Anda di halaman 1dari 2

Stay Hungry Stay Foolish…

HUMAN BEING, KAJIAN, KEMANDIRIAN, MOTIVASI, PENDIDIKAN, PERUBAHAN, RENUNGAN

Jurus Pengikat Hati (Seri Fatherman Bag. 2)

Posted by EKOHARSONO on MARCH 26, 2016


by : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)

Misi pertama seorang fatherman adalah mengikat hati anak. Ini beda dengan obsesi jomblo yang berupaya sekuat tenaga menarik
perhatian sang pujaan. Kadang rambut sengaja dicat merah dan dibikin belah tengah agar dicap lelaki yang eksentrik dan adil. Begitu
kena guyuran hujan malah jadi mirip miniatur laut merah yang terbelah tongkat Nabi Musa. Atau bagi yang wanitanya, sering banget
posting resep masakan di akun sosmed biar dianggap istriable. Begitu disuruh masak air malah nanya “bumbunya apa aja ya?”.

Helllowww!

Fatherman tidak seperti itu. Ia tidak suka cari perhatian. Sebab kalau mau cari perhatian cukup ke bandara atau mall aja. Disana banyak
terdengar “PERHATIAN…PERHATIAN!”. Fatherman fokus kepada tugas untuk memikat hati anak. Ini langkah awal agar bisa
mengendalikan anak untuk tetap dalam arahan selagi tak bersama dirinya. Anak tak mudah dibujuk dan dipengaruhi pihak luar.
Nasehat dan petuah Fatherman menjadi rujukan yang dituruti. Kayak Mr. Charlie yang menjadi pemandu bagi tiga angelsnya dalam
menjalankan tugas.

Ingat, hati adalah raja meski tanpa mahkota atau lewat pilkada. Hati yang telah terpikat akan mudah mengajak akal yang liar untuk
tunduk. Saat anak beranjak remaja, dimana mereka sudah mulai ‘cerdas’ berargumen, tidak akan berdebat sampai nyolot jika dinasehati
ayah sang fatherman. Hatinya memerintahkan akal untuk pasrah dan menerima. Bahkan bisa jadi ia siap mendebat pihak luar yang tak
sependapat dengan nilai pengajaran dari ayahnya. Contohnya saat anak ditawari rokok sama temennya. Ia berani berkata “TIDAAAK!”
dengan tegas. Begitu temannya kesel dan keluar kalimat, “Ah, dasar luh bencong. Gak berani ngerokok”. Ia dengan santai menjawab, “Ah
siapa bilang? Justru kata bapak gue, bencong banyak yang ngerokok”. Duaarrr!

Disini kata kuncinya : “Kata Bapak Gue”, dan segala kalimat yang semisal dengannya. Kalimat ini menunjukkan betapa tak ada yang
dipercaya oleh anak kecuali bapaknya. Fatherman punya misi menjadikan dirinya sebagai yang utama dijadikan narsum oleh anaknya.
Persis seperti dr. Boyke yang kerap dijadikan rujukan utama bagi pasangan yang punya keluhan di ranjang. Semua bermula dari
terpikatnya hati. Anak yang terpikat hatinya akan menjadikan ayah sebagai sosok super hero dalam hidupnya. This is fatherman.

The Real Father.

Kendala bagi para ayah yang hendak bermetamorfosa menjadi fatherman adalah waktu yang terbatas. Khususnya di masyarakat
perkotaan. Mereka lebih lama waktu menghirup asap knalpot di jalan dibandingkan waktu untuk bersama anak. Saat pulang pun
kadang mendapati anak sudah tidur terlelap. Jangankan ingin jadi super hero, lah ketemuan aja gak sempat. Anak anggap sosok
fatherman gak eksis. Malah dianggap cuma dongeng. Hanya ada dalam khayalan mereka.

Padahal urusan waktu yang terbatas bisa disiasati asal tahu caranya. Belajarlah dari sosok Rasulullah, mentor utama kita. Beliau mampu
menjadikan pertemuan singkat namun berefek dahsyat bagi anak-anak. Hal ini dirasakan oleh sahabat cilik di masa tersebut saat
berinteraksi dengan beliau. Memori bersama Rasulullah di saat kecil terkenang-kenang saat dewasa. Usamah bin zaid sebagai saksinya.
Padahal beliau pernah dimarahi Rasul akibat salah membunuh saat perang. Musuh yang terdesak kemudian berucap syahadat malah ia
bunuh. Dan ini menimbulkan kemurkaan Rasul. Begitu dimarahi bukannya perlawanan atau bantahan yang ia lakukan. Ia pun tunduk
meskipun memiliki argumen yang cukup untuk membela tindakannya. Sebab Usamah kadung cinta kepada baginda nabi. Hatinya
terpikat.

Salah satu sebabnya ada suatu peristiwa yang ia kenang di masa kecilnya. Saat ia dipangku Rasulullah bersama Hasan bin Ali. Di saat itu
Rasulullah memeluknya seraya berdoa “Ya Allah, sayangilah Hasan dan Usamah. Karena sesungguhnya aku sangat sayang dengan kedua
anak ini”. Duh meleleh. Hati anak mana yang tidak tersentuh. Didoakan dengan untaian cinta oleh manusia termulia. Inilah dasar
pertama hati yang terpikat. Merasa dicintai. Merasa diistimewakan. Coba bayangkan. Di antara anak-anak yang lain, hanya Usamah dan
Hasan yang dipangku dan didoakan Rasul. Betapa momen sesaat tersebut memberi kesan mendalam di hati Usamah.

Begitulah yang semestinya dilakukan sosok Fatherman. Mampu membuat anak merasa spesial. Hal ini berpengaruh kepada kejiwaan
anak. Setidaknya memberi persepsi bahwa meski ayah waktunya terbatas namun ayah sangat besar cintanya. Dan ini menjadi alasan
utama anak untuk mau patuh kepadanya.
Apa yang dilakukan Rasul memberi inspirasi bagi sosok Fatherman yang terkendala dengan waktu bahwa bukan sekedar berapa banyak
waktu yang kita berikan kepada anak, namun seberapa besar kesan yang berhasil ditimbulkan. Jadikanlah setiap pertemuan bersama
sosok Fatherman menjadi sesuatu yang ‘memorable” alias layak dikenang. Bukan kenangan pahit tentunya. Sebab itu tugasnya mantan.
Tugas fatherman memberikan kenangan manis yang tak terlupakan.

Agar anak terkesan dan merasa diistimewakan maka tiga jurus yang harus dikuasai Fatherman :
Pertama, sering-sering memeluk atau menyentuh anak secara fisik. Anak merasa nyaman dalam sentuhan. Sentuhan ini memberi efek
yang mengikat batin antara anak dan ayah selaku fatherman selama tidak terburu-buru melakukannya. Sentuhan yang terburu-buru
dan sesaat malah dianggap main adu benteng oleh anak. Maka santailah saat memeluk dan menyentuh anak, apalagi kalau disentuhnya
pakai I-Phone 6 plus tiket dufan gratis seumur hidup. Makin berkesan.

Kedua, ungkapkan cinta secara privat. Boleh sambil bisik-bisik di telinga anak atau suara yang lembut namun terdengar jelas di telinga
anak. Ditambah kalimat “ini rahasia lho!” makin membuat anak merasa istimewa
Ketiga, mendoakan anak secara terbuka. Hal ini amat disukai. Sebab doa adalah bait cinta yang terhubung ke angkasa. Namun doa yang
diucap tentu doa yang bermakna. Jangan sampai malah baca doa mau makan atau doa untuk jenazah. Wah itu mah parah. Ucapkan doa
yang singkat dan sederhana. Kalau doanya kebanyakan dipikir anak lagi tahlilan. Saat berdoa, usahakan pakai bahasa yang dimengerti
anak. Dengan doa inilah anak tahu bahwa ayahnya adalah sosok fatherman yang peduli. Dibuktikan lewat doa yang selalu terucap.
Ketiga jurus ini jika dilakukan sesering mungkin saat berinteraksi dengan anak memberi pengaruh menguatnya ikatan hati kepada
ayah. Efeknya jangka panjang hingga anak beranjak dewasa. Selama dilakukan dengan sungguh-sungguh anak tahu ayahnya adalah
super hero yang selama ini ia idamkan. The fatherman. Dan kehadiran fatherman ibarat film kartun spongebob atau dora yang
dinantikan kehadirannya setiap saat. Anak takkan pernah bosan meski sering ditayangkan berulang-ulang.

Berlatihlah dengan jurus pamungkas ini. Anak akan terpikat hatinya. Dijamin ayah makin gak betah kerja, selalu ingin pulang ke rumah
memuaskan kerinduan anak. Ini efek sampingnya. Tapi tenang saja, ini efek sesaat. Begitu melihat saldo rekening yang menipis dan
tagihan KPR yang harus ditunaikan, ayah akan kembali semangat ke kantor seraya memberi pesan kepada anak : Jangan kemana-mana.
Fatherman akan kembali setelah tagihan-tagihan berikut ini. Bersabar ya nak! (bersambung)

Advertisements

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD
anak anak ayah Fatherman

Create a free website or blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai