktivitas sehari-hari, itu dari peneliti yang masih kurang sehingga
mengurangi rasa sakit setelah stroke, tapi masih banyak kekeliruan atau kekurangan
hanya pada pasien dengan nyeri regional yang belum diketahui dan terbatasnya waktu
yang kompleks sindrom dan efek yang ada sehingga peneliti kurang dapat
menguntungkan pada gerakan dipertahankan memberikan intervensi kepada responden.
selama enam bulan (Prabu, Subhash, & Rakh, Selain itu, studi yang menggunakan gambar
2015). otak diperlukan untuk memeriksa efek terapi
Studi literatur efek MT pemulihan fungsi cermin pada aktivitas otak pada pasien stroke.
motorik telah menunjukkan efek SIMPULAN DAN SARAN
menguntungkan dalam 2 bulan pasca stroke SIMPULAN
dan 6 bulan pasca stroke. Faktor-faktor yang Sebelum dan setelah dilakukan intervensi
secara signifikan mempengaruhi kemandirian mirror therapy kepada responden kemampuan
otot wajah dalam rentang skor 25-36 (100%),
DAFTAR PUSTAKA
Crossiati, G., Kristiyawati, S. P., & Purnomo,
S. C. (2013). Efektivitas Penggunaan
Cermin terhadap Kemampuan Bicara
pada Pasien Stroke dengan Afasia
Motorik
Alimul Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian
Kesehatan Paradigma. Kuantitatif.
Jakarta : Heath Books
Heriyanto, H., & Anna, A. (2015). Perbedaan
Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Latihan (Mirror Therapy)
Pada Pasien Stroke Iskemik dengan
Hemiparesis Di RSUD Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Keperawatan
Respati.
Junaidi, D. I. (2011). Stroke Waspadai
acamannya. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, M. N. (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Prabu, P., Subhash, dkk. (2015). Mirror
Therapy. IOSR Journal of Nursing and
Health Science (IOSR-JNHS), 1-4.