Anda di halaman 1dari 14

SKRINING MALARIA NON LABORATORIUM

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/01/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan
oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala
PENGERTIAN
demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa. Skrining
nonlaboratorium adalah rangkaian kegiatan anamnesa dan
pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan diagnosis banding malaria.
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur/tindakan
5. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien
Pada anamnesa sangat penting diperhatikan :
a. Keluhan utama : demam, mengigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria.
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfusi darah.
g. Gejala klinis pada anak dapat tidak khas.
6. Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
PROSEDUR a. Pada periode demam
1) Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat
dapat sampai 40⁰C dan kulit kering
2) Pucat
3) Nadi cepat
4) Pernafasan cepat (takipnea)
b. Pada periode dingin dan berkeringat:
1) Kulit teraba dingin dan berkeringat
2) Nadi teraba cepat dan lemah
3) Kondisi tertentu ditemukan penurunan kesadaran
c. Kepala : konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis, dan
pada malaria serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
d. Toraks : terlihat pernafasan cepat
e. Abdomen : teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat juga
asites
7. Evaluasi tindakan
8. Cuci tangan
9. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. IGD
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KASUS MALARIA
TANPA KOMPLIKASI

RS TK. III 03.06.01 CIREMAI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman
CIREBON SPO/03.04.09/02/X/2016 1/1
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Pemeriksaan laboratorium pada pasien diduga malaria sebagai alat
PENGERTIAN penegak diagnosa yang digunakan sebagai acuan dalam
pengobatan pasien.
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis ditemukan
parasit plasmodium, atau
b. Menggunakan Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT)
6. Petugas menegakkan diagnosa klinis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa (Trias Malaria:
panas, menggigil, berkeringat), pemeriksaan fisik, dan
ditemukannya parasit plasmodium pada pemeriksaan
mikroskopis apusan darah tebal / tipis.
PROSEDUR Klasifikasi:
a. Malaria falsiparum, ditemukan Plasmodium falsiparum
b. Malaria vivaks ditemukan Plasmodium vivax
c. Malaria ovale ditemukan Plasmodium ovale
d. Malaria malariae ditemukan Plasmodium malariae
e. Malaria knowlesi ditemukan Plasmodium knowlesi
Diagnosa Banding:
1) Demam Dengue
2) Demam Tifoid
3) Leptospirosis
4) Infeksi virus akut lainnya
7. Evaluasi tindakan
8. Cuci tangan
9. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Penunjang medis
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KASUS DENGAN
KOMPLIKASI (MALARIA BERAT)

RS TK. III 03.06.01 CIREMAI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman
CIREBON SPO/03.04.09/03/X/2016 1/2
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Pemeriksaan penunjang pada pasien diduga malaria dengan
PENGERTIAN komplikasi meliputi pemeriksaan laboratorium lengkap, radiologi
dan EKG
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Pada tersangka malaria berat dapat ditemukan :
a. Temperatur aksila ≥ 40 ºC
b. Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan
anak-anak < 50 mgHg
c. Nadi cepat dan lemah/kecil
d. Frekuensi nafas > 35 kali per menit pada orang dewasa
atau > 40 kali per menit pada balita. Anak di bawah 1 tahun
> 50 kali per menit.
e. Penurunan derajat kesadaran
f. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)
g. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor, dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang)
h. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak
PROSEDUR tangan pucat, lidah pucat)
i. Terlihat mata kuning (ikterik)
j. Adanya ronki pada kedua paru
k. Pembesaran limfa dan atau hepar
l. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai anuria
m. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis ditemukan
parasit plasmodium, atau
b. Menggunakan Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT)
c. HB, Ht
d. Hitung Jenis
e. Kimia darah (gula darah, bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali
Fosfatase, Albumin/Globulin, UR/CR, Na, K, AGD)
f. EKG
g. Foto Thoraks
h. Analisis Cairan Serebrospinal
i. Urinalisis
PEMERIKSAAN PENUNJANG DENGAN KOMPLIKASI PADA
KASUS MALARIA BERAT

RS TK. III 03.06.01 CIREMAI


No. Dokumen : No. Revisi : Halaman
CIREBON SPO/03.04.09/03/X/2016 2/2
7. Evaluasi tindakan
PROSEDUR 8. Cuci tangan
9. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Penunjang medis
PENGOBATAN PASIEN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/04/X/2016 1/2
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Malaria tanpa komplikasi merupakan kasus malaria tanpa diserta
PENGERTIAN
gejala dan tanda kegawatan
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Berikan obat malaria falsiparum dan vivaks menggunakan ACT
ditambah primakuin
a. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria
vivaks, 1 kali/hari selama 3 hari
b. Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada
hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kg BB, dan untuk
malaria vivaks diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kg BB
c. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti berikut :
Pengobatan dengan Dihydroartemisinin-Piperakuin (DH-P) untuk Pf
Jumlah tablet perhari menurut Berat adan
6- 11- 18- 41-
<5 31- > 60
10 17 30 59
kg 40 kg kg
Jenis kg kg kg kg
Hari
Obat 2 5- 10
0 -1 1-4 > 15
-11 9 -14 > 15
bula tahu tahu
Bul tah tahu tahun
n n n
an un n
1-3 DHP 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4
Primak
1 - - 3/4 1½ 2 2 3
uin

Atau Pengobatan dengan Artesunate-Amodiakuin untuk Pv


Jumlah tablet perhari menurut Berat Badan
<5 6-10 11- 18-30 31- 41- 50- > 60
kg Kg 17 kg 40 49 59 kg
Jenis kg kg kg kg
Hari
Obat 0 -1 2-11 1 -4 5 -9 10- > 15 > 15 > 15
bul Bula tah tahu 14 tahu tahu tahu
an n un n tahu n n n
n
Arte
1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4
sunat
1-3
Amodi
1/4 ½ 1 1½ 2 3 4 4
akuin
1 Prima - - 3/4 1½ 2 2 2 3
kuin

PENGOBATAN PASIEN MALARIA TANPA KOMPLIKASI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/04/X/2016 2/2
CIREBON
6. Evaluasi tindakan
7. Cuci tangan
8. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Instalasi farmasi
PENGOBATAN PASIEN MALARIA BERAT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/05/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Malaria dengan komplikasi merupakan kasus malaria diserta gejala
PENGERTIAN
dan tanda kegawatan
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Artesunate atau Artemeter ataupun Kina Hidroklorida
intramuskular sebagai dosis awal sebelum dirujuk ke RS.
6. Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB per i.v dan
diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama.Larutan
artesunat juga dapat diberikan per i.m (intramuscular) dengan
dosis yang sama.

PROSEDUR 7. Artemeter intramuscular tersedia dalam ampul yang berisi 80


mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan
dengan dosis 1,6 mg/kgBB secara i.m dan diulang setelah 12
jam.
8. Kina perinfus masih merupakan obat alternatif untuk malaria
berat pada daerah yang tidak tersedia derivat artemisin
parenteral dan ibu hamil trimester pertama.Obat ini dikemas
dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. 1 Ampul berisi 500
mg/2 ml.
9. Evaluasi tindakan
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Instalasi Farmasi
PENGOBATAN PASIEN MALARIA PADA IBU HAMIL

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/06/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Pengobatan malaria pada ibu hamil pada prinsipny sama dengan
PENGERTIAN pengobatan malaria pada orang dewasa. Perbedaannya terletak
pada umur kehamilan.
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Malaria dengan komplikasi :
a. Trimester pertama diberikan kina tablet 3x10 mg/kgBB +
klindamycin 10mg/kgBB selama 7 hari
b. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3
hari
c. Pencegahan / profilaksis digunakan Doksisiklin 1 kapsul 100
PROSEDUR
mg/ hari diminum 2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu
setelah keluar/pulang dari daerah endemis
6. Malaria tanpa komplikasi
a. Plasmodium Falsiparum :
1. ACT ( Ars + Amo), tanpa Primakuin, Trimester 2 -3
2. Kina 3 x (2-3) tablet, tanpa Primakuin, Trimester 1 atau
gagal ACT (Kina + Clindamycin 2 x 10 mg/kg BB) / 7 hari
7. Evaluasi tindakan
8. Cuci tangan
9. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
3. Rawat Inap
UNIT TERKAIT
4. Rawat Jalan
5. Instalasi Farmasi
6. PONEK
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DARAH PASIEN MALARIA

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/07/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
PENGERTIAN Pengambilan sampel darah pada pasien diduga malaria
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Ambil sediaan darah pada penderita pada saat maksimal 1 jam
setelah pasien demam tinggi atau mengigil
6. Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol
7. Setelah kering tusuk dengan lansel sedalam + 3 mm sampai
PROSEDUR
darah keluar
8. Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering
9. Sentuhkan tetes darah selanjutnya pada 2 kaca objek glas,
Kemudian dibuat satu apusan darah tipis dan apusan darah
tebal selebar 2 cm dari tepi kaca objek
10. Evaluasi tindakan
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Penunjang medis
PENATALAKSANAAN PASIEN KEJANG PADA ANAK

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/08/X/2016 1/2
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang mengalami
kejang. Kejang epilepsi merupakan manifestasi ketidakseimbangan
aliran dan sirkuit listrik di otak. Ketidakseimbangan ini ditentukan
PENGERTIAN
oleh sel saraf yang berfungsi sebagai inhibitory (sel-sel pengontrol)
dan excitatory (sel-sel saraf yang menimbulkan loncatan arus
listrik).
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Lakukan pendekatan dengan tenang
6. Memperbaiki sirkulasi udara ruangan dengan mempersilakan
selain petugas untuk keluar ruangan
7. Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring,
kaki bagian atas ditekuk untuk mencegah bahaya tersedak
ludah atau muntahan
8. Letakkan bantal atau lipatan selimut di bawah kepala anak.
Jangan :
a. Menahan gerakan anak atau menggunakan paksaan
b. Memasukkan apapun ke dalam mulut anak
c. Memberikan makanan atau minuman
9. Longgarkan pakaian yang ketat
10. Singkirkan benda-benda keras atau berbahaya
11. Memberikan diazepam melalui dubur untuk mengatasi
PROSEDUR kejangnya
12. Apabila tidak tersedia diazepam suppositoria maka bisa
diberikan diazepam injeksi secara intravena
13. Memastikan jalan napas tidak tersumbat
14.Memberikan oksigen melalui face mask 2 ml/menit
15.Awasi tanda-tanda gangguan pernafasan dengan menghitung
jumlah pernafasan dalam satu menit, melihat ada tidaknya
tarikan dinding dada, melihat ada tidaknya pernafasan cuping
hidung
16.Apabila kejang teratasi maka dilanjutkan pemberian fenobarbital
secara IV langsung setelah kejang berhenti dengan dosis awal :
a. bayi 1 bln - 1 thn : 50 mg
b. >1 tahun : 75 mg
17. Hitung lamanya periode postiktal (pasca kejang)
18. Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak benar-
benar sadar dan refleks menelan pulih
19. Evaluasi tindakan
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
PENATALAKSANAAN PASIEN KEJANG PADA ANAK

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/08/X/2016 2/2
CIREBON
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Penunjang medis
PEMANTAUAN RESPON PENGOBATAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/09/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Pemantauan yang dilakukan untuk melihat respon pasien terhadap
PENGERTIAN
mengobatan malaria.
1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
1. Cuci tangan
2. Gunakan APD
3. Identifikasi pasien
4. Jelaskan prosedur tindakan
5. Penderita disarankan kontrol pada hari ketiga untuk diperiksa
kembali dan dibuat sediaan darahnya
6. Respon terhadap pengobatan dapat digolongkan menjadi 2
a. Gagal pengobatan dini (early treatment failure)
Kondisi dilihat pada tiga hari pertama
1) Parasitemia dengan komplikasi berat hari ke 1, 2, 3
2) Parasitemia dengan pada hari ke 2 > hari 0
3) Parasitemia Pada hari ke 3 (> 25% dari hari 0)
4) Parasitemia pada hari ke 3 masih positif pada suhu aXla
> 37,50C
b. Gagal pengobatan kasep (late treatment failure)
PROSEDUR Kondisi ini terjadi di hari ke 4 s.d. 28 dan dibagi menjadi 2
sub grup
1) Late clinical (and parasitological) failure (LCF)
- Parasitemia (spesies sama dengena hari ke 0)
dengan komplikasi malaria berat setelah hari ke 3
- Suhu Axila > 37,50C disertai parasitemia antara hari
ke 4 sampai dengan hari ke 28
2) Late parasitological failure (LPF)
- Ditemukan parasitemia (spesies sama pada hari ke
0) pada hari ke 7, 14 atau 28 tanpa disertai
peningkatan suhu Axila < 37,50C
7. Evaluasi tindakan
8. Cuci tangan
9. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
3. Rawat Inap
UNIT TERKAIT
4. Rawat Jalan
5. Penunjang medis
6. Instalasi Farmasi
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman
RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
SPO/03.04.09/12/X/2016 1/1
CIREBON
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan Sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
PENGERTIAN
2. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksaan kasus
TUJUAN
malaria di Rumah Sakit
Kebijakan Kepala Rumah Sakit Tk. III 03.06.01 Ciremai nomor
KEBIJAKAN
KEP/01.04.09/01/X/2016 tentang Penatalaksanaan Malaria
10. Cuci tangan
11. Gunakan APD
12. Identifikasi pasien
13. Jelaskan prosedur tindakan
PROSEDUR
14.
15. Evaluasi tindakan
16. Cuci tangan
17. Dokumentasikan di Rekam medis pasien
7. Komite Medik
8. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 9. Rawat Inap
10. Rawat Jalan
11. Penunjang medis
ASUHAN ANTENATAL CARE

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman


RS TK. III 03.06.01 CIREMAI
CIREBON SPO/15.01.02/20/X/2016 1 1/2
Ditetapkan oleh:
Kepala Rumah Sakit Ciremai
Tanggal Terbit :
SPO
18 Oktober 2016
dr. Wildan sani, Sp.U
Mayor Ckm NRP. 11970014880970
Ante Natal Care merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan
PENGERTIAN
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal
(Prawirohardjo. S, 2006 :52).
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan
TUJUAN
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
Diperlukan untuk semua ibu hamil pada trimester I, II, III baik yang
KEBIJAKAN
fisiologis maupun patologi di Poliklinik kebidanan
1. Lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik untuk menilai apakah
kehamilannya normal
2. Keadaan Umum(T1)
3. Suhu Badan (T2)
4. Ukur Tekanan Darah (T3)
5. Ukur Berat badan (T4)
6. Ukur Lingkar Lengan(T5)
7. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T6)
8. Presentasi Janin (T7)
9. Periksa DJJ(T8)
10. Pemeriksaan HB (T9)
11. Pemeriksaan Golongan Darah (T10)
12. Pemeriksaan Protein urin(T11)
PROSEDUR 13. Gula Darah/reduksi atas indikasi (T12)
14. Pemeriksaan darah Malaria atas indikasi(13)
15. Pemeriksaan BTA (T14)
16. Pemeriksaan darah Sipis atas indikasi (T15)
17. Pemeriksaan Serologi HIV (T16)
18. Pemeriksaan USG (T17)
19. Berikan konseling tentang gizi, latihan, perubahan fisiologis,
perencanaan persalinan, kebersihan diri, perawtaan payudara
dan tanda bahaya (perdarahan pervaginam, sakit kepaa lebih
dari biasa, gangguan penglihatan, bengkak pada wajah , nyeri
abdomen, janin tidak bergerak)
20. Berikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20
21. Jadwalkan kunjungan ulang berikutnya
22. Dokumentasikan kunjungan ke dalam format yang ada
1. Instalasi bersalin
2. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 3. SMF Kebidanan
4. Rekam Medik
5. Penunjang Diagnosa

Anda mungkin juga menyukai