Anda di halaman 1dari 18

TRAVEL DISEASE

DEMAM KUNING (YELLOW FEVER)

Oleh:

Putu Ayu Diah Sri Krisnayanti 17C10136

Komang Triya Widhi Astuti 17C10146

I Nyoman Rai Putra Marthana 17C10164

Ni Luh Putu Devi Wardani 17C10173

Ni Putu Mia Pradina Sari 17C10178

Ni Kadek Prita Dewi Utami 17C10186

I Made Agus Suryawan Putra 17C10192

Indah Novita Anggreni 17C10195

Ni Komamg Kresniari 17C10196

Ni Kadek Ayu Lestari 17C10198

ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Atas asung kertha waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta didorong oleh keinginan
yang tinggi, maka tugas ini kami selesaikan dengan baik. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Travel Disease Demam Kuning (Yellow Fever)”.

Penyusunan makalah ini merupakan kewajiban akademis di dalam menempuh pendidikan


Ilmu Keperawatan di STIKES BALI. Penyusunan ini termotivasi oleh program kampus dalam
meningkatkan minat belajar mahasiswa, bukan hanya dalam kelas melainkan bisa dilakukan di
luar kelas. Hal ini tidak hanya membantu mahasiswa mandiri tetapi juga menambah wawasan
mahasiswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kritik dan saram
yang diberikan oleh pembaca maupun dari kalangan manapun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 5 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... .1
1.1 Latar Belakang..................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................…...2
1.3 Tujuan………...................................................................2
BAB II METODE.................................................................................... .2
2.1 Metode yang digunakan dalam jurnal.......................…….3
2.1.1 Jurnal 1…….………..............................................3
2.1.2 Jurnal 2…………………………...........................3
2.1.3 Jurnal 3…………………………………………...3
2.1.4 Jurnal 4…………………………………………...3
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………..5
3.1 Pembahasan jurnal……………………………………………5
3.1.1 Jurnal 1…………………………………………...5
3.1.2 Jurnal 2…………………………...........................6
3.1.3 Jurnal 3…………………………...........................7
3.1.4 Jurnal 4…………………………..........................10
3.2 Perbandingan jurnal………………………………………….13
BAB IV PENUTUP..................................................................................14
4.1 Kesimpulan........................................................................16
4.2 Saran..................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

KLB (Kejadian luar biasa) merupakan meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemioligis pada suatu daerah dalam waktu tertentu dan menjurus
kepada wabah. Kasus KLB dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab penyakit
baik dari parasit virus, bakteri, jamur ataupun dari vektor binatang. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh virus adalah demam kuning (Yellow Fever).

Demam kuning adalah penyakit demam berdarah (hemoragik) yang disebabkan oleh
nyamuk yang terinfesi virus Demam Kuning. Penyakit ini merupakan penyakit menular
berbahaya. Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20% - 50%, namun pada kasus berat dapat
melebihi 50%. Belum ditemukan pengobatan spesifik untuk penyakit ini. Penyakit Demam
Kuning dapat dicegah melalui vaksinasi dan pengendalian vector. Pemberian vaksin (vaksinasi)
dosis tunggal dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit Demam Kuning seumur
hidup.

Infeksi yang disebabkan oleh flavivirus sangat khas yaitu mempunyai tingkat keparahan
sindrom klinis yang beragam. Mulai dari infeksi yang tidak nampak jelas, demam ringan,
sampaidengan serangan yang mendadak, parah dan mematikan. Jadi, pada manusia penyakit
ini berkisar dari reaksi demam yang hampir tidak terlihat sampai keadaan yang parah. Masa
inkubasi demam kuning biasanya berkisar 3 - 6 hari, tapi dapat juga lebih lama. Penyakit yang
berkembang sempurna terdiri dari tiga periode klinis yaitu : infeksi (viremia, pusing,sakit
punggung, sakit otot, demam, mual, dan muntah), remisi (gejala infeksi surut), dan intoksikasi
(suhu mulai naik lagi, pendarahan di usus yang ditandai dengan muntahan berwarna
hitam,albuminuria, dan penyakit kuning akibat dari kerusakan hati). Pada hari ke delapan,
orang yangterinfeksi virus ini akan meninggal atau sebaliknya akan mulai sembuh. Laju
kematiannya kira-kira 5%dari keseluruhan kasus. Sembuh dari penyakit ini memberikan
kekebalan seumur hidup.

Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik pelancong US yang berkunjung ke negara – negara yang berisiko virus
YF?

Bagaimana model matematia SEIR dari penyebaran virus flavirus pada demam kuning?

Bagaimana kestabilan titik kritis bebas penyakit dan titik kritis endemic penyakit demam kuning?

Bagaimana hasil simulasi penyebaran virus demam kuning pada daerah kestabilannya?

Bagaimana cara mengendalikan dan mengurangi vector penyakit demam kuning?

Tujuan

Mengetahui gambaran karakteristik dari pelancong US yang berencana untuk mengunjungi


negara-negara dengan berisiko virus YF.

Mengetahui model matematika SEIR dari penyebaran virus Flavivirus pada penyakit demam
kuning.

Mengetahui kestabilan titik kritis bebas penyakit dan titik kritis endemic penyakit demam kuning.

Mengetahui hasil simulasi penyebaran virus demam kuning pada daerah kestabilannya.

Mengetahui cara mengendalikan dan mengurangi vector penyakit demam kuning

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode yang digunakan dalam jurnal

2.1.1 Jurnal 1 :

Travel Characteristics and Yellow Fever Vaccine Usage Among US Global


TravEpiNet Travelers Visiting Countries with Risk of Yellow Fever Virus
Transmission, 2009–2011.
Metode :

Analisis ini menggunakan data yang dikumpulkan dari Januari 2009 hingga 31
Maret 2011. Kami menggunakan alat online untuk mengumpulkan data yang direkam
secara rutin pada semua individu yang terlihat untuk konsultasi pra-perjalanan di
(Global Trav Epi Net) GTEN.

Jurnal 2

Pengendalian Vektor

Metode :

Pemberatansan secara kimiawi, fisik dan biologis

Jurnal 3

Yellow Fever Vaccine Booster Doses: Recommendations of the Advisory


Committee on Immunization Practices, 2015.

Metode :

Tidak ada metode yang disertakan dalam jurnal

Jurnal 4

Analisis Kestabilan Model Host Vektor Penyebaran Demam Kuning Pada


Populasi Konstan

Metode :

Studi Pustaka, Melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan materi dari


berbagai sumber seperti buku, jurnal dan internet.

Tahap Identifikasi , Tahap identifikasi meliputi penentuan tujuan penelitian,


survey pendahuluan, tinjauan pustaka, identifikasi metode analisis serta
merumuskan masalah yang akan diteliti.
Mengumpulkan data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif berupa data jumlah penduduk yang diperoleh dari WHO ( World
Health Organization ) dan data mengenai nyamuk demam kuning yang
diperoleh dari beberapa buku, artikel, dan jurnal.

Teknik Analisa Variabel Penelitian ini bersifat kajian kuantitatif terhadap SPD
non linear dengan menggunakan linearisasi. SPD yang dikaji dibangun atas
variabel-variabel , , , , , , adapun langkah kajian pada setiap kombinasi
adalah:

Menetukan titik kritis dari SPD dengan meninjau persamaan pembangun pada
kondisii stagnan, selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks Jacobian.

Menganalisis kestabilan sistem dengan cara melihat tanda akar-akar


polinomiall karakteristik dari matriks Jacobian yang telah dievaluasi pada
titik kritis. Karena polinomial karakteristik dari matriks Jacobian yang
diperoleh berderajat tinggi, maka digunakan bantuan kriteria Routh - Hurwitz
untuk mempermudahnya.

Melakukan simulasi dengan memasukkan nilai-nilai parameter yang telah


ditentukan ke dalam SPD.

BAB III
PEMBAHASAN

Pembahasan jurnal

jurnal 1

Judul :

“Travel Characteristics and Yellow Fever Vaccine Usage Among US


Global TravEpiNet Travelers Visiting Countries with Risk of Yellow Fever Virus
Transmission, 2009–2011”

Metode:

Analisis ini menggunakan data yang dikumpulkan dari Januari 2009 hingga
31 Maret 2011. Kami menggunakan alat online untuk mengumpulkan data yang
direkam secara rutin pada semua individu yang terlihat untuk konsultasi pra-
perjalanan di (Global Trav Epi Net) GTEN.

Tujuan:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik dari


pelancong US yang berencana untuk mengunjungi negara-negara dengan berisiko
virus YF dan penggunaan vaksin YF.

Pembahasan:

Demam kuning / Yellow Fever (YF) disebabkan oleh infeksi dengan


flavivirus(keluarga Flaviviridae) yang ditularkan ke manusia terutama melalui
gigitan Haemagogus spp. dan Aedes spp. Epidemiologi YF terus berubah, yaitu
dibuktikan dengan wabah baru-baru ini di Paraguay pada 2008 dan peningkatan
kasus yang dilaporkan di Afrika Tengah dan Timur pada tahun 2010–2012. Secara
khusus, banyak tujuan populer di Indonesia, Amerika Selatan dan Afrika sub-
Sahara mencakup wilayah dengan risiko penularan virus YF. Strategi pencegahan
yang efektif penggunaan tindakan perlindungan pribadi, seperti penolak serangga
pada kulit dan pakaian, tinggal di akomodasi dengan layar atau AC, dan vaksinasi.
Proporsi tertinggi dari wisatawan yang tidak kebal yang tidak divaksinasi
sebelum perjalanan mereka saat ini adalah orang yang merencanakan perjalanan ke
Ethiopia dan Nigeria (22% dan 16%, masing-masing); alasan paling umum
dilaporkan tidak vaksinasi adalah bahwa pelancong menolak vaksinasi. Kami
menemukan bahwa perempuan lebih cenderung menolak vaksin dibandingkan laki-
laki setelah data disesuaikan dengan usia, pose perjalanan, durasi perjalanan, tujuan,
dan jenis tujuan, kemungkinan alasannya karena biaya, persepsi pasien tentang
risiko vaksinasi, atau persepsi pasien terhadap penyakit tersebut. Selama beberapa
bulan di Indonesia2008, Sanofi Pasteur (satu-satunya produsen-distributor YF
vaksin di Amerika Serikat) melaporkan bahwa botol dosis tunggal
Vaksin YF tidak banyak tersedia, meskipun vial lima dosis
masih tersedia. Dokter melihat pelancong harus secara menyeluruh membahas
kesehatan khususnya risiko, pencegahan gigitan serangga, dan manfaat vaksinasi,
khususnya jika bepergian ke daerah-daerah dengan risiko penularan virus YF.
Wisatawan harus didorong untuk mencari konsultasi pra-perjalanan 4-6 minggu
sebelumnya untuk memungkinkan waktu yang tepat untuk pemberian semua vaksin
lainnya yang direkomendasikan dan memastikan bahwa vaksin YF tersedia.

Jurnal 2

Judul :

Pengendalian Vektor

Metode :

Pemberatansan secara kimiawi, fisik dan biologis

Tujuan :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengendalikan dan
mengurangi vector, sehingga terjad penurunan dalam penularan penyakit pada
manusia.
Pembahasan

Demam kuning pertama kali di laporkan terjadi di Amerika Utara dan


Amerika Selatan pada tahun 1648. Pada saat itu masih banyak orang belum
mengetahui apa penyebab dari demam kuning. Pada tahun 1928 telah ditemukan
penyebab dari demam kuning, Ae. Aegepty diyakini sebagai vector dari penyakit
demam kuning. Virus ini mulai banyak tersebar di Amerika Serikat dan Eropa
karena terbawa oleh orang – orang dari kedua negara tersebut yang sebelumnya
sudah terinfeksi virus demam kuning. Gejala demam kuning terjadi selama 3 – 16
hari. Terdapat tiga tingkatan demam kuning : tahap awal dengan gejala sakit kepala,
gatal pada otot, demam, kehilangan nafsu makan, penyakit kuning, dan muntah.
Tahap kedua yaitu demam dan gejaja dapat diatasi. Tahap ketiga merupakan
tingkatan yang paling berbahaya. Adapun gejalanya antara lain : demam, sakit
kepala, sakit otot, muntah, lidah menjadi merah dan serangan tiba – tiba misalnya
koma dan meninggal dunia. Penyakit belum memiliki pengobatan yang khusus
tetapi dapat dicegah dengan menghindar dari gigitan nyamuk, menggunakan zat
penolak serangga, pakaian proteksi dan menggunakan kelambu.

Jurnal 3

Judul :

Yellow Fever Vaccine Booster Doses: Recommendations of the Advisory


Committee on Immunization Practices, 2015.

Metode : -

Tujuan :

Untuk mengetahui manfaat dan efek samping darivaksin demam kuning.

Pembahasan :
Demam kuning adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang
bersifat endemic ke sub-Sahara Afrika dan Amerika Selatan tropis. Di seluruh
dunia, virus demam kuning menyebabkan sekitar 200.000 kasus klinis penyakit dan
30.000 kematian setiap tahun . Rasio fatalitas kasus untuk demam kuning parah
adalah 20% -50% . Karena tidak ada perawatan khusus, pencegahan melalui
vaksinasi sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan kematian akibat infeksi
virus demam kuning. Risiko seorang pelancong yang mengalami demam kuning
bervariasi berdasarkan musim, lokasi, kegiatan, dan durasi perjalanan mereka.
Untuk 2 minggu, perkiraan risiko penyakit dikaitkan dengan demam kuning untuk
pelancong yang tidak divaksinasi ke Afrika Barat adalah 50 kasus per 100.000
populasi; untuk Amerika Selatan, risiko sakit adalah lima kasus per 100.000
populasi.

Vaksin demam kuning direkomendasikan untuk orang berusia lanjut ≥9


bulan yang bepergian ke atau tinggal di daerah dengan risiko untuk transmisi virus
demam kuning, persyaratan dimaksudkan untuk meminimalkan potensi impor dan
penyebaran virus demam kuning. Saat ini, Internasional Peraturan Kesehatan
menetapkan bahwa dosis vaksin demam kuning berlaku selama 10 tahun. Karena
itu, saat ini, pelancong ke Negara harus memiliki persyaratan masuk vaksinasi
demam kuning menerima dosis vaksin demam kuning dalam 10 tahun terakhir.
Perubahan terbaru untuk rekomendasi vaksin demam kuning. Pada April 2013,
Strategis Organisasi Kesehatan Dunia Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi
menyimpulkan bahwa dosis tunggal vaksin demam kuning cukup untuk diberikan
kekebalan berkelanjutan dan perlindungan seumur hidup terhadap demam kuning,
dan bahwa dosis penguat tidak diperlukan. Kesimpulan ini didasarkan pada
tinjauan sistematis dari studi yang dipublikasikan pada durasi kekebalan setelah
dosis tunggal vaksin demam kuning, dan pada data yang menunjukkan kegagalan
vaksin sangat luar biasa jarang dan tidak meningkat frekuensinya dengan waktu
sejak vaksinasi. Kelompok penasehat mencatat bahwa studi masa depan dan data
pengawasan harus digunakan untuk mengidentifikasi kelompok risiko tertentu,
seperti orang yang terinfeksi virus human immunodeficiency virus (HIV) atau bayi,
yang mungkin mendapat manfaat dari dosis penguat.
Efek samping serius yang dapat terjadi yaitu penyakit neurologis terkait
vaksin demam kuning dianggap sebagai risiko kritis untuk menilai kebutuhan dosis
penguat vaksin demam kuning. Sembilan studi observasi disediakan data tentang
efek samping serius untuk 333 juta yang didistribusikanm dosis vaksin demam
kuning. Secara keseluruhan, 1.255 orang dilaporkan memiliki efek samping serius
setelah vaksinasi demam kuning. Bagi sebagian besar (84%) orang, tidak diketahui
apakah efek samping terjadi setelah dosis primer atau pendorong vaksin. Dari 201
orang dengan peristiwa buruk yang serius di mana tipe dosis diketahui, 14 (7%)
dari efek samping terjadi setelah dosis pendorong vaksin. Efek samping yang
terjadi selanjutnya yaitu penyakit viscerotropik. Delapan studi observasi disediakan
data penyakit viscerotropik untuk 437 juta dosis yang didistribusikan vaksin
demam kuning. Sebanyak 72 orang mengalami penyakit viscerotropik terkait
vaksin demam kuninng. Dari 31 orang yang tipe dosisnya diketahui, satu (3%)
menderita penyakit viscerotropik setelah menerima dosis tambahan vaksin; tidak
ada pengujian laboratorium untuk menilai kausalitas vaksin dilakukan untuk kasus
itu. Penyakit neurologis. Delapan studi observasi disediakan data penyakit
neurologis untuk sekitar 462 juta dosis vaksin demam kuning yang didistribusikan
(3). Sebanyak 218 orang memiliki penyakit neurologis terkait vaksin demam
kuning. Dari 110 orang di mana jenis dosis diketahui, tiga (3%) orang melaporkan
penyakit neurologis setelah menerima booster dosis vaksin.

Berdasarkan data yang tersedia, ACIP memilih untuk tidak lagi


merekomendasikan dosis vaksin penguat demam kuning untuk sebagian besar
pelancong, karena dosis tunggal vaksin demam kuning menyediakan perlindungan
jangka panjang. Namun, dosis tambahan vaksin demam kuning direkomendasikan
untuk populasi tertentu (wanita hamil, hematopoietic penerima transplantasi sel
induk, dan orang yang terinfeksi HIV) yang mungkin tidak memiliki respon imun
yang kuat atau berkelanjutan terhadap vaksin demam kuning dibandingkan dengan
penerima lain. Selanjutnya, dosis tambahan dapat diberikan kepada kelompok
tertentu yang diyakini memiliki peningkatan risiko penyakit demam kuning
karenalokasi dan lamanya perjalanan atau karena lebih konsisten paparan virus
yang mematikan (pekerja laboratorium).
Jurnal 4

Judul :

Analisis Kestabilan Model Host Vektor Penyebaran Demam Kuning Pada


Populasi Konstan

Metode

Studi Pustaka, Melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan materi dari


berbagai sumber seperti buku, jurnal dan internet.

Tahap Identifikasi , Tahap identifikasi meliputi penentuan tujuan penelitian,


survey pendahuluan, tinjauan pustaka, identifikasi metode analisis serta
merumuskan masalah yang akan diteliti.

Mengumpulkan data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif berupa data jumlah penduduk yang diperoleh dari WHO ( World
Health Organization ) dan data mengenai nyamuk demam kuning yang
diperoleh dari beberapa buku, artikel, dan jurnal.

Teknik Analisa Variabel Penelitian ini bersifat kajian kuantitatif terhadap SPD
non linear dengan menggunakan linearisasi. SPD yang dikaji dibangun atas
variabel-variabel , , , , , , adapun langkah kajian pada setiap kombinasi
adalah:

Menetukan titik kritis dari SPD dengan meninjau persamaan pembangun pada
kondisii stagnan, selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks Jacobian.

Menganalisis kestabilan sistem dengan cara melihat tanda akar-akar


polinomiall karakteristik dari matriks Jacobian yang telah dievaluasi pada
titik kritis. Karena polinomial karakteristik dari matriks Jacobian yang
diperoleh berderajat tinggi, maka digunakan bantuan kriteria Routh - Hurwitz
untuk mempermudahnya.

Melakukan simulasi dengan memasukkan nilai-nilai parameter yang telah


ditentukan ke dalam SPD.

Tujuan

Mendapatkan model matematika SEIR dari penyebaran virus Flavivirus pada


penyakit demam kuning pada populasi manusia dan nyamuk.

Mendapatkan kestabilan titik kritis bebas penyakit dan titik kritis endemik.

Mendapatkan hasil simulasi penyebaran virus demam kuning pada daerah


kestabilannya.

Pembahasan

Dari hasil data pada jurnal dapat dilihat bagaimana pnyebaran demam kuning pada
populasi manusia dan nyamuk. Dengan nilai awal sebesar 18.250.000 jiwa untuk manusia
rentan dan 16.109.250 jiwa untuk nyamuk rentan, terlihat jumlah manusia dan nyamuk
yang rentan langsung turun pada bulan ke 1 dan akan stabil pada bulan ke 100. Dengan
nilai awal sebesar 16.666,667jiwa dan 8.008.000 jiwa untuk manusia dan nyamuk ekspose,
5.000 jiwa dan 743.250 jiwa untuk manusia dan nyamuk terinfeksi, kedua kelompok
populasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terlihat pada bulan ke 5 sampai
bulan ke 20, populasi manusia ekspos mengalami peningkatan dan turun pada bulan ke 25.
Sedangkan pada populasi nyamuk ekspos langsung meningkat dari bulan pertama dan akan
turun pada bulan ke 10. Terlihat bahwa kenaikan populasi ekspose lebih besar daripada
populasi terinfeksi. Hal ini dikarenakan banyaknya populasi rentan yang masuk ke populasi
ekspose. Populasi manusia dan nyamuk ekspos mengalami penurunan karena sebagian dari
populasi ekspos yang sudah siap untuk mrnginfeksi masuk ke populasi terinfeksi. Pada
simulasi terlihat bahwa penyakit akan terus ada di dalam kurun waktu lebih dari 100 bulan
kedepan. Dalam grafik terlihat bahwa populasi akan menuju ke angka kestabilan pada
bulan ke 50.
Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa penyakit demam kuning bersifat
endemik. Endemik berarti penyakit yang terjadi dengan laju konstan namun cukup tinggi
pada suatu populasi. penelitian yang dilakukan terhadap penyebaran penyakit demam
kuning dengan menggunakan model epidemik SEIR memberikan hasil bahwa dengan
menggunakan model tersebut terlihat bahwa penyakit demam kuning akan menetap dalam
kelompok populasi yang diamati.

Perbandingan Jurnal

Dari ke empat jurnal yang telah dianalisa, jurnal yang berjudul “Travel Characteristics and
Yellow Fever Vaccine Usage Among US Global TravEpiNet Travelers Visiting Countries with
Risk of Yellow Fever Virus Transmission, 2009–2011” lah yang paling bagus. Karena dalam
tersebut memuat tentang bagaimana penyebaran penyakit demam kuning, dan menyampaikan
bagaimana cara mencegah tertularnya penyakit demam kuning tersebut. Dalan jurnal disampaikan
bahwa penyakit demam kuning atau sering disebut yellow fever ( YF ) adalah salah satu penyakit
travel disease disebabkan oleh infeksi dengan flavivirus(keluarga Flaviviridae) yang ditularkan ke
manusia terutama melalui gigitan nyamuk. Kasus penyakit demam kuning sering terjadi khususnya
pada daerah yang merupakan destinasai wisata. Hal yang perlu dilakukan oleh wisatawan untuk
mencegah tertularnya penyakit ini adalah menggali informasi kesehatan tentang tempat wisata
yang akan dikunjungi, melindungi diri dari gigitan nyamuk, dan juga melakukan vaksinasi

Selain itu, jurnal tersebut juga menggunakan metode yang relevan yaitu dengan metode
menganalisis menggunakan data yang dikumpulkan dari Januari 2009 hingga 31 Maret 2011,
mengumpulkan data yang direkam secara rutin pada semua individu yang terlihat untuk konsultasi
sebelum melakukan perjalanan wisatanya di (Global Trav Epi Net) GTEN yang merupakan
konsorsium praktik kesehatan perjalanan AS. Sehingga data yang penulis pakai benar benar
tentang bagaimana demam kuning tersebar kepada wisatawan dan bagaimana cara yang harusnya
dilakukan wisatawan agar tidak tertular penyakit demam kuning.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Jurnal pertama yang berjudul “Travel Characteristics and Yellow Fever Vaccine
Usage Among US Global TravEpiNet Travelers Visiting Countries with Risk of
Yellow Fever Virus Transmission, 2009–2011” membahas karakter demam kuning,
vaksin dan bagiamana cara yang dapat dilakukan wisatawan agar tidak tertulah
penyakit demam kuning ketika melakukan perjalanan wisatanya

Junal kedua yang berjudul “Pengendalian Vektor” membahas penyebab dari


demam kuning adalah Ae. Aegepty yang diyakini diyakini sebagai vector dari penyakit
demam kuning. Virus ini mulai banyak tersebar di Amerika Serikat dan Eropa karena
terbawa oleh orang – orang dari kedua negara tersebut yang sebelumnya sudah
terinfeksi virus demam kuning. Gejala demam kuning terjadi selama 3 – 16 hari.
Terdapat tiga tingkatan demam kuning : tahap awal dengan gejala sakit kepala, gatal
pada otot, demam, kehilangan nafsu makan, penyakit kuning, dan muntah. Tahap kedua
yaitu demam dan gejaja dapat diatasi. Tahap ketiga merupakan tingkatan yang paling
berbahaya. Adapun gejalanya antara lain : demam, sakit kepala, sakit otot, muntah,
lidah menjadi merah dan serangan tiba – tiba misalnya koma dan meninggal dunia.

Jurnal ketiga membahas bahwa demam kuning adalah penyakit virus yang
ditularkan oleh nyamuk yang bersifat endemic sehingga vaksin demam kuning
direkomendasikan untuk orangyang bepergian atau tinggal di daerah dengan risiko
untuk transmisi virus demam kuning.Vaksin demam kuning memiliki efek samping
serius apabiladiberikan dengan dosis yang tidak tepat seperti penyakitneurologis dan
viscerotropik sehingga ACIP memilih untuktidak lagi merekomendasikan dosis vaksin
penguat demamkuning untuk sebagian besar pelancong, karena dosis tunggal vaksin
demam kuning menyediakan perlindungan jangkapanjang. Namun, dosis tambahan
vaksin demam kuning direkomendasikan untuk populasi tertentu (wanita hamil,
hematopoietic penerima transplantasi sel induk, dan orang yang terinfeksi HIV) yang
mungkin tidak memiliki respon imun yang kuat.

Jurnal ke 4 membahas tentang bagaimana pnyebaran demam kuning dilihat pada


populasi manusia dan nyamuk. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa penyakit
demam kuning bersifat endemik. Endemik berarti penyakit yang terjadi dengan laju
konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi. penelitian yang dilakukan terhadap
penyebaran penyakit demam kuning dengan menggunakan model epidemik SEIR
memberikan hasil bahwa dengan menggunakan model tersebut terlihat bahwa penyakit
demam kuning akan menetap dalam kelompok populasi yang diamati.

Dari ke empat jurnal yang telah dianalisa, penulis menyimpulkan bahwa jurnal
yang berjudul “Travel Characteristics and Yellow Fever Vaccine Usage Among US
Global TravEpiNet Travelers Visiting Countries with Risk of Yellow Fever Virus
Transmission, 2009–2011” lah yang paling bagus. Karena dalam tersebut memuat
tentang bagaimana penyebaran penyakit demam kuning, dan menyampaikan
bagaimana cara mencegah tertularnya penyakit demam kuning tersebut. Dalan jurnal
disampaikan bahwa penyakit demam kuning atau sering disebut yellow fever ( YF )
adalah salah satu penyakit travel disease disebabkan oleh infeksi dengan
flavivirus(keluarga Flaviviridae) yang ditularkan ke manusia terutama melalui gigitan
nyamuk. Kasus penyakit demam kuning sering terjadi khususnya pada daerah yang
merupakan destinasai wisata. Hal yang perlu dilakukan oleh wisatawan untuk
mencegah tertularnya penyakit ini adalah menggali informasi kesehatan tentang tempat
wisata yang akan dikunjungi, melindungi diri dari gigitan nyamuk, dan juga melakukan
vaksinasi

Selain itu, jurnal tersebut juga menggunakan metode yang relevan yaitu dengan
metode menganalisis menggunakan data yang dikumpulkan dari Januari 2009 hingga
31 Maret 2011, mengumpulkan data yang direkam secara rutin pada semua individu
yang terlihat untuk konsultasi sebelum melakukan perjalanan wisatanya di (Global
Trav Epi Net) GTEN yang merupakan konsorsium praktik kesehatan perjalanan AS.

Saran

Dari jurnal yang telah di analisa, penulis seharusnya menyertakan tentang


metode yang digunakan dalam penelitiannnya. Dalam jurnal penulis kurang
menjelaskan secara lebih luas tentang pengendalian vector, penulis kurang menjelaskan
pengendalian dan pemberatasan vector secara fisik dan biologis. Data tentang jumlah
pelancong US yang menerima dan menolak vaksin YF kurang dicantumkan dalam
jurnal. Seharusnya jurnal mencatumkan kondisi yang seperti apa dapat menimbulkan
atau memperberat efek samping dari vaksin demam kuning. Diharapkan penulis jurnal
menulis informasi demam kuning lebih lengkap lagi terkait penyebarannnya sebagai
penyakit travel disease. Selain itu, penulis seharusnya menulis bagaimana hasil
penelitiannya dengan jelas agar dapat dipahami oleh pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai