BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 5
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
1. Pedoman Umum adalah suatu acuan yang bersifat umum dan dapat dipakai
sebagai panduan untuk melakukan suatu rangkaian kegiatan
2. Pedoman Umum Perencanaan Bangunan Gedung Pusat Informasi
Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) adalah suatu acuan
yang bersifat umum dan dapat dipakai sebagai panduan untuk melakukan suatu
rangkaian kegiatan perencanaan sebuah bangunan gedung dan lembaga PIP2B
yang meliputi panduan bagi perancangan bangunan, program kebutuhan
bangunan, serta panduan kelembagaan penyelenggaraan PIP2B.
Tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan pedoman ini adalah agar terdapat
pemahaman yang sama dalam membangun gedung PIP2B, seperti kebutuhan luas
lahan minimal, kebutuhan ruang dan besaran minimal yang mencerminkan
bangunan gedung yang handal, aman dan nyaman, dan standar minimal bentuk
organisasinya.
Wadah ini merupakan fasilitas yang terbuka untuk umum, dan melakukan berbagai
kegiatan yang mendukung penyebar luasan informasi pengembangan permukiman
dan bangunan gedung (diagram 2-1).
Secara garis besar, ada 4 produk pelayanan utama yang dapat diberikan oleh Pusat
Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) sebagai berikut1:
1
Kerangka Acuan Revitalisasi/ Pengembangan Kembali Building Information Center (BIC) sebagai Pusat Informasi dan
Pengembangan Ketrampilan Teknis bidang Perumahan, Permukiman, Arsitektur dan Bangunan Gedung, Direktorat Jenderal
Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Juni 2003
DRAFT PEDOMAN UMUM
10
PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)
b. Pelatihan dan Penyebarluasan Informasi Penyelenggaraan Pembangunan
Kegiatannya antara lain pelayanan pelatihan/ pengembangan ketrampilan teknis
dan penyebar luasan informasi penyelenggaraan program bidang
pengembangan permukiman dan bangunan gedung. Bentuknya dapat berupa
penyuluhan, serta sosialisasi kebijakan dan program termasuk peraturan dan
perundangan. Disamping itu, pengembangan layanan dapat berupa
penyelenggara, event-organizer pada suatu penyelenggaraan kegiatan pameran,
seminar yang terkait dengan bidang perumahan dan permukiman serta
bangunan gedung.
2
Kajian Pengembangan Usaha (Business Plan) Building Information Center, Direktorat Jenderal Perumahan dan
Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dokumen Interim, Mei 2003
DRAFT PEDOMAN UMUM
11
PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)
• Peralatan mobilitas dalam rangka mendukung mobilitas kegiatan penyebar
luasan informasi.
3
Pengarahan Tim Teknis, Paket PBL IV-3, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Juli 2007
DRAFT PEDOMAN UMUM
13
PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)
• Fasilitas bagi Penyandang Cacat
• Parkir
• Dll.
Dengan demikian dapat diprediksi jumlah personil dalam struktur organisasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sebagai berikut4:
Maka total jumlah personil pada struktur organisasi PIP2B di atas seluruhnya
berjumlah 23 orang.
4
Pengarahan Tim Teknis, Paket PBL IV-3, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Nopember 2007
DRAFT PEDOMAN UMUM
14
PERENCANAAN PUSAT INFORMASI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN BANGUNAN (PIP2B)
bab 3
Gambar 3- 1 Zonasi Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan perioda ulang 500 tahun (berdasarkan SNI 1726-2002)
Tabel 3-1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah
untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (berdasarkan SNI 1726-2002).
Percepatan Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’)
Wilayah Puncak Batuan Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah
Gempa Dasar (`g) Khusus
1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan
2 0,10 0,12 0,15 0,20 evaluasi
3 0,15 0,18 0,23 0,30 khusus di
4 0,20 0,24 0,28 0,34 setiap lokasi
5 0,25 0,28 0,32 0,36
6 0,30 0,33 0,36 0,38
Kebutuhan total luas ruang kerja dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan
ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya.
Berdasarkan persyaratan kelembagaan bahwa institusi PIP2B akan dipimpin oleh
pejabat eselon III, maka perkiraan luas ruang kerja bagi gedung PIP2B adalah
sekitar 246,10 m2 (Tabel 3- 2)
Tabel 3- 2 Acuan Standar Umum Ruang Kantor PIPB
Jumlah Personil Standar Total Luas
Struktur Organisasi 23 orang 10.7 m2 246.10 m2
Adapun untuk merencanakan tata ruang dalam gedung PIP2B, digunakan standar
detail luas ruangan kerja kantor pemerintah seperti yang tercantum pada Tabel C
pada buku Pedoman Pembangunan Bangunan Negara, adalah sbb:
Tabel 3- 3 Standar Detail Luas Ruangan Kerja bagi Kantor Pemerintah
Luas Ruang
No. Jabatan
R. Kerja R. Tamu R. Rapat R. Sekr R. Tunggu R. Simpan R. Toilet Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Eselon III 6.00 6.00 ‐ 3.00 ‐ 3.00 ‐ 18.00 m2
2 Staff 2.00 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.00 m2
LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN 949,13 m2
Kriteria Disain Standar
Ruangan Kegiatan
Fungsi Fisik Lingkungan
1 2 3 4 5 6
B SARANA PELAYANAN
PENGEMBANGAN/
DOKUMENTASI INFORMASI
1. R. Dapat ‐ Rak buku ‐ Menampung ‐ Ruangan dengan
Perpustakaan menampung buku‐ sesuai standar kapasitas ruang pengkondisian
buku terbitan/ ‐ Ruang Baca baca 8-12 buatan (AC)
bahan cetakan sesuai standar orang ‐ Pencahayaan
yang terkait buatan secara
dengan ke‐Cipta merata
Karya‐an & ‐ Pencahayaan alami
melayani yang dapat
dikendalkan melalui
kebutuhan
blind
informasi
masyarakat
2. R. Melayani ‐ Ruang browsing ‐ Menampung ‐ Ruangan dengan
Perpustakaan kebutuhan komputer sesuai kapasitas 6-8 pengkondisian
Elektronik informasi standar komputer buatan (AC)
masyarakat dalam ‐ Jaringan kabel ‐ Pencahayaan
bentuk digital tersembunyi, buatan secara
namun mudah merata
dipelihara ‐ Pencahayaan alami
yang dapat
dikendalkan melalui
blind
Kriteria Disain Standar
Ruangan Kegiatan
Fungsi Fisik Lingkungan
1 2 3 4 5 6
C SARANA PELAYANAN KONSULTASI
DAN ADVOKASI TEKNIS
1. R. Konsultasi Dapat digunakan ‐ Berupa ruang ‐ Terdiri atas 1 ‐ Konsep Ruangan
untuk keperluan kerja dengan atau 2 orang tertutup secara tata
konsultasi kursi hadap yang suara, namun dapat
merupakan transparan secara
konsultan dan visual
2 atau 4 orang ‐ Ruangan dengan
yang pengkondisian buatan
berkonsultasi (AC)
‐ Pencahayaan buatan
secara merata
‐ Pencahayaan alami
yang dapat dikendalkan
melalui blind
2. Radius Pencapaian
Gedung PIP2B dibangun pada lokasi-lokasi di ibukota propinsi, dengan asumsi
kepadatan penduduk yang dilayani dapat mendukung kegiatan pelayanan
informasi bagi masyarakat. Lokasi harus dekat dengan masyarakat pengguna
dengan pencapaian mudah. Radius pencapaian lokasi ditentukan oleh jarak dan
waktu tempuh dari pusat kota. Jarak tempuh maksimum 5 km dari pusat kota
atau tidak lebih dari waktu tempuh 20 menit perjalanan dengan kendaraan umum
pada saat normal (tidak macet).
3. Aksesibilitas
Lokasi gedung PIP2B harus dapat dicapai oleh kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum. Apabila gedung PIP2B terletak di dalam sebuah kompleks
perkantoran yang tidak dapat dicapai secara langsung oleh kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum, maka jarak tempuh maksimum dari titik transit adalah
10 menit berjalan kaki. Pencapaian secara berjalan kaki harus terhindar dari lalu
lintas berkepadatan tinggi.
4. Kesiapan Prasarana
Lokasi gedung PIP2B harus memiliki prasarana yang memadai, mencakup: jalan
lingkungan, drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan listrik dan
telepon.
Sarana ruang minimum yang harus disediakan serta posisinya baik di lantai dasar
atau di lantai atas ditentukan dalam tabel 3- 8.
Perhitungan kebutuhan luas tapak bangunan dan penentuan luas lahan minimum
untuk kedua alternatif diatas dapat dilihat pada tabel 3-9 dan 3-10, sedangkan
simulasi rancangan digambarkan dalam gambar 3-3 dan 3-4.
Alternatif Bangunan PIP2B 1 lantai
Perkiraan Luas Lantai Dasar 100% thd luas total 949.13 m2
% Lt Dasar 30% thd luas lahan
Perkiraan Luas Lahan Min 3,163.77 m2 3,100 m2
Alternatif Bangunan PIP2B 2 lantai
Perkiraan Luas Lantai Dasar 70% thd luas total 642.25 m2
% Lt Dasar 30% thd luas lahan
Perkiraan Luas Lahan Min 2,140.83 m2 2,200 m2
1. DOKUMEN PEMBIAYAAN
Setiap kegiatan pembangunan bangunan gedung PIP2B harus disertai/memiliki
bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan
tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan
perundangan yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Proyek (DIP) atau
dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan
Pimpinan Proyek.
Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara terdiri atas:
a. biaya pelaksanaan konstruksi fisik;
b. biaya perencanaan konstruksi;
c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
d. biaya pengelolaan proyek.
3. PERIZINAN
Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perizinan yang berupa:
Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin Penggunaan Bangunan dalam hal Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB dari
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat.
4. DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perencanaan, yang
dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia
5. DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pembangunan yang
terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan, Dokumen
Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji
coba/test run operational, dan Sertifikat Penjaminan atas Kegagalan bangunan
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pendaftaran untuk
pencatatan dan penetapan HDNO meliputi:
a. Fotokopi Dokumen Pembiayaan/DIP (otorisasi pembiayaan);
b. Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
d. Berita Acara Serah Terima I dan II;
e. As built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan) disertai gambar leger;
f. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Penggunaan Ba-
ngunan (IPB) dalam hal Peraturan DaerahKabupaten/Kota yang bersangkutan
mengharuskan adanya IPB.
a. Peruntukan Lokasi
Bangunan PIP2B harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
d. Ketinggian langit-langit
Ketinggian langit-langit bangunan PIP2B minimum di setiap lantai adalah 2,80
meter dihitung dari permukaan lantai. Mengingat bangunan gedung PIP2B
memiliki fasilitas pelayanan masyarakat di lantai dasarnya, maka diusulkan
ketinggian langit-langit minimum di Lantai Dasar adalah 3,50 meter.
KARAKTERISTIK RUANG
Sangat Publik Pameran Indoor
Publik R. Display
R. Audiovisual
Perpustakaan
E‐Library
Semi Publik R. Asosiasi Profesi
R. Rapat
Privat Ruang Kerja
Ruang Arsip
Ruang Server & IT
Publik Toilet Publik
Toilet Penyandang Cacat
Privat Toilet Karyawan Pria
Toilet Karyawan Wanita
Mushola
Gudang
Pantry
Utility
4. Ruang Kerja
Ruang Kerja dengan total luas sekitar 220 m2 terdiri atas:
Ruang Pimpinan
Ruang Sekretaris
Ruang Tunggu
Ruang Kepala Staff 5 unit
Ruang Staff 11 unit
Ruang Staff IT 1 unit
Ruang Arsip
Ruang Konsultasi 1-2 unit
d. Tata Tanaman
1. Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter
tanaman sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya
yang mungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu
yang sistem perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah
terbakar serta bagian-bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
2. Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air,
kestabilan tanah/wadah sehingga memenuhi syarat-syarat keselamatan
pemakai.
3. Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman dengan
struktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebih
diutamakan.
4. Penggunaan tanaman khas lokal sangat dianjurkan dalam rangka
meningkatkan identitas lokal.
2. Pekerjaan Kolom
Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari penyetelan
tulangan sampai pada tahap pengecoran dan finishing. Pada tahap
penyetelan tulangan, tulangan yang akan dipasang disesuaikan dengan jenis
tulangan berdasarkan RKS dan gambar kerja yang ada, baik itu jenis dimensi
dan jumlah tulangannya. Hal yang diperhatikan dalam proses penulangan
kolom antara lain :
• Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5 cm.
Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat bendrat
dengan kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan tulangan kolom, 10
cm pada bagian tumpuan sepanjang ¼L, dan sisanya jarak begel 15 cm.
• Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.
• Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai dengan gambar.
Kedudukan tulangan harus vertikal, sambunganya tidak boleh satu
tempat (disalang-seling). Tulangan pokok satu dengan lainnya harus
berjarak minimal sama dengan diameternya. Pada ujung tulangan harus
diberi kait 90˚. Setiap pemasangan besi kolom harus diakhiri dengan
b. Konstruksi Baja
Prinsip dasar penggunaan konstruksi baja membutuhkan perhitungan yang
spesifik dan akurat tergantung bentang dan luasan bangunan. Oleh karena itu,
tidak ada standar baku ukuran yang dapat menjadi sebuah patokan untuk
bangunan gedung PIP2B ini.
Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:
(1) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk gedung, atau
edisi terbaru;
(2) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan
konstruksi baja;
(3) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan
(4) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan Konstruksi.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
R. PAMERAN INDOOR
Gambar 4- 24 Simulasi Rancangan dengan jalur evakuasi dari ruang-ruang di lantai atas
Fasilitas dan aksesibilitas meliputi tempat parkir, jalur pemandu, pintu, ram, toilet,
serta rambu dan marka bagi penyandang cacat dan lansia. Penyediaan fasilitas
bagi penyandang cacat dan lansia harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
PARKIR
• Ruang Parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 620 cm
untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ram dan jalan menuju
fasilitas-fasilitas lainnya.
• Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur
lalu lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm.
• Daerah menaik-turunkan penumpang dilengkapi dengan fasilitas ram, jalur
pedestrian, dan rambu penyandang cacat.
• Kemiringan maksimal dengan perbandingan tinggi dan panjang adalah 1:11
dengan permukaan rata/datar di semua bagian.
4.5.3 PINTU
a. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-
pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
b. Di daaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau
perbedaan ketinggian lantai.
c. Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan:
• Pintu geser
• Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.
• Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil.
• Pintu yang terbuka kekedua arah ( "dorong" dan "tarik").
• Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna
netra.
d. Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya
kebakaran. Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu
lebih cepat dari 5 detik dan mudah untuk menutup kembali.
e. Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu.
f. Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup
dengan sempurna, karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan
penyandang cacat.
g. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna
kursi roda dan tongkat tunanetra.
TIPIKAL RAM
HANDRAIL
4.5.5 TOILET
a. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga
b. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
4.5.6 PERABOT
a. Perletakan barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan
ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
b. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan umum harus dapat
digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat.
c. Ruang-ruang di dalam bangunan PIP2B yang digunakan oleh masyarakat
banyak, yaitu ruang perpustakaan, e- library, dan audio visual maka jumlah
meja dan tempat duduk aksesibel yang harus disediakan minimum adalah 1
set untuk masing-masing ruangan.
PENYELENGGARAAN PIP2B
Tahap Persiapan merupakan tahap pertama yang perlu dilakukan dalam rangka
mengembangkan sebuah Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan
Bangunan (PIP2B) di daerah. Tujuan dari tahap persiapan adalah terbentuknya
kesekretariatan atau lembaga PIP2B yang lengkap dengan prasarana dan
sarananya, berupa Bangunan Gedung PIP2B beserta isinya.
Pada tahap ini dilakukan perekrutan staf untuk menjadi pengelola harian PIP2B,
sehingga PIP2B diharapkan memiliki staf yang bisa diandalkan untuk
melaksanakan program-program maupun kegiatan. Dengan kelembagaan standar
yang telah ditentukan bahwa PIP2B dipimpin oleh seorang pejabat setingkat
eselon III , maka jumlah personil yang akan terlibat didalam organisasi PIP2B
adalah 23 orang.
Setelah prasarana dan sarana telah lengkap dan PIP2B mempunyai staf
pengelola harian maka program kerja dapat dilaksanakan. Pengelola PIP2B harus
segera melengkapi pengetahuan dalam database baik elektronik maupun
perpustakaan, sehingga PIP2B dapat secepatnya melakukan pelayanan pada
masyarakat.
TAMPAK DEPAN
POTONGAN
POTONGAN
DETAIL UKURAN
Simulasi Penggunaan Bukaan sebagai Pencahayaan Alami pada Ruang Pameran Indoor
Simulasi Penggunaan Void yang meningkatkan cross ventilasi pada ruang publik
SIMULASI GAMBAR INSTALASI JARINGAN AC pada BANGUNAN GEDUNG PIP2B
1. PARKIR AREA
2. RAM
3. PINTU ENTRANCE
4. TOILET
5. PERABOT
5 5 4
3
2
1
SIMULASI GAMBAR ALUR RUANG GERAK pada BANGUNAN GEDUNG PIP2B
SIMULASI GAMBAR RANCANGAN DETAIL TANGGA pada BANGUNAN GEDUNG PIP2B
SIMULASI GAMBAR RANCANGAN JARINGAN LAN pada BANGUNAN GEDUNG PIP2B
DETAIL PLINT