Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHAN

2.1 Case Report

Kucing domestik shorthair dengan jenis kelamin jantan berumur 3 bulan di bawa ke
dokter hewan dan dirawat dengan sejarah kaki belakang mengalami kepincangan. Awalnya
kucing hilang dan ditemukan oleh pemiliknya dalam keadaan kucing sudah tidak dapat
berjalan dan terjadi kelainan pada kaki belakangnya. Kucing tersebut mendapat pemeriksaan
lebih lanjut dan pengobatan. Pada pemeriksaan fisik menunjukan bahwa rambut mengalami
kerontokan, nafsu makan menurun, kelemahan otot sehingga sulit untuk digerakan, terdapat
luka lesi pada kulit bagian tibia dan tarsus, rasa nyeri dan sakit, terdengar adanya suara
crepitation (gemeretak) pada bagian pelvis.

2.1.1 Sinyalemen / Registrasi

Jenis hewan : Domestik Shorthair

Jenis kelamin : Jantan

Umur : 3 bulan

2.1.2 Anamnesa

Kucing hilang dan ditemukan oleh pemiliknya dalam keadaan kucing sudah tidak
dapat berjalan dan terjadi kelainan pada kaki belakangnya.

2.1.3 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik menunjukan bahwa rambut mengalami kerontokan, nafsu


makan menurun, kelemahan otot sehingga sulit untuk digerakan, terdapat luka lesi pada kulit
bagian tibia dan tarsus, dilakukan palpasi terdapat rasa nyeri dan sakit, terdengar adanya
suara crepitation (gemeretak) pada bagian pelvis.

2.1.4 Gejala Klinis

Kelemahan otot kaki belakang dan terdengar adanya suara crepitation (gemeretak)
pada bagian pelvis. Tidak terdapat temuan yang lain pada pemeriksaan fisik.
2.1.5 Diagnosa

Diagnosa utama kucing tersebut adalah Hip Dysplasia. Hip dysplasia adalah
gangguan atau penyakit yang melemahkan dan terus berkembang yang dikarakteristikan
dengan ossifikasi perlahan pada caput femur, kelemahan sendi panggul, dan keganjilan pada
posisi acetabulum dan caput femur yang mengakibatkan terjadinya sukluksasi. Subluksasi
tersebut akan mengakibatkan rasa sakit pada sendi dan seiring berjalannya waktu akan terjadi
osteoarthritis pada panggul yang mengalami dysplasia.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang dapat membantu


menegakkan diagnosa suatu penyakit. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat
benda tak tembus pandang misalnya, tulang dan organ dalam tubuh. Gambaran yang
dihasilkan (radiografi), dapat berupa radiolusen, radiopak dan radiointermediate. Pada
kasus tersebut dilakukann pemeriksaan radiografi pada bagian pelvis dan pada bagian
femur untuk mengetahui ada tidaknya subluxation. Hasil radiografi pada bagian pelvis
dean caput femur terlihat sudut norbeng 95° untuk bagian kiri dan 89° bagian kanan.
Sedangkan pada hewan normal, caput femoris dan colum (neck) femoris cenderung
membentuk sebuah sudut pada femoral diaphysisnya sekitar 130-145 derajat.

Gambar ragiografi pelvis dengan posisi ventrodorsal


2.1.7 Prognosis
Prognosis pada kucing dengan kasus hip dysplasia adalah fausta apabila di lakukan
penanganan dengan benar.
2.2 Etiologi
Hip dysplasia umumnya disebabkan oleh faktor keturunan, akan tetapi juga dapat
dipengaruhi faktor lingkungan, misalnya: ras, kecepatan pertumbuhan, pola makanan atau
nutrisi, cara dan lamanya latihan, adanya kelainan (deformitas) dari tulang belakang (lumbo
sacral), penyakit sumsum tulang belakang, trauma dan adanya kelainan persendian dari kaki.
1. Faktor genetik
Hip-dysplasia merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan,
perkecualian pada trauma neonatal. Penyakit ini merupakan suatu ciri poligenic yang
disebabkan oleh interaksi antar gen, dimana masing-masing menyokong suatu bagian
kecil pada penyakit tersebut. Sedikitnya satu pasang gen ini dipercaya menjadi
recessive. Hal ini menjadi suatu ciri additive dimana keparahan dari suatu penyakit
individu ditentukan oleh banyaknya gen "terpengaruh" yang muncul. Genotype
menentukan rencana keturunan untuk bentuk pelvis, ukuran, hubungan anatomis,
musculature, dan inervasi, juga suatu program untuk pertumbuhan dan perubahan
bentuknya. Sekitar 17 - 36 persen keturunan dari kucing dan anjing dysplasia akan
menjadi normal dan 63 - 93 persen akan menjadi dysplasia.
2. Faktor non genetik
 Kelemahan sendi
Kelemahan sendi merupakan faktor yang signifikan dalam patogenesis
hip-displasia, ini terjadi sebelum perubahan karakteristik bentuk dan perubahan
degeneratif berlangsung. Kejadian ini dapat dicegah dengan memelihara
kongruensi sendi sampai anjing berumur enam bulan ketika tulang rangka dan
struktur pendukung cukup kuat untuk mencegah subluxation. Kasus hip-dysplasia
kongenital pada anak kucing dan anjing tidak akan berkembang menjadi penyakit
ketika hewan tersebut ditaruh pada kandang kecil yang memaksanya untuk duduk
tenang. Permasalahannya adalah saat menentukan kelemahan sendi normal pada
hewan dan berapa besar kelemahan tersebut dapat untuk memulai mengubah
model dan cartilago apabila dihubungkan dengan hip-dysplasia, kelemahan sendi
yang parah secara khas dapat mengakibatkan pengembangan hip-dysplasia,
namun sendi pelvis yang stabil pada umumnya dapat berkembang secara normal.
 Hormonal
Sejumlah hormon, mencakup estrogen, relaxin, growt hormon, hormon
parathyroid dan insulin telah diselidiki potensinya yang menyebabkan atau
menyokong faktor hip-dysplasia. Betina tidak boleh mengalami kelemahan sendi
selama musim anestrus. Abnormalitas metabolisme estrogen pada manusia
menyebabkan kelemahan sendi, dan estrogen diberikan kepada anak anjing dapat
mempengaruhi hip-dysplasia, tetapi ukuran estrogen pada anak anjing dysplastic
tidaklah lebih tinggi dibanding dengan anak anjing normal. Level relaxin yang
ditingkatkan pada betina postpartum dengan hip-dysplasia dan relaxin yang
diberikan pada anak anjing dapat mempengaruhi pengembangan hip-dysplasia.
 Nutrisi dan pertumbuhan cepat
Overfeeding dengan cepat akan memacu pertumbuhan, kucing dan anjing
keturunan besar dapat meningkatkan keparahan dan frekwensi hip-dysplasia. Diet
paling komersial pada hewan adalah dalam kaitannya dengan seimbang vitamin,
mineral, karbohidrat, dan kebutuhan serat dan protein. Overfeeding sendiri tidak
menyebabkan hip-dysplasia, namun hal tersebut dapat memaksimalkan
predisposisi genetic penyakit pada individu. Overfeeding akan memaksimalkan
keparahan osteoarthritis pada anjing yang mempunyai sejarah keturunan hip-
dysplastic.
 Calsium (Ca)
Calsium (Ca), sodium (Na), dan kalium (K) merupakan beberapa elektrolit
utama sebagaimana berfungsi bagi banyak aktifitas biologi. elektrolit adalah
molekul atau atom yang berfungsi baik negatif maupun positif. Hewan muda tidak
mempunyai suatu mekanisme yang bersifat melindungi melawan terhadap
kelebihan calsium, Diet berlebih akan meningkatkan jumlah calsium yang diserap
dari gastrointestinal. Kalsium tinggi mengurangi aktivitas osteoclastic, menunda
pengerasan endocondral dan perubahan bentuk skeletal, sehingga jumlah kalsium
pada perbandingan calsium dengan fosfat (Ca:P) menjadi lebih penting.
 Vitamin D
Saat vitamin D ditingkatkan, penyerapan kalsium yang diserap dan
penyerapan ginjal juga meningkat, kelebihan vitamin D mempunyai efek serupa
dengan kelebihan kalsium. Kelebihan asupan kalsium dan vitamin D akan
mendukung pengembangan pada individu yang mempunyai predisposisi genetik
hip-dysplastic sehingga harus dihindarkan pada kucing dan anjing muda yang
mempunyai tingkat pertumbuhan sangat cepat.
 Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk mensintesis colagen, tetapi anjing tidak
memerlukan dalam makanan. Ketika mereka mensintesis jumlah yang cukup.
Pemberian vitamin C dosis tinggi pada betina hamil dan anak mereka sampai
umur dua tahun dilaporkan dapat menekan hip-dysplasia. namun ketiadaan
evaluasi radiografis, tindak lanjut, dan ketidakmampuan untuk mengembangkan
hasil pada pengawasan percobaan klinis membuat hasil ini masih diragukan.
 Exercise / latihan
Latihan belum menunjukan secara spesifik kontribusinya akan
perkembangan hip-dysplasia, karena hal tersebut belum dipelajari secara intensif
dibandingkan pengaruh dari nutrisi. Kemungkinan hip-dysplasia adalah suatu
penyakit biokimia yang disebabkan oleh penekanan tulang rangka yang belum
dewasa, sehingga latihan diduga akan mempercepat pengembangan dari
perubahan kemunduran akan ketidakstabilan pinggul pada anjing. Namun
disisilain latihan juga mungkin punya suatu efek bersifat melindungi dari
kelebihan nutrisi dengan menurunkan jumlah energi yang tersedia untuk
pertumbuhan dan mungkin juga meningkatkan kekuatan otot. Untuk itu riset lebih
lanjut diperlukan untuk menjawab permasalahan ini.

2.3 Patogenesis

Pada usia muda kucing yang secara kongenital menderita hip-dysplasia mempunyai
suatu pelvis normal, namun seiring dengan berjalannya pertumbuhan akan mengarah pada
hilangnya hubungan antara caput femoris dan acetabulum. Beberapa hal yang menyebabkan
abnormalitas pelvis tersebut meliputi:

 Ossifikasi dari caput femoris yang tertunda.


 Rendahnya konsentrasi asam hyaluronic.
 Peningkatan rasio dari collagen type III.
 Perkembangan hip-dysplasia dan perubahan radiografis meliputi:
 Ketidakstabilan sendi utama.
 Peningkatan produksi cairan synovial dan penebalan teres ligamentum.
 Awal subluxation, Penebalan joint capsule dan peningkat tegangan pada pelvic
musculature.
 Gesekan antara caput femoris dan dorsal cekungan acetabulum menyebabkan tulang
rawan fibrillation, microfracture atau tulang rawan erosi.
Indikasi awal terjadinya hip-dysplasia dapat terlihat pada usia sekitar 5 bulan,
gambar pada hasil radiografi mengkonfirmasikan beberapa derajat tingkat subluxation
walaupun penyesuaian dari caput femoris nampak normal. Faktor utama yang
mempengaruhi pertimbangan dari gambar hasil radiografi pada subluxation terutama
untuk melakukan perawatan adalah:
 Dorsal accetabulum tidak cukup ("shallow acetabulum")
 Peningkatan sudut landai yang (coxa valga) dan anteversion dari caput femoris, (sudut
normal: kemiringan 146 derajat, anteversion 27 derajat.)

Penilaian dari segi klinis menunjuk anjing yang berusia 5-9 bulan yang menderita hip-
dysplasia dapat dinilai radiographically dari 1-4 menurut derajat tingkat subluxation:

Grade 1 = mild dysplasia--50 % caput femoris masih berada didalam acetabulum.

Grade 2 : 30%

Grade 3 : 10-20%

Grade 4 = severe dysplasia --complete luxation dari caput femoris.

Untuk merespon instabilitas, kapsule sendi ditebalkan dan periarticular


osteophytesSekitar 76% anjing yang mengalami dysplastic akan tidak punya permasalahan
ketimpangan lebih lanjut setelah usia 14 bulan. dikembangkan untuk menstabilkan sendi,
suatu peningkatan secara spontan didalam fungsi jaringan pada umumnya terjadi ketika
anjing menjangkau kedewasaan dan pelvisl telah stabil.Acetabulum pada kasus hip-dysplasia
untuk jangka waktu lama akan menjadi lebih dangkal dan abnormal pemuatan pada pekvis
sehingga pengubahan model menjadi pantas dipertimbangkan pada sambungan dan
periarticular area dengan perubahan luas formasi periarticular osteophyte dan osteoarthritic
sekunder.

Anjing dysplastic dengan perubahan osteoarthritic akan tetap asymptomatic untuk


beberapa tahun dan kemudian mulai menunjukkan gejala klinis yang menyakitkan dalam
kaitannya dengan faktor seperti kegendutan, trauma pelvis, bergeraknya letak sambungan dan
adakalanya infeksi sekunder.

2.4 Treatmen

Berhasil tidaknya pengobatan Hip Displasia tergantung dari tingkat keparahan Hip
Displasia saat anjing itu dibawa pergi berobat ke dokter hewan. Pada kasus Hip Displasia
yang sudah parah sulit untuk disembuhkan.

Ada 3 cara pengobatan

1.Pengobatan Konservatif

 Kontrol pertumbuhan dengan mengatur pemberian makanannya

 Berikan pola exercise yang benar (jangan boleh lari akan tetapi diajak jalan santai
dengan tali)

 Berikan obat-obat suplemen yang mengandung glukosamin dan chondroitin

 Berikan vit C yang cukup dan obat-obat anti radang non steroid

2.Operasi (Femoral Head Ostectomy)

Operasi pemotongan kepala tulang Femur ini hanya dilakukan padakucing yang beratnya
kurang dari 30 kg dan hewan tersebut betul-betul kesakitan bila menggunakan kakinya.
Operasi sebaiknya dillakukan oleh dokter hewan yang sudah mempunyai pengalaman cukup
untuk melakukan operasi ini, karena resikonya sangat besar.

3.Penggantian persendian (Hip Replacement)

Operasi ini belum dapat dilakukan oleh dokter hewan Indonesia karena biaya penggantian
persendian yang cukup mahal, komplikasinya tinggi dan memerlukan seorang dokter hewan
yang betul-betul ahli.

2.5 Pencegahan
Sebaiknya kucing yang mau dilatih atau dikaryakan diperiksa kesehatannya secara
cermat termasuk kondisi dari persendian Coxo Femoralisnya Bilamana sudah terbukti
pejantan atau induknya kedapatan menderita Hip Displasia sebaiknya tidak dibiakkan. Di
beberapa negara maju, pemeriksaan DNA untuk mengetahui kasus hip displasia pada
kucingyang akan dibiakkan sudah merupakan persyaratan.

DAFTRA PUSTAKA

Cargill, John C., and Thorpe, Susan Vargas. 2000. "Causative Factors of Canine Hip
Dysplasia" woodhavenlabs

Denny, Hamish R. 2004. "Management of Hip Dysplasia". 29th World Congress of the
World Small Animal Veterinary Association. Rhodes, Greece

Fries, Cindy L and A M Remedios.1995. "The pathogenesis and diagnosis of canine hip
dysplasia": review. Canin Veterinay Journal 36, 494-502

Leanne Kate T. 2005. Genetic Analysis of Canine Hip Dysplasia. Dissertation of Texas
A&M University. Texas.

M. N.Patsikas, L. G. Papazoglow. G. Tsimopoulos.A. Komninouwa, . K. Dessiriands.1998


Hip dysplasia in the cat: A report of three cases Journal of Small Animal Practice 39,
290-294

Anda mungkin juga menyukai