SKRIPSI
OLEH
DEVI SURIANI
NIM : 06C10104307
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
AMAN KARYAWAN DI PLTU NAGAN RAYA
SKRIPSI
Oleh:
DEVI SURIANI
06C10104307
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
3. Kiswanto, M.Si
(Dosen Penguji I) ...................................................
4. Afrizal DN.Com, SE
(Dosen Penguji II) ...................................................
iv
ABSTRAK
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja
yang tidak aman dan kondisi kerja yang tidak aman. 85% kecelakaan adalah
hasil kontribusi perilaku kerja yang tidak aman. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang memegang
peranan penting dalam mengakibatkan suatu kecelakaan.
Tujuan Penelitian untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman
karyawan di PLTU Nagan Raya.
Populasi berjumlah 130 dengan sampel dalam penelitian ini adalah 56 pekerja
dibawah naungan Sinohydro di PLTU Nagan Raya. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Quota Sampling.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 37 responden yang pengetahuannya baik
70,3% perilaku amannya baik sedangkan dari 19 responden yang pengetahuannya
kurang 73,7% perilaku amannya kurang, dari 34 responden yang sikapnya positif
67,6% prilaku amannya baik sedangkan dari 22 responden yang sikapnya negatif
63,6% perilaku amannya kurang, dari 35 responden yang ketersediaan APD
tersedia 68,6% prilaku amannya baik sedangkan dari 21 responden yang
ketersediaan APDnya tidak ada 66,7% perilaku amannya kurang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen
(pengetahuan, sikap, ketersedian APD) mempunyai hubungan dengan perilaku
aman pada pekerja dimana p value < α (0,05).
Kepada Direktur Sinohydro agar lebih memperhatikan lagi keselamatan para
pekerja dengan ketersediaan APD yang lengkap dan pelatihan-pelatihan khusus
dalam pencegahan kecelakaan kerja, kepada petugas PLTU agar lebih
meningkatkan lagi kinerja dalam pemberian dan lebih memperhatikan lagi
keselamatan dalam bekerja.
v
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
TK : Tk Darul Hikmah Peunaga Rayeuk (1993)
SD : SDN Peunaga Rayeuk (1994-2000)
SLTP : SMPN 4 Meurebo (2000-2003)
SLTA : SMUN 4 Meulaboh (2003-2006)
Perguruan Tinggi : FKM-UTU (2006-2013)
Tertanda
Devi Suriani
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas karunian-Nya lah sehingga
dengan perilaku aman karyawan di PLTU Nagan Raya” skripsi ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat kesehatan masyaraat
Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala
tersebut dapat penulis diatasi karena berkat adanya bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa
1. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, MS., selaku Rektor Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
5. Bapak Afrizal DN Com SE, selaku pengji II yang telah meluangkan waktu
vii
6. Ibu Marniati, SKM, M.Kep, selaku ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
masyarakat.
8. Saudara Fauzi selaku Office Boy yang sangat setia menjalani tugas.
skripsi ini.
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.8. Hipotesa Penelitian .............................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 7. Dokumentasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
proses. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi dapat menganggu
Kerugian ekonomi adalah segala kerugian yang bisa dinilai dengan uang,
seperti rusaknya bangunan, peralatan, mesin, dan bahan, biaya untuk pengobatan,
perawatan, dan santunan bagi tenaga kerja yang cidera/sakit, serta hari kerja yang
hilang karena operasi perusahaan yang terhenti sementara. Kerugian non ekonomi
antara lain yaitu rusaknya citra perusahaan, bahkan jika kejadian itu menimbulkan
bahwa setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, hal ini setara dengan 1 orang
setiap 15 menit atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit dan kecelakaan kerja
yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali
xiv
menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam
2003 terjadi 105.846 KK, kemudian pada tahun 2004 turun menjadi 95.418 KK.
Pada tahun 2005, angka kecelakaan kerja meningkat menjadi 99.023 KK. Angka
ini tahun 2006 turun menjadi 95,624 KK (Jamsostek, 2008). Data tersebut belum
Sementara itu, jika kita melihat The Heinrich Triangle dalam Bird dan
Germain (1990) yang dikutip oleh Sialagan (2008) dapat terlihat rasio terjadinya
adalah minor injuries, dan 300 adalah insiden near-miss. Begitu juga studi kasus
adalah cidera ringan, 30 adalah kerusakan harta benda, dan 600 adalah kecelakaan
Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku
kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
kontribusi perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act). Berdasarkan hal tersebut,
xv
maka dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang memegang
dilakukan oleh Stephen Guastello (1993) dalam Geller (2001) terhadap beberapa
mengurangi cidera di tempat kerja yaitu sebesar 59,6% diikuti dengan pendekatan
keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif. Dalam perspektif
reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang berisiko atau tidak aman
(at risk behavior) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat diartikan bahwa
upaya reaktif menunggu terjadinya tidak aman dulu. Sedangkan dalam perspektif
proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman (safe behavior)
juga menyebutkan agar pencapaian behavior based safety berhasil adalah lebih
peningkatan perilaku aman. Upaya ini berujung pada usaha pencegahan terjadinya
kecelakaan di tempat kerja atau hal ini dapat dikatakan juga berupa pendekatan
xvi
susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) sperti lingkungan fisik/non
(Notoadmodjo, 2003).
(2004), pengetahuan yang tidak memadai dan sikap yang negative mengenai
adanya risiko dan bahaya dan kecelakaan kerja akan membuat pekerja bersikap
tak acuh seta mungkin ia melakukan tindakan yang tidak aman dan merugikan
keselamatan dirinya.
Selain faktor pengetahuan dan sikap lama bekerja merupakan faktor yang
(1992) yang mengatakan bahwa lama kerja seseorang jika dikaitkan dengan
dalam hal menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja
Hendrabuwana (2007) pada tahun 2007 yang dilakukan pada pekerja Departemen
metode cross sectional diperoleh 45,1% (23 orang) berperilaku kerja selamat dan
xvii
lingkungan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Sialagan (2008) pada
pekerja PT EGS Indonesia yang dilakukan pada bulan November tahun 2008,
dengan jumlah pekerja sebanyak 31 orang yang terdiri dari 10 orang personil
dalam kategori baik berperilaku aman. Selain itu, didapatkan hubungan yang
bermakna antara faktor pengetahuan, motivasi, persepsi, peran rekan kerja, dan
dilakukan oleh Helliyanti (2009) pada pekerja Dept. Utility and Operation PT
Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills tahun 2009 diperoleh
karyawan PLTU Nagan Raya dalam melakukan pekerjaan belum sesusai dengan
serta penepatan materian dan alat-alatnya tidak ditempat seharusnya, dan juga
masih ada yang lamban dalam bekerja. Hal-hal seperni inilah yang dapat memicu
xviii
1.3 Tujuan Penelitian
Nagan Raya.
perusahaan.
2. Bagi FKM-UTU
xix
3. Bagi Peneliti
dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai perilaku aman (safety
behavior).
xx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan
kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic injury. Menurut ILO/WHO (1980)
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah promosi dan pemeliharaan terhadap
faktor fisik, mental dan sosial pada semua pekerja yang terdapat di semua tempat
pekerja dan semua orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu
kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaptif
dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (Kondarus, 2006).
xxi
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
produktivitas nasional.
dalam Helliyanti (2009) adalah sesuatu yang berkenaan dengan sikap, keyakinan,
dan persepsi yang didapat dari kelompoknya sebagai penentu norma atau nilai
sebagai suatu petunjuk atau standar yang diperkenalkan dalam bukunya yang
sekerja mereka.
xxii
d. Mempromosikan filosofi keselamatan yang merupakan bukanlah suatu
prioritas yang dapat disampaikan lagi, tetapi suatu nilai yang dihubungkan
yang diawali dari disiplin psikologi dan engineering. Pada umumnya, suatu total
3. Faktor perilaku (termasuk praktek kerja aman dan beresiko (tidak aman),
Menurut Geller (2001) yang dikutp oleh Utommi (2007), ketiga faktor
tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam proses pencapaian
keselamatan di perusahaan dan jika terjadi perubahan pada salah satu faktor
tersebut maka kedua faktor lainnya pun ikut berubah. Geller (2001) juga
menyebutkan bahwa faktor perilaku dan faktor orang merupakan aspek manusia
dan biasanya kedua faktor tersebut lebih sedikit diperhatikan dari pada faktor
tersebut dan berdasarkan hasil integrasi diperoleh dua faktor internal dan
eksternal. Hal ini dapat terlihat dari gambar dibawah ini (Geller, 2001):
xxiii
Manusia
Internal Eksternal
Status ciri-ciri: Perilaku:
Sikap, kepercayaan, Pelatihan, Pengenalan,
perasaan, pemikiran, Persetujuan, komunikasi,
kepribadian, persepsi, dan dan menunjukan kepedulian
Pendidikan Pelatihan
Person Based Behavior based
Teori Kognitif Ilmu Perilaku
Audit Perilaku
Survey Persepsi
Gambar 2.2
Aspek internal dan eksternal yang dapat menentukan keberhasilan
proses keselematan
keselamatan kerja terdiri dari dua faktor internal (meliputi sikap, kepercayaan,
upaya meningkatkan keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif.
Dalam perspektif reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang berisiko
atau tidak aman (at risk behavior) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat
diartikan upaya reaktif menunggu terjadi tidak aman dulu. Sedangkan dalam
xxiv
perspektif proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku yang
maksimal karena sifatnya yang berusaha mencari kesalahan atau kegagalan yang
dilakukan. Adanya ketakutan dan citra yang jelek untuk diketahuinya oleh pihak
lain membuat cara ini sulit untuk mendapatkan gambaran mendalam atas suatu
xxv
(safety climate) adalah persepsi terhadap kebijakan, prosedur, dan pelaksanaan-
Griffin, 2002).
motivasi.
tindakan tersebut.
property atau kerugian pada proses. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga
dan tidak diharapkan. Tak terduga; oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
xxvi
diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian matrial ataupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma‟mur, 1996).
Selain itu, menurut Warsto dan Mamesah (2003), kecelakaan adalah kejadian
produksi.
Teori Loss Caution Model yang dikemukakan oleh Bird dan Germain
terjadinya suatu kecelakaan dan cara berpikir ini banyak digunakan sebagai
2.3. Perilaku
Menurut Geller (2001), perilaku sebagai tingkah atau tindakan yang dapat
di observasi oleh orang lain. Tetapi apa yang dilakukan atau dikatakan seseorang
tidaklah selalu sama dengan apa yang individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini.
Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan mahluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap
dan tindakan. Namun tidak berarti bahwa bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari
sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial yakni dalam bentuk
xxvii
reaksi, dan sebagainya, dan faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, sarana
Jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus yang dikemukakan oleh
stimulus masih dalam bentuk terselubung atau tertutup. Repon dan reaksi
atau kesdaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat
xxviii
terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut Bird dan Germain
(1990) perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku Kesehatan dan
juga pada kesehatan kerjanya. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman,
yaitu :
1. Menurut Frank E Bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Causation
j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
xxix
a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya faktor perilaku itu
xxx
terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan, dan variabel
demografi.
Perilaku itu dapat berubah bila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang. Kekuatan pendorong meningkat, hal ini terjadi
pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun, dengan keadaan ini jelas juga
faktor dari dalam (Internal) seperti susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi,
proses belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar
xxxi
(eksternal) sperti lingkungan fisik/non fisik, iklim, sosial, dan ekonomi,
A. Teori Ramsey
2. Kognitif (Cognition), pada tahap ini, bahaya kerja dapat teramati namun
xxxii
mengetahui bahaya yang dihadapi tersebut merupakan sesuatu yang
4. Kemampuan (Ability), perilaku aman juga tidak akan ada jika seseorang
mulai dari yang pertama sampai dengan yang terakhir. Bila keempat tahapan
ini dapat berlangsung dengan baik maka akan terbentuk suatu perilaku yang
aman (Suizer, 1999). Dari keempat tahapan diatas dapat disimpulkan bahwa
berbagai strategi pendidikan dan pelatihan yang sesuai dan tepat. Namun
perlu disadari pula bahwa betapapun telah terbentuk perilaku kerja yang
Dalam mengkaji secara lebih dalam masalah perilaku yang tidak aman
1. Apakah setiap individu akan menampilkan pola perilaku tidak aman yang
xxxiii
2. Apakah memang benar ada jenis kepribadian tertentu yang cenderung
celaka.
aman (tidak selamat) yang ditampilkan dan kecelakaan yang terjadi didalam
yang bermakna atau signifikan. Oleh karena itu, utuk menentukan apakah
atau kecelakaan yang lebih sering, perlu dilakukan suatu prosedur statistik
xxxiv
dikaitkan dengan suatu bentuk atau jenis kepribadian tertentu yang
faktor kebetulan. Pengertian yang kedua ini lebih jelas dari pada yang
a. Setiap perilaku kerja yang aman atau yang tidak aman didalam situasi
perilaku yang erat kaitannya dengan keempat tahapan yang ada. Adapun
a. Visi
b. Style (Gaya)
c. Hubungan motorik-Persepsi
xxxv
d. Attitude (sikap)
e. Pengalaman
f. Umur
C. Teori Ramussen
menjalankan suatu tugas tertentu. Sesorang bias saja tahu apa yang
melakukannya.
xxxvi
atau melakukan suatu aktivitas yang tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan.
(Lapses).
xxxvii
3. Knowledge-based error (Mistakes), disebabkan kurangnya pengetahuan
asumsi- asumsi.
benar, menaati peraturan dan prosedur yang berlaku, bekerja sesuai dengan
kerja menjadi dua, yang pertama karena tindakan tidak aman yang dilakukan
oleh pekerja dan yang kedua disebabkan oleh kondisi tidak aman pada
timbulnya tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman adalah faktor
xxxviii
memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan pada
2007).
berupa tindakan tidak aman dari pekerja, seperti melanggar peraturan dan
prosedur keselamatan kerja, dan salah satu hasil akhir dari tindakan tidak
aman adalah munculnya kecelakaan kerja pada pihak pekerja. Di lain pihak
munculnya kondisi tidak aman yang berupa kondisi laten. Disebut kondisi
laten karena kondisi tidak aman tersebut muncul pada lingkungan kerja bila
berinteraksi dengan tindakan tidak aman dari pihak pekerja, yang kemudian
dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Salah satu contoh kondisi laten adalah
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Hal ini sangat beresiko karena bila suatu
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak
aman dapat terjadi karena adanya pengaruh dari faktor organisasi, kondisi
lokal tempat kerja, serta perilaku dan kesehatan pekerja kurang baik atau
tindakan tidak aman, yang tidak disadari oleh pekerja maupun yang disadari
xxxix
E. Model ABC
Perilaku aman pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD) dilokasi kerja
yang ada tanda wajib penggunaan APD (aktivator) dapat bersifat sementara
jika tidak adanya secara nyata konsekuensi negatif (segera, pasti, dan terukur)
dari perilaku aman tersbut. Konsekuensi yang cepat dan mudah dapat
2.6.1 Pengetahuan
xl
Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), Pengetahuan
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
sama lain.
hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, tingkat perilaku
sintesis, dan evaluasi suatu objek. Menurut Adenan (1986) dalam buku
Widayatun (1999) juga bahwa pengetahuan diperoleh dari pendidikan formal atau
xli
pendidikan informal. Menurut Cahyani (2004), pengetahuan yang tidak memadai
mengenai adanya risiko dan bahaya dan kecelakaan kerja akan membuat pekerja
bersikap tak acuh seta mungkin ia melakukan tindakan yang tidak aman dan
seperti ini didasari oleh pengetetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
sikap tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung
perlu tetapi bukan merupakan faktor yang cukup kuat sehingga seseorang
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku tidak aman
2.6.2 Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah respon yang tidak teramati secara lagsung yang masih
lebih mengacu pada kesiapan dan kesediaan untuk bertindak, dan bukan
xlii
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi
terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini
stimulus yang menghendaki adanya respon. Dari batasan diatas dapat ditarik
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain itu,
terhadap orang, obyek, atau situasi tertentu. Sikap tidaklah sama dengan
xliii
terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang ertentangan dengan
sikapnya.
dari luar yang dapat ditangkap melalui persepsi. Ada proses- proses memilih
rangsangan, rangsangan mana yang akan didekati dan rangsangan mana yang
harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan yang
positif atau terbentuk sikap negatif bila kecenderungan itu menolak. Faktor
dari sifat objek yang dijadikan sasaran, kewajiban orang yang mengemukakan
suatu sikap, sifat-sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut,
sikap itu terbentuk. Oleh karena itu, diperlukan media informasi yang sesuai
dengan situasi yang ada di area kerja seperti bahaya yang ada yang tertempel
dengan jelas sebagai bentuk komunikasi akan adanya bahaya sehingga pekerja
b. Pengukuran Sikap
langsung dan metode tidak langsung, dan terdapat bagi metode yang memakai
tes tersusun dan tidak tersusun. Metode langsung adalah metode dimana orang
xliv
itu secara langsung diminta pendapat atau anggapannya mengenai objek
tertentu. Metode ini lebih mudah pelaksanaannya, akan tetapi kurang dapat
dipercaya daripada metode tidak langsung. Pada metode tidak langsung, orang
tetapi tidak secara langsung. Cara ini lebih sulit dilaksanakan, tetapi lebih
pengukuran sikap pada metode tidak langsung yang dapat digunakan adalah :
1. Skala Likert
pada suatu continum afektif berkisar dari sangat “negatif” hingga ke “sangat
2. Skala Thurstone
dan metode interval berurutan (atau aturan dikotom). Ketiga metode itu
3. Skala Guttman
xlv
Louise Guttman memperkenalkan suatu desain prosedur perskalaan
skala Thurstone. Yang membuat unik skala ini adalah tekanan ekstrim pada
unidimensional.
Lain halnya dengan penelitian. Helliyanti (2009) dan Karyani (2005) dan
berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman
yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih
terjadi selain karena faktor manusia, disebabkan juga karena masih baru dan
semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperolehnya semakin
banyak yang memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Millah, 2008).
xlvi
Sedangkan, menurut Cooper (2001), orang sering berperilaku tidak aman
dengan tidak aman. Tetapi jika kita melihat Heinrich’s Triangle, sebenarnya orang
tidaklah jauh dari potensi kecelakaan. Sementara itu, Geller (2001) menyebutkan
faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah dikenal dapat
mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku karena
berulang.
sesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja
mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka sering
Dalam hal ini, pekerja yang berpengalaman dapat lebih menekankan keselamatan
xlvii
seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Sedangkan pekerja yang belum
berpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan
keselamatannya.
Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih
salah satunya adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan
sarana kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk
dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud
dalam Utmmi (2007) bahwa sistem yang didalamnya terdapat manusia (sumber
dan manusia) dan fasilitas merupakan salah satu hal yang penting dalam
Lebih baik mendahulukan tempat kerja yang aman, daripada pekerjaan yang
xlviii
safety karena tempat kerja yang memenuhi standar keselamatan lebih menjamin
(Suma‟mur. 1996).
menambah beban stress pada tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak
(2007) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan APD dengan
perilaku aman.
- pengetahuan,
- sikap, Perilaku Aman
- ketersediaan APD, Karyawan
xlix
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross
3.3.1 Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini 130 pekerja dibawah naungan
Sinohydro yang termasuk didalamnya staff, local staff dan labour di PLTU Nagan
Raya.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel akan diambil adalah pekerja dibawah naungan
Sinohydro yang termasuk didalamnya staff, local staff dan labour di PLTU Nagan
l
Raya, sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin
N
n
1 N (d ) 2
n = Jumlah sampel
N= Jumlah Populasi
N
n
1 N (d ) 2
130
n
1 130(0,01)
130
n
1 1,30
130
n
2,30
n 56,5 56
dijadikan sampel yang penting jumlah sampel yang sudah ditetapkan dapat
li
1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik
dari hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat
kesesuaian.
master tabel.
1. Data primer
2. Data sekunder
lii
pelindung diri bagi
pekerja.
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Tersedia
2. Tidak tersedia
Skala ukur Ordinal
Variabel Dependen
1 Perilaku Aman Definisi tindakan atau perbuatan
Karyawan dari seseorang atau
beberapa orang yang
memperkecil
kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil ukur 1. Baik
2. Tidak baik
Skala ukur Ordinal
penelitian ini adalah skala Likert yaitu memberikan skor dari nilai tertinggi ke
1. Pengetahuan
Baik: Jika responden mendapat skor nilai > 50% dari total skor.
Kurang: Jika responden mendapat skor nilai < 50% dari total skor.
2. Sikap
Positif: Jika responden mendapat skor nilai > 50% dari total skor.
Negatif: Jika responden mendapat skor nilai < 50% dari total skor.
3. Ketersedian APD
Tersedia : Jika responden mendapat skor nilai > 50% dari total skor.
Tidak tersedia : Jika responden mendapat skor nilai < 50% dari total skor.
liii
Baik: Jika responden mendapat skor nilai > 50% dari total skor.
Tidak Baik: Jika responden mendapat skor nilai < 50% dari total skor.
2001).
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
uji“Pearson Chi-Square”
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
liv
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
lv
BAB IV
sumtera I yang ada di kabupaten nagan Raya, gedung staf kerja terdiri dari
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi
1. Pengetahuan
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 37 66,1
2 Kurang 19 33,9
Total 56 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
lvi
2. Sikap
No Sikap Frekuensi %
1 Positif 34 60,7
2 Negatif 22 39,3
Total 56 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari 56 responden yang sikapnya positif
3. Ketersedian APD
4. Perilaku Aman
Dari Tabel 4.4. diketahui bahwa dari 56 responden yang perilaku amannya
lvii
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
Perilaku Aman
Pengetahuan Baik Kurang Total
n % n % n % P OR
Baik 26 70,3 11 29,7 37 100 0,004 6,618
Tidak baik 5 26,3 14 73,7 19 100 (1,914-22,889)
Jumlah 31 55,4 25 44,6 56 100
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
yang pengetahuannya tidak baik 73,7% perilaku amannya kurang. Dari hasil uji
chi square di dapat nilai P Value = 0,004 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
Dilihat dari nilai OR 6,618 maka dapat diartikan bahwa pengetahuan yang
baik memiliki peluang 7 kali perilaku amannya baik dari pada pengetahuan yang
kurang.
lviii
b. Sikap Dengan Perilaku Aman
Perilaku Aman
Sikap Baik Kurang Total
n % n % n % P OR
Positif 23 67,6 11 32,4 34 100 0,043 3,659
Negative 8 36,4 14 63,6 22 100 (1,185-11,297)
Jumlah 31 55,4 25 44,6 56 100
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
positif 67,6% prilaku amannya baik sedangkan dari 22 responden yang sikapnya
negatif 63,6% perilaku amannya kurang. Dari hasil uji chi square di dapat nilai P
Value = 0,043 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara sikap dengan perilaku aman Karyawan Di PLTU Nagan
Raya
Dilihat dari nilai OR 3,659 maka dapat diartikan bahwa sikap yang positif
memiliki peluang 4 kali perilaku amannya baik dari pada sikap yang negatif.
Perilaku Aman
Ketersediaan Baik Kurang Total
APD n % n % n % P OR
Tersedia 24 68,6 11 31,4 35 100 0,022 4,364
Tidak tersedia 7 33,3 14 66,7 21 100 (1,376-13,841)
Jumlah 31 55,4 25 44,6 56 100
lix
Sumber: data primer (diolah tahun 2013)
APDnya tersedia 68,6% prilaku amannya baik sedangkan dari 21 responden yang
ketersediaan APDnya tidak ada 66,7% perilaku amannya kurang. Dari hasil uji chi
square di dapat nilai P Value = 0,022 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
Dilihat dari nilai OR 4,364 maka dapat diartikan bahwa ketersediaan APD
yang tersedia memiliki peluang 4 kali perilaku amannya baik dari pada
4.2. Pembahasan
hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, tingkat perilaku
pekerja yang perilaku amannya tidak baik pengetahuannya lebih rendah banyak
lx
seharusnya seorang pekerja harus terlebih dahulu mengetahui bahaya dari
pekerjaannya.
Sikap adalah respon yang tidak teramati secara lagsung yang masih
lebih mengacu pada kesiapan dan kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana
reaksi terbuka.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square di dapat nilai
P Value = 0,0043 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan
yang signifikan antara sikap dengan perilaku aman Karyawan Di PLTU Nagan
respondari pekerja yang perilaku amannya tidak baik negatif ini dikarenakan
begitu merespon apa yang disampaikan atasan atau coordinator lapangan ada
beberapa menjawab tidak setuju dengan wewenang yang telah ditetapkan oleh
atasan ada juga pekerja yang menjawab tidak setuju bahwa skill harus dimiliki
karena yang terpenting mereka sudah bisa bekerja dan menjalankan alatnya tidak
lxi
Menurut Teori L. Green (1980), perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor,
salah satunya adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan
sarana kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk
dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud
bahwa sistem yang didalamnya terdapat manusia (sumber dan manusia) dan
fasilitas merupakan salah satu hal yang penting dalam mewujudkan penerapan
kerja yang aman, daripada pekerjaan yang safety karena tempat kerja yang
bagi tenaga kerja. Pada pengguanaan APD harus dipertimbangkan berbagai hal,
seperti pemilihan dan penetapan jenis pelindung diri, standarisasi, pelatihan cara
APDnya tersedia 68,6% prilaku amannya baik sedangkan dari 21 responden yang
ketersediaan APDnya tidak ada 66,7% perilaku amannya kurang. Ini di karenakan
pekerja yang tidak aman mengatakan dari hasil kuesioner bahwa mereka tidak
sesuai dengan pekerjaan mereka. Dan diperkuat dengan hasil uji chi square di
lxii
dapat nilai P Value = 0,022 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya
lxiii
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
2. Kepada petugas PLTU agar lebih meningkatkan lagi kinerja dalam pemberian
peraturan keamanan tentang K3 pada alat pelindung diri para pekerja, agar
4. Dan bila perlu di kenakan sanksi pada pekerja yang melanggar aturan yang
lxiv
DAFTAR PUSTAKA
John Ridley, 2008. Ihktisar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. PT Gelora Aksara
Pratama : Jakarta.
lxv
LAMPIRAN 1
kuesioner
Karakteristik Responden
1. No Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Jabatan :
Pertanyaan
I. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja?
a. Upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari
peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic injury.
b. Upaya penyelamatan diri dari bahayanya pekerjaan
lxvi
a. Ya
b. Bukan
II. Sikap
No pernyataan setuju Tidak setuju
1 Setiap pekerja harus bekerja sesuai
dengan wewenang yang diberikan
2 Seorang coordinator lapangan harus
berhasil memberikan peringatan
terhadap adanya bahaya
3 Papan pengingat harus ditempelkan
ditempat-tempat yang rawan akan
kecelakaan kerja
4 Setiap karyawan harus memiliki skill
dalam mengoperasikan peralatan
pekerjaannya
5 Pengisian alat atau mesin harus sesuai
dengan aturan yang berlaku
6 Setiap karyawan wajib menggunakan
APD
lxvii
b. Tidak
5. Untuk pekerja yang berat apakah APD yang diberikan sudah lengkap?
a. Ya
b. Tidak
6. Pada saat bekerja apakah karyawan mendapatkan APD sesuai dengan
pekerjaannya?
a. Ya
b. Tidak
IV. Perilaku Aman Karyawan
1. Apakah anda mematuhi peraturan yang diberikan atasan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda memahami peringatan-peringatan yang ditempelkan
ditempat anda bekerja?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda menggunakan alah APD dengan lengkap pada saat
bekerja?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda selalu mengamankan alat agar tetap berfungsi dengan
baik?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika alat mengalami kerusakan apakah anda memperbaikinya?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menggunakan peralatan yang susuai?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran II
Tabel Skor
lxviii
No Nama No urut Bobot skor
variabel pertanyaan a/Setuju b/tidak setuju Rentang
Pengetahuan 1 1 0 (6-0)
1 2 1 0
=3
3 1 0
4 1 0 Baik > 3
5 1 0 Kurang < 3
6 1 0
Sikap 1 1 0 (6-0)
2 2 1 0
=3
3 1 0
4 1 0
5 1 0 Positif : skor > 3
6 1 0 Negative : skor < 3
Ketersedian 1 1 0 (6-0)
3 APD 2 1 0
=3
3 1 0
4 1 0
5 1 0 Tersedia : skor > 3
6 1 0 Tidak Tersedia : skor < 3
Perilaku 1 1 0 (6-0)
4 Aman 2 1 0
=3
3 1 0
4 1 0
5 1 0 Baik : skor > 3
6 1 0 Tidak Baik : skor < 3
lxix
GET
FILE='D:\entrian data\devi suriani.sav'.
FREQUENCIES VARIABLES=Pengetahuan sikap APD perilaku
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet1] D:\entrian data\devi suriani.sav
Statistics
N Valid 56 56 56 56
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
lxx
ketersediaan APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
perilaku aman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan sikap APD BY perilaku
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet1] D:\entrian data\devi suriani.sav
Cases
lxxi
pengetahuan * perilaku aman
Crosstab
perilaku aman
kurang Count 5 14 19
Total Count 31 25 56
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.48.
lxxii
Risk Estimate
N of Valid Cases 56
perilaku aman
negative Count 8 14 22
Total Count 31 25 56
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 56
lxxiii
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.82.
Risk Estimate
N of Valid Cases 56
Crosstab
perilaku aman
Total Count 31 25 56
lxxiv
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.38.
Risk Estimate
N of Valid Cases 56
lxxv
DOKUMENTASI PENELITIAN
lxxvi
DOKUMENTASI PENELITIAN
lxxvii