PENDAHULUAN
Masa neonatal dini atau bayi baru lahir adalah dimulai dari usia 0-7 hari (Sritanti
2005). Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan
usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6
bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam dkk, 2005).
Gumoh merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada bayi yang
mengalami Refluks Gastroesofagus (RGE). Refluks gastroesofagus didefenisikan
sebagai kembalinya isi lambung ke dalam esophagus secara involunter tanpa adanya
usaha dari bayi, sedangkan istilah regurgitasi digunakan apabila isi lambung tersebut
dikeluarkan melalui mulut
Sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali
setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga
8 – 10% pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan.Dalam Nakita (2006)
dikatakan 70% bayi usia 4 bulan dalam sehari paling tidak mengalami gumoh. Dan saat
anak berusia setahun bisa dikatakan hanya tinggal 10% yang masih mengalami gumoh.
Sedikitnya 25% orang tua menganggap bahwa regurgitasi merupakan suatu
keadaan yang mencemaskan dan umumnya dihubungkan dengan frekuensi dan volume
regurgitasi. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi. Juga kala terjadinya tidak hanya
sesuai makan dan minum saja, tetapi juga selagi tidur meski aktivitas makan dan minum
sudah dilakukan 3 jam yang lalu. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat
perhatian kendati mungkin saja saat itu berat badannya bagus dan sikecil masih mau
makan dan minum.
Dalam kondisi demikian orang tua harus hati-hati agar gumoh tidak berlanjut
menjadi patologis yang diistilahkan refluks gastroesofagus, yakni adanya aliran balik
dari lambung ke kerongkongan yang menyebabkan kerusakan lapisan dinding
kerongkongan.Kerusakan dindin kerongkongan ini disebabkan oleh iritasi lambung
yang juga ikut masuk kedalam kerongkongan.
Asam lambung ini mengiritasi daerah kerongkongan yang semula netral
akhirnya terluka. Akibat selanjutnya, bayi akan rewel karena apapun yang dimakan dan
diminum akan menyebabkan rasa sakit dikerongkongan. Jika tidak diatasi, ia akan
menolak makan dan minumnya sehingga asupan nutrisinya berkurang yang kemudian
berdampak pada berat badan yang tidak kunjung naik sebagaimana mestinya.
Dengan kata lain, refluks bisa menyebabkan bayi tidak tumbuh optimal. Jika
keadaan ini berlanjut tanpa ada penanganan yang baik dikawatirkan sel-sel di daerah
kerongkongan akan berubah menjadi bentuk yang tidak lazim. Sel-sel dengan bentuk
tidak lazim ini dikawatirkan akan menjadi factor timbulnnya keganasan di usia dewasa.
1
Dengan demikian gumoh yang sering dan tidak seperti biasanya harus segera
diantisipasi
1.2 Rumusan masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007). Gumoh
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah
minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi
dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan bertambahnya usia
diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi
dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat. Juga kalau
terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat tidur. Selain itu juga pada
gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat
perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang diistilahkan dengan refluks
esofagus.
Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan muntah,
gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau
memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika gumoh
mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring atau
bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif. Muntah merupakan aksi reflek yang
dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui
mulut.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan
yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi
muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. Posisi Menyusui.
Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur
telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran
napas. Bayi pun gumoh.
Pemakaian bentuk dot.Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan
malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut
si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi
muntah.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.
3
Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke
lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep
ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. Fungsi Pencernaan
Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih
belum sempurna.
5. Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus
menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam
bentuk muntah atau gumoh
2.3 Ciri-Ciri Gumoh
1. Mengalir biasa dari mulut bayi. Tidak disertai kontraksi otot perut.
2. Kebanyakan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu, 1-4 bulan atau 6 bulan dan
akan hilang dengan sendirinya
3. Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelanbayi saat minum ASI
4.Bayi terlalu banyak ASI hingga saat makan atau minum, udara ikut tertelan, dan bayi
gagal menelan karena otot penghubung mulut dan kerongkongan belum matang.
Banyak terjadi pada bayi prematur
2.4 Komplikasi
• Infeksi pada saluran pernafasan.
• Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
• Nafas terhenti sesaat.
• Bayi tersedak dan batuk.
• Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
• Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.
4
6. Pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau lebar. Bila terlalu kecil maka akan banyak
udara yang masuk. Bila terlalu besar, susu akan mengalir lebih cepat sehingga dapat
membuat bayi gumoh.
7. Jika bayi sangat lapar sebaiknya jangan berikan susu atau ASI terlebih dahulu sebab
bayi akan minum tergesa-gesa sehingga akan banyak udara yang masuk.
8. Usahakan bayi dalam posisi miring dengan kepala lebih tinggi dari kaki membentuk
sekitar 45 derajat. Posisi ini bisa membuat cairan turun ke bawah.
9. Jangan langsung mengangkat bayi saat gumoh atau muntah karena bisa jadi gumoh
turun dan masuk ke paru-paru. Sebaiknya tengkurapkan atau miringkan bayi dan
biarkan ia muntah sampai tuntas.
10. Bila bayi gumoh melalui hidung sebaiknya biarkan saja. Kondisi akan berbahaya
bila cairan dihirup kembali dan masuk ke paru-paru. Keluarnya cairan dari hidung
menandakan bahwa muntahan bayi terlalu banyak sehingga samapi keluar lewat
hidung.
11. Kondisi akan membahayakan bila bayi tersedak sehingga muntahannya masuk ke
paru-paru. Segera miringkan atau tengkurapkan bayi bila terliht tanda-tanda ingin
muntah.
Asuhan Bidan :
• Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan yang
baik.
• Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui yang
tidak tepat atau posisi botol yang salah
• Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu
dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
5
yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur
candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada
pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan
dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan
antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral
thrush yang menetap.
6
jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah.
7
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff
dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila
tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci
bersih dan disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan
oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu
ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu
dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan
dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab
terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu
berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut
tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain
menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit
tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar
sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan
sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang
harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu.
Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja.
Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk
membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan
minum menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan
sariawan serta tak menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.
Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah
ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak
menambah luka.
Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat
memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau.
Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil mengalami sariawan.
Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat
kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang
telah bertambah, pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan
yang membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di lidah.
8
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang
sering sariawan, lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut
dan gigi yang tak terjaga.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gumoh adalah keluarnya kembali (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan
ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol / menyusui dan dalam jumlah hanya
sedikit. Yang disebabkan karena bayi kenyang, posisi salah saat menyusui atau posisi
botol, terburu- buru saat pemberian susu dan kegagalan dalam mengeluarkan udara
yang tertelan.
Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan
lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas,
yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan
kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering,
pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Trush (suatu infeksi jamur
di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal
dari adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh pada bayi.
3.2 Saran
Dalam makalah ini menjelaskan tentang gumoh dan oral thrush pada neonatus. Jadi
sebagai tenaga kesehatan hendaknya dapat mengetahui apa itu gumoh dan oral thrush
serta cara penanganannya agar tidak sampai mengakibatkan kematian pada bayi.
10
Daftar Pustaka
Sugeng dan Weni dalam “Buku Asuhan keperawatan neonatus dan anak”,
2011 :112
Sudarti, M.Kes, dalam buku “kelainan dan penyakit pada bayi dan anak”,
2010:10
11