Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

A. PENDAHULUAN
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan
penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran
pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang
yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya
sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda
yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit
utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa
beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar
istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan
penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA
mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi
Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common
cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk
penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-
negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun
dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan
kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia
yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk
peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae,
Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus
influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan
keperawatan pada klien dengan Pneumonia”

1. Defenisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan
atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium.
(secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen
Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan
penyakit yang banyak dijumpai.

2. Etioligi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus. Bakteri
staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering
menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia lain
disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang
relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarkan beberapa
aspeknya berada diantara bakteri dan virus.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia,
tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala
mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda (untuk
staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan sesak atau kesulitan
bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat menyebabkan
atelektasis absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler atau akibat
reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

4. Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai macam
penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia, pneumonitis hypersensitive
dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang
paling jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran pernafasan
atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru melalui
beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan kedalam
udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi
pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat menjadi
patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi
sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau bertahan
dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens mukosiliaris, dan
fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk ke
dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi
respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme
merusak membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapiler. Inflamasi dan edema
menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat,
yang menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh
staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons inflamasi,
dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya mengarah pada
perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya
bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri
dengan memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak
sel-sel epitel bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian
bawah.
.

5. Penyimpangan KDM

B. PEMERIKSAAN RONTGEN
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara
pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau
beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya >
10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit
dapat normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga
terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 – 25 pada penderita yang tidak
diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah
batas normal. Analisis gas darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

D. KOMPLIKASI
Menurut Suyono (2003) komplikasi pneumonia antara lain Efusi pleura dan emfisema.
Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi para
pneumonik gram negatif sebesar 60%, staplilococus aureus 50%, S. Pneumoniae 40-60%,
kuman anaerob 35%. Sedang pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%. Cairannya
transudat dan sterill, Komplikasi sistemik, dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia
berupa menungitis. Dapa juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik,
peningkatan ureum dan enzim hati, Hipoksemia akibat gangguan difusi, Pneumonia kronis
yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob
s. Aureus dan kuman gram (-), Bronkietaksis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa
anakanak tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis
atau hipogamaglobulinemia, tuberkolosis, atau pneumonia nekrotikans.

E. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan
intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Angka
kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan ,
sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease
Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan
berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar
2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko
kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas. Di RS
Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999
adalah 21%, sedangkan di RSUD Dr. Soetomo angka kematian 20 -35%.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2013) antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme jalan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya
eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil : klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal,
tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Pastikan kebutuhan oral suctioning
2) Auskultasi nafas sebelum dan sesudah suctioning
3) Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4) Lakukakn fisioterapi dada jika perlu
5) Monitor status O2 pasien
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh, deformitas
dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,
keletihan otot spinal
NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV
Kriteria Hasil : mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips, klien tidak merasa tercekik, irama,
frekwency dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.
NIC :
1) Posisikan semi fowler
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Pasang mayo jika perlu
4) Berikan bronkodilator
5) Auskultasi suara nafas
6) Monitor pola nafas
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam,
kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan NOC : fluid
balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan Kriteria Hasil : mempertahankan
urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ
urine normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi
(turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
berlebihan)
NIC :
1) Pertahankan intake dan output yang akurat
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor Vital sign
4) Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
6) Kolaborasikan pemberian cairan IV
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi,
kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.
NIC : ADL, pemulihan tenaga
Kriteria Hasil : mampu melakukan aktivitas secara mandiri, berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disretai peningkatan TTV
NIC :
1) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam menyiapkan
program terapi yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Kaji adanya faktor penyebab kelelahan
4) Monitor respons kardiovaskuler terhadap aktivitas
5) Monitor lama istirhatanya pasien
6) Monitor nutrisi dan sumber tenaga adekuat

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan kognitif, salah


interpretasi informasi, kurang paparan
NOC : proses penyakit, proses penyembuhan
Kriteria Hasil : klien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
prognosis dan program pengobatan
NIC :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
prose penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi tentang penyakit
3) Gambarkan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses penyakit
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:


Nama/Umur : Ny.N / 29 No telepon : (0736)23145
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl.Cimanuk
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei 2012, jam
10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
 Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek
seminggu sebelum masuk RS.
 Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum
masuk RS.
 Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas
terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
 Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah
sejak 2 hari sebelum masuk RS.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk
mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
 Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang
kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua
anak mengatakan kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak
nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
 Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak
napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan
lain-lain.

3. Pola Fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
 Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
 Diet/suplemen khusus: tidak ada
 Intruksi diet sebelumnya: -
 Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
 Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :
BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).
 Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
 Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
 Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan
abnormal: tidak ada
 Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
 Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
 Jenis makanan : KH, protein, lemak
 Pantangan/alergi : tidak ada
c. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
 Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi
 Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
 Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
 Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari
 Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia): Tidak ada
 Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
 Lain-lain
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri 3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur

Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e. Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur : 7 jam/malam Tidur siang: 2 Tidur sore: -
 Waktu : 21.00 WIB
 Kebiasaan menjelang tidur : -
 Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
 Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar

f. Pola Kognitif Dan Persepsi


 Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
 Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
 Kemampuan berkomunikasi : Ya ( √ ), tidak ( )
 Kemampuan memahami : Ya ( √ ), tidak ( )
 Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu dengar ( )
 Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
 Vertigo : Ada
 Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
 Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
 Lain-lain : -
g. Persepsei Diri Dan Konsep Diri
 Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
 Lain-lain : -
h. Pola Peran Hubungan
 Pekerjaan : -
 Sistem pendukung : pasangan (√ ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga serumah
(√), keluarga tinggal berjauhan ( )
 Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
 Kegiatan sosial :
 Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
 Lain-lain :
i. Pola Seksual Dan Reproduksi
 Masalah seksual b.d penyakit : -
j. Pola koping dan toleransi stress
 Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien
tidak mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
 Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
 Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya
 Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
 keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
 lain-lain : -
k. Keyakinan agama dalam kehidupan
 Agama : Pasien beragama Islam
 Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya
adalah cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak
gelisah.
- BB : 10 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg )
- TB : 70 cm
 TTV :
- TD : 130 / 90 mmHg
- ND : 120 x / i
- RR : 32 x / i
- S : 39 ºC
 Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
 Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
 Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
 Telinga : DBN
 Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
 Hidung : Pernapasan cuping hidung
 Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
 Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
- Perkusi : redup
- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
 Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia
d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
 Leokosit = 16.000/mm3
 Hb = 10,5 gr/dl
 Trombosit =265.000/mm3
 Hematokrit = 44%
 Albumin = 3,01 gr/dl
 Protein total = 5,86 gr/dl

2. ANALISA DATA
Nama klien : An. E (59 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan


 Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak bronkial dan farenkim nafas tidak efektif
napas paru, pembentukkan
 Klien mengatakan batuk dengan dahak yang edema dan peningkatan
kental dan sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di
tengorokkan
 Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
 Klien tampak kesulitan bernapas
 TTV:
- TD: 130/90 mmHg
- N : 12X/i
- RR : 32x /i
 Pernafasan Cuping Hidung
 Takipnea (+)
 Dispnea (+)
 Pernafasan dangkal
 Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
 Perfusi paru redup
 Premetus menurun pada kedua paru
 Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
 Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
 Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia
2 DS: Inflamasi parenkim Nyeri
 Klien mengatakan nyeri dada paru, reaksi seluler
 Klien mengatakan sakit kepala terhadap sirkulasi
 Klien mengatakan sendi nyeri toksin dan batuk
DO: menetap.
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
 Klien tampak memegang di daerah dada dan
melindungi daerah yang sakit
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)
3 DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi
 Klien mengatakan batuk berdahak toksin bakteri, bau dan kurang dari
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket rasa sputum kebutuhan tubuh
ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan malam)
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari
65 Kg menjadi 64 Kg
 Klien mengatakan lemah
DO:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat
batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
 Mukosa bibir klien kering
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120 x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa data Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan


dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
produksi sputum
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
batuk menetap.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
bakteri, bau dan rasa sputum

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1. Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2. Auskultasi area paru, catat
2. Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3. Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4. Penghisapan sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5. Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6. Alat untuk menurunkan
6. Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
7. Cairan diperlukan untuk
mengganti kehilangan dan
memobilisasi sekret.
7. Berikan cairan tambahan
misalnya : Intravena,oksigen
humidifikasi, dan ruang
8. Mengevaluasikan kemajuan
humidifikasi. dan efek proses penyakit dan
8. Awasi sinar X dada, memudahkan pemilihan terapi
GDA, nadi oksimetri. yang diperlukan.
9. Kadang-kadang diperlukan
untuk membuang perlengketan
mukosa. Mengeluarkan sekresi
9. Bantu bronkostropi / purulen, mencegah atelektasis.
toresentesis bila
diindikasikan.
Nyeri Nyeri Mandiri :
berhubungan berhubungan1. Tentukan karakteristik
1. Nyeri dada biasanya ada
dengan dengan nyeri, misalnya : tajam, dalam beberapa derajat pada
inflamasi inflamasi konstan, selidiki perubahan peneumonia,juga dapat timbul
parenkim paru, parenkim karakter / lokasi nyeri dan komplikasi pneumonia seperti
reaksi seluler paru, reaksi ditusuk. perikarditis dan indokarditis.
terhadap seluler 2. perubahan frekuensi jantung
sirkulasi toksin terhadap 2. Pantau tanda vital. atau TD menunjukkan bahwa
dan batuk sirkulasi pasien mengalami nyeri,
menetap. toksin dan khususnya bila alasan lain
batuk untuk perubahan tanda vital
menetap. telah terlihat.
3. tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan
3. Berikan tindakan nyaman lembut dapat menghilangkan
misalnya, pijatan punggung, ketidak nyamanan dan
perubahan posisi, musik memperbesar efek terapi
tenang, relaksasi atau latihan analgesik.
napas. 4. Pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
4. Tawarkan pembersihan mengeringkan membran
mulut dengan sering. mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.

5.Alat untuk menontorl ketidak


nymanan dada sementara
meningkatkan keefektifan
5. Anjurkan dan bantu pasien upaya batuk.
dalam teknik menekan dada
selama episode batuk.
6. Obat ini digunakan untuk
menekan batuk non produktif
Kolaborasi : atau proksismal atau
6. Berikan analgesik dan menurunkan mukosa
atitusip sesuai indikasi. berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
umun.
Perubahan Setelah Mandiri :
nutrisi kurang dilakuakn 1. Identifikasi faktor yang1. Pilihan intervensi
dari kebutuhan intervensi menimbulkan mual atau terganggung pada penyebab
tubuh keperawatan muntah misalnya: sputum masalah.u kebersihanmulut
berhubungan selama 3 x banyak, pengobatan aerosol, setelah muntah, setelah
dengan 24 jan, dispenea berat, nyeri. tindakan aerosol dan drainase
anoreksia, diharapkan postur sebelem maka.
akibat toksin kebutuhan 2. Menghilangkan tanda bahaya,
bakteri dan rasa nutrisi dapat2. Berikan wadah tertutup rasa bau, dari lingkungan pasien
sputum . terpenuhi. untuk sputum dan buang dan dapat menurunkan mual.
sesering mungkin. Berikan 3. Menurunkan efek mual yang
atau bantu. berhubungan dengan
3. Jadwalkan pengobatan pengobatan ini.
pernapasan sedikitnya 1 jam 4. Bunyi usus mungkin menurun
sebelum makan. / tak ada bila proses infeksi
4. Auskultasi bunyi usus. memanjang. Distensi abdomen
Observasi atau palpasi terjadi sebagai akibat menelan
distensi abdomen. udara atau menunjukkan
pengaruh toksin, bakteri pada
saluran GI.
5. Tindakan ini dapat
meningkatka masukkan
meskipun nafsu makan
5. Berikan makan dengan pori mungkin lambat untuk kembali.
kecil dan sring termasuk
dengan makan kering ( roti 6. Adanya kondisi kronis (
panggang ) dan makanan PPOM atau alkoholisme ) atau
yang menarik untuk pasien. keterbatasan keuangan dapat
6. Evaluasi status nutrisi menimbulkan malnutrisi,
umum, ukuran berat badan rendahnya tahanan terhadap
dasar. innfeksi lambatnya respon
terhadap terapi.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.Dx Tanggal Jam Implementasi Paraf/Nama

1 Rabu, 26 00.09
1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan
dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 130/90 mmhg
 N : 120 x/i
 RR : 32x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan
dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8. Memberikan oksigen sesuai indikasi
9. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
10. Membantu bronkostropi sesuai indikasi
Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi
2 Rabu, 26 00.09
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya :
Mei 2012 WIB tajam, konstan, selidiki perubahan karakter /
lokasi nyeri dan ditusuk.
Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di
bagian dada.
2. Memantau tanda vital
Dengan hasil :
 TD : 130/90 mmhg
 N : 120 x/i
 RR : 32x /i
3. Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan
punggung, perubahan posisi, musik tenang,
relaksasi atau latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman
4. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran
5. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai
indikasi.
3 Rabu, 26 09.00
1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien mual dan muntah
disebabkan sputum banyak.
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya
1 jam sebelum makan.
Dengan Hasil:
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang )
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi
kecil
6. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

1 Kamis, 27 09.00
1. Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 25x/i,
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 120/80mmhg
 N : 80 x/i
 RR : 26x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang
dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif dan
mengeluarkan dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien
mau minum air hangat.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
2 Kamis, 27 09.00
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,
Mei 2012 WIB konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri
dan ditusuk.
Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi
2. Memantau tanda vital.
Dengan Hasil:TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 25x /i
3. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
4. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :
5. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.
3 Kamis, 27 09.00
1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum
Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan
dalam porsi kecil
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
1 Jumat, 28 09.001. Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 24x/i.
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 120/80 mmhg
 N : 80 x/i
 RR : 24x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada
4. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan
intake 2500 ml
5. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
6. Memberikan oksigen sesuai indikasi
7. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA normal.
2 Jumat, 28 09.00
1. Memantau tanda vital.
Mei 2012 WIB Dengan Hasi l: TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 25x /i
2. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
3. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.
3 Jumat, 28 09.001. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi
2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1
porsi penuh
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 62 Kg

6. EVALWASI
No.Dx Tanggal Jam Perkembangan SOAP Paraf/Nama

1 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
 Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang
O:
 Klien dapat mengeluarkan dahaknya
 Krekels dan stredor (+)
 Dispnea berkurang
 TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- N : 100x/i
- RR : 27x /i
 Klien masih mendapat oksigen

A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat


mengeluarkan dahak dengan efektif dan
sesak nafas berkurang.

P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji frekuensi kedalaman nafas
 Pantau terus TTV
 Auskultasi area paru
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
 Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi
 Awasi GDA

2 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan nyeri berkurang
 Klien mengatakan badannya masih lemah
O:
 Klien tampak agak nyaman
 Gelisah berkurang
 Dispneu berkurang
 TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- o N : 100 x/i
- RR : 27x /i
 Mukosa bibir masih kering dan pucat
 Dispnea (+)
 Perfusi paru redup
 Premetus menurun pada kedua paru
- Akral hangat sianosis
- Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
- Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri berkurang, klien merasa agak
nyaman.
P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji terus karekteristik nyeri
 Pantau terus TTV
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan batuk berdahak
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket
ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya
mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan
(pagi,siang dan malam)
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan lemah
O:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 125/80 mmhgs
- o N : 100 x/i
- RR : 27x /i
 Akral hangat
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
 Indentifikasi mual
 Menjadwalkan pengobatan
 Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
 Evaluasi terus status nutrisi
1 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
 Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
 Klien dapat mengeluarkan dahaknya
 Krekels dan stredor (-)
 Dispnea tidak ada
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 25x /i

A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat


mengeluarkan dahak dengan efektif, dispnuea
tidak ada

P : Intervensi dilanjutkan :
 Pantau terus TTV
 Auskultasi area paru
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
 Awasi GDA
2 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
 Klien mengatakan badannya sudah merasa segar
O:
 Klien merasa nyaman
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
 Mukosa bibir masih kering dan pucat
 Dispnea (-)
 Perfusi paru redup
 Akral hangat
 Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
 Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien mengatakan


nyeri tidak ada, klien merasa nyaman, badan
pasien segar,

P : Intervensi dilanjutkan :
 Pantau terus TTV
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan saat batuk sputum keluar.
 Klien mengatakan masih blum nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
dan sudah berkurang
 Klien tampak mengabiskan makanan dalam ½
porsi setiap kali makan
 Kulit klien masih tampak kering
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 120/80 mmhgs
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
 Akral hangat
A : Masalah teratasi sebagian : Mengidentifikasi
pengeluaran sputum, observasi distensi
abdomen, dan status gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
 Indentifikasi mual
 Menjadwalkan pengobatan
 Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
 Evaluasi terus status nutrisi
1 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah tidak batuk
 Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
 Klien mengatakan tidak ada sputum
 Krekels dan stredor (-)
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 24x /i

A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak


lagi
sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area paru
normal, intake cairan tercukupi
P : Intervensi dihentikan
2 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
 Klien mengatakan badannya sudah segar

O:
 Klien merasa nyaman
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- o N : 80 x/i
- RR : 24x /i
 Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi
 Dispnea (-)
 Perfusi paru Normal
 Akral hangat
 Kapilari refile kembali dalam 2 detik

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.
3 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak batuk lagi
 Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
 Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada
sputum
 Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1
porsi penuh setiap kali makan
 Kulit klien sudah normal
 Hb : 14 gr / dl
 Protein total : 7,5 gr / dl
 Albumin 3,4gr / dl
 BB : 62 kg
 TTV:
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/i
- RR : 24x /i
 Akral hangat

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi Keperawatan dihentikan


DAFTAR PUSTAKA

http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai