Anda di halaman 1dari 31

BUKU 1

PENJELASAN UMUM
SOP UPTD PERSAMPAHAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i


PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................... I-1


1.1. Latar Belakang ........................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................... I-3
1.3. Ruang Lingkup ................................................................ I-3
1.4. Rujukan Penyusunan SOP ............................................... I-4
1.5. Pengertian SOP ................................................................. I-5
1.6. Manfaat ............................................................................ I-6
1.7. Prinsip ............................................................................... I-7
1.7.1 Prinsip Penyusunan SOP ..................................... I-7

1.7.2 Prinsip Pelaksanaan SOP ..................................... I-8

vi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

BAB 2 JENIS DAN FORMAT SOP ...................................... II-1


2.1. Jenis SOP ................................................................. II-1
2.2. Format SOP .............................................................. II-3
2.3. Format SOP AP ................................................................ II-4
2.4. Format SOP UPTD Persampahan .................................... II-5

BAB 3 LIST KEBUTUHAN SOP UPTD PERSAMPAHAN ...... III-1

vii
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 List SOP Manajemen & Administrasi Operator dan


SOP SDM ................................................................... III-2
Tabel 3.1 List SOP Aset Operasi ................................................ III-3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gerakan 100-0-100 ..................................................... I-2

viii
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

ix
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan


Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga bertujuan
untuk:
a. mewujudkan penyelenggaraan PSP yang efektif, efisien, dan berwawasan
lingkungan;
b. meningkatkan cakupan pelayanan penanganan sampah;
c. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan;
d. melindungi sumber daya air, tanah, dan udara terhadap pencemaran serta
mitigasi perubahan iklim; dan
e. menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menya-


takan bahwa pekerjaan umum dan penataan ruang juga perumahan rakyat dan
kawasan permukiman termasuk dalam urusan wajib Pemerintah Daerah dan
merupakan pelayanan dasar bagi masyarakat. Penyelenggaraan Prasarana Dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga termasuk di dalamnya.

Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional 2015–2019 juga menyatakan pencapaian universal akses
sanitasi pada tahun 2019.

I-01
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Sumber: Renstra DJCK 2015-2019


Gambar 1.1 Gerakan 100-0-100

Dalam renstra DJCK Tahun 2015-2019 disebutkan, cakupan pelayanan bidang


persampahan pada tahun 2014 berada pada tingkat 86.73%. Meskipun pada
tahun 2010-2014 Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan TPA di 210 kabupaten
/kota, namun kondisi ini belum sebanding dengan laju timbulan sampah dari
penduduk perkotaan.

Untuk membangun TPA baru, kendala utama yang dihadapi adalah terbatasnya
ketersediaan lahan. Sedangkan, beberapa TPA yang ada sudah tidak mampu
menampung sampah yang dihasilkan penduduk. Terlebih lagi kondisi Tempat
Pemrosesan Akhir yang tidak dikelola dengan baik, masih menggunakan sistem
open dumping, menyebabkan kerusakan lingkungan karena menghasilkan air lindi
(leachate) dan gas metana. Upaya pengurangan sampah dengan pembangunan
tempat pengelolaan sampah terpadu 3R (reduce, reuse, recycle) terus dikembang
kan meskipun masih terbatas dan memerlukan upaya berkelanjutan.

Tantangan lainnya adalah belum seluruh kabupaten/kota memiliki kelem-


bagaan pengelola sampah, baik sebagai regulator maupun sebagai operator.

I-02
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Menjawab tantangan universal akses sanitasi tersebut, Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat bersama Pemerintah Daerah berkomitmen untuk
mendorong Pemerintah Daerah, untuk membentuk operator pengelola prasarana
dan sarana persampahan dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas UPTD Persampahan tersebut,
Direktorat Pengembangan PLP menyusun SOP UPTD Persampahan yang berisi
sejumlah materi referensi berdasarkan pengalaman implementasi lapangan
berupa Panduan Pengelolaan Persampahan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyususan SOP ini adalah agar UPTD Persampahan mempunyai
referensi dan database contoh SOP, berdasarkan jenis kegiatannya yaitu bersifat
teknis maupun administrasi yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan karak-
teristik daerah masing-masing.
Tujuan dari Penyusunan SOP UPTD Persampahan ini adalah sebagai salah satu
referensi bagi UPTD Persampahan dalam menyusun SOP di daerah, yang dapat
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik daerah masing-masing.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang Lingkup Kegiatan ini adalah menyusun SOP UPTD Persampahan, yang
meliputi:
1. SOP Manajemen & Administrasi Operator
2. SOP SDM
3. SOP Aset Operasi
Ruang Lingkup SOP Bidang Aset Operasi adalah:
a. SOP Tahap Pemilahan
Ruang lingkup Tahap Pemilahan adalah untuk Fasilitas Umum dan
Fasilitas Sosial.

I-03
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

b. SOP Tahap Pengumpulan dan Pengolahan yang meliputi:


‡ TPS,
‡ TPS 3R dan TPST,
‡ SPA
c. SOP Tahap Pemrosesan Akhir meliputi:
‡ Fasilitas Dasar,
‡ Fasilitang Penunjang,
‡ Fasilitas Perlindungan Lingkungan,
‡ Fasilitas Operasional.
d. SOP Sarana Pengumpul Sampah
e. SOP Sarana Pengangkut Sampah

Sedangkan UPTD yang dimaksud dalam Buku SOP ini adalah UPTD Persampahan,
yang mempunyai tupoksi dari Tahap Pemilahan Sampah hingga Pemrosesan
Akhir Sampah.

1.4. Rujukan Penyusunan SOP

Penyusunan UPTD Persampahan ini mengacu kepada Permenpan Reformasi


Birokrasi No. 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP-AP).

SOP Manajemen & Administrasi Operator dan SOP SDM, mengacu kepada pera-
turan perundangan terkait, yaitu Undang Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, beserta peraturan turunannya. Detail teknisnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.

I-04
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Untuk SOP Aset Operasi, mengacu kepada peraturan perundangan terkAait,


yaitu Undang Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, beserta peraturan turunannya. Detail teknisnya berdasarkan Permen
PU no. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana
Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga. Selanjutnya akan ditambahkan FGD hasil masukan
dari Dinas/UPTD terkait dari beberapa daerah, sebagai masukan yang penting
dalam hal penerapannya kelak dilapangan. Selanjutnya ditambahkan hasil FGD
berupa masukan dari Dinas/UPTD terkait Persampahan dari beberapa daerah,
sebagai masukan yang penting dalam hal penerapannya kelak dilapangan.

1.5 Pengertian SOP

1. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi tertulis


yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivi-
tas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan
oleh siapa dilakukan;
2. Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP AP)
adalah standar operasional prosedur dari berbagai proses penye-
lenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. Administrasi Pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan
tugas dan fungsi pemerintahan yang dijalankan oleh organisasi
pemerintah;
4. SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum dan
tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang
aparatur atau pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan;
5. SOP Teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan
yang dilakukan oleh satu orang aparatur atau pelaksana dengan
satu peran atau jabatan.

I-05
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

1.6. Manfaat

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan aparatur dalam menyele-


saikan pekerjaan yang menjadi tugasnya;
2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan
oleh seorang aparatur atau pelaksana dalam melaksanakan tugas;
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tang-
gung jawab individual aparatur dan organisasi secara keseluruhan;
4. Membantu aparatur menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung
pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterli-
batan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan apara-
tur cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu menge
valuasi usaha yang telah dilakukan;
7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan
dapat berlangsung dalam berbagai situasi;
8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi
mutu, waktu, dan prosedur;
9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus
dikuasai oleh aparatur dalam melaksanakan tugasnya;
10. Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi aparatur;
11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh
seorang aparatur dalam melaksanakan tugasnya;
12. Sebagai instrumen yang dapat melindungi aparatur dari kemung
kinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan;
13. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas;
14. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural
dalam memberikan pelayanan;

I-06
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

15. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusu-


nan standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan
informasi bagi kinerja pelayanan.

1.7 Prinsip
1.7.1 Prinsip Penyusunan SOP

1. Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan


harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua
SDM UPTD Persampahan bahkan bagi seseorang yang sama sekali
baru dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur yang distandarkan
harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam
proses pelaksanaan tugas;
3. Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras
dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait;
4. Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan
mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat
diukur pencapaian keberhasilannya;
5. Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat
dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas
pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan;
6. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani.
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus mempertimbangkan
kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat memberi-
kan kepuasan kepada pengguna;
7. Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
memenuhi ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang
berlaku;

I-07
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

8. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan


standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi
bagi kinerja pelayanan.

1.7.2 Prinsip Pelaksanaan SOP

1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke


waktu, oleh siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh
seluruh jajaran organisasi pemerintahan;
2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari
seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan
tertinggi;
3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur
yang benar-benar efisien dan efektif;
4. Mengikat. SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan;
5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh SDM UPTD
Persampahan melaksanakan peran-peran tertentu dalam setiap
prosedur yang distandarkan. Jika SDM UPTD Persampahan
tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan
mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak
pada terganggunya proses penyelenggaraan pemerintahan;
6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distan-
darkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat
selalu dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-pihak yang
memerlukan.

I-08
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

II

JENIS DAN FORMAT SOP

2.1 Jenis SOP

Adapun jenis-jenis SOP yang ada dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan


adalah seperti pada uraian berikut ini.
1. SOP berdasarkan Sifat Kegiatan
Berdasarkan sifat kegiatan maka SOP dapat dikategorikan ke dalam dua
jenis, yaitu:
a. SOP Teknis
Prosedur standar yang sangat rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh
satu orang aparatur atau pelaksana dengan satu peran atau jabatan.
Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti sehingga tidak ada kemung
kinan-kemungkinan variasi lain.
SOP teknis ini pada umumnya dicirikan dengan:
1) Pelaksana kegiatan berjumlah satu orang atau satu kesatuan tim kerja
atau satu jabatan meskipun dengan pemangku yang lebih dari satu;
2) Berisi langkah rinci atau cara melakukan pekerjaan atau langkah
detail pelaksanaan kegiatan. SOP teknis banyak digunakan pada
bidang-bidang yang menyangkut pelaksana tunggal yang memiliki
karakteristik yang relatif sama dan dengan peran yang sama pula,
antara lain: dalam bidang teknik, seperti: perakitan kendaraan bermo-
tor, pemeliharaan kendaraan, pengoperasian alat-alat, dan lainnya;
dalam bidang kesehatan, pengoperasian alat-alat medis, penanganan
pasien pada unit gawat darurat, medical check-up, dan lain-lain.

II-01
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan, SOP teknis diterap-


kan pada bidang-bidang yang dilaksanakan oleh pelaksana tunggal atau
jabatan tunggal, antara lain: pemeliharaan sarana dan prasarana, pemerik
saan keuangan (auditing), kearsipan, korespondensi, dokumentasi,
pelayanan-pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian dan lainnya.
Contoh SOP Teknis adalah: SOP Pengujian Sampel di Laboratorium, SOP
Perakitan Kendaraan, SOP Pengagendaan Surat dan SOP Pemberian Disposisi.
SOP teknis ini merupakan kebutuhan organisasi Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang dimi-
likinya disamping SOP yang bersifat administratif. Untuk itu maka SOP
jenis ini harus dibuat guna memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi
sehari-hari satuan organisasi/satuan organisasi di lingkungan Kemente-
rian/Lembaga dan Pemerintah Daerah guna mendukung efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi yang dimilikinya.

b. SOP Administratif
SOP administratif adalah prosedur standar yang bersifat umum dan tidak
rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang aparatur atau
pelaksana dengan lebih dari satu peran atau jabatan.
SOP administratif ini pada umumnya dicirikan dengan:
1) Pelaksana kegiatan berjumlah banyak atau lebih dari satu aparatur
atau lebih dari satu jabatan dan bukan merupakan satu kesatuan
2) yang tunggal;
Berisi tahapan pelaksanaan kegiatan atau langkah-langkah pelaksa-
naan kegiatan yang bersifat makro ataupun mikro yang tidak meng-
gambarkan cara melakukan kegiatan.
SOP administratif mencakup kegiatan lingkup makro dengan ruang lingkup
yang besar dan tidak mencerminkan pelaksana kegiatan secara detail dan
kegiatan lingkup mikro dengan ruang lingkup yang kecil dan mencer-
minkan pelaksana yang sesungguhnya dari kegiatan yang dilakukan.

II-02
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan lingkup makro, SOP


administratif dapat digunakan untuk proses-proses perencanaan, peng-
ganggaran, dan lainnya, atau secara garis besar proses-proses dalam
siklus penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
SOP administratif dalam lingkup mikro, disusun untuk proses-proses
administratif dalam operasional seluruh instansi pemerintah, dari mulai
tingkatan unit organisasi yang paling kecil sampai pada tingkatan organi-
sasi yang tertinggi, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Contoh SOP Administrasi adalah: SOP Pelayanan Pengujian Sampel Di
Laboratorium, SOP Pelayanan Perawatan Kendaraan, SOP Penanganan
Surat Masuk dan SOP Penyelenggaraan Bimbingan Teknis.
Disamping merupakan kebutuhan organisasi Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, SOP adminis-
tratif ini menjadi persyaratan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi.
Untuk itu maka SOP jenis ini baik yang bersifat makro dan mikro harus
dibuat guna memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari
satuan organisasi/satuan organisasi di lingkungan Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah.

2. SOP Menurut Cakupan dan Besaran Kegiatan


SOP menurut cakupan dan besaran kegiatan dikategorikan dalam dua jenis:
a. SOP Makro adalah SOP berdasarkan cakupan dan besaran kegiatannya
mencakup beberapa SOP (SOP mikro) yang mencerminkan bagian dari
kegiatan tersebut atau SOP yang merupakan integrasi dari beberapa SOP
(SOP mikro) yg membentuk serangkaian kegiatan dalam SOP tersebut.
SOP makro ini tidak mencerminkan kegiatan yang sesungguhnya dilakukan
oleh pelaksanaanya (misalnya, menteri X mengirim surat ke menteri Y, yang
mengirim surat adalah kurir), sedangkan SOP mikro mencerminkan kegiatan
yang dilakukan pelaksananya (misalnya kurir mengirim surat, yang mengi-
rim adalah kurir itu sendiri bukan pelaksana lainnya).

II-03
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Contoh: SOP Pengelolaan Surat yang merupakan SOP makro dari SOP
Penanganan Surat Masuk, SOP Pemberian Tanggapan terhadap Surat
Masuk, dan SOP Pengiriman Surat. SOP Penyelenggaraan Bimbingan
Teknis merupakan SOP makro dari SOP Persiapan Bimbingan Teknis,
SOP Pelaksanaan Bimbingan Teknis, dan SOP Pelaporan Bimbingan
Teknis.
Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk memahami SOP makro
adalah dengan melakukan identifikasi awal terhadap kegiatan dari
uraian/rincian tugas unit kerja atau satuan kerja terendah dari organisasi
pemerintah karena pada dasarnya kegiatan yang dihasilkan dari identifi-
kasi tersebut adalah kegiatan makro.

b. SOP Mikro adalah SOP yang berdasarkan cakupan dan besaran kegiatan-
nya merupakan bagian dari sebuah SOP (SOP makro) atau SOP yang
kegiatannya menjadi bagian dari kegiatan SOP (SOP makro) yang lebih
besar cakupannya.
Contoh: SOP Penanganan Surat Masuk, SOP Pemberian Tanggapan ter
hadap Surat Masuk, dan SOP Pengiriman Surat SOP merupakan SOP
mikro dari SOP Pengelolaan Surat. SOP Persiapan Bimbingan Teknis,
SOP Pelaksanaan Bimbingan Teknis, dan SOP Pelaporan Bimbingan
Teknis merupakan SOP mikro dari SOP Penyelenggaraan Bimbingan
Teknis.
Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk memahami SOP mikro
adalah dengan melakukan identifikasi terhadap kegiatan terkait dari SOP
makro karena pada dasarnya kegiatan yang terkait tersebut adalah kegiatan
mikro yang selanjutnya bila disusun akan menjadi SOP mikro.

3. SOP Menurut Cakupan dan Kelengkapan


Kegiatan SOP menurut cakupan dan kelengkapan kegiatan dikategorikan
ke dalam dua jenis, yaitu:

II-04
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

a. SOP Final adalah SOP yang berdasarkan cakupan kegiatannya telah


menghasilkan produk utama yang paling akhir atau final.
Contoh: SOP Penyusunan Pedoman merupakan SOP Final dari SOP Penyia
pan Bahan Penyusunan Pedoman. SOP Penyelenggaraan Bimbingan
Teknis merupakan SOP Final dari SOP Penyiapan Penyelenggaraan Bim
bingan Teknis.

b. SOP Parsial adalah SOP yang berdasarkan cakupan kegiatannya belum


menghasilkan produk utama yang paling akhir atau final, sehingga kegia-
tan ini masih memiliki rangkaian kegiatan lanjutan yang mencerminkan
produk utama akhirnya.
Contoh: SOP Penyiapan Bahan Penyusunan Pedoman yang merupakan
bagian (parsial) dari SOP Penyusunan Pedoman. SOP Penyiapan Penye-
lenggaraan Bimbingan Teknis yang merupakan bagian (parsial) dari SOP
Penyelenggaraan Bimbingan Teknis.

4. SOP Menurut Cakupan dan Jenis Kegiatan


SOP menurut cakupan dan jenis kegiatan dikategorikan dalam dua jenis, yaitu:
a. SOP Generik (Umum) adalah SOP berdasarkan sifat dan muatan kegia-
tannya relatif memiliki kesamaan baik dari kegiatan yang diSOP-kan
maupun dari tahapan kegiatan dan pelaksananya. Variasi SOP yang ada
hanya disebabkan perbedaan lokasi SOP itu diterapkan.
Contoh: SOP Pengelolaan Keuangan di Satker A dan SOP Pengelolaan
Keuangan di Satker B memiliki SOP generik: SOP Pengelolaan Keuangan
dengan aktor: KPA, PPK, Bendahara, dst.

b. SOP Spesifik (Khusus) adalah SOP berdasarkan sifat dan muatan kegia-
tannya relatif memiliki perbedaan dari kegiatan yang di-SOPkan, tahapan
kegiatan, aktor (pelaksana), dan tempat SOP tersebut diterapkan. SOP ini
tidak dapat diterapkan di tempat lain karena sifatnya yang spesifik tersebut.

II-05
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Contoh: SOP Pelaksanaan Publikasi Hasil Uji Laboratorium A pada


Instansi Z hanya berlaku pada laboratorium A di Instansi Z tidak berlaku
di laboratorium lainnya meskipun di instansi Z sekalipun.

2.2. Format SOP

Empat faktor yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan format penyusunan
SOP yang akan dipakai oleh suatu organisasi adalah:
1. Berapa banyak keputusan yang akan dibuat dalam suatu prosedur;
2. Berapa banyak langkah dan sub langkah yang diperlukan dalam suatu prosedur;
3. Siapa yang dijadikan target sebagai pelaksana SOP; dan
4. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan SOP ini.

Format terbaik SOP adalah format yang sederhana dan dapat menyampaikan
informasi yang dibutuhkan secara tepat serta memfasilitasi implementasi SOP
secara konsisten sesuai dengan tujuan penyusunan SOP.
1. Format Umum SOP
Secara umum Format SOP dapat kita kategorikan ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Langkah sederhana (Simple Steps)
Simple steps adalah bentuk SOP yang paling sederhana. SOP ini biasanya
digunakan jika prosedur yang akan disusun hanya memuat sedikit kegia-
tan dan memerlukan sedikit keputusan yang bersifat sederhana. Format
SOP ini dapat digunakan dalam situasi yang hanya ada beberapa orang
yang akan melaksanakan prosedur yang telah disusun. Dan biasanya
merupakan prosedur rutin dan sederhana. Dalam simple steps ini kegiatan
yang akan dilaksanakan cenderung sederhana dengan proses yang
pendek yang umumnya kurang dari 10 (sepuluh) langkah.

b. Tahapan berurutan (Hierarchical Steps)


Hierarchical Steps ini merupakan format pengembangan dari simple steps.

II-06
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Format ini digunakan jika prosedur yang disusun panjang, lebih dari 10
langkah dan membutuhkan informasi lebih detail, akan tetapi hanya
memerlukan sedikit pengambilan keputusan.
Dalam hierarchical steps, langkah-langkah yang telah diidentifikasi
dijabarkan kedalam sub-sub langkah secara terperinci.

c. Grafik (Graphic)
Format Grafik (Graphic) dipilih, jika prosedur yang disusun menghendaki
kegiatan yang panjang dan spesifik. Dalam format ini proses yang panjang
tersebut dijabarkan ke dalam sub-sub proses yang lebih pendek yang
hanya berisi beberapa langkah. Format ini juga bisa digunakan jika dalam
menggambarkan prosedur diperlukan adanya suatu foto atau diagram.
Format grafik ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami
prosedur yang ada dan biasanya ditujukan untuk pelaksana eksternal
organisasi (pemohon). Salah satu varian dari SOP format ini adalah SOP
Format Annotated Picture (gambar yang diberi keterangan) yang biasanya
ditujukan untuk pemohon atau pengguna jasa sebuah pelayanan.

d. Diagram Alir (Flowcharts)


Flowcharts merupakan format yang biasa digunakan jika dalam SOP
tersebut diperlukan pengambilan keputusan yang banyak (kompleks) dan
membutuhkan opsi jawaban (alternatif jawaban) seperti: jawaban “ya”
atau “tidak”, “lengkap” atau “tidak”, “benar” atau “salah”, dsb, yang akan
mempengaruhi sub langkah berikutnya.
Format ini juga menyediakan mekanisme yang mudah untuk diikuti dan
dilaksanakan oleh para pelaksana (pegawai) melalui serangkaian langkah
-langkah sebagai hasil dari keputusan yang telah diambil. Penggunaan
format ini melibatkan beberapa simbol yang umum digunakan dalam
menggambarkan proses (umumnya berjumlah 30 simbol).

II-07
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Simbol-simbol tersebut memiliki fungsi yang bersifat khas (teknis dan


khusus) yang pada dasarkan dikembangkan dari simbol dasar flowcharts
(basic symbols of flowcharts) yang terdiri dari 4 (empat) simbol, yaitu
simbol kapsul (terminator), simbol kotak (process), simbol belah ketupat
(decision) dan anak panah (arrow).

Format SOP dalam bentuk flowcharts ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu:
‡Linear Flowcharts (diagram alir linier) dan
‡Branching Flowcharts (diagram alir bercabang).

Linear Flowcharts dapat berbentuk vertikal dan horizontal. Ciri utama


dari format linear flowcharts ini adalah ada unsur kegiatan yang disatukan,
yaitu: unsur kegiatan atau unsur pelaksananya dan menuliskan rumu-
san kegiatan secara singkat di dalam simbol yang dipakai. SOP format ini
umumnya dipakai pada SOP yang bersifat teknis.
Sedangkan Format Branching Flowcharts memiliki ciri utama dipisahkan-
nya unsur pelaksana dalam kolom-kolom yang terpisah dari kolom kegia-
tan dan menggambarkan prosedur kegiatan dalam bentuk simbol yang
dihubungkan secara bercabang-cabang. Dalam format ini simbol yang
digunakan tidak diberi tulisan rumusan singkat kegiatan. Tulisan hanya
diperlukan untuk memberi penjelasan pada simbol kegiatan yang merupakan
pengambilan keputusan (simbol “decision” atau belah ketupat). SOP
format ini umumnya dipergunakan untuk SOP Administratif.

2.3. Format SOP AP

Format SOP AP yang dipersyaratkan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi memi-


liki format yang telah distandarkan tidak seperti format SOP pada umumnya.
Adapun format SOP AP yang dipergunakan dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi
adalah sebagai berikut:

II-08
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

a. Format Diagram Alir Bercabang (Branching Flowcharts)


Format yang dipergunakan dalam SOP AP adalah format diagram alir
bercabang (branching flowcharts) dan tidak ada format lainnya yang dipa-
kai. Hal ini diasumsikan bahwa prosedur pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah termasuk di dalamnya Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah memuat kegiatan yang banyak (lebih dari sepuluh)
dan memerlukan pengambilan keputusan yang banyak. Oleh sebab itu
untuk menyamakan format maka seluruh prosedur pelaksanaan tugas
dan fungsi administrasi pemerintahan dibuat dalam bentuk diagram alir
bercabang (branching flowcharts) termasuk juga prosedur yang singkat
(sedikit, kurang dari sepuluh) dengan/atau tanpa pengambilan keputusan.

b. Menggunakan hanya Lima Simbol Flowcharts Simbol yang digunakan


dalam SOP AP hanya terdiri dari 5 (lima) simbol, yaitu: 4 (empat) simbol
dasar flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts) dan 1 (satu) simbol peng-
hubung ganti halaman (Off-Page Conector).

Kelima simbol yang dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut:


1) Simbol Kapsul/Terminator untuk mendeskripsikan kegiatan mulai
dan berakhir;
2) Simbol Kotak/Process untuk mendeskripsikan proses atau kegiatan
eksekusi;
3) Simbol Belah Ketupat/Decision untuk mendeskripsikan kegiatan
pengambilan keputusan;
4) Simbol Anak Panah/Panah/Arrow untuk mendeskrpsikan arah
kegiatan (arah proses kegiatan);
5) Simbol Segilima/Off-Page Connector untuk mendeskripsikan
hubungan antar simbol yang berbeda halaman.

II-09
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Dasar penggunaan 5 (lima) simbol dalam penyusunan SOP AP adalah:


1) SOP AP mendeskripsikan prosedur administratif, yaitu kegiatan
kegiatan yang dilaksanakan oleh lebih dari satu pelaksana (jabatan)
dan bersifat makro maupun mikro dan prosedur yang bersifat teknis
yang detail baik yang menyangkut urusan administrasi maupun
urusan teknis;
2) Hanya ada dua alternatif sifat kegiatan administrasi pemerintahan yaitu
kegiatan eksekusi (process) dan pengambilan keputusan (decision);
3) Simbol lain tidak dipergunakan disebabkan karena prosedur yang
dideskripsikan bersifat umum tidak rinci dan tidak bersifat teknis
disamping itu kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan sudah
langsung operasional tidak bersifat teknikal (technical procedures)
yang berlaku pada peralatan (mesin);
4) Penulisan kegiatan dalam prosedur bersifat aktif (menggunakan
kata kerja tanpa subyek) dengan demikian banyak simbol yang tidak
dipergunakan, seperti: simbol pendokumentasian, simbol persiapan,
simbol penundaan, dan simbol lain yang sejenis;
5) Penyusunan SOP AP ini hanya memberlakukan penulisan flowcharts
secara vertikal, artinya bahwa branching flowcharts dituliskan
secara vertikal sehingga hanya mengenal penyambungan simbol
yang menghubungkan antar halaman (simbol segilima / off-page
connector) dan tidak mengenal simbol lingkaran kecil penghubung
dalam satu halaman.

c. Pelaksana dipisahkan dari kegiatan Penulisan pelaksana dalam SOP AP


ini dipisahkan dari kegiatan. Oleh karena itu untuk menghindari pengu-
langan yang tidak perlu dan tumpang-tindih (overlapping) yang tidak
efisien maka penulisan kegiatan tidak disertai dengan pelaksana kegiatan
(aktor) dan dipisahkan dalam kolom pelaksana tersendiri. Dengan
demikian penulisan kegiatan menggunakan kata kerja aktif yang diikuti

II-10
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

dengan obyek dan keterangan seperti: menulis laporan; mendokumenta-


sikan surat pengaduan; mengumpulkan bahan rapat; mengirim surat
undangan kepada peserta; meneliti berkas, menandatangani draft surat net,
mengarsipkan dokumen.
Penulisan pelaksana (aktor) tidak diurutkan secara hierarki tetapi didasar
kan pada sekuen kegiatan sehingga kegiatan selalu dimulai dari sisi kiri
dan tidak ada kegiatan yang dimulai dari tengah maupun sisi kanan dari
matriks flowcharts.

2.4. Format SOP UPDT Persampahan

Berdasarkan hal-hal di atas dan disesuaikan dengan kebutuhan, maka format


SOP UPTD Persampahan, adalah sebagai berikut:
1. Prasyarat dan Pemahaman Sebelum Menerapkan SOP
Masalah utama dalam menerapkan hasil penyusunan SOP UPTD Persampahan
ini adalah ketidaksesuaian antara Stuktur Organisasi UPTD eksisting di Kota
/Kabupaten dengan Pelaksana/Unit Kerja yang disarankan ada dalam (men-
jalankan) SOP.
Oleh karena itu pimpinan UPTD Persampahan sebelum berniat menerapkan
SOP (secara selektif) hasil kegiatan penyusunan ini, dapat melakukan
pemetaan personil dan mendistribusikan tanggung jawab pelaksanaan SOP
maupun pelaksana lain/unit kompetensi lain yang terlibat dalam SOP.

SOP yang ada dalam buku ini merupakan salah satu referensi dalam penyusu
nan SOP, diperlukan improvisasi dan penyesuaian sesuai dengan keadaan
UPTD (sumber daya manusia, ketersediaan sarana-prasarana/asset dan
lainnya). Penggunaan istilah “Unit Kompetensi” yang diartikan sebagai pelak-
sana aktifitas/unit kerja dalam langkah-langkah prosedur dan dipakai untuk
memudahkan serta menghindari kebingungan yang mungkin timbul akibat
istilah fungsi sudah dipakai dalam Struktur UPTD Persampahan yang ada.

II-11
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Dalam prakteknya 1 personil bisa saja menjadi penanggung jawab dari 1 satu
satuan “unit kompetensi” atau lebih, hal ini dapat disesuaikan dengan potensi
dan kecakapan personil yang bersangkutan.

2. Cara Pengisian Format SOP


Bagian Header dari Format SOP tersebut memuat atau harus diisi dengan
identitas sbb:
a. Judul Prosedur
b. Unit Kerja yang menjadi penanggung jawab prosedur
c. Tanggal Pengesahan
d. Nomor revisi

Bagian Badan (body) dari Format SOP yang harus diisi,


tidak harus semuanya namun menyesuaikan dengan karakteristik SOP-nya
sendiri, antara lain adalah sbb:
a. Unit Kerja Terkait:
Mencakup unit kerja yang menjadi penanggung jawab prosedur dan unit
lain yang terlibat dalam pelaksanaan prosedur.
b. Tujuan:
Bisa merupakan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Prosedur
atau tujuan dari penyusunan prosedur. Dituliskan sebagai kalimat aktif
yang dlmulai dengan kata kerja.
c. Ruang Lingkup:
Cakupan dalam prosedur, bisa berupa gambaran kapan dimulai hingga
berakhirnya kegiatan dalam prosedur atau unit kerja tempat prosedur
berlaku.
d. Referensi:
Berupa kebijakan organisasi, standar-standar, atau perundangan yang
berlaku.

II-12
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

e. Prosedur:
Urutan langkah pelaksanaan aktivitas. Kalimat yang
mencerminkan langkah-langkah prosedur. Biasanya diawali dengan
nama unit kerja sebagai subyek dan diikuti dengan kata kerja aktif.
f. Peralatan dan Bahan:
Peralatan dan Bahan yang diperlukan dalam melaksanakan prosedur,
termasuk peralatan safety.
g. Dokumen Terkait:
Mencakup dokumen Sistem Tata Kerja yang terkait, formulir yang relevan
dengan prosedur yang ditulis, atau bentuk rekaman yang menjadi bukti
pelaksanaan prosedur.
h. lndikator keberhasilan:
Dapat berupa jenis dan kualitas input proses, waktu penyelesaian satu siklus
prosedur, atau jenis, kualitas dan jumlah output proses yang diinginkan.
i. Lampiran:
Biasanya terdiri dari Diagram Alir dan dokumen terkait
lainnya, misalnya blangko formulir yang digunakan pada prosedur terse-
but, atau ilustrasi yang menggambarkan prosedur.

II-13
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

III

LIST KEBUTUHAN
SOP UPTD PERSAMPAHAN

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa, maka list kebutuhan SOP UPTD
Persampahan berjumlah 87 (delapan puluh tujuh) SOP, adalah sebagai berikut:
1. SOP Manajemen & Administrasi Operator (jumlah: 9 SOP)
SOP SDM (jumlah: 5 SOP)
SOP Aset Operasi (jumlah: 73 SOP)
Ruang Lingkup SOP Bidang Aset Operasi adalah:
a. SOP Tahap Pemilahan (2 SOP)
Ruang lingkup Tahap Pemilahan adalah untuk Fasilitas Umum dan Fasi
litas Sosial.
b. SOP Tahap Pengumpulan dan Pengolahan berjumlah 32 SOP, yang meli-
puti:
‡ TPS,
‡ TPS 3R dan TPST
‡ SPA
c. SOP Tahap Pemrosesan Akhir berjumlah 33 SOP, meliputi:
‡ Fasilitas Dasar,
‡ Fasilitang Penunjang,
‡ Fasilitas Perlindungan Lingkungan,
‡ Fasilitas Operasional.
d. SOP Sarana Pengumpul Sampah (4 SOP)
e. SOP Sarana Pengangkut Sampah (2 SOP)

III-01
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

Tabel 3.2 List SOP Aset Operasi

SOP ASET OPERASI


No Kode SOP JENIS SOP/TKI
TAHAP PEMILAHAN
1 1.C.1 SOP Menyediakan Bin Sampah Pada Fasum dan Fasos
2 1.C.2 SOP Memelihara Bin Sampah Pada Fasum dan Fasos
TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
TPS
1 1.D.1 SOP Memelihara TPS
TPS 3R dan TPST
1 1.E.1 SOP Mencatat Sampah Masuk di TPS 3R/TPST
2 1.E.2 SOP Memilah Sampah Secara Manual di TPS 3R/TPST
3 1.E.3 SOP Memilah Sampah Secara Mekanik di TPST
4 1.E.4 SOP Memelihara Mesin Pencacah Organik Tenaga Listrik di TPS 3R/TPST
5 1.E.5 SOP Memelihara Mesin Pencacah Organik BBM di TPS 3R/TPST
6 1.E.6 TKI Membuat Kompos Dengan Metode Open Windrow di TPS 3R/TPST
7 1.E.7 TKI Membuat Kompos Dengan Metode Caspary di TPS 3R/TPST
8 1.E.8 TKI Membuat Kompos Dengan Metode Takakura di TPS 3R/TPST
9 1.E.9 SOP Memelihara Mesin Pengayak Kompos Tenaga Listrik di TPS 3R/TPST
10 1.E.10 SOP Memelihara Mesin Pengayak Kompos BBM di TPS 3R/TPST
11 1.E.11 SOP Memelihara Mesin Pemadat Plastik di TPST
12 1.E.12 SOP Memelihara Listrik di TPS 3R/TPST
13 1.E.13 SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPS 3R/TPST
14 1.E.14 SOP Memelihara Air Bersih di TPS 3R/TPST
15 1.E.15 SOP Memelihara Saluran Drainase di TPS 3R/TPST
16 1.E.16 SOP Memelihara Gudang Penyimpanan di TPS 3R/TPST
17 1.E.17 SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPS 3R/TPST
18 1.E.18 SOP Mengajukan Analisa Komposisi Kompos ke Pihak Ke-3 di TPS 3R/TPST
` SPA
1 1.F.1 SOP Mencatat Sampah Masuk di SPA
2 1.F.2 SOP Memilah Sampah Secara Mekanik di SPA
3 1.F.3 SOP Memindah Sampah dari Alat Pengumpul ke Alat Pemadat Sampah Skala Kota
4 1.F.4 SOP Memindah Sampah dari Alat Pengumpul ke Alat Pemadat Sampah Skala Kawasan
5 1.F.5 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Pemadat Sampah di SPA
6 1.F.6 SOP Mengeluarkan Sampah di SPA Skala Kota
7 1.F.7 SOP Mengeluarkan Sampah di SPA Skala Kawasan
8 1.F.8 SOP Memelihara Listrik di SPA
9 1.F.9 SOP Memelihara Instalasi Listrik di SPA
10 1.F.10 SOP Memelihara Air Bersih di SPA
11 1.F.11 SOP Memelihara Saluran Drainase di SPA
12 1.F.12 SOP Memelihara Gudang Penyimpanan di SPA
13 1.F.13 SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di SPA

III-02
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan PLP

TAHAP PEMROSESAN AKHIR


1 1.G.1 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA Dengan Pencatatan Jembatan Timbang
2 1.G.2 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA Dengan Pencatatan Manual
3 1.G.3 SOP Menguruk Sampah di Sel Kerja TPA
4 1.G.4 SOP Menutup Sampah di Sel Kerja TPA
5 1.G.5 SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Beban Sampah Berlebih ( Shockloading )
6 1.G.6 SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Kondisi Hujan
7 1.G.7 SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Longsor
8 1.G.8 SOP Mengoperasikan TPA Pada Saat Terjadi Kebakaran
Fasilitas Dasar
9 1.G.9 SOP Memelihara Jalan Masuk ke TPA
10 1.G.10 SOP Memelihara Kantor dan Pos Jaga di TPA
11 1.G.11 SOP Memelihara Saluran Drainase di TPA
12 1.G.12 SOP Memelihara Pagar di TPA
Fasilitas Penunjang
13 1.G.13 SOP Memelihara Jembatan Timbang di TPA
14 1.G.14 SOP Memelihara Fasilitas Air Bersih di TPA
15 1.G.15 SOP Memelihara Listrik di TPA
16 1.G.16 SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPA
17 1.G.17 SOP Memelihara Bengkel di TPA
18 1.G.18 SOP Memelihara Hanggar di TPA
Fasilitas Perlindungan Lingkungan
19 1.G.19 SOP Memelihara Lapisan Kedap Air di TPA
20 1.G.20 SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPA
21 1.G.21 SOP Menyiapkan Peralatan Operasional Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
22 1.G.22 SOP Melakukan Test Kebocoran Bak Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
23 1.G.23 SOP Mengembangbiakkan (Seeding and Aklimatisasi) Bakteri Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
24 1.G.24 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Dengan Sistem BioFilter
25 1.G.25 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Dengan Sistem Wetland
26 1.G.26 SOP Memonitoring Operasional Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
27 1.G.27 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Baru
28 1.G.28 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Lama
29 1.G.29 SOP Memelihara Zona Penyangga di TPA
30 1.G.30 SOP Memelihara Tanah Penutup di TPA
31 1.G.31 SOP Memelihara Sumur Uji/Sumur Pantau di TPA
Fasilitas Operasional
32 1.G.32 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Berat di TPA
33 1.G.33 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Angkut Tanah Di TPA
SARANA PENGUMPUL SAMPAH
1 1.H.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Gerobak Sampah
2 1.H.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Motor Sampah Roda 3
3 1.H.3 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
4 1.H.4 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Amroll Truck
SARANA PENGANGKUT SAMPAH
1 1.I.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
2 1.I.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Amroll Truck

III-03

Anda mungkin juga menyukai