BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Klasifikasi
A. Kebutuhan Nutrisi
1. Energi
Beberapa bakteri memiliki perbedaan dalam hal sumber energi nya,
misalnya Escherichia coli yang menggunakan bahan kimia untuk sumber
energinya.Disebut juga dengan kemotrop.Ada juga yang menggunakan
cahaya sebagai sumber energinya, contohnya Rhodospirillum
(Vasanthakumari, 2007).
2. Karbon
Karbon sangat diperlukan bukan hanya oleh bakteri tapi juga seluruh
makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.Misalnya karbon diperlukan
untuk pembentukan atau sintesis peptidoglikan (Scheffers and Mariana,
2005) atau beberapa protein dan karbohidrat serta lemak pada manusia.
Penggunaan karbon oleh bakteri ini ada yang diambil langsung dari CO 2 –
disebut dengan autotrop – ada juga yang digunakan dari bahan organik lain
seperti dari karbohidrat, lemak dan protein yang disebut heterotrop. Kira-
kira sekitar 50% dari berat kering bakteri adalah karbon (Vasanthakumari,
2007).
diperlukan bakteri untuk sisntesis asam amino seperti metionin dan sistein
serta vitamin seperti B1 dan biotin. Yang terakhir adalah fosfor, digunakan
untuk membuat asam nukleat dan fosfolipid. Sementara pada manusia dan
hewan serta tumbuhan lainnya fosfor digunakan dalam pembuatan molekul
ATP (adenine triphosphate) yang akan digunakan selanjutnya untuk
menghasilkan energi (Vasanthakumari, 2007).
5. Zat Besi
Zat besi merupakan suatu nutrisi penting untuk pertumbuhan dan
metabolisme pada hampir semua mikroorganisme dan merupakan suatu
kofaktor penting pada banyak proses metabolik dan enzimatik (Brooks et
al, 2014)
B. Kebutuhan Lingkungan
1. Oksigen
Kebutuhan utama bakteri akan oksigen menjadikan bakteri dibagi menjadi
dua yaitu bakteri anaerob dan aerob. Bakteri anaerob dibagi lagi menjadi
anaerob obligat, anaerob fakultatif dan beberapa bakteri mikroaerofilik.
Bakteri anaerob obligat artinya adalah bakteri tersebut harus dalam kondisi
bebas dari oksigen untuk dapat hidup, dan akan mati ketika ada oksigen
(mis: Clostridium). Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat
hidup dengan kondisi lingkungan terdapat roksigen maupun tidak. Untuk
istilah mikroaerofilik artinya bahwa bakteri jenis ini bisa tumbuh di
lingkungan dengan konstentrasi oksigen yang rendah namun akan mati jika
konsentrasi oksigennya tinggi (Alfvin Fox, 2011).Sementara bakteri aerob
2. Karbondioksida
Hampir semua bakteri membutuhkan karbondioksida dalam
pertumbuhannya.Ada beberapa bakteri yang justru harus membutuhkan
konsentrasi karbondioksida untuk hidup seperti bakteri anaeorb obligat
(Vasanthakumari, 2007).
3. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan bakteri.Terdapat
beberapa kategori yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan hidup di
suhu tertentu, yaitu mesofil, psikrofil, termofil.Mesofil adalah kelompok
bakteri yang dapat hidup pada suhu antara 25oC sampai 40oC.Sedangkan
psikrofil dibawah suhu 25oC.Sementara termofil yaitu bakteri yang dapat
hidup diantara suhu 50oC sampai 80oC.Namun kebanyakan bakteri dapat
hidup dalam suhu optimal 37oC (Vasanthakumari, 2007).
C. Reproduksi Kuman
1. Pembelahan
Umumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelah jadi
2 bagian (binary division). Waktu di antara 2 pembelahan disebut
generation time dan ini berlainan untuk tiap jenis kuman, bervariasi antara
20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh, Mycobacterium tuberculosis
mempunyai generation time 15 jam, tumbuhnya lambat.
2. Pembentukan Tunas/Cabang
Kuman membentuk tunas akan melepaskan diri dan membentuk kuman
baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan
pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan
3. Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan serabut panjang, filamen
yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam
filamen. Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagian
membentuk kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal,
misalkan bila kuman Haemophilus influenzae dibiakkan dalam perbenihan
yang basah.
4. Reproduksi secara Seksual
Pembelahan kuman disini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari 2
kuman. Akibatnya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifat-sifat yang
berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi
antara kuman-kuman sejenis dari satu famili, misalnya Enterobacteriaceae,
antara Escherichia coli dengan Shigella dysenteriae, antara Escherichia
coli dengan Salmonella typhosa.Bila kuman ditanam dalam pembenihan
yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu ditinjau jumlah kuman yang
hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi dalam 4 fase,
yaitu: (Chatim et al, 1994)
a. Fase penyesuaian diri (lag phase)
lag phase (2 jam) : kuman menyesuaikan diri terhadap keadaan
sekitarnya
b. Fase pembelahan (logarhytmik phase/exponential phase)
log phase (exponential phase) : kuman berkembangbiak secara
logaritmik sampai jam ke-10
c. Fase stasioner (stationary phase)
stationary phase : jumlah kuman relatif konstan
d. Fase kemunduran/penurunan (period of decline)
period of decline : jumlah kuman yang mati lebih banyak
D. Patogenesis Infeksi
Mekanisme Penyakit :
2. Perlekatan ke pejamu
Mikroorganisme harus melekatkan dirinya ke jaringan pejamu untuk
berkoloni pada tubuh; mikroorganisme yang berbeda memiliki strategi
dan mekanisme yang berbeda untuk melekat ke jaringan pejamu.
Distribusi reseptor yang dapat berinteraksi dengan organisme tertentu
menentukan organ yang terlibat. Beberapa bakteri memiliki mekanisme
yang mmbawanya untuk dapat mendekati epitel mamalia. Beberapa
bakteri membentuk biofilm polisakarida yang membantu kolonisasi
bakteri pada alat prostetik yang dipasang di dalam tubuh, seperti kateter.
Berbagai strain S.aureus dapat menempel atau terikat ke bermacam-
3. Invasi Mikroorganisme
memiliki strategi yang berbeda-beda dalam melintasi sawar mukosa atau
berbagai jenis membran sel. Begitu melewati sawar ini, mikroorganisme
tersebut harus mampu bertahan hidup dan bermultiplikasi saat
menginvasi pejamu. Beberapa bakteri seperti Helicobacter dan Neisseria
memproduksi protease IgA. Enzim ini memecah IgA dan karenanya
mampu mengatasi salah satu dari sistem pertahanan mukosa utama.
4. Motilitas
Kemampuan bergerak untuk mencari lokasi sumber makanan yang baru
atau sebagai respons terhadap sinyal kemotaktik secara potensial akan
meningkatkan patogenisitas. Vibrio cholerae bersifat motil karena
memiliki flagela-mutan yang tidak motil bersifat kurang virulen.
5. Evasi Imun
Untuk bertahan hidup dalam sel pejamu, patogen harus mengatasi
pertahanan imun pejamu. Bakteri saluran napas menyekresi protease IgA
yang mendegradasi immunoglobulin pejamu.Menghindari destruksi yang
dilakukan oleh fagosit pejamu adalah teknik evasi (penghindaran) yang
penting.
6. Merusak Pejamu
Toksin :
a. Endotoksin
Endotoksin menstimulasi makrofag untuk memproduksi interleukin-
1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF), sehingga menyebabkan
demam dan syok.
b. Eksotoksin
Beberapa bakteri menyekresi eksotoksin yang menyebabkan
kerusakan setempat maupun jauh, biasanya dalam bentuk protein.
Banyak dari eksotoksin ini yang memiliki struktur subunit.
Umumnya satu jenis dari subunit ini memfasilitasi perlekatan atau
masuknya ke sel pejamu, sementara subunit lainnya memerantarai
terjadinya efek fisiologis. Toksin kolera merupakan contoh klasik di
mana subunit B terikat ke sel epitel dan subunit A mengaktivasi
adenilat siklase yang menyebabkan keluarnya natrium dan klorida
dari sel, sehingga menyebabkan diare.
Eksotoksin lain bertindak sebagai superantigen menyebabkan
aktivasi non-spesifik dari sel T; variasi struktur regio yang
kompatibel menyebabkan produksi sitokin inflamasi, yang pada
akhirnya menghasilkan efek fsiologis yang luas dengan demam,
syok, gangguan saluran gastrointestinal, dan ruam. Beberapa
eksotoksin memengaruhi sintesis protein sel pejamu, eksotoksin
lainnya memengaruhi sinyal neurologis atau neuromuskular.Pada
banyak kasus ditemukan bahwa antibodi terhadap toksin bersifat
memperbaiki efek fsiologis dari penyakit dan karenanya bersifat
memberi perlindungan. (Gillespie et al, 2007)
1. Staphylococcus
a. Staphylococcus Aureus
b. Staphylococcus saprophyticus
2. Streptococcus agalactiae
3. Enterobacter spp.
4. Citrobacter spp.
5. Proteus spp.
6. Escherichia coli
Sementara untuk infeksi saluran kemih, kasus ini sering ditemukan pada
wanita dibandingkan pria.Hal ini dikarenakan jarak antara anus dan vagina
lebih dekat sehingga E.colidapat dengan mudah berpindah dari saluran
pencernaan ke uretra wanita dibandingkan dengan pria (Tanaghoet al,
2008).Saat setelah lahir, E. coli langsung berkoloni di saluran pencernaan
neonatus dan akan tetap tumbuh dsana untuk melakukan hubungan
mutualisme dengan manusia. Bakteri ini sebenarnya adalah bakteri
komensal, namun terdapat bukti bahwa jenis pathogen bakteri ini
merupakan perubahan atau transformasi dari jenis komensal.Namun bukan
hanya E. coli patogen saja yang dapat menyerang manusia, jenis non-
patogen juga bisa menjadi patogen dan dapat merusak mukosa saluran
pencernaan manusia (Migla et al, 2013).
Salah satu tindakan penting yang perlu dilakukan dalam bidang kesehatan
terutama menyangkut mikroorganisme adalah melakukan identifikasi terhadap
mikrooganisme yang kita temukan seperti jenis bakteri, jamur, ataupun
virus.Dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan kepada identifikasi terhadap
bakteri. Oleh karena itu hal yang akan dibahas adalah cara singkat dalam
mengidentifikasi bakteri, yaitu dengan cara pewarnaan gram dan kultur bakteri.
Untuk mengetahui bakteri apa yang kita dapat dari hasil swab yang kita
lakukan di suatu lokasi tertentu, tentu kita pertama melakukan teknik pewarnaan
yang disebut pewarnaan gram, yang merupakan identifikasi awal terhadap bakteri
sehinggal akan diketahui bakteri tersebut termasuk ke dalam golongan gram
negatif atau positif. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan pewarnaan
gram, yaitu:
Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini akan direpresentasikan sebagai bakteri
gram negatif atau gram positif. Namun untuk beberapa jenis bakteri, hasil yang
demikian belum cukup untuk mengetahui jenis bakteri yang ada di sediaan yang
kita periksa tersebut. Oleh karena itu, tahap selanjutnya yang bisa dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai spesies bakteri tersebut adalah dengan cara
mengulturnya di media kultur yang cocok.
3. Pembersihan
Proses yang secara fisik membuang semua debu yang tampak, kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau menangani objek. Proses terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air, membilas dengan air
bersih, dan mengeringkan.
4. Sterilisasi
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi,
dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap
tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilian kimiawi, atau
radiasi. (Tietjen et al, 2004)
1. Budaya
Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan
bahwa saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat
memperparah sakitnya.
2. Status Sosial-Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi,
serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya; sabun, sikat gigi,
shampo, dan lain-lain). Hal tersebut membutuhkan biaya, dengan kata
lain, sumber keuangan individu akan berpengaruh pada
kemampuannya mempertahankan personal hygiene yang baik.
3. Tingkat Pengetahuan atau Perkembangan Individu
Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada
kualitas diri orang tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang
lebih baik. Pengetahuan penting dalam meningkatkan status kesehatan
individu, sebagai contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, maka harus
mandi dengan bersih setiap hari.
4. Status Kesehatan
Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada
tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin lemah dan jatuh
sakit.
5. Kebiasaan
Kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk atau
benda tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnya
menggunakan showers, sabun orang lain, pakaian atau handuk orang
lain dapat menimbulkan penularan penyakit.
6. Cacat Jasmani/Mental Bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.(Alimul,
2009).
2.4 Toilet
2.4.1 Pengertian
toilet/toi·let / /toilét/ n
1. Kloset :
a. Kloset Duduk
b. Kloset Jongkok