OLEH
Cynthia
140100168
PEMBIMBING
DR. dr. Juliandi Harahap, MA
OLEH
Cynthia
140100168
PEMBIMBING
DR. dr. Juliandi Harahap, MA
i
Patient Satisfaction and How To Measure It
OLEH
Cynthia
140100168
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Cynthia
NIM : 140100168
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Patient
Satisfaction and How To Measure It”. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk melengkapi persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Medan, 12 Agustus2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2
BAB I
PENDAHULUAN
Cakupan global layanan kesehatan berubah dari waktu ke waktu dan sistem
kesehatan beroperasi pada lingkungan yang semakin kompleks. Perawatan,
teknologi dan model perawatan baru mungkin menawarkan potensial terapi,
namun hal-hal ini juga menimbulkan ancaman baru terhadap keselamatan
perawatan. Keselamatan pasien kini diakui sebagai tantangan kesehatan
masyarakat yang semakin meningkat dan bertambah besar. Upaya global untuk
mengurangi beban bahaya pasien tidak mencapai perubahan yang substansial
selama 15 tahun terakhir meskipun telah diimbangi dengan pekerjaan perintis
dalam beberapa sarana kesehatan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Patient safety adalah pengurangan risiko dari bahaya yang tidak perlu yang
berkaitan dengan perawatan kesehatan sampai batas yang dapat diterima.4
Menurut WHO, keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dari keselahan atau kejadian tidak diinginkan yang
berasal dari proses perawatan kesehatan dan tidak menyebabkan bahaya bagi
pasien. Pengertian lain tentang keselamatan pasien yaitu disiplin ilmu di sektor
perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu kesehatan menuju tujuan
mendapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya.5
(KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera,
dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan
cedera yang terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.7
Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Standar ini disusun dengan merujuk pada “Hospital Patient Safety Standards”
yang dikeluarkan oleh “Joint Comission on Accreditation of Health
Organizations”, Illionis, USA, tahun 2002 dan di Indonesia sudah dijadikan
Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit.
Dalam penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen
Akreditasi Rumah Sakit. Adapun standar tersebut adalah sebagai berikut8 :
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.
Kriterianya terdiri dari :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
(Contohnya: dokter menulis pada asessmen medik atau catatan pasien
terintegrasi pada rekam medis pasien)
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
Mengacu kepada standar keselamatan pasien di atas, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif
Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta Keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu
pada visi, misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor – faktor lain
yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan
Pasien Rumah Sakit”. Berkaitan hal tersebut di atas maka perlu ada kejelasan
perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.8
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
i) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
ii) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
iii) Lakukan asessment dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien
b) Bagi Unit/ Tim
i) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
ii) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran – ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
2) Pimpin dan Dukung Staf Anda
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di rumah sakit anda.
Langkah penerapan :
a) Untuk Rumah Sakit
i) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggungjawab
atas keselamatan.
ii) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” keselamatan pasien.
iii) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/pimpinan
maupun rapat – rapat manajemen rumah sakit.
iv) Masukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektifitasnya
b) Untuk Unit/Tim
14
Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul
Langkah penerapan :
a) Untuk rumah sakit
i) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
ii) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root cause Analysis/RCA)yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
b) Untuk Unit/Tim
i) Diskusikan dalam tim tentang pengalaman dari hasil analisis insiden.
ii) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas
7) Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan
Langkah penerapan :
a) Untuk Rumah Sakit
i) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis untuk
menentukan solusi setempat.
ii) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis termasuk
pengguanaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
iii) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
iv) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS – PERSI.
v) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan
b) Untuk Unit/Tim
17
Standar SKP I :
SKP II :
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laporan laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit
pelayanan. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan
atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk : mencatat (atau
memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima perintah, kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back)
perintah atau hasil pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan atau prosedur
pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar
operasi dan situasi gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat atau Intensive Care
Unit.
Perintah lengkap secara lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
atau prosedur untuk membuat daftar obat – obat yang perlu diwaspadai
berdasarkan data yang ada dirumah sakit. Kebijakan dan/ atau prosedur juga
mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti
di Instalasi Gawat Darurat atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar
pada elektrolit yang benar dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut
sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/
kurang hati – hati.
Standar SKP IV :
Salah – lokasi, salah – prosedur, salah - pasien pada operasi, adalah sesuatu
yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara
anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking) dan tidak ada prosedur verifikasi lokasi operasi. Disamping itu,
22
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca
(illegible hand writing) dan pemakaian singkatan adalah faktor – faktor kontribusi
yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/ atau prosedur yang efektif didalam mengeliminasi masalah
yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga
The Joint Commitions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan
pasien dan dilakukan atas satu tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multiple struktur
(jari tangan, jari kaki lesi), atau multiple level (tulang belakang).
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses
penandaan.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat praoperasi tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat –
pasien operasi dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia tepat dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi” (time out). Tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/ tindakan
pembedahan.
Standar SKP V :
Standar SKP VI :
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang disediakan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila pasien jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi obat,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu yang digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkan oleh rumah sakit.
Rumah sakit merupakan proses assesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asessment ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain – lain.
25
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tahun 2007 resmi menerbitkan
“Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (Sembilan Solusi Keselamatan Pasien
Rumah Sakit). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong
rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan “Sembilan Solusi Keselamatan Pasien
Rumah Sakit”, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi
rumah sakit masing-masing yaitu7 :
prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas
yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam
prosedur, sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan
identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
Contoh : penandaan lokasi operasi pada lokasi tubuh yang ada lateralisasi dan
adanya sign in, time out, dan sign out.
Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian
rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan slang dan spuit yang salah, serta memberikan medikasi atau
cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan
perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengerjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar, dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien, misalnya menggunakan
sambungan dan slang yang benar).
Contoh : SPO pemasangan NGT, SPO pemasangan kateter urine
2. Think small and make the right thing easy to do (berpikir mudah dan membuat
langkah mudah untuk peningkatan pelayanan)
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan
langkahlangkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini
dan membuat langkahlangkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan
peningkatan yang lebih nyata.
Beberapa pertanyaan dasar yang dapat diuraikan ketika menentukan apakah suatu
organisasi kesehatan aman atau tidak yaitu9 :
tulang belakang. Ini adalah peristiwa keselamatan yang paling menonjol dan
paling mengganggu yang sesuai dengan 'kecelakaan' domain lainnya.
Peristiwa-peristiwa tersebut dituangkan dalam daftar 28 'tidak pernah kejadian'
yang disusun oleh Forum Mutu Nasional Inggris pada tahun 2004 dan sejak
diadopsi oleh banyak organisasi sebagai target keselamatan. Identifikasi
kejadian langka namun mengerikan ini selalu bergantung pada pelaporan,
setidaknya sampai cara yang dapat diandalkan untuk mencari rekam medis
elektronik muncul.
Tabel 2.1. Contoh list “Tidak pernah kejadian” dari NHS Tahun 2012/2013
Pembedahan
Salah letak atau salahnya operasi implan
Tertinggalnya benda asing pasca operasi
Pemberian obat
Obat penyuntikan beresiko tinggi yang dipersiapkan dengan baik
Maladministrasi larutan mengandung potassium
Rute salah administrasi kemoterapi
Pemberian obat epidural intravena
Pemberian methotrexate oral yang tidak tepat
Kesehatan mental
Bunuh diri menggunakan rel yang tidak bisa dilipat
Melarikan diri dari tahanan yang ditransfer
Perawatan kesehatan umum
Jatuh dari jendela tak terbatas
Transfusi komponen darah ABO-tidak kompatibel
Saluran naso atau oro-lambung yang salah letak
Kesalahan identifikasi pasien
Maternitas
Kematian maternal akibat perdarahan pascapersalinan setelah operasi caesar
elektif
kejadian juga menandai pernyataan standar keselamatan minimum yang baru dan
agak kuat dalam perawatan kesehatan yang mungkin, dalam jangka panjang,
membuktikan perkembangan yang lebih penting.
KESIMPULAN
Patient safety adalah pengurangan risiko dari bahaya yang tidak perlu yang
berkaitan dengan perawatan kesehatan sampai batas yang dapat diterima.4
Menurut WHO, keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dari keselahan atau kejadian tidak diinginkan yang
berasal dari proses perawatan kesehatan dan tidak menyebabkan bahaya bagi
pasien. Pengertian lain tentang keselamatan pasien yaitu disiplin ilmu di sektor
perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu kesehatan menuju tujuan
mendapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat dipercaya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19