Anda di halaman 1dari 12

PORTOFOLO KASUS MEDIK

Borang Portofolio

Nama peserta : dr. Sari Veronika Siagian

Nama Wahana : RSUD. Andi Abdurrahman Noor, Tanah Bumbu

Topik : Hernia Scrotalis (S) reponible

Tanggal (kasus) : 28 Februari 2019

Data Pasien

Nama : Tn. T

Usia : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Satui

Pekerjaan : Wiraswasta

No. RM : 11.96.75

Tanggal Masuk : 28 Februari 2019

A. Anamnesa Pasien
1. Keluhan
Keluhan utama : Terdapat benjolan di scrotum sebelah kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik bedah dengan keluhan terdapat benjolan yang hilang timbul
pada daerah scrotum sebelah kiri ± 10 tahun lamanya. Pasien mengatakan awalnya benjolan
kecil dan jarang timbul, namun sekitar ± 3tahun ini benjolan tidak dapat dimasukkan lagi
dan benjolan semakin membesar. Pasien mengatakan benjolan timbul terutama pada saat
pasien berdiri, mengedan, atau mengangkat sesuatu yang berat. Benjolan terasa sedikit
nyeri.
Pasien menyangkal adanya mual muntah dan susah BAB. Pasien juga mengatakan tidak
ada gangguan saat BAK.
2. Riwayat penyakit
Hipertensi (+) tidak terkontrol ± 2tahun
3. Riwayat pengobatan
Tidak diketahui
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada orang dirumah pasien yang memiliki gejala yang sama.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
- Composmentis
- GCS E4V5M6
2. Tanda vital
- TD : 120/80
- HR : 82x/’
- RR : 22x/’
- T :36.2°𝐶
3. Pemeriksaan fisik
- Kepala : normosefali
- Mata : ref. Cahaya (+/+), konj. Anemia (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : bentuk normal, septum deviasi(-)
- Thorak :
o Cor → S1S2 murni, irama reguler, murmur(-), gallop (-)
o Pulmo → simetris, suara dasar vesikuler (+/+), sonor (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-), retraksi (-)
- Abdomen : peristaltic (+) dbn, timpani, soepel, nyeri tekan (-), hepar lien dbn,
warna kulit sama dengan warna kulit sekitar
- Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, oedem tungkai (-)
4. Pemeriksaan daerah inguinal
Look : terdapat benjolan di scrotum sinistra

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL

28-02-2019 HB 18,2 13,5-16gr/dl


hematokrit 48 40-54 %
Eritrosit 5,9 4.4 -5.9 mg/dl
MCV 82 80 -94
MCH 30 28 - 32
MCHC 37 32- 36
RDW 15,5 11.6-14.6
Leukosit 9490 4000-11.000
Tromobosit 207 150-400
Gds 104 70 -199 mg/dl
HBSAg Non reaktif

D. Diagnosa
Diagnosa klinis : hernia scrotalis sinistra ireponible

E. Penatalaksanaan

Pre operasi Operasi Post operasi


Ceftriaxone 2 gr hernioplasty Cefixime 2 x 500 mg
Ibuprofen 3 x 400
mg
FOLLOW UP

28 februari 2019 01 Maret 2019 02 Maret 2019 03 maret 2019 04 maret 2019

S Pasien cemas dan Pasien mengatakan Pasien diantar ke ruang Pasien mengatakan Pasien
takut menjelalng nyeri kepala, mual dan operasi nyeri luka operasi mengatakn
operasi muntah (-) neyri luka
operasi
berkurang
O KU : sedang KU : sedang KU : sedang KU : sedang KU : sedang
Kess : CM Kess ; CM Kess : CM Kess : CM Kess : CM
TD : 120/70 mmhg TD : 180/100 mmhg TD : 130/80 TD : 130/80 TD : 130/80
HR : 84x/i HR :82 x/i HR : 82 x/i HR : 84 x/i HR : 84 x/i
RR : 20x/i RR : 24x/i RR : 28 x/i RR : 26 x/i RR : 26 x/i
T : 36,5 C T : 36,5 C T : 36,2 C T : 36,9 C T : 36,9 C

A Hernia scrotalis Hernia scrotalis Hernia scrotalis sinistra Hernia scrotalis Hernia
sinistra ireponible sinistra ireponible ireponible sinistra ireponible scrotalis
sinistra
ireponible
P - persiapan operasi Operasi di tunda Dilakukan operasi Terapi Ceficime 2 x
-pre operasi Konsul penyakit hernioflasty dalam Inj ceftriaxone 1 x 500 mg
Ceftriaxone 2 gr dalam perihal tensi spinal 2gr Ibuprofen 3 x
tinggi Inj norages 3x1 400 mg
Terapi post op Inj gentamicin 3x1 BLPL
Inj ceftriaxone 1 x 2gr
Inj norages 3x1 Aff dc
Inj Gentamicin 3x1 Besok GV

Bab II

Tinjauan pustaka

I. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia akuisita. Hernia juga diberikan nama berdasarkan letaknya seperti, diafragma,
inguinal, umbilical, femoral. Sedangkan menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponible bila
isi hernia dapat keluar masuk.Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke rongga perut maka
disebut hernia ireponible (Sjamsuhidayat,2014)
II. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah sekitar
lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih
mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita pada hernia
indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat,
dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166.000 hernia umbilicalis, 97.000 hernia post
insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul
sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada
lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis
pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering
dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.
(Sjamsuhidayat,2014)

III. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia (Townsend, 2017) :
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian

2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.

3. Kongenital

a. Hernia congenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempat tertentu.

b. Hernia congenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat -
tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 -1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia
melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis)

4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :

a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan
yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Postur tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya lebih sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak
pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.

IV. Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke permukaan
interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang mana pada sisi
bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis merupakan evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria
testis awalnya terletak retroperitoneal dan dengan adanya processus vaginalis, testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum akibat adanya kontraksi pada ligamentum
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga angka
kejadiannya lebih banyak pada sebelah kanan.
Proses selanjutnya yang terjadi adalah menutupnya processus vaginalis. Jika processus
vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Akan tetapi
tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus
vaginalisnya telah menutup sempurna. (Mansjoer, 2014)

V. Klasifikasi

Brunicardi(2015) membagi macam-macam hernia menjadi:

1. Menurut lokasinya :

a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.

b. Hernia umbilikus adalah di pusat.

c. Hernia femoralis adalah di paha.

2. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya

4. Menurut keadaannya :

a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.

b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.

5. Menurut sifatnya :

a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.

VI.
Manifestasi Klinis
Pada hernia yang reponibel bisa saja tidak ditemukan gejala apapun termasuk penonjolan pada
lokasi hernia, sedangkan pada hernia ireponibel penonjolan jelas terlihat pada lokasi hernia
akan tetapi tidak menimbulkan keluhan seperti nyeri dan defans muskular.
Pada hernia inkarserata, tampak penonjolan pada lokasi hernia dengan disertai rasa nyeri dan
tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti muntah, sulit flatus, sulit buang air besar, dan
peningkatan bising usus.
Pada hernia strangulata tampak gejala seperti pada hernia inkarserata namun pasien tampak
lebih toksik. Keadaan toksik ini kemungkinan disebabkan oleh isi hernia yang telah mengalami
iskemia atau bahkan nekrosis.( Daniel DK, 2016)

VII. Diagnosis banding


Terdiri dari (Brunicardi, 2015)

1. Keganasan :
a. Limfoma
b. Retroperitoneal sarcoma
c. Metastasis
d. Tumor testis
2. Penyakit testis primer
a. Varicocele
b. Epididimitis
c. Torsio Testis
d. Hidrokel
e. Testis ectopic
f. Undescendent testis
3. Aneurysma artery
4. Nodus Limfatikus
5. Kista Sebasea
6. Hidraenitis
7. Psoas abses
8. Hematoma
9. Asites

VIII. Penatalaksanaan
1. Konservatif :

a. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi
reposisi
b. Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian sedatif
parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi
pada hari berikutnya.
c. Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus dipakai
seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot abdomen
yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. (Brunicardi, 2015)
Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.(Brunicardi, 2015)

IX. Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
- Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
- Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
- Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi segera setelah pembedahan:
- Hematome
- Infeksi
Komplikasi lanjut:
- Atrofi Testis
- Hernia residif

X. Prognosis
Umumnya sebanyak 1-3% tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter bedah yang expert
dapat terjadi hernia rekuren dalam waktu 10 tahun yang mungkin dapat diakibatkan karena kurangnya
jaringan dan tidak kuatnya hernioplasty yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, et al.,2015. Neurosurgery. Schwartz’s Principles of Surgery tenth edition. . United States of
America : Mc Graw-Hill, 1740-1771

Daniel DK, Roja N, Prasanjeet S, Jianqiang Q. A case report on scrotal herniation and its variations. Int
J Anat Res. 2016; 4(3):2630-3.

Fitzgibbonz, RJ, Forse, RA, 2015, ‘Groin Hernias in Adults’, dalam The New England Journal of
Medicine, No.372, pp 756-63, diakses 26 Mei 2015, dari <
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1404068>

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2014. Jakarta : Media Aesculapius FK
UI

Medscape Reference [homepage on internet ]. Hernia update April 21, 2014 Available from: http:/
emedicine.medscape.com/ article/77530-overview

Sjamsuhidayat, R.; Wim de Jong. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC, pp. 519-37

Townsend, Courtney M. 2017. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 20th Edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 1199-1217
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai