Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) adalah seseorang yang telah
selesai menjalani masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami
hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga
mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara
normal.
Kriteria baku Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial untuk kategori Bekas Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) :
1. seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas) tahun;
2. telah selesai dan keluar dari lembaga pemasyarakatan karena masalah pidana;
3. kurang diterima/dijauhi atau diabaikan oleh keluarga dan masyarakat;
4. sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap; dan
5. berperan sebagai kepala keluarga/pencari nafkah utama keluarga yang tidak dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya.
elanjutnya Sumarju mengatakan agar para bekas warga binaan untuk selalu optimis. "saya
berharap kepada bekas warga binaan untuk selalu optimis menatap masa depan yang lebih
baik. Gunakan bantuan dari Pemerintah sebagai modal awal untuk berusaha sesuai dengan
latihan ketrampilan yang ditekuninya. Tunjukkan bahwa kita bisa" tuturnya.
Disampaikan juga bahwa Provinsi Lampung kedepannya akan lebih baik dan maju dari pada
sekarang. Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo secara geografis membagi Lampung menjadi
tiga kawasan yakni sebelah barat merupakan daerah industri yang terkoneksi dengan jalan tol,
dengan demkian membuka lowongan lapangan kerja. Diwilayah tengah Gubernur
mengharapkan dapat sebagai tumpuhan dibidang pertanian menuju Lampung sebagai
lumbung pangan nasioal. Sedangkan diwilayah barat merupakan daerah industri pariwisata.
Ketiga wilayah tersebut pada dasarnya terintegrasi dan tidak terpisahkan. Sementara itu Jalan
Tol akan dapat digunakan pada tahun 2018, sedangkan Bandara Radin Intem 2 berubah status
menjadi bandara internasional pada tahun 2017 dan bandara pekon seray akan menjadi
bandara domistik. Dengan lancarnya arus tranportasi ke Lampung maka banyak orang yang
akan datang dan berbelanja di Lampung oleh karena itu saya berharap agar kita dapat
menjaga agar Provinsi Lampung yang aman, sejuk dan kondusif.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Provinsi Lampung Ratna Fitriani mengatakan bahwa
peserta yang mengikuti bimbingan sebanyak 119 orang dari Lembaga Pemasyarakatan
Lampung Utara, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Tanggamus dan Lampung Selatan.
Bimbingan sosial dan kertrampilan bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan berkat
kerjasama Kementerian Sosial RI dengan Dinas Sosial Provinsi Lampung dan Yayasan
Amanah Lampung. Masing masing peserta diberikan bantuan modal usaha sebanyak
Rp.5.000.000,-
BWBLP diberikan pelatihan keterampilan oleh Dinas Sosial Provinsi Banten, di Lapas Klas
II A Serang. Pelatihan dilaksanakan selama Sembilan hari ke depan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja agar mencitakan aktivitas yang produktif,
meningkatkan kemampuan untuk mengelola usaha ekonomi produktif dan menciptakan
kemandiriran. Selain itu juga digunakan untuk pemulihan kembali harga diri, kepercayaan
diri para bekas warga binaan di dalam melaksanakan peran dan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
Diharapkan para bekas warga binaan untuk selalu optimis menatap masa depan yang lebih
baik, gunakan bantuan dari Pemerintah sebagai modal awal untuk berusaha sesuai dengan
latihan keterampilan yang ditekuninya untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bermanfaat
bagi masyarakat.
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sungai Raya Pontianak merupakan tempat seseorang
yang melakukan tindak pidana diberikan sanksi berupa kehilangan kemerdekaan dan juga
tempat untuk dididik dan dibina, yang tujuannya agar mereka bertobat dan menjadi seseorang
yang taat pada hukum.
Pembinaan anak didik pemasyarakatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Sungai Raya Pontianak bertujuan untuk mempersiapkan para warga binaan pemasyarakatan
kembali ke lingkungan masyarakat setelah menjalani masa pidananya.
Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sungai Raya Pontianak
selama ini adalah dengan memberikan pembinaan mental, spiritual, maupun keterampilan-
keterampilan dengan mempergunakan sarana dan prasarana yang ada di lembaga
pemasyarakatan.
Dengan membina warga binaan pemasyarakatan, diharapkan nantinya mereka dapat kembali
ke lingkungan masyarakat sebagai anggota masyarakat yang biasa dan tidak mengulangi lagi
perbuatan-perbutan yang menyebabkan mereka terpidana. Dengan adanya Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang pola
Pembinaan Narapidana/ Tahanan, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang menyangkut pembinaan terhadap residivis di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Sungai Raya Pontianak.
Ketika berbicara tentang kejahatan, maka persepsi yang pertama muncul adalah pelaku
kejahatan, mereka disebut penjahat, kriminal, atau lebih buruknya lagi, sampah masyarakat.
Maka tidak heran bila upaya penanganan kejahatan masih terfokus hanya pada tindakan
penghukuman terhadap pelaku. Adapun pengertian secara umum tentang pemberatan
hukuman yaitu seseorang melakukan kejahatan yang sejenis (homologus residivis) artinya ia
mengulangi suatu tindak pidana dan mengulangi perbuatan yang sejenis dalam batas waktu
yang tertentu, misalnya lima tahun terhitung sejak terpidana menjalani masa hukumannya.
Dalam istilah hukum positif pengertian pengulangan tindak pidana (residivis) adalah
dikerjakannya suatu tindak pidana oleh seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain
yang telah mendapat keputusan akhir[1]. Artinya, pemberatanpidana terhadap residivis dapat
berlaku apabila iatelah mendapatkan keputusan hukum yang tetap atas perbuatan yang sama.
Hal ini dipandang sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dan bertentangan dengan falsafah
pancasila yang menitikberatkan pada pembinaan dan pengayoman, sehingga lahirlah
konsepsi Pemasyarakatan yang mengutamakan pembinaan dan pengayoman terhadap orang
yang melakukan perbuatan melawan hukum. Konsepsi ini dicetuskan oleh Sahardjo pada
pemberian gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Indonesia pada tanggal 5 Juli 1963.
Dari konsep tersebut Konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembang pada tanggal 27 April-5 Mei
1964 melahirkan sistem pemasyarakatan melalui amanat Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 27 April 196.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/20954
https://kalbar.antaranews.com/berita/366228/20-bekas-warga-binaan-dapat-modal-dari-dinas-
sosial
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwi1
44b_35vjAhUjUI8KHbg9AnwQFjAAegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fsosiodigi.wordpre
ss.com%2F2016%2F02%2F09%2Fbekas-warga-binaan-lembaga-pemasyarakatan-
bwblp%2F&usg=AOvVaw3mZhywhWSsNr-BRJaHjfMG
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=2ahUKEwi1
44b_35vjAhUjUI8KHbg9AnwQFjADegQIABAB&url=https%3A%2F%2Fintelresos.kemsos
.go.id%2Fnew%2F%3Fmodule%3DPmks%26view%3Dtunas&usg=AOvVaw0w5swes_JI0F
Y6F3SbTtGR
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=2ahUKEwi1
44b_35vjAhUjUI8KHbg9AnwQFjAHegQICBAB&url=http%3A%2F%2Flampungprov.go.i
d%2Fberita%2Fpenutupan-bimbingan-sosial-dan-keterampilan-bagi-bekas-warga-binaan-
lembaga-pemasyarakatan.html&usg=AOvVaw24bjzijOQki4VATlFj4hFa