Bahan DK 1.1
Bahan DK 1.1
Sumber : http://id.prmob.net/analisis-semen/oligospermia/kesehatan-reproduksi-2595174.html
Analisis semen merupakan tes yang paling penting untuk menetapkan pria infertil. Karena
dari analisis semen didapatkan informasi tentang siklus hormon reproduksi pria,
spermatogenesis, dan terbukanya saluran repoduksi pria. Disebut azoospermia jika tidak ada
spermatozoa sama sekali pada semen yang mungkin disebabkan pretestikuler, tesitikuler, dan
post-testikuler. Oligospermia jika paremeter semen lain normal, kecuali jumlah spermatozoa
yang jumlahnya di bawah 40 juta/ejakulat atau 20 juta/ml. Astenozoospermia diindikasikan
jika motilitasnya kurang dari 50% yang progresif. Jika abnormalitasnya tunggal, kurang dari
20%, baru dianggap tidak normal. Teratozoospermia jika morfologi abnormal sperma lebih
dari 50%. Keadaan ini lebih sering dijumpai sebagai abnormalitas campuran, misalnya
oligoastenoteratozoospermia.
Sumber : http://www.tempo.co.id/medika/arsip/102002/pus-3.htm
1. Volume : > 2 ml
2. pH : 7,2 – 7,8
3. jumlah sperma : > 20 juta/ml
4. jumlah sperma total/ejakulasi : > 40 juta/ejakulasi
5. motilitas : 50% bergerak maju atau 25% bergerak maju dalam 60 menit
6. morfologi : 50% normal
7. viabilitas : 50% tidak terwarnai oleh pewarnaan supravital
8. leukosit : < 1 juta/ml
9. Zn : > 2,4 mikromol/ejakulasi
10. Asam sitrat : > 52 mikromol (10 mg)/ejakulasi
11. Fruktosa : > 13 mikromol/ejakulasi
12. Uji MAR : perlekatan < 10% sperma
13. Uji butir imun : perlekatan < 10% sperma
Sumber : http://eprints.undip.ac.id/12270/1/2002PPDS1926.pdf
Sumber : http://kamuskesehatan.com/arti/histerosalpingografi/
Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa rahim dan saluran
telur (tuba fallopi). Pemeriksaan menggunakan sinar X (rontgen). HSG memeriksa adanya kelainan
ukuran atau bentuk rahim yang dapat menyebabkan infertilitas dan masalah pada kehamilan. Juga
dapat menunjukkan apakah ada penyumbatan pada saluran telur. Terkadang juga digunakan dalam
beberapa bulan setelah prosedur sterilisasi untuk memastikan bahwa saluran tuba telah benar-benar
terpisah. Pada kasus infertilitas pemeriksaan HSG merupakan pemeriksaan minimal yang dilakukan
pada istri yang memiliki siklus haid normal.
HSG dilakukan di rumah sakit, klinik, atau layanan kesehatan yang memiliki fasilitas radiologi.
Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 9-12 siklus haid karena waktu tersebut menghindari telah terjadi
kehamilan.
Prosedur
Pasien berbaring pada meja tindakan. Dokter akan melakukan serangkaian tindakan untuk
memasukkan cairan ke dalam rongga rahim melalui serviks menggunakan alat sejenis hidrotubator
atau menggunakan kateter kecil. Kemudian dimasukkan cairan kontras melalui kanul/kateter sambil
dilakukan pengabilan beberapa gambar rontgen. Pasien mungkin akan diminta melakukan perubahan
posisi. Cairan akan masuk ke dalam rahim dan saluran telur hingga tumpak ke rongga perut. Setelah
didapatkan foto rontgen alat dilepaskan
Setelah HSG terkadang akan keluar cairan dari rahim melalui vagina. Bisa disertai dengan keluarnya
darah yang akan hilang dalam beberapa waktu. Selain itu mungkin ditemukan rasa pusing, kram dan
sakit perut bahkan pingsan
Ada tindakan lain yang dapat dipilih sebagai alternti HSG yaitu:
Laparoskopi, dilakukan melalui pembiusan umum
Histeroskopi, dilakukan dipoliklinik yang memiliki fasilitas atau di kamar operasi
Sonohisterografi (SIS) dilakukan dipoliklinik dengan bantuan alat USG
HSG selain digunakan sebagai alat diagnosis bisa juga sebagai terapi dimana jika ada perlengketan
atau sumbatan ringan pada rahim atau saluran telur dengan cairan yang dimasukkan perlengketan atau
sumbatan bisa terbuka.
Sumber : http://drprima.com/kandungan/histerosalpingografi-hsg-pemeriksaan-untuk-deteksi-
kelainan-rahim-dan-saluran-telur.html
Gangguan hormon tertentu atau genetik bisa menghalangi produksi sperma. Gangguan hormon
termasuk hyperprolactinemia, hypothyroidusm, hypogonadism, dan gangguan pada kelenjar adrenalin
(yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon lain) atau kelenjar pituitari (yang mengendalikan
produksi testosteron). Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom seks, yang terjadi pada
sindrom Klinefelter.
Penyebab lain pada pengurangan produksi sperma termasuk penyakit gondok yang mempengaruhi
testis (penyakit gondok orchitis), luka pada testis, berhubungan dengan industri atau racun
lingkungan, dan obat-obatan. Obat-obatan termasuk androgen (seperti testosteron), aspirin ketika
digunakan untuk jangka waktu lama, chlorambucil, cimetidine, colchicines, kortikosteroid (seperti
prednison), cotrimoxazole, cyclophosphamide, obat-obatan digunakan untuk mengobati malaria,
estrogen digunakan untuk mengobati kanker prostat, mariyuana, medroxyprogesteron, methotrexate,
penghambat monoamine oxidase (MAOIs-salah satu jenis antidepresan), nikotin, nitrofurantoin, opoid
(narkotika), spironolactone, dan sulfasalazine.
Sumber : http://www.spesialis.info/?jenis-jenis-masalah-sperma,471
Oligoteratozoospermia
. Bentuk sperma tidak normal serta jumlah sel sperma yang dihasilkan hanya sedikit.
Seseorang dinyatakan mengalamioligoteratozoospermia bila di dalam 1 cc semennya hanya
terdapat 10 jutasel sperma atau kurang. Normalnya, untuk terjadi suatu prosespembuahan,
harus terdapat 20 juta sel sperma di dalam 1 cc cairan semen.
Azoospermia.
Cairan semen tidak ada atau nyaris tidak ditemukan adanya sel sperma sama sekali. Kelainan
sperma ini dapat dibagi menjadi 2berdasarkan penyebabnya, yaitu akibat ada sumbatan pada
saluran spermaatau testis tidak mampu (gagal) menghasilkan sel-sel sperma.
Dysspermia.
Kemampuan gerak atau motilitas sperma rendah. Kelainan sperma yang dikenal dengan
dysspermia ini terjadi bila sel-sel sperma yangdikeluarkan saat berhubungan intim tidak
mampu berenang dengan cukupcepat melewati lapisan mukosa mulut rahim, hingga sampai
ke ovarium danmembuahi sel telur matang di dalamnya.