PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada pipi kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada pipi kanan sejak 4 tahun yang
lalu. Benjolan berawal hanya sebesar kelereng yang semakin lama semakin
membesar sebesar telur ayam. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada benjolan tersebut,
nyeri hilang timbul, pada benjolan tidak merah atau panas. Pasien tidak demam,
mual (-), muntah (-), sulit menelan (-), dan tidak memiliki riwayat sakit gigi
sebelumnya. Buang air besar dan buang air kecil normal
2
Riwayat Batuk Lama : tidak ada
Riwayat Operasi : tidak ada
Riwayat Alergi Obat : tidak ada
Riwayat Penyakit Lain : tidak ada
3
Thorax :
Paru :
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Vokal Fremitus normal, kanan kiri sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Genitalia : Tidak ada kelainan.
Ekstremitas :
Superior : Akral hangat, Sianosis (-/-), Edema (-/-), CRT < 2 detik
Inferior : Akral hangat, Sianosis (-/-), Edema (-/-), CRT < 2 detik
4
CT/BT : 4,5’/2,5’
Golongan Darah :B
5
EKG : Sinus Rhytme (EKG Normal)
6
3. Lama Anestesi : 4 jam
4. Jumlah Cairan
Input : RL 4 Kolf : 2000 ml
HES : 500 ml
PRC 1 kantong : 250 ml
NaCl 1 Kolf : 500 ml +
Total : 3250 ml
Output : Urine : ± 100 ml
Perdarahan: Suction + Kassa + duk
800cc + 250 cc + 200cc : ± 1250 ml
Total : 1350 ml
7
10.45 110/70 87 99%
11.00 100/60 85 100%
11.15 100/60 80 100%
11.30 100/60 92 100%
11.45 100/70 84 100%
12.00 110/70 80 99%
12.15 110/70 90 99%
12.30 110/80 92 100%
12.45 120/80 94 100%
13.00 120/80 85 99%
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
3.1.3 Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dilakukan, dengan tujuan melancarkan induksi, rumatan, dan ketika pasien
bangun dari anestesi.4
Tujuan Premedikasi sangat beragaman, diantaranya :4,5
- Mengurangi kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi dan anesthesia
- Mengurangi sekresi ludah dan broncus
- Meminimalkan jumlah obat anesthetic
- Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
- Menciptakan amnesia
- Mengurangi isi cairan lambung
- Mengurangi reflek yang membahayakan
-
3.1.4 Induksi Anastesi
Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan. Sebelum memulai induksi anestesia sebaiknya disiapkan peralatan
dan obat-obatan yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat
dapat diatasi dengan lebih cepatdan lebih baik.2,3
Untuk persiapan anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS:2
- Scope : Laringoscope dan Stetoscope
- Tubes : Pipa trakea yang diplih sesuai usia
- Airway : Orotracheal airway, untuk menahan lidah pasien saat pasien tidak
sadar, untuk menjaga agar lidah tidak menutup jalan nafas.
- Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway.
- Introducer: Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar pipa trakea
mudah untuk dimasukkan.
10
- Conector: Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
- Suction : Penyedot lendir.
B. Anestesi Intravena
1. Barbiturat.
Masa kerja ultra singkat, walaupun terdapat beberapa babiturat dengan masa kerja
ultra singkat, tiopental merupakan obat terlazim yang digunakan untuk induksi
anestesi dan banyak dipergunakan dalam bentuk kombinasi anestetik inhalasi
lainnya. Setelah pemberian secara intra vena, tiopenta akan melewati sawa darah
otak secara tepat dan, jika diberikan pada dosis yang mencukupi, akan
menyebabkan akan mengakibatkan hipnosis dalam waktu sirkulasi. Efek sama
akan terlihat pada pemberian barbiturat dengan masa kerja ultra singkat lainnya
seperti Diamilan dan Metoheksitan 3-5.
2. Benzodiazepine
11
Anggota tertentu dalam kelompok obat sedatif hipnosis seperti diazepam,
lorazepam, dan midazolam, yang dipergunakan pada prosedur anestesi. (dasar-
dasar farmakologi benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak larut dalam air
dan penggunaan intravenanya memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga
pemberian intravena dapat menyebabkan iritasi luka. Formulasi mudah larut
dalam air dan kurang iritasi tetapih mudah larut dalam lemak pada pH fisiologis
serta mudah melewati sawa darah otak 3-5.
3. Anestesi Analgesik Opioid
Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk general anestesi, terutama
pada penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi dalam
keadaan minimal. Pemberian morfin, secara intravena dengan dosis 1 sampai 3
per kg digunakan dalam keadaan sirkulasi yang berat 3-5.
4. Propofol
Merupakan salah satu anestetik intravena yang sangat penting. Propofol dapat
menghasilkan anestesi kecepatan yang sama denga npemberian barbiturat secara
inutravena, dan waktu pemulihan yang lebih cepat 3-5.
5. Etomidat
Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi anestesi
dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka
lama. Kelebihan utamanya yaitu depresi kardiovaskular dan repilasi minimal 3-5.
6. Ketamin
Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton,
amenesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya menghambat efek membran
eksitator neurotrasmiter asam glutamat pada subtype reseptor NMDA 3-5.
12
a. Indikasi Intubasi :
- Menjaga jalan nafas dari gangguan apapun.
- Mempermudah ventilasi dan oksigenisasi
- Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
b. Kesulitan Intubasi : 4
- Leher pendek berotot
- Mandibula Menonjol
- Maksila menonjol
- Uvula tidak terlihat (malampati 3 atau 4)
- Gerakan sendi temporo mandibula terbatas
- Gerakan vertebra cervical terbatas
c. Komplikasi Intubasi 4,5
1. Selama Intubasi :
- Trauma gigi geligi
- Laserasi bibir, gusi dan laring
- Merangsang simpatis
- Aspirasi
- Spasme bonchus
2. Selama Extubasi :
- Spasme laring
- Aspirasi Gangguan fonasii
- Edema glottis-subglotis
- Infeksi laring, faring, trakea.
Kriteria Malampati : 4
13
Gradasi Pilar Faring Uvula Palatum Mole
1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -
3.1.6 Ekstubasi
Sejalan dengan berkurangnya efek anestesi, dilakukan suction pada pasien
dan ETT dicabut setelah lebih dulu diberikan ventilasi tekanan positif untuk
memberi kesempatan pengeluaran atau sekret keluar dari glotis. Ekstubasi ditunda
sampai pasien benar-benar sadar, jika intubasi kembali akan menemukan
kesulitan dan adanya resiko Aspirasi. Ekstubasi umumnya dikerjakan pada
keadaan anestesi sudah ringan, dengan catatan tidak akan terjadi spasme laring. 3
14
Etiologi tumor mandibula menurut beberapa ahli mengatakan bahwa tumor
mandibula dapat terjadi setelah trauma, ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan
virus.Trauma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
trauma.Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan tumor. 1,2
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya tumor ini. Ada dugaan lain bahwa penggunaan
thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan pasien berkembang menjadi tumor
mandibula. Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan tumor baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma
manusia tidak berhasil.Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus
pada sel tumor. 1,2
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel
organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai
pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan
dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai
retikulum stelata. 1,2
Terlihat sisa-sisa epitel Malassez yang biasanya terdapat pada membran periodontal
dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan
pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik . 1,2
Sedangkan predisposisi terjadinya tumor mandibula adalah dengan melakukan
kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, obesitas, faktor usia,
faktor genetik, terkena paparan sinar matahari atau ultraviolet, dan polusi udara. 1,2
15
1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat meyebabkan
deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulang sekitarnya
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor
telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan
disertai rasa nyeri.
7. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat ulserasi
oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah mencapai ukuran besar.
8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Tumor mandibula merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif
secara lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun
sebelum gejala-gejalanya berkembang. Tumor mandibula dapat terjadi pada usia dimana
paling umum terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan
hampir dua pertiga pasien berusia lebih muda dari 40 tahun. Kira-kira 80% terjadi di
mandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus. 1,2
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Tumor
mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan
mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika
teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor
tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang
serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang
progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika
menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi
16
akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau
sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal. 6
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang
penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau
terjadi komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan tumor mandibula
bertahan selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi
dapat menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak
terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan gangguan
penguyahan dan penelanan. Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali
dihubungkan dengan perkembangan tumor mandibula (ameloblastoma). Beberapa
penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi,
kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya
pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan hilangnya gigi)
selain dari penyebabnya sendiri. 2,6
3.2.4 Penatalaksanaan
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan.Tingkat rekurensi berkisar
antara 55-90% setelah perawatan secara konservatif.Mengingat besarnya tingkat rekurensi
17
tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi,
meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat
digunakan untuk mengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat
rekonstruksi.Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang kalau mungkin
bisa dikerjakan.1
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang terlibat,
struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. Menurut Ohishi indikasi
perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik.
Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang
tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan
secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan secara radikal berupa
reseksi segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok). 6
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan
tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang
masih intak.Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau
gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas minimal
reseksi.Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral, hal ini
tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi
tumor. 1,2
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini
mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara yang
dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate
titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia serta
dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous bone grafting. 1,2
Perawatan paska operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik dan
analgetik. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkan fraktur
mandibula.Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna.Diet lunak dipertahankan
4-6 minggu.Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi gigi setelah dipertimbangkan bahwa
telah terjadi internal bone remodeling tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan paska operasi.
1,2
18
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Tn. SM (46 th) didiagnosa Tumor Mandibula Dextra berdasarkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan tindakan pembedahan mandibulektomi
dextra yang dilakukan pada 7 Agustus 2018. Pada saat KPA didapatkan status fisik
pada pasien ini adalah ASA I yaitu pasien dalam keadaan sehat dan tidak memiliki
riwayat penyakit metabolik.
Tindakan premedikasi pada pasien ini, yaitu pemberian obat 1-2 jam sebelum
induksi. Pada pasien ini diberikan Ranitidine 50 mg (golongan antagonis reseptor H 2
Histamin), tujuannya adalah untuk mengurangi isi cairan lambung sehingga
mencegah pneumonitis asam, sebab cairan lambung bersifat asam dengan PH 2,5
dapat menyebabkan keadaan tersebut.. Pada pasien ini juga diberikan ondacentron 4
mg (golongan antiemetik) untuk mengurangi mual dan muntah pasca pembedahan.
Pemberian sulfas atrofin 0,50 mg disini sebagai antisialogogue (antikolinergik) untuk
mengurangi sekresi ludah dan bronkus dengan dosis 0,01-0,04 mg/kgBB. Serta
diberikan juga fentanyl 50µg (golongan opioid) untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutan pasien dan menciptakan kenyamanan bagi pasien dan mengurangi rasa
sakit saat penyuntikan obat induksi (propofol) secara intravena.
Pengelolaan anestesia pada kasus ini adalah dengan menggunakan general
anestesi menggunakan teknik anestesia secara induksi intravena dan rumatan inhalasi.
Induksi anestesi merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi. Induksi pada pasien ini dengan
injeksi recofol (propofol) 100 mg dan insersi ETT nasal ukuran 7, difasilitasi dengan
atracurium 25 mg. Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat, yang
didistribusikan dan dieliminasikan dengan cepat. Propofol diberikan dengan dosis
bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4-12
19
mg/Kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/Kg. Efek samping
propofol pada sistem pernafasan adanya depresi pernapasan, apneu, bronkospasme,
dan laringospasme. Pada susunan saraf pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia,
kebingungan, gerakan klonik-mioklonik, epistotonus, mual, muntah. Pada daerah
penyuntikan dapat terjadi nyeri. Sedangkan atracurium merupakan obat pelumpuh
otot yang non depolaritation intermediete acting. Atracurium dipilih sebagai agen
penginduksi karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain metabolisme terjadi
di dalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi kimia unik yang disebut
eliminasi Hofman. Reaksi ini tidak tergantung pada fungsi hati atau ginjal. Selain itu
tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan
perubahan fungsi kardiovaskular. Dosis intubasi dan relaksasi otot adalah 0,5-0,6
mg/kgBB (iv), dan dosis pemeliharaan yaitu 0,1-0,2 mg/kgBB (iv).
Maintenance pada pasien ini menggunakan anestesi inhalasi : sevoflurans +
N2O : O2. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigen jaringan. Pemberian anestesi
dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%, gas ini bersifat sebagai anestetik lemah
tetapi analgetiknya kuat. Sevoflurane merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih
anestesi lebih cepat dibandingkan isoflurane. Efek terhadap kardiovaskular cukup
stabil, jarang menyebabkan aritmia. Setelah pemberian dihentikan, sevoflurane cepat
dikeluarkan oleh tubuh.
Kebutuhan cairan pada pasien ini terpenuhi dimana total cairan yang
dibutuhkan adalah 2915 cc terdiri dari jumlah cairan pengganti puasa 636 cc,
maintenance 106 cc, dan stress operasi 424 cc. Pada jam I dibutuhkan 848 cc, jam II
689 cc, jam III 689 cc, dan jam IV 689 cc dan telah diberikan cairan sebanyak 3250
cc. Dimana pada kasus ini terdapat adanya urine output dan perdarahan sebanyak ±
1350 cc. Kehilangan cairan tersebut telah digantikan sesuai dengan kebutuhan cairan
dengan berat badan. Cairan yang masuk yang diberikan yaitu RL, Hes, , NaCl dan
PRC sebanyak 3250cc. Kebutuhan cairan pada pasien ini telah tercukupi, namun
tetap harus dipantau dalam pengawasan ketat.
20
Untuk mengganti puasa diberikan cairan pemeliharaan kristaloid yakni RL.
Cairan ini mengandung elektrolit dan molekul kecil lainnya yang digunakan untuk
meningkatkan cairan ekstraseluler. Selain itu, cairan kristaloid juga digunakan
sebagai cairan pengganti untuk mengganti kehilangan cairan tubuh. Setelah defisit
cairan tergantikan dan curah jantung kembali normal, defisit Hb harus dikoreksi
dengan transfusi PRC. Transfusi diberikan utk mengkoreksi perdarahan selama
operasi.
Setelah operasi selesai pasien dibawa ke Recovery Room (RR). Di ruang
inilah pemulihan dari anestesi umum dilakukan. RR terletak berdekatan dengan ruang
operasi sehingga apabila terjadi suatu kondisi yang memerlukan pembedahan ulang
tidak akan mengalami kesulitan. Pada saat di RR, dilakukan monitoring seperti di
ruang operasi, yaitu meliputi tekanan darah, saturasi oksigen, EKG, denyut nadi
hingga kondisi stabil. Bila pasien gelisah harus diteliti apakah karena kesakitan atau
karena hipoksia (TD turun, nadi cepat , misalnya karena hipovolemik). Bila kesakitan
harus diberikan analgetik seperti petidin 15-25 mg IV. tetapi kalau gelisah karena
hipoksia harus diobati sebabnya, misalnya dengan menambah cairan elektrolit (RL),
koloid, darah. Oksigen selalu diberikan sebelum pasien sadar penuh. Pasien
hendaknya jangan dikirim ke ruangan sebelem sadar, tenang, reflek jalan nafas sudah
aktif, tekanan darah, nadi dalam batas normal.
Pasien ini diberi obat tambahan yaitu Ketorolac 30 mg, Tramadol 100 mg, dan
Asam tranexamat 1000 mg bertujuan sebagai analgetik dan membantu pembekuan
darah. Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai skor Aldrete > 8.
Kemudian pasien pindah dan dibawa ke ruang ICU.
Pada kasus ini diperlukan pengelolaan post operative yang intensive dengan
monitoring di ICU karena perlu monitoring ketat terhadap KU, TV, input output
cairan, dan pemeriksaan Hb Post OP.
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23