Anda di halaman 1dari 22

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri
2.1.1 Pengertian

Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom


tunggal dan tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)

Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk


prokariotik yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion
yang berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang
biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam
membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain :

1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel


dari fagositosis dan desikasi (kekurangan).
2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang
diperantarai oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin
yang poten.
3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel
pejamu dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel
ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi
antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria
gonorrhoeae).
4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organisme
mampu untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu.
Flagela dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
6

(polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya


Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang
tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari
serangan imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali
pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

2.1.2 Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi


dari patogeniknya. Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar
secara luas di komunitas dan menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat
diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat
molekuler.

1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif memberi


respons terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya
Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri
(terminal, subterminal, atau sentral).
4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organisme
anaerob memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
Organisme yang dapat tumbuh pada kondisi dengan atau tanpa oksigen
dikenal sebagai anaerob fakultatif. Organisme mikroaerofil menyukai
lingkungan bertekanan oksigen rendah; organisme kapnofil menyukai
lingkungan berkadar karbon dioksida tinggi.
5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau
pertumbahan intraselular khusus.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
7

6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi


salmonela, urease membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan
(misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan
banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen
kunci dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
9. Sifat Patogen Bakteri :
1. Bakteri Komensal (Non-Patogen) : makhluk hidup bersel satu yang
hidup bersama organisme lain, tetapi tidak bersifat merugikan dan
mungkin juga bisa menguntungkan.
2. Bakteri Oportunistik : bakteri yang biasanya tidak menyebabkan
penyakit, tetapi akan terjadi jika pasien memiliki sistem kekebalan
tubuh yang tertekan.
3. Bakteri Kondisional : bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan
penyakit dalam keadaan tertentu seperti dari luka terbuka untuk
menduplikasi diri mereka sendiri dan menyebarkan penyakit.
4. Bakteri Intraseluler : bakteri yang selalu menyebabkan penyakit
ketika memasuki tubuh manusia. (Brooks et al, 2014).

2.1.3 Faktor Pertumbuhan, Reproduksi, dan Patogenesis Infeksi

Substansi yang paling diperlukan adalah Air, Kuman memerlukan air


dalam konsentrasi tinggi (cukup) di sekitarnya karena diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air merupakan pengantar semua bahan
gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang zat-zat yang tak diperlukan ke
luar sel. Selain untuk melancarkan reaksi-reaksi metabolik, air juga merupakan
bagian terbesar dari protoplasma (Chatim et al,1994).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
8

Seperti halnya makhluk hidup lain, bakteri juga memerlukan beberapa


faktor untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan
kehidupannya ini memerlukan beberapa faktor yang bermacam-macam.
Kebutuhan kehidupan bakteri dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan nutrisi atau
kimia dan kebutuhan lingkungan.Contoh dari kebutuhan nutrisi misalnya
sumber energi, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, besi, faktor pertumbuhan
organik dan vitamin.Sementara untuk faktor lingkungan adalah oksigen,
karbondioksida, suhu, konsentrasi ion hidrogen, kelembaban dan kekeringan,
cahaya, efek osmotik, stres mekanik dan sonik (Vasanthakumari, 2007).

A. Kebutuhan Nutrisi
1. Energi
Beberapa bakteri memiliki perbedaan dalam hal sumber energi nya,
misalnya Escherichia coli yang menggunakan bahan kimia untuk sumber
energinya.Disebut juga dengan kemotrop.Ada juga yang menggunakan
cahaya sebagai sumber energinya, contohnya Rhodospirillum
(Vasanthakumari, 2007).
2. Karbon
Karbon sangat diperlukan bukan hanya oleh bakteri tapi juga seluruh
makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.Misalnya karbon diperlukan
untuk pembentukan atau sintesis peptidoglikan (Scheffers and Mariana,
2005) atau beberapa protein dan karbohidrat serta lemak pada manusia.
Penggunaan karbon oleh bakteri ini ada yang diambil langsung dari CO 2 –
disebut dengan autotrop – ada juga yang digunakan dari bahan organik lain
seperti dari karbohidrat, lemak dan protein yang disebut heterotrop. Kira-
kira sekitar 50% dari berat kering bakteri adalah karbon (Vasanthakumari,
2007).

3. Nitrogen, sulfur dan fosfor


Nitrogen dibutukan untuk pembuatan nitrogen dan juga DNA dan RNA
dimana nitrogen ini bisa didapat dari bahan anorganik seperti nitrat dan
nitrit juga dari bahan organik seperti asam amino. Sementara sulfur

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
9

diperlukan bakteri untuk sisntesis asam amino seperti metionin dan sistein
serta vitamin seperti B1 dan biotin. Yang terakhir adalah fosfor, digunakan
untuk membuat asam nukleat dan fosfolipid. Sementara pada manusia dan
hewan serta tumbuhan lainnya fosfor digunakan dalam pembuatan molekul
ATP (adenine triphosphate) yang akan digunakan selanjutnya untuk
menghasilkan energi (Vasanthakumari, 2007).

4. Faktor pertumbuhan organik dan vitamin


Ada beberapa bahan organik yang dibutuhkan bakteri dalam kelangsungan
hidupnya namun tidak dapat dibuatnya sendiri yang disebut juga dengan
faktor pertumbuhan organik.Tapi bahan organik ini bisa didapat di media
pertumbuhan.Misalnya adalah asam amino, purin, pirimidin dan vitamin
(Vasanthakumari, 2007).

5. Zat Besi
Zat besi merupakan suatu nutrisi penting untuk pertumbuhan dan
metabolisme pada hampir semua mikroorganisme dan merupakan suatu
kofaktor penting pada banyak proses metabolik dan enzimatik (Brooks et
al, 2014)

B. Kebutuhan Lingkungan
1. Oksigen
Kebutuhan utama bakteri akan oksigen menjadikan bakteri dibagi menjadi
dua yaitu bakteri anaerob dan aerob. Bakteri anaerob dibagi lagi menjadi
anaerob obligat, anaerob fakultatif dan beberapa bakteri mikroaerofilik.
Bakteri anaerob obligat artinya adalah bakteri tersebut harus dalam kondisi
bebas dari oksigen untuk dapat hidup, dan akan mati ketika ada oksigen
(mis: Clostridium). Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat
hidup dengan kondisi lingkungan terdapat roksigen maupun tidak. Untuk
istilah mikroaerofilik artinya bahwa bakteri jenis ini bisa tumbuh di
lingkungan dengan konstentrasi oksigen yang rendah namun akan mati jika
konsentrasi oksigennya tinggi (Alfvin Fox, 2011).Sementara bakteri aerob

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
10

hanya tergolong kedalam aerob obligat, yaitu bakteri yang harus


membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya (mis: M. tuberculosis)
(Vasanthakumari, 2007).

2. Karbondioksida
Hampir semua bakteri membutuhkan karbondioksida dalam
pertumbuhannya.Ada beberapa bakteri yang justru harus membutuhkan
konsentrasi karbondioksida untuk hidup seperti bakteri anaeorb obligat
(Vasanthakumari, 2007).

3. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan bakteri.Terdapat
beberapa kategori yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan hidup di
suhu tertentu, yaitu mesofil, psikrofil, termofil.Mesofil adalah kelompok
bakteri yang dapat hidup pada suhu antara 25oC sampai 40oC.Sedangkan
psikrofil dibawah suhu 25oC.Sementara termofil yaitu bakteri yang dapat
hidup diantara suhu 50oC sampai 80oC.Namun kebanyakan bakteri dapat
hidup dalam suhu optimal 37oC (Vasanthakumari, 2007).

C. Reproduksi Kuman
1. Pembelahan
Umumnya kuman berkembang biak secara amitosis dengan membelah jadi
2 bagian (binary division). Waktu di antara 2 pembelahan disebut
generation time dan ini berlainan untuk tiap jenis kuman, bervariasi antara
20 menit sampai 15 jam. Sebagai contoh, Mycobacterium tuberculosis
mempunyai generation time 15 jam, tumbuhnya lambat.

2. Pembentukan Tunas/Cabang
Kuman membentuk tunas akan melepaskan diri dan membentuk kuman
baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan
pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
11

diri. Dapat dijumpai pada kuman dari famili Streptomyceteceae.

3. Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filamen, sel mengeluarkan serabut panjang, filamen
yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam
filamen. Filamen terputus-putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagian
membentuk kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal,
misalkan bila kuman Haemophilus influenzae dibiakkan dalam perbenihan
yang basah.
4. Reproduksi secara Seksual
Pembelahan kuman disini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari 2
kuman. Akibatnya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifat-sifat yang
berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi
antara kuman-kuman sejenis dari satu famili, misalnya Enterobacteriaceae,
antara Escherichia coli dengan Shigella dysenteriae, antara Escherichia
coli dengan Salmonella typhosa.Bila kuman ditanam dalam pembenihan
yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu ditinjau jumlah kuman yang
hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang dapat dibagi dalam 4 fase,
yaitu: (Chatim et al, 1994)
a. Fase penyesuaian diri (lag phase)
lag phase (2 jam) : kuman menyesuaikan diri terhadap keadaan
sekitarnya
b. Fase pembelahan (logarhytmik phase/exponential phase)
log phase (exponential phase) : kuman berkembangbiak secara
logaritmik sampai jam ke-10
c. Fase stasioner (stationary phase)
stationary phase : jumlah kuman relatif konstan
d. Fase kemunduran/penurunan (period of decline)
period of decline : jumlah kuman yang mati lebih banyak

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
12

D. Patogenesis Infeksi

Patogenesis infeksi bakteri mencakup permulaan proses infeksi dan


mekanisme yang mengarah pada perkembangan tanda dan gejala penyakit. Ciri
bakteri yang patogen meliputi bersifat menular, melekat pada sel pejamu,
menghasilkan toksin, dan mampu menghindari sistem imun pejamu.Banyak
infeksi oleh bakteri yang secara umum dianggap patogen bersifaat tidak jelas atau
tidak menimbulkan gejala.Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologi
terhadap keberadaan mereka menyebabkan cukup bahaya untuk orang tersebut
(Brooks et al, 2014).

Mekanisme Penyakit :

1. Akses ke pejamu yang rentan-transmisi


Organisme yang berbeda akan ditransmisi (ditularkan) dengan cara yang
berbeda pula. Pada beberapa kasus, strain epidemik mungkin ditransmisi
dengan lebih efisien atau mungkin dapat bertahan dari kesukaran
transmisi antar-pejamu dengan lebih efektif, sehingga menyebar dengan
lebih cepat. Organisme yang ditransmisi melalui rute fekal-oral
menginduksi muntah dan diare, dan karena itu akan mengkontaminasi
lingkungan dengan sejumlah besar sekret saluran gastrointestinal.

2. Perlekatan ke pejamu
Mikroorganisme harus melekatkan dirinya ke jaringan pejamu untuk
berkoloni pada tubuh; mikroorganisme yang berbeda memiliki strategi
dan mekanisme yang berbeda untuk melekat ke jaringan pejamu.
Distribusi reseptor yang dapat berinteraksi dengan organisme tertentu
menentukan organ yang terlibat. Beberapa bakteri memiliki mekanisme
yang mmbawanya untuk dapat mendekati epitel mamalia. Beberapa
bakteri membentuk biofilm polisakarida yang membantu kolonisasi
bakteri pada alat prostetik yang dipasang di dalam tubuh, seperti kateter.
Berbagai strain S.aureus dapat menempel atau terikat ke bermacam-

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
13

macam molekul pejamu yang mungkin terpajan akibat terjadi kerusakan


jaringan, berbagai strain Escherchia coli mengekspresikan fimbria atau
pili yang menyebabkan adhesi yang melibatkan manosa atau antigen grup
darah P, dan masing-masing menyebabkan infeksi saluran gastrointestinal
dan saluran kemih.

3. Invasi Mikroorganisme
memiliki strategi yang berbeda-beda dalam melintasi sawar mukosa atau
berbagai jenis membran sel. Begitu melewati sawar ini, mikroorganisme
tersebut harus mampu bertahan hidup dan bermultiplikasi saat
menginvasi pejamu. Beberapa bakteri seperti Helicobacter dan Neisseria
memproduksi protease IgA. Enzim ini memecah IgA dan karenanya
mampu mengatasi salah satu dari sistem pertahanan mukosa utama.

4. Motilitas
Kemampuan bergerak untuk mencari lokasi sumber makanan yang baru
atau sebagai respons terhadap sinyal kemotaktik secara potensial akan
meningkatkan patogenisitas. Vibrio cholerae bersifat motil karena
memiliki flagela-mutan yang tidak motil bersifat kurang virulen.

5. Evasi Imun
Untuk bertahan hidup dalam sel pejamu, patogen harus mengatasi
pertahanan imun pejamu. Bakteri saluran napas menyekresi protease IgA
yang mendegradasi immunoglobulin pejamu.Menghindari destruksi yang
dilakukan oleh fagosit pejamu adalah teknik evasi (penghindaran) yang
penting.

6. Merusak Pejamu

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
14

Toksin :

a. Endotoksin
Endotoksin menstimulasi makrofag untuk memproduksi interleukin-
1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF), sehingga menyebabkan
demam dan syok.
b. Eksotoksin
Beberapa bakteri menyekresi eksotoksin yang menyebabkan
kerusakan setempat maupun jauh, biasanya dalam bentuk protein.
Banyak dari eksotoksin ini yang memiliki struktur subunit.
Umumnya satu jenis dari subunit ini memfasilitasi perlekatan atau
masuknya ke sel pejamu, sementara subunit lainnya memerantarai
terjadinya efek fisiologis. Toksin kolera merupakan contoh klasik di
mana subunit B terikat ke sel epitel dan subunit A mengaktivasi
adenilat siklase yang menyebabkan keluarnya natrium dan klorida
dari sel, sehingga menyebabkan diare.
Eksotoksin lain bertindak sebagai superantigen menyebabkan
aktivasi non-spesifik dari sel T; variasi struktur regio yang
kompatibel menyebabkan produksi sitokin inflamasi, yang pada
akhirnya menghasilkan efek fsiologis yang luas dengan demam,
syok, gangguan saluran gastrointestinal, dan ruam. Beberapa
eksotoksin memengaruhi sintesis protein sel pejamu, eksotoksin
lainnya memengaruhi sinyal neurologis atau neuromuskular.Pada
banyak kasus ditemukan bahwa antibodi terhadap toksin bersifat
memperbaiki efek fsiologis dari penyakit dan karenanya bersifat
memberi perlindungan. (Gillespie et al, 2007)

2.1.4 Bakteri yang terdapat di Toilet

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
15

1. Staphylococcus

Adalah sel sferis gram-positif, biasanya tersusun dalam kelompok


ireguler seperti anggur.Organisme ini mudah tumbuh pada banyak jenis
medium dan aktif secara metabolis, memfermentasi karbohidrat dan
menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua
(Brookset al, 2014).

a. Staphylococcus Aureus

Spesies ini pernah dianggap sebagai satu-satunya patogen dari


genusnya. Pembawa S. aureus yang asimtomatik sering ditemukan, dan
organisme ini ditemukan pada 40% orang sehat, di bagian hidung, kulit,
ketiak, atau perineum.

Patogenesis :S. aureus memproduksi koagulase yang mengkatalisis


perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu organisme ini
untuk membentuk barisan perlindungan. Bakteri ini juga memiliki
reseptor terhadap permukaan sel pejamu dan protein matriks (misalnya
fibronektin, kolagen) yang membantu organisme ini untuk
melekat.Bakteri ini memproduksi enzim litik ekstraseluler (misalnya
lipase), yang memecah jaringan pejamu dan membantu invasi.
Beberapa strain memproduksi eksotoksin poten, yang menyebabkan
sindrom syok toksik. Enterotoksin juga dapat diproduksi, yang
menyebabkan diare.

Kepentingan klinis :S. aureus menyebabkan rentang sindrom infeksi


yang luas. Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembap
atau saat kulit terbuka akibat penyakit seperti eksim, luka pembedahan,
atau akibat alat intravena. Impetigo dapat muncul pada kulit yang sehat
: infeksi ditransmisikan dari orang ke-orang. Pneumonia akibat S.
aureus jarang terjadi, tetapi dapat terjadi setelah influenza.Pneumonia
ini berkembang dengan cepat, membentuk kavitas dan memiliki

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
16

mortalitas yang tinggi.Endokarditis akibat S. aureus juga berkembang


dengan cepat dan bersifat destruktif dan dapat terjadi setelah
penyalahgunaan obat intravena atau kolonisasi pada alat intravena.S.
aureus merupakan agen yang paling sering menyebabkan osteomielitis
dan artritis septik.

Diagnosis Laboratorium :S. aureus mudah tumbuh pada sebagian


besar media laboratorium. Bakteri ini toleran terhadap kadar garam
yang tinggi, sehingga media dapat dibuat secara selektif dengan cara
ini. Sebagian besar S. aureus memfermentasi manitol: gabungan
manitol dan pewarna indikator akan menyeleksi organisme ini untuk
subkultur.

Organisme diidentifikasi dengan adanya enzim koagulase, DNAase,


dan katalase, morfologi khas yang membentuk „klaster anggur‟ pada
pewarnaan Gram, dan uji biokimia.S. aureus dapat digolongkan dengan
menggunakan sifat-sifat litik dari serangkaian fag internasional atau
profil restriksi DNA.

b. Staphylococcus saprophyticus

Stafilokokus koagulase-negatif ini merupakan organisme tersering


yang menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda.Bakteri ini
dibedakan oleh resistensinya terhadap novobiosin. (Gillespieet al, 2007)

2. Streptococcus agalactiae

S. agalactiae merupakan residen normal vagina pada 5 – 25%


wanita(Brookset al., 2010). Bakteri ini juga sering sindrom gawat nafas
pada bulan pertama kehidupan neonatus (Brookset al, 2014).

3. Enterobacter spp.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
17

Infeksi Enterobakter biasanya terjadi pada lingkungan rumah sakit,


namun ada juga beberapa spesies Enterobakter yang kurang berbahaya
yang bisa didapatkan dari lingkungan seperti air.Sumber infeksi
mikroorganisme ini bisa berasal dari endogen seperti saluran cerna,
saluran kemih, dan kolonisasi di kulit.Sama seperti Enterobactericeae
lainnya bakteri ini juga dapat dikultur di media agar McConkey atau EMB
dan hasil dari kultur bakteri ini akan menghasilkan koloni yang
memfermentasi laktosa (Brookset al, 2014).

4. Citrobacter spp.

Citrobacter adalah kelompok bakteri famili dari


Enterobactericeaeberbentuk batang dan menghasilkan warna merah muda
pada pewarnaan gram.Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, air, dan
makanan, serta saluran pencernaan manusia dan juga hewan. Penelitian
menunjukkan bahwa dalamsampel urin individu yang memiliki infeksi
saluran kemih 5 – 12% disebabkan oleh spesies Citrobacter (Metriet al,
2013).

Selain menyebabkan infeksi saluran kemih, beberapa spesies Citrobacter


ada yang bisa menyebabkandiare seperti Citrobacter freundii (Bai et al.,
2011).

5. Proteus spp.

Proteus adalah bakteri garam negatif berbentuk batang famili


Enterobactericeae.Infeksi mikroba ini dapat ditemukan dalam kasus
infeksi saluran kemih, pneumonia, infeksi fokal, dan bisa terjadi
bakteremia.Bakteri ini menimbulkan infeksi pada manusia hanya jika
Proteus keluar dari saluran cerna (Brookset al, 2014).Proteus adalah flora
normal pada saluran pencernaan bersamaan dengan Klebsiella dan E.coli
(Struble, 2013). Urease yang dihasilkanya menyebabkan dihidrolisisnya
urea pada urin manusia menjadi ammonia sehingga pada pasien dengan
infeksi saluran kemih urinnya akan basa (Brookset al, 2014). Proteus ini

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
18

sebenarnya sering menyebabkan infeksi pada rumah sakit seperti pada


pasien ataupun pekerja medis.Namun ada juga spesies yang sangat banyak
menimbulkan infeksi di kalangan masyarakat (community-acquired)
seperti Proteus mirabilis.Untuk kepentingan diagnostik, proteus bisa
dibiakkan di agar MacConkey yang akan menghasilkan koloni yang
bergerombol dan motil (Struble, 2013).

6. Escherichia coli

E. coli merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif. Bakteri


biasanya dikultur pada media bernama Eosin Methylene Blue (EMB) dan
akan menghasilkan koloni berwarna logam mengkilap (metallic sheen).
Sama seperti beberapa famili Enterobacteriaceae lainnya, E.coli juga
memfermentasi laktosa dan pada hasil kultur akan mengasilkan gas dan
asam (Levinson, 2008).

Mikroorganisme yang satu ini cukup sering menyebabkan infeksi baik


infeksi saluran pencernaan maupun infeksi saluran kemih pada manusia.Di
Amerika Serikat yang paling sering menyebabkan diare adalah tipe
Enterotoxigenic E.coli. Selain dapat menyebabkan diare dan infeksi
saluran kemih, ada tipe lain dari E. coli ini yang bisa menyebabkan
sindrom penyakit, yaitu sindrom hemolitik-uremik yang disebabkan oleh
Shiga-toxin – producing E.coli(Rasko, et al., 2011).

Sementara untuk infeksi saluran kemih, kasus ini sering ditemukan pada
wanita dibandingkan pria.Hal ini dikarenakan jarak antara anus dan vagina
lebih dekat sehingga E.colidapat dengan mudah berpindah dari saluran
pencernaan ke uretra wanita dibandingkan dengan pria (Tanaghoet al,
2008).Saat setelah lahir, E. coli langsung berkoloni di saluran pencernaan
neonatus dan akan tetap tumbuh dsana untuk melakukan hubungan
mutualisme dengan manusia. Bakteri ini sebenarnya adalah bakteri
komensal, namun terdapat bukti bahwa jenis pathogen bakteri ini
merupakan perubahan atau transformasi dari jenis komensal.Namun bukan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
19

hanya E. coli patogen saja yang dapat menyerang manusia, jenis non-
patogen juga bisa menjadi patogen dan dapat merusak mukosa saluran
pencernaan manusia (Migla et al, 2013).

2.2 Perwarnaan Gram dan Kultur Bakteri

Salah satu tindakan penting yang perlu dilakukan dalam bidang kesehatan
terutama menyangkut mikroorganisme adalah melakukan identifikasi terhadap
mikrooganisme yang kita temukan seperti jenis bakteri, jamur, ataupun
virus.Dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan kepada identifikasi terhadap
bakteri. Oleh karena itu hal yang akan dibahas adalah cara singkat dalam
mengidentifikasi bakteri, yaitu dengan cara pewarnaan gram dan kultur bakteri.

Untuk mengetahui bakteri apa yang kita dapat dari hasil swab yang kita
lakukan di suatu lokasi tertentu, tentu kita pertama melakukan teknik pewarnaan
yang disebut pewarnaan gram, yang merupakan identifikasi awal terhadap bakteri
sehinggal akan diketahui bakteri tersebut termasuk ke dalam golongan gram
negatif atau positif. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan pewarnaan
gram, yaitu:

1. Spesimen diusapkan di kaca objek lalu dikeringkan di atas api selama


beberapa detik
2. Lalu siram kaca objek dengan larutan kristal violet
3. Bilas dengan air mengalir
4. Tuangkan larutan iodin
5. Bilas dengan air mengalir
6. Tuangkan larutan aseton (30ml) dan alkohol (70ml) selama 10 – 30 detik
7. Bilas dengan air mengalir
8. Genangi sediaan dengan basic fuchsin (safranin) selama 10 – 30 detik
9. Bilas lagi dengan air dan keringkan

(Brookset al, 2014)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
20

Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini akan direpresentasikan sebagai bakteri
gram negatif atau gram positif. Namun untuk beberapa jenis bakteri, hasil yang
demikian belum cukup untuk mengetahui jenis bakteri yang ada di sediaan yang
kita periksa tersebut. Oleh karena itu, tahap selanjutnya yang bisa dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai spesies bakteri tersebut adalah dengan cara
mengulturnya di media kultur yang cocok.

Media kulturmerupakan tempat menanam bakteri yang akan diidentifikasi.


Media ini berupa cairan atau jel yang telah ditambahi nutrient tertentu yang
diperlukan oleh bakteri yang dibuat di dalam sebuah wadah bernama piring petri.
Ada bermacam-macam jenis media kultur, tapi yang paling sering digunakan
adalah media agar darah, disebut juga media primer. Media ini mengandung darah
domba 5%.Kebanyakan bakteri aerob dan anaerob fakultatif dapat tumbuh di agar
darah ini.Kemudian yang tak kalah penting adalah agar coklat yang terbuat dari
darah yang dihangatkan dengan atau tanpa tambahan suplemen.Beberapa bakteri
seperti Neisseria dan Haemophilus yang tidak dapat tumbuh di agar darah dapat
tumbuh di agar coklat. Selanjutnya untuk kultur bakteri usus yang berbentuk
batang dan gram negatif dapat digunakan media khusus seperti agar Eosin
Methylene Blue (EMB). Media ini merupakan media sekunder yang sering
digunakan oleh mikrobiologis (Brookset al, 2014).Ada beberapa jenis agar
lainnya yang bisa digunakan untuk identifikasi mikroba namun beberapa media
diatas adalah yang biasa digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.

Adapun cara untuk mengultur bakteri adalah pertama menyediakan peralatan


terlebih dahulu berupa sengkelit (ose), api Bunsen, media kultur, serta spesimen
yang akan diperiksa. Cara selanjutnya adalah dengan mensterilkan sengkelit di
api Bunsen. Kemudian ambil spesimen menggunakan sengkelit dengan cara
mengusap. Lalu buat beberapa goresan di media kultur dan kemudian disimpan
untuk dilihat kemudian pertumbuhan koloni yang terjadi. Beberapa bakteri
menunjukkan koloni yang unik seperti E. coliakan menghasilkan warna logam
mengkilat (metallic sheen) jika dikultur di media EMB.Contoh lainnya

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
21

Streptococcus β-hemolyticusakan menghemolisis sempurna darah pada media agar


darah, dan lain sebagainya (Brookset al, 2014).

Gambar 2.2. Pewarnaan Gram


Sumber :Alfred B. Cunningham, John E. Lennox, and Rockford J. Ross, Eds.
2001-2008

2.3 Tindakan pencegahan infeksi


2.3.1 Cara pencegahan infeksi
1. Dekontaminasi
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf
sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV)
dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang
menogntaminasi.

2. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa
endospora bakterial dari objek, dengan merebus menguapkan atau
memakai desinfektan kimiawi.

3. Pembersihan
Proses yang secara fisik membuang semua debu yang tampak, kotoran,

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
22

darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau menangani objek. Proses terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air, membilas dengan air
bersih, dan mengeringkan.

Pembersihan penting karena :

a. sebuah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme


pada peralatan dan istrumen tercemar, terutama endospora yang
menyebabkan tetanus.
b. tidak ada prosedur sterilisasi atau DTT yang efektif tanpa melakukan
pencucian terlebih dahulu (Porter 1987)

4. Sterilisasi
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi,
dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap
tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilian kimiawi, atau
radiasi. (Tietjen et al, 2004)

2.3.2 Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan faktor intrinsik yang melekat pada


host.Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
fisik dan psikologis (Wartonah, 2010). Tujuan personal hygiene adalah untuk
memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat
kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri
sendiri maupun orang lain.

A. Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene


Faktor-faktor yang memengaruhi personal hygiene antara lain:

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
23

1. Budaya
Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan
bahwa saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat
memperparah sakitnya.
2. Status Sosial-Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana
dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi,
serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya; sabun, sikat gigi,
shampo, dan lain-lain). Hal tersebut membutuhkan biaya, dengan kata
lain, sumber keuangan individu akan berpengaruh pada
kemampuannya mempertahankan personal hygiene yang baik.
3. Tingkat Pengetahuan atau Perkembangan Individu
Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada
kualitas diri orang tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang
lebih baik. Pengetahuan penting dalam meningkatkan status kesehatan
individu, sebagai contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, maka harus
mandi dengan bersih setiap hari.
4. Status Kesehatan
Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada
tingkat kesehatan individu. Individu akan semakin lemah dan jatuh
sakit.
5. Kebiasaan
Kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk atau
benda tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnya
menggunakan showers, sabun orang lain, pakaian atau handuk orang
lain dapat menimbulkan penularan penyakit.
6. Cacat Jasmani/Mental Bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.(Alimul,
2009).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
24

2.3.3 Sanitasi Lingkungan

Menurut Notoadmojo (2003), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan


suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan
air bersih, dan sebagainya. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus
dicapai dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan
lingkungan.Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-
elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Menurut Entjang (2000), personal
hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi,
sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan
yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki
atau dihilangkan. Perilaku yang kurang baik dari manusia akan mengakibatkan
perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi lingkungan yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

2.4 Toilet
2.4.1 Pengertian

Menurut kamus besar bahasa indonesia :

toilet/toi·let / /toilét/ n

1. tempat cuci tangan dan muka;


2. kamar kecil (kakus); kertas -- , (gulungan) kertas yg dipakai di kamar
kecil
3. peranti untuk berhias, spt bedak, cermin, dan sikat rambut; kamar
rias; meja rias (dng cermin besar)

Toilet merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling


vital.(Bagiastra,2013)

2.4.2 Macam-Macam Toilet


1. Toilet Rumah

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
25

Di negara maju, hampir semua tempat tinggal memiliki paling


sedikit sebuah toilet.Toilet di tempat tinggal pribadi umumnya tidak
dipisahkan menurut jenis kelamin.Toilet dapat berada satu ruangan
dengan tempat mandi, dapat pula tidak.Di India baru-baru ini
disarankan agar semua perempuan wajib memiliki toilet.
2. Toilet Umum
Toilet Umum adalah salah satu sarana sanitasi yang dirancang
khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain
yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakatdi tempat-tempat
domestik, komersial maupun publik dapat membuang hajat serta
memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya. Sarana
toilet umum merupakan salah satu jenis toilet yang diperuntukkan
untuk masyarakat umum yang berkunjung ke suatu tempat.Sering kali
disebutkan bahwa toilet umum adalah toilet ketika jauh dari rumah.
Dengan demikian pengguna toilet umum akan sangat beragam dan
senantiasa berganti. Sebagai akibatnya, toilet merupakan tempat yang
potensial sebagai sarana penyebaran penyakit bila sanitasi dan
higiene-nya tidak dipelihara dengan baik.(Bagiastra, 2013)

2.4.3 Kelengkapan Toilet Umum

Kelengkapan toilet umum adalah sebagai berikut :

1. Kloset :
a. Kloset Duduk

Kloset yang digunakan dengan cara mendudukinya untuk buang air


besar yang memiliki fasilitas untuk menyiram buangan setelah digunakan
adalah jenis toilet yang paling umum di Barat kloset yang digunakan
dengan cara mendudukinya untuk buang air besar) yang memiliki fasilitas
untuk menyiram buangan setelah digunakan adalah jenis toilet yang paling
umum di Barat.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
26

b. Kloset Jongkok

Kloset yang digunakan dengan cara berjongkok di atasnya untuk


buang air besar cukup lazim di Asia Tenggara, Asia Timur (Republik
Rakyat Tiongkok dan Jepang), India, serta masih dapat dijumpai pada
toilet umum di Eropa selatan dan timur (termasuk
sebagian Perancis, Yunani, Italia, negara-negara Balkan, dan negara
bekas Uni Soviet).

2. Air dan perlengkapannya (kran, gayung)


3. Tempat sampah (khusus pembalut dan khusus sampah tissue)
4. Ruangan buang air kecil dan air besar (kloset dan bak)
5. Ruangan cuci tangan dan cuci muka (westafel dan cermin)
6. Ruang penjaga dan pelayan kebersihan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai