PENDAHULUAN
B. Sub-budaya
Subbudaya adalah sekelompok orang yang mempunyai system nilai sama
berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi, termasuk juga agama, kelompok
ras, dan wilayah geografi (Philip Kotler,1997). Banyak subbudaya membentuk
segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Contoh : Wal-Mart di Seattle, dimana orang Asia-Amerika mencakup lebih dari
13% populasi menyediakan CD dan Video artis Asia, produk kesehatan dan
kecantikan yang disukai orang asia yang bertujuan untuk menjual barang” untuk
melayani bangsa Asia.
C. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur
dengan para anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang
serupa (Philip Kotler, 1997). Kelas sosial menentukan pemilihan produk dan
merek tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan
sebagainya.
Contoh : suatu perusahaan membuat berbagai macam desain produk dan variasi
harga mahal untuk memenuhi kepuasan orang-orang yang sangat memperhatikan
selera dan merek, contoh Mobil mewah, rumah elit dll
A. Kelompok Referensi
Tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh kelompok kecil. Kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung dan seseorang yang menjadi anggotanya
disebut kelompok keanggotaan. Beberapa merupakan kelompok primer yang
mempunyai interaksi reguler tapi informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan
rekan kerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, mempunyai interaksi lebih
formal dan kurang reguler, mencakup kelompok keagamaan, asosiasi professional,
dan serikat pekerja. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau
acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap dan
tingkah laku sesorang (Philip Kotler,1997).
Contoh : jaringan social Facebook, twitter, dll
B. Keluarga
Selain kelompok keluarga juga sangat mempengaruhi tingkah laku pembeli.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat, salah satu contoh yang paling dominan adalah keterlibatan suami-istri
dalam proses pembelian.(Philip Kotler, 1997)
Contoh : anak-anak sangat mempengaruhi keputusan keluarga tentang kemana
mereka akan berlibur atau berbelanja. Hasilnya banyak pusat perbelanjaan yang
menyediakan wahana bermain untuk anak sehingga mereka bias berbelanja
sekaligus mengajak anak-anaknya berlibur.
D.Faktor Pribadi
Keputusan seseorang sebelum membeli suatu produk juga dapat dipengaruhi
oleh faktor pribadi antara lain yaitu:
1. Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.
Selera akan makanan, pakaian, perabotan dan rekreasi sering kali berhubungan
dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga – tahap-
tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaanya.
Contoh : pertumbuhan penduduk balita naik maka pemasar banyak yang menjual
produk pampers, bedak dan peralatan lain-lain.
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerja
kasar cenderung membeli banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja
kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha mengenali kelompok
pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata akan produk dan jasa mereka.
Contoh : Perusahaan Carhart membuat pakaian yang kuat untuk pakaian tentara
pemadam kebakaran dll.
3. Situasi Ekonomi
Situasi seseorang akan mempengaruhi perilaku dalam membeli produk.
Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam
pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi
menunjukan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang
ulang, memposisikan kembali, dan mengubah harga produknya.
Contoh : Upah tenaga kerja naik maka perusahaan juga menaikkan harga pokok
penjualan.
2.2.1 Motivasi
Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan, salah satunya adalah
kebutuhan biologis, timbul dari dorongan tertentu seperti rasa lapar, haus
danketidaknyamanan. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan psikologis, timbul dari
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan menjadi
motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat intensitas yang kuat.
Motif (motive) atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
Ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi manusia. Dua teori yang paling
populer yaitu teori Sigmund Freud dan Abraham Maslow, mempunyai analisis yang
cukup berbeda bagi analisis konsumen dan pemasaran.
Teori Freud menyatakan bahwa keputusan pembelian seseorang dipengaruhi
oleh motif bawah sadar yang bahkan tidak dipahami sepenuhnya oleh pembeli.
Contoh : Seorang Baby Boomer yang mulai tua dan membeli mobil sport BMW
330 Ci dengan atap yang dapat dibuka (convertibel). Hal ini mungkin saja
menjelasakan bahwa hanya senang merasakan belaian angin di rambutnya yang
tipis. Pada tingkat yang lebih dalam, Ia mungkin mencoba mengesankan orang lain
dengan kesuksesannya. Pada tingkat yang jauh lebih dalam, Ia mungkin membeli
mobil agar merasa kembali muda dan bebas.
2.2.2 Persepsi
Orang yang termotivasi siap untuk beraksi. Cara orang tersebut bertindak
dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang sebuah situasi. Kita semua mempelajari
aliran informasi melalui lima indera kita : penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba, dan rasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita menerima, mengatur
dan menginterpretasikan informasi sensorik dengan caranya sendiri.
Persepsi (perseption) adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti.
Orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama
karena tiga proses perseptual (berhubungan dengan rangsangan sensorik) : atensi
selektif, distorsi selektif, dan retensi slektif.
Atensi selektif adalah kecenderungan orang untuk menyaring sebagian besar
informasi yang mereka dapatkan, berarti pemasar harus bekerja sangat keras untuk
menarik atensi konsumen. Contoh, Seseorang mendapat sekitar 3000 sampai
dengan 5000 pesan iklan setiap hari, tidak mungkin orang tersebut dapat
memperhatikan semua rangsangan ini, sehingga akan memberikan perhatian khusus
terhadap beberapa iklan saja.
Distorsi selektif menggambarkan kecenderungan orang untuk menerjemahkan
informasi dalam cara yang akan mendukung apa yang telah mereka percayai.
Contoh, Jika Anda tidak mempercayai sebuah perusahaan, Anda akan menganggap
semua iklan, bahkan iklan yang jujur dari perusahaan tersebut sebagai iklan yang
patut untuk dipertanyakan. Distorsi selektif berarti bahwa pemasar harus berusaha
memahami pemikiran (mind – sets) konsumen dan bagaimana pemikiran tersebut
akan mempengaruhi interpretasi iklan dan informasi penjualan.
Retensi selektif adalah kondisi dimana Manusia juga akan melupakan sebagian
besar yang dipelajarinya. Manusia cenderung mempertahankan infomasi yang
mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Konsumen biasanya mengingat hal-hal
baik tentang merek yang mereka sukai dan melupakan hal-hal baik tentang merek
pesaing. Contoh, konsumen yang sudah fanatik dengan satu merek tertentu, akan
melupakan hal-hal baik yang ditawarkan oleh merek pesaing, walaupun jika dilihat
dari segi ekonomisnya merek pesaing lebih menguntungkan.
2.2.3 Pembelajaran
Ketika orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran (learning) menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli teori
pembelajaran mengatakan bahwa perilaku manusia yang paling utama adalah
belajar. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan (drives), rangsangan,
pertanda, respon dan penguatan (reinforcoment).
Dorongan adalah rangsangan internal yang kuat dan memerlukan tindakan.
Dorongan menjadi motif ketika dorongan itu diarahkan menuju objek rangsangan
tertentu.Contoh, dorongan seseorang untuk aktualisasi diri mungkin
memotivasinya untuk membeli kamera digital. Respon konsumen terhadap ide
membeli kamera digital dikondisikan oleh pertanda disekitarnya. Pertanda adalah
rangsangan kecil yang menetukan kapan, dimana, dan bagaimana seseorang
merespons. Contohnya, seseorang mungkin menemukan beberapa merek kamera di
jendela toko, mendengar harga diskon khusus, atau mendiskusikan kamera dengan
temannya. Semua ini adalah pertanda yang mungkin mempengaruhi respon
konsumen terhadap minatnya membeli produk baru.
Contoh pembelajaran : Anggaplah seseorang membeli kamera digital NIKON. Jika
pengalamannya menguntungkan, konsumen mungkin akan terus menggunakan
kamarea itu, dan responnya akan diperkuat. Lalu konsumen ingin membeli kamera,
atau produk NIKON akan lebih besar
2.2.4 Keyakinan dan sikap
Melalui pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan dan
sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap ini mempengaruhi perilaku pembelian
mereka.
Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu.Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, atau iman
dan bisa membawa muatan emosi maupun tidak. Orang mempunyai sikap
menyangkut agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan hampir semua lainnya.
Sumber informasi.
Sumber informasi utama konsumen dibagi menjadi 4 kelompok :
a. Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, dan rekan.
b. Komersial : Iklan, Situs Web, Wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
c. Publik : Media massa, Organisasi pemeringkat konsumen.
d. Eksperimental : Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
Setiap sumber informasi melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi
keputusan pembelian. Sumber komersial biasanya melaksanakan fungsi informasi,
sementara sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi atau evaluasi.
Contoh :
Dokter Sering mempelajari obat-obat baru dari sumber komersial tetapi
beralih ke dokter lain untuk sumber evaluasi.
Seorang calon konsumen akan membeli sebuah handphone dengan salah
satu merek. Akan tetapi sebelum memutuskan pembelian, konsumen
tersebut akan membandingkan fitur yang ada dengan merek lain dan juga
perbandingan harga.
Dinamika Pencarian.
Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek pesaing dan fitur
mereka. Pertama tama seorang konsumen akan mengumpulkan beberapa merek
pembanding sebelum memutuskan untuk membeli (kumpulan kesadaran), setelah
itu di kumpulkan pertimbangan yang akan memenuhi kriteria pembelian awal.
Ketika konsumen mengumpulkan lebih banyak informasi, hanya beberapa
kumpulan pilihan yang menjadi calon kuat. Konsumen akhirnya membuat pilihan
akhir dari kumpulan ini.
Pemasar harus mengidentifikasi hierarki atribut yang memandu pengambilan
keputusan konsumen untuk memahami berbagai kekuatan persaingan. Proses
mengidentifikasi ini disebut Pembagian Pasar (Market positioning).
a. Hierarki Dominan merek : Sebagian besar pembeli mula-mula akan memilih
salah satu produsennya dan kemudian salah satu divisi produknya.
Contoh : Pembeli akan memilih Samsung sebagai mereknya dan Televisi sebagai
pilihannya.
b. Hierarki Dominan Negara : Pembeli mungkin akan memutuskan lebih dulu
asal pabrikan/ merek yang akan mereka beli.
Contoh : Pembeli akan memilih Jerman sebagai Jepang sebagai Negara asalnya lalu
Toyota sebagai mereknya dan Kijang untuk produknya.
Jika kita mengetahui berat yang direkatkan konsumen pada keempat atribut
tersebut, kita dapat lebih memprediksi pilihan laptopnya dengan lebih handal.
Misalkan ia akan mengalokasikan 40% untuk kapasitas memori, 30% kapabilitas
grafis, 20% ukuran dan berat dan 10% harga. Untuk mnemukan nilai anggapan
konsumen bagi setiap laptop, menurut model ekspektansi nilai, kita mengalikan
beratnya dengan keyakinanya tentang atribut setipa laptop. Perhitungannya
menghasilkan anggapan berikut :
Laptop A : 0.4(8) + 0.3(9) + 0.2(6) + 0.1(9) = 8.0
Laptop B : 0.4(7) + 0.3(7) + 0.2(7) + 0.1(7) = 7.0
Laptop C : 0.4(10) + 0.3(4) + 0.2(3) + 0.1(2) = 6.0
Laptop D : 0.4(5) + 0.3(3) + 0.2(8) + 0.1(5) = 5.0
Formulasi model ekspektansi tersebut bahwa konsumen akan memilih Laptop
dengan model A, yang mempunyai nilai anggapan tertinggi (8.0)
4. Keputusan Pembelian.
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefernsi antar merek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang
paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat
membentuk lima subkeputusan antara lain merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan
metode pembayaran.
Contoh :
Situs catalog
Pemesanan ribuan barang melalui catalog elektronik yang didistribusikan melalui
piranti lunak e-procurement, seperti Grainger’s.
Pasar vertical
Membeli produk industri seperti plastic, baja, atau zat kimia atau jasa logistik atau
media dapat mengunjungi situs web khusus (disebut e-hub) misal Plastic.com
Situs lelang “Pure Play” Pasar online seperti ebay dan Freemarkets.com
mungkin tidak pernah ada tanpa internet. Freemarkets.com menyediakan
lelang online untuk pembeli suku cadang industry, bahan mentah,
komoditas, dan jasa dilebih dari 50 kategori produk dan memfsilitasi dari $
40 miliar nilai perdagangan sejak 1995
Pasar spot (atau bursa) dipasar elektronik spot, harga berubah setiap menit.
ChemConect.com adalah bursa bagi pembeli dan penjual bahan kimia
berjumlah besar seperti bensin, dan merupakan satu contoh keberhasilan
B2B diarea penuh dengan bursa online yang gagal.
Bursa pribadi. Hewlett-packard, IBM, dan Wal-Mart mengoperasikan bursa
pribadiuntuk berhubungan dengan kelokmpok pemasok dan mitra yang
diundang khusu melalui web.
Pasar barter dalam pasar barter , peserta menawarkan untuk menukar barang
atau jasa.
Aliansi pembelian perusahaan membeli barang yang sama bergabung untuk
membentuk konsorsium pembelian seperti Transora dan Covisint untuk
mendapatkan diskon yang lebih besar.
5. Pemilihan Pemasok
Sebelum memilih pemasok, pusat pembelian akan menspesifikasi sejumlah
atribut pemasok yang diinginkan dan menetapkan tingkat kepentingan relatif atribut
tersebut. Pusat pembelian kemudian menilai pemasok berdasarkan atribut-atribut
itu dan mengidentifikasi pemasok yang paling menarik. Pusat pembelian sering
menggunakan model evaluasi pemasok.
Contoh : Sebuah perusahaan roti kukus. Sebelum menghasilkan sebuah produk roti
kukus maka perusahaan tersebut harus memiliki pemasok seperti, pemasok
telur,pemasok terigu,pemasok gula,pemasok vanili,pemasok mentega, dan
pemasok-pemasok selai rasa.
7. Tinjauan Kerja
Pembeli meninjau kinerja pemasok terpilih secara berkala dengan
menggunakan salah satu dari tiga metode ini. Pembeli dapat menghubungi
pengguna akhir dan meminta penilaian mereka. Tinjauan kinerja bisa membuat
pembeli melanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri hubungan pemasok.
Contoh : pada Agustus 2006, divisi hummer GM yang bermitra dengan Mc
Donald’s memodifikasi hubungan mereka dengan menempatkan hummer mainan
di happy meal mc donald’s, inilah pertama kalinya pembuat mobil menawarkan
versi mainan kendaraannya secara langsung dalam paket makanan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor –
faktor semacam itu, tetapi mereka harus memperhitungkannya.
Proses selanjutnya pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama : motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Proses pembelian terjadi ketika pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan dan kinerja
anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika
memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen sangat puas.
Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali. Pelanggan
yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang
lain. Dipihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau
mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi yang memastikan
nilai produk yang tinggi.
Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan
menyingkirkan produk.
2. Saran-saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang pasar konsumen dan perilaku pembelian
konsumen . Keberadaan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
luas kepada kita, Selain itu juga untuk mengetahui apa yang harus dilakukan oleh
seorang pemasar dalam menyikapi karakter – karakter yang memepengaruhi
perilaku konsumen dalam hal mengambil keputusan untuk pembelian.
http://dewiaysia.blogspot.co.id/
ANALISIS PASAR KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
Menganalisis Pasar dan Prilaku Pembeli
Proses
Stimulus Stimulus Karakteristik Keputusan
Keputusan
Pemasaran lainnya Pembeli Pembeli
Pembeli
Pengenalan
Pilihan produk
masalah
Pilihan merek
Produk Ekonomi Budaya Pencarian
Pilihan pemasok
Harga Teknologi Sosial informasi
Penentuan saat
Distribusi Politik Pribadi Keputusan
pembelian
Promosi Budaya Psikologi pembeli
Jumlah
Perilaku
pembelian
pembeli
Kelas Sosial.
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan
para anggota yang menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa
(Philip Kotler, 1997). Kelas sosial menentukan pemilihan produk dan merek
tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga dan
sebagainya.
Ada 7 kelas social yang diidentifikasi oleh ilmuan sosial.
Atas atas (kurang dari 1%) Elit social yang hidup dari kekayaan warisan.
Atas bawah (2%) orang yang memilki kekayaan yang besar karena kemampuan
yang luar biasa dalam profesi atau bisnisnya.
Menengah atas (12 %) tidak memliki status keluraga ataupun kekayaan yang luar
biasa.
Kelas Menengah (32 %) pekerja kerahputih dan kerah biru bergaji menegah yang
tinggal di bagian kota yang lebih baik.
Kelas Pekerja (38 %)pekaerja kerah biru berpenghasilan menengah dan mereka
yang mempelopori gaya hidup kelas pekerja tanpa memperhatikan
penghasilan,latar belakang pendidikan,atau jabatan mereka sekalipun.
Atas bawah (9 %) anggota kelas bawah kerja,meskipun standar hidup mereka
hanya sedikit di atas garis kemiskinan,merek mengerjakan pekerjaan yang tidak
membutuhkan keterampilan dan di gaji sangat rendah.
Bawah Bawah ( 7 %) anggota kelas bawah yang mendapatkan tunjanagan
pemerintah,melarat berkepanjangan dan biasanya tidak memiliki pekerjaan.
Kelas sosial menunjukan prefensi produk dan merk yang berbeda dalam banyak
hal, termasuk pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan dalam waktu luang, dan
mobil.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri :
1) Pertama, orang-orang di dalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku
lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda.
2) Kedua, orang merasa dirinya menemati posisi yang inferior atau superior di
kelas sosial mereka.
3) Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan variabel seperti penghasilan,
pekerjaan dan sebagainya.
4) Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada kelas
sosialnya selama masa hidup mereka.
Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi
sosial dalam masyarakat tertentu.
2. 3. 2. Faktor Sosial.
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.
1 Kelompok Acuan / Kecil.
Tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh kelompok kecil. Kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung dan seseorang yang menjadi anggotanya disebut
kelompok keanggotaan. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai
interaksi reguler tapi informal, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Beberapa merupakan kelompok sekunder, mempunyai interaksi lebih formal dan
kurang reguler, mencakup kelompok keagamaan, asosiasi professional, dan serikat
pekerja. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau acauan
langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap dan tingkah
laku sesorang (Philip Kotler,1997).
Menurut CHRYSLER terdapat satu kelompok pada faktor budaya
kelompok kecil / acuan yaitu
Kelompok Referensi.
5. Gaya Hidup.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan "keseluruhan diri
seseorang" yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari
hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup. Contohnya,
perusahaan penghasil komputer mungkin mendapatkan bahwa sebagian besar
pembeli computer berorientasi pada pencapaian prestasi. Dengan demikian, para
pemasar dapat dengan lebih jelas mengarakan merknya ke gaya hidup orang yang
berprestasi.
Kecenderungan utama keempat kelompok yang sumber dayanya
besar adalah :
Yang suka mewujudnyatakan hal-hal yang oleh orang lain dianggap sebagai
impian (actualizers) : sukses, canggih, aktif, "merasa tanggung jawab". Pembelian
yang dilakukan sering mencerminkan selera yang dianggap berbudaya terhadap
produk-produk kelas atas yang berorientasi relung pasar khusus.
Yang suka merealisasikan seluruh ambisi dan potensi diri (fulfilleds) : matang,
puas, nyaman, reflektif. Menyukai daya tahan atau keawetan, fungsi, dan nilai
suatu produk.
Yang suka mencapai sasarna diri melalui keterampilan dan kerja (achievers) :
sukses, berorientasi pada kerja dan karir. Menyukai produk-produk mapan,
bergengsi yang menunjukkan keberhasilan kepada rekan-rekan mereka.
Yang suka mencoba (experiencers) : muda, energik, bersemangat, impulsive
(meledak-ledak), dan suka memberontak. Membelanjakan penghasilan mereka
dalam proporsi yang besar untuk pakaian, makanan cepat saji, musik, film, dan
video.
3.Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori dua factor yang membedakan
dissatisfier (factor – factor yang menyebabakan ketidak puasan) dan satisfier
(factor – factor yang menyebabkan kepuasan). Tidak adanya dissatisfier saja tidak
cukup, sebaliknya satisfier harus ada secara aktif untuk meotivasi pembelian.
Teori motivasi Herzberg memiliki dua implikasi.
1. para penjual harus berusaha sebaik – baiknyha untuk menghindari
disstisfier
2. para pabrikan harus mengidentifikasikan satisfier atau motivator utama
pembeli di pasar dan kemudian menyediakan factor satisfier itu. Karena Satisfier
itu akan memberikan perbedaan yang besar terhadap merek apa yang dibeli
pelanggan.
Persepsi
Seorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut
bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Persepsi itu sendiri adalah
proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan
mengitepretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai
dunia (Philip Kotler, 1997).
Orang dapat memiliki persepsi sendiri yang berbeda atas objek yang sama
dengan tiga proses persepsi, yaitu :
Evaluasi
Alternatif
dalam sebuah model di bawah ini (Philip Kotler dan AB. Susanto, 1999; 251):
Sumber : Philip Kotler dan AB. Susanto, Pemasaran di Indonesia, (1999: 251)
Model Proses Pembelian Lima Tahap :
Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima
tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi,
khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam
pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak
sesuai.
a. Pengenalan Masalah.
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli
menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang
diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri
pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar
akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi
suatu dorongan berdasarkan pengalaman ynag sudah ada. Seseorang telah
belajar bagaimana mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek
yang diketahui akan memuaskan dorongan itu.
Fase ini melingkupi penetapan jangka waktu simulasi boundary model.
Pola referensi (reference mode)
Pola reference dihasilkan dari pola historis yang menggambarkan prilaku
persoalan (problem behavior). Dalam tahap ini kita juga bisa mempelajari reference
mode dari model sistem dynamics yang telah ada sebelumnya dan
memngembangkannya sesuai dengan tujuan pembuatan model. Pola reference ini
merupakan gambaran perubahan variable-variabel penting dan variable lain yang
terkait. Dari waktu kewaktu
Hipotesa Dynamics
Hipotesa dinamik ini merupakan proses iterasi (berulang) dari kombinasi hipotesa
awal dari interaksi sistem sesuai yang sesui dengan hasil yang kita dapat pada tahap
reference mode. Hipotesa Dynamics juga mengandung perbandingan dengan bukti
empirisdan reformulasi akan diperlukan untuk capai pada suatu hipotesa yang logis
dan sahih sesuai data empiric
Batas Model
Dinamika sebuah sistem dipengaruhi oleh sistem internal dan eksternal. Factor
internal yang mempengaruhi dinamakan factor endogenous dan merupakan variable
yang penting dalam menganalisa sistem. Sedangkan factor eksternal yang
mempengaruhi sistem dinamakan factor exogenous. Karena itu penentuan batas
model perlu ditentukan terlebih dahulu dengan jelas agar kita mudah mendefinisikan
factor endogenous dan exogenous model. Batas model ini membantu kita untuk
memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya kecenderungan internal yang
diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang mempresentasikan
pengaruh pengaruh eksogen, yaitu pengaruh yang berasal dari luar sistem
Waktu simulasai
Setelah batas model ditetapkan bersamaaan denag penetapan variable exogenous dan
endogenousnya, pemodel harus menetapkan dengan cermat jangka waktu simulasi
model. Jangka waktu sismulasi amat penting untuk mendapatkan dinamika
perubahan yang dibawa oleh intersksi diantara factor internal dan external model.
Jika waktu simulasi tidak cermat, bisa saja interaksi dalam model.tidak teramati
dengan baik.
b. Pencarian Informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi
sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari
informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya
informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan
kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah
kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan
situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal.
Sumber informasi utama konsumen di bagi menjadi empat kelompok :
Pribadi : keluarga, teman, tetangga, rekan.
Komersial : iklan, situs, web, wiraniaga, penyalur, kemasan / tampilan.
Publik : media massa, organisasi peringkat konsumen.
Ekperimental : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber – sumber ini bervariasi dengan kategori
produk dan karakteristik pembeli
c. Dinamika pencarian
Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek pesaing dan
fitur mereka. Seperti pada tahap gambar di bawah ini :
Gambar 2. 5. 1
Kumpulan suksesif yang terlibat dalam pengambilan keputusan konsumen.
Ketika konsumen mengumpulkan lebih banyak informasi, hanya beberapa,
kumpulan pilihan, yang menjadicalon kuat. Konsumen membuat pilihan akhir dari
kumpulan lain. Perusahaan juga harus menyusun strategi agar mereknya dapat
masuk ke dalam kelompok kesadaran, pertimbangan, dan pilihan prospek.
Perusahaan juga harus mengidentifikasi merek lain dalam kelompok pilihan
konsumen sehingga perusahaan dapat merencanakan daya tarik kompetitif yang
tepat.
d. Evaluasi Alternatif
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya
tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen
mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai
produk merek dan keputusan untuk membeli.
Konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang
menghantarkan manfaat yang memenuhi kebutuhan. Kita sering dapat
mensegmentasikan pasar suatu produk berdasarkan atribut yang penting bagi berbagai
kelompok konsumen. Dengan menggunakan 2 sikap penilaian :
e. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, Produsen harus memahami bahwa konsumen
mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan
membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk
menentukan produk mana yang akan dibeli.
Metode pilihan Konsumen Yang non-Kompensasi
Model harapan-nilai adalah model kompensasi di mana hal-hal lain yang
dianggap baik pada sebuah produk dapat membantu mengatasi hal-hal lain yang dirasa
buruk. Namun, konsumen mungkin tidak ingin menghabiskan begitu banyak waktu
dan energy untuk menilai merek. Mereka sering menempuh “jalan pintas mental”
yang mencakup berbagai penyederhanaan warisan pilihan (choice-heuristics).
Dengan model nonkompensasi pada pilihan konsumen, pertimbangan atribut
positif dan negative tidak perlu disaring. Mengevaluasi atribut lebih dalam membuat
keputusan menjadi lebih mudah bagi seorang konsumen, tapi juga di sini kita
menyoroti tiga warisan pilihan tersebut.
Konsumen dapat membentuk lima subkeputusan merek, penyalur, kuantitas,
waktu, dan metode pembayaran, tetapi juga meningkatkan bahwa ia akan mengambil
pilihan berbeda jika ia berpikir lebih rinci. Di dalam keputusan pembelian ini
menjelaskan tiga heuristik pilihan seperti :
Dengan Heuristik Konjungtif : konsumen menetapkan tingkat minimum yang
dapat di terima untuk setiap atribut dan memilih alternatif pertama yang memenuhi
standard minimum untuk setiap atribut.
Dengan Heuristik Leksikografis : konsumen memilih merek terbaik
berdasarkan atribut yang di anggap paling penting.
Dengan Heuristik Eliminasi Berdasarkan Aspek : konsumen membandingkan
merek berdasarkan atribut yang di pilih secara probsbilistik dimana probabilitis
pemilihan atribut berhubungan positif dengan arti pentingnya dan menghilangkan
merek yang tidak memenuhi batasan minimum yang dapat di terima.
Dua faktor dalam pengambilan keputusan antara pembelian dan keputusan
pembelian seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. 5. 1
Langkah – langkah antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian.
Faktor-faktor
yang menggangu keputusan pembelian
Walaupun konsumen membentuk evaluasi merek, dua factor berikut dapat
berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah
sikap orang lain, dan faktor yang kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi.
Ada beragai macam jenis risiko yang bisa dirasakan konsumen dalam
membeli dan mengkonsumsi sebuah produk.
1. Risiko fungsional-produk tidak berkinerja sesuai harapan, serta tidak sesuai
dengan harga yang dibayar
2. Risiko fisik-produk menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan atau kesehatan
fisik dari pengguna atau orang lain
3. Risiko social-produk menimbulkan rasa malu terhadap orang lain.
4. Risiko psikologis-produk mempengaruhi kesejahteraan mental dari pengguna.
5. Risiko waktu-kegagalan produk mengakibatkan biaya peluang karena menemukan
produk lain yang memuaskan.
f. Prilaku Pascapembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang
diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut
menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya
bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk
membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat.
Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap
suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang
membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-
orang yang baru saja membeli produknya.
Karena itu tugas pemasar tidak berakhir dengan pembelian. Pemasar harus
mengamati :
Kepuasan Pascapembelian.
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja produk. Jika
kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa. Jika memenuhi harapan,
konsumen pas. Perasaan ini menentukkan apakah nantinya pelanggan membeli
produk kembali dan membicarakan hal – hal yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain.
Tindakan Pascapembelian
Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali, pelanggan yang
puas cenderung akan membicarakan hal baik tentang produk yang ia beli. Dan di
pihak lain yang kecewa mungkin akan meninggalkan produk dan mengabaikan
produk dan lebih mencari barang yang nilai dan kualitas ang lebih tinggi.
Penggunaan dan Penyingkiran Pascapembelian
Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan
menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat
konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi. Jika konsumen membuang
produk, pemasar harus tau bagaimana mereka membuangnya, terutama jika seperti
baterai, kemasan minuman, peralatan elektronik, dan popok sekali pakai agar tidak
merusak lingkungan.
II. 6. Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses keputusan konsumen mungkin tidak selalu berkembang dengan gaya
perencanaan yang cermat. Berikut ini beberapa teori dan pendekatan lain untuk
menjelaskannya :
A. Tingkat Keterlibatan Konsumen.
Model nilai harapan mengandaikan satu tingkat keterlibatan yang tinggi pada
pihak konsumen. Keterlibatan konsumen dapat didefinisikan dari tingkat keterlibatan
dan pengolahan aktif yang dilakukan konsumen dalam menanggapi rangsangan
pemasaran, misalnya dari melihat iklan atau mengevaluasi satu produk atau jasa.
Model Kemungkinan Elaborasi.
Model kemungkinan elaborasi dari Richard Petty dan John Cacioppo,model
yang berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan sikap, menggambarkan
bagaimana konsumen melakukan evaluasi dalam lingkungan keterlibatan, baik yang
tinggi maupun rendah. Terdapat dua sarana pembujukan pada model ini : rute
sentral, di mana pembentukan atau perubahan sikap mencakup banyak pemikiran
dan didasarkan pada pertimbangan rasional yang tekun tentang informasi data dan
produk yang paling penting, dan rute sekeliling, di mana pembetukan atau perubahan
sikap mencukup jauh lebih sedikit pemikiran dan merupakan konsekuensi dari
asosiasi merek dengan entah petunjuk sekeliling yang positif atau negatif.
Konsumen yang mengkuti rute sentral hanya kalau mereka memiliki
motivasi, kemampuan, dan peluang yang memadai. Dengan kata lain, konsumen
harus mau mengevaluasi merek secara rinci, memiliki merek yang perlu serta
pengetahuan tentang produk atau jasa dalam memori, dan harus ada waktu yang
memadai dan tempat yang tepat untuk benar-benar melakukannya.
Strategi Pemasaran Keterlibatan Rendah.
Banyak produk dibeli pada kondisi rendahna keterlibatan konsumen dan
tidak adanya perbedaan antarmerek yang signifikan. Misalnya garam. Para
konsumen memiliki sedikit keterlibatan pada jenis produk itu. Mereka pergi ke toko
dan mengambil merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal
itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Terdapat
bukti yang cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam
pembelian sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli.
Para pemasar menggunakan empat teknik untuk berusaha mengubah produk
dengan keterlibatan rendah menjadi keterlibatan tinggi.
Pertama, mereka dapat produk dengan beberapa isu yang menarik keterlibatan.
Kedua, mereka dapat mengaitkan produk dengan beberapa situasi pribadi yang
menarik keterlibatan.
Ketiga, mereka dapat merancang iklan yang dapat memicu emosi yang berhubungan
dengan nilai pribadi atau pertahanan ego.
Keempat, mereka dapat menambahkan fitur yang penting.
Prilaku Pembelian Pencari Keragaman.
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang
rendah, tetapi perbedaan antarmerek signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering
melakukan peralihan merek. Peralihan merek terjadi bukan karena konsumen merasa
tidak puas akan suatu barang tetapi konsumen melakukan peralihan merek hanya
untuk mencari keragaman dan perbandingan harga yang lebih murah dan kualitas
lebih bagus dari barang yang di pake sebelumnya.
Pemimpin pasar dan merek kecil dalam kategori produk ini mempunyai
strategi pemasaran yang berbeda, pemimpin pasar akan berusaha mendorong
perilaku pembelian kebiasaan dengan mendominasi ruang rak dengan beragam versi
produk yang berhubungan tetapi berbeda, menghindari kondisi kehabisan stok, dan
sering mensponsori iklan pengingat. Perusahaan pesaing akan mendorong pencarian
keragaman dengan menawarkan harga yang lebih rendah dan dengan penawaran
khusus.
2. Heuristik Representatif
Konsumen mendasarkan prediksi mereka pada seberapa representatif dengan
contoh-contoh lain. Satu alasan mengapa merek-merek yang berbeda dalam kategori
produk yang sama menampilkan kemasan yang begitu mirip adalah bahwa mereka
ingin terlihat sebagai representatif dari kategori tersebut secar keseluruhan.
3. Heuristik Penyesuian dan Penjangkaran
Konsumen sampai pada penilaian awal dan kemudian melakukan
penyesuaian kesan pertama yang didasarkan pada informasi tambahan. Bagi pemasar
jasa, penting untuk memberikan kesan pertama yang kuat guna memantapkan
sebuah jangkar yang menyenangkan sehingga pengalaman berikut diinterpretasikan
dalam situasi yang lebih menyenangkan.
Ingat bahwa manajer pemasaran juga dapat menggunakan heuristik dan tidak
lepas dari bias dalam pengambilan keputusan yaitu : ” jebakan keputusan
mengungkapkan 10 kesalahan yang bisa di lakukan manajer dalam keputusan
mereka ”
C. Akuntansi Mental.
Akuntansi mental ( mental accounting ) mengacu pada cara konsumen
mengkodekan, mengkategorikan, dang mengevaluasi hasil finansial dari pilihan.
Secara resminya akuntansi mental adalah kecenderungan untuk mengkategorikan
dana atau item nilai meskipun tidak ada basis logis untuk kategorisasi itu. Misalnya
orang sering memisahkan tabungan mereka ke rekening yang berbeda untuk
memenuhi tujuan yang berbeda meskipun dana dari kedua rekening terpisah untuk
memenuhi tujuan yang berbeda meskipun dana dari kedua rekening dapat diterapkan
ke sembarang tujuan.
Menurut Richard Thaler dari Chicago, akunting mental didasarkan pada satu
perangkat prinsip inti yang penting:
1. Konsumen cenderung memisahkan pendapatan. Ketika penjual memiliki
satu produk dengan lebih dari satu dimensi positif, ada hasrat untuk mengevaluasi
setiap dimensi secara terpisah. Menyebutkan banyak manfaat dari produk industri
besar, misalnya, dapat membuat bagian-bagiannya tampak lebih besar daripada
kalau dilihat secara keseluruhan.
2. Konsumen cenderung mengintegrasikan kerugian. Pemasar mendapatkan
keuntungan yang jelas dalam menjual sesuatu jika biayanya dapat ditambahkan pada
pembelian lain yang lebih. Pembeli rumah cenderung tidak segan mengeluarkan
biaya tambahan mengingat tingginya harga pembelian rumah.
3. Konsumen cenderung mengintegrasikan kerugian lebih kecil pada
pendapatan yang lebih besar. Prinsip penundaan bias menjelaskan mengapa pajak
pendapatanyang diambil dari pembayaran cek per bulan kurang disukai disbanding
pembayaran pajak jumlah bulat yang besar lebih disukai kalau pembiayaan-
pembiayaan kecil itu diserap oleh jumlah pembayaran yang lebih besar.
4. Konsumen cenderung memisahkan pendapatan kecil dari kerugian besar.
Prinsip silver lining bias menjelaskan popularitas rabat pada pembelian besar seperti
mobil.
Prinsip akunting mental sebagian disebabkan oleh teori prospek. Teori
prospek menegaskan bahwa konsumen membuat bagan alternatif keputusan dari segi
pendapatan dan kerugian sesuai dengan fungsi nilai. Konsumen umumnya menolak
kerugian. Mereka cenderung melebih-lebihkan probabilitas yang sangat rendah dan
merendahkan probabilitas yang sangat tinggi.
II. 7. Menentukan Profil Proses Keputusan Pembelian Pelanggan.
Bagaimana pemasar mempelajari tahap – tahap dalam proses pembelian
untuk produk mereka ?
1. Metode introspektif : Mereka ( pemasar ) dapat memikirkan bagaimana mereka
sendiri akan bertindak.
2. Metode retrospektif : mereka ( pemasar ) dapat mewawancara sejumlah kecil
pembeli baru, meminta mereka mengingat kejadian yang menyebabkan meraka
melakukan pembelian.
3. Metode prospektif : mereka ( pemasar ) dapat menemukkan konsumen yang
berencana membeli produk dan meminta mereka menceritakan jalan pikiran dalam
proses pembelian yang mereka lalui.
4. Metode preskriptif : mereka ( pemasar ) meminta konsumen menjelaskan cara
ideal membeli produk.
Setiap metode menghasilkan gambaran langkah – langkah dalam proses. Berusaha
memahami perilaku pelanggan dalam hubungannya dengan produk disebut
memetakkan sistem konsumsi pelanggan, siklus aktivitas pelanggan, atau
skenario pelanggan. Pemasar dapat melakukannya untuk kelompok kegiatan.
Misalnya : membeli mobil, mencakup seluruh kelompok kegiatan ( memilih mobil,
mendanai pembelian, membeli asuransi, membeli aksesoris dan seterusnya ).
BAB III
PENUTUP
III. 1. Simpulan,
Pasar konsumen adalah pasar yang dimana pembelinya adalah individual yang
membeli produk untuk digunakan atau disewakan.
Konsumen adalah pengambil keputusan konstrutif dan terpapar banyak
pengaruh kontekstual. Konsumen sering mengalami keterlibatan rendah dalam
keputusan mereka, menggunakan banyak heuristik sebagai akibatnya.
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang melibatkan
pembelian penggunaan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan
yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut sebagai pengalaman
dengan produk, pelayanan dari sumber lainnya.
Memahami prilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah
sesederhana. Pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka
namun bertindak sebaliknya. Pelanggan mungkin tidak memahami motivasi
mereka yang lebih dalam. Pelanggan mungkin menanggapi pengaruh yang
mengubah pikiran mereka pada menit – menit terakhir perusahaan prosuk, tetap
mendapat laba dari memahami bagaimana dan mengapa pelanggan memebeli.
Tidak adanya pemahaman terhadap motivasi kebutuhan dan kesukaan/prefensi
pelanggan anda jelas bias merusak pada tahap selanjutnya. Mempelajari
konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembanagan produk baru,
keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan dan elemen baru
pemasaran lainnya.
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Titik untuk memahami perilaku adalah model rangsangan dan tanggapan.
Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli.
Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan
pembeli tertentu. Tugas pemasaran adalah memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran pembeli dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan
pembelian pembeli.
Tanggapan dan rangsangan pada pembeli yaitu prilaku konsumen dalam membeli
suatu produk, produk merupakan titik pusat pada kegiatan pemasaran karena
produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan
dari perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk
yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan,
garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli
produk tersebut.
Perilaku konsumen di pengaruhi oleh tiga faktor : ( budaya ( culture ), sub –
budaya ( sub – culture ), kelas sosial ); sosial ( keompok referensi / acuan / kecil,
keluarga, peran dan status sosial; pribadi ( usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, kepribadian dan konsep diri ); psikologi ( motivasi, persepsi, pembelajaraan,
dan memori ). Penelitian di atas semua faktor ini dapat memberikan petunjuk bagi
pemasar untuk menjangkau dan melayani konsumen secara lebih efektif.
Untuk memahami bagaimana kensumen benar – benar membuat keputusan
pembelian, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang mengambil keputusan da
mempunyai masukan dalam keputusan pembelian ; orang bisa menjadi pemicu,
pihak yang mempengaruhi, pengambilan keputusan, pembeli, atau pengguna.
Promosi pemasaran yang berbeda dengan di targetkan kepada masing – masing jenis
orang.
Proses pembelian umum terdiri dari urutan kejadian : pengenalan masalah,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Tugas pemasar mampu memahami perilaku konsumen pada setiap tahap.
Sikap orang lain, faktor situasional yang tidak di antisipasi, dan resiko anggapan,
semuanya mempengaruhi keputusan untuk membeli. Dan juga tingkat kepuasaan
konsumen pascapembelian,pemakaian dan enyikiran barang pasca pembelian, dan
tindakan para pihak perusahaan.
III. 2 Saran.
Pada era globalisasi ini pemasaran tidak lebih merupakan perang informasi dari
pihak satu ke pihak lainnya dengan tujuan penjualan. Lingkungan pemasaran cepat
sekali berubah dengan adanya perubahan-perubahan ini maka kebutuhan akan
informasi, produk terbaru, perubahan sikap dan sifat pada pembeli akan keputusan
dan pengambilan suatu barang produk, dan mampu melihat peluang pada pemasaran
yang tepat akan sangat dibutuhkan. Maka dari itu semoga makalah ini dapat
membantu generasi muda untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi di lingkungan
pemasaran.
s