LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN KELUARGA DENGAN DEWASA HIPERTENSI
1. Latar Belakang
Jumlah usia dewasa (25 – 44 tahun) di kota Depok pada tahun 2005 jumlah usia dewasa
(25 – 44 tahun) sebesar 448.848 atau sebesar 41,2% dari total penduduk, dengan prevalensi
hipertensi sebesar 25,6% yang melebihi angka nasional sebesar 21%. Sedangkan jumlah
penduduk pada usia 2059 di kelurahan A pada bulan Agustus tahun 2011 adalah 42.574
orang ( 52,3 % ) dari jumlah total penduduk sebesar 81.460. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kecenderungan penyakit hipertensi menjadi ancaman produktifitas masyarakat khususnya usia
dewasa.
Beberapa penelitian di Indonesia menjelaskan, prevalensi hipertensi berkisar antara 17
22%. Jadi, dengan mengobati hipertensi di masyarakat dengan benar akan menurunkan efek
lebih lanjut, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Tujuan pengobatan hipertensi saat ini
adalah, selain untuk menurunkan tekanan darah, juga ditujukan untuk menurunkan komplikasi
didahulukan. (Listyani W.S., 2004)
Dalam rangka mengatasi permasalahan hipertensi pada dewasa sangat dibutuhkan peran
keluarga sebagai system yang terbuka yang dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya , yaitu
lingkungan atau masyarakat. Olah karena itu keluarga dapat membentuk manusia sebagai
anggota masyarakat yang sehat biopsikososialspiritual. Diyakini bahwa keluarga yang sehat
akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat.
Prinsip dasar dalam mengatasi hipertensi adalah perlunya dibangun atas dasar pemberdayaan
secara mandiri baik dalam hal pendanaan maupun pelaksanaannya.
Berbagai permasalahan terkait kesehatan keluarga dan usia dewasa sebagai fokus agregat
22
baik yang bersifat aktual, resiko, maupun potensial menuntut peran dan fungsi serta tanggung
permasalahan kesehatan yang muncul pada usia dewasa khususnya yang menderita hipertensi.
2. Tujuan Perencanaan
1) Tujuan umum
Tersusunnya perencanaan kegiatan keperawatan keluarga dalam upaya untuk mengatasi
permasalahan kesehatan keluarga
2) Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa dan keluarga:
a. Menyepakati permasalaan kesehatan yang muncul
b. Menyepakati prioritas masalah
c. Menyepakati rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
pada keluarga
Klien :
- Mengatur setting tempat yang memudahkan komunikasi antara keluarga dan
mahasiswa.
b. Pelaksanaan
NO KEGIATAN WAKTU
(Menit)
1 Ucapkan salam, menjelaskan tujuan, kontrak waktu 5
2 Menyampaikan hasil pengkajian yang telah didapatkan 10
dalam keluarga menjelaskan masalah kesehatan yang
diketemukan
4 Menyepakati prioritas masalah dengan keluarga 10
5 Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang akan 15
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan bersama
dengan keluarga Penkes, perawatan langsung, dan
konseling
6 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan intervensi yang 15
disepakati dengan keluarga
7 Menuliskan kegiatan yang telah disepakati bersama 5
keluarga dalam, menyimpulkan hasil dan kontrak kegiatan
5. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
- Keluarga bersedia untuk mendiskusikan perencanaan
- Seting tempat disiapkan sesuai dengan tujuan kegiatan perencanaan
44
b. Kriteria proses
- Keluarga aktif dalam merencanakan intervensi terkait masalah kesehatan
- Proses membuat perencanaan berjalan dengan lancar
c. Kriteria hasil
- Teridentifikasi prioritas masalah kesehatan keluarga
- Tersusunnya rencana intervensi yang disepakati antara keluarga bersama
perawat.
- Keluarga mampu menyepakati waktu pelaksanaan kegiatan intervensi
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. D
2. Usia : 47 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Swasta
5. Alamat : RT 02 RW 8, Kelurahan A
6. Komposisi Anggota Keluarga :
Jenis Hub dgn
No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin KK
1. Ibu. S P Isteri 43 th SMP IRT
2. Y L Anak 21 th SMA Swasta
3. U P A nak 18 th SMA Swasta
4. R P Anak 12 th SMP -
Genogram :
Bp. S
79 th
Bp. D Ibu S
47 th 43
Keterangan Genogram :
: Lakilaki : garis pernikahan
: Perempuan : garis keturunan
: Meninggal : tinggal serumah
66
Ibu S. Mengalami hipertensi. Menurut keluarga ke-2 orang tua dari Ibu S sudah
meninggal karena sakit pada umur yang sudah tua, Ibu dari Bp. D sudah meninggal tetapi
bapaknya masih hidup. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat dari keluarganya yang
sakit jantung, DM, stroke atau hipertensi. Ibu S dan An. R pada hari ke-5 kunjungan
didapatkan sakit batuk pilek, dan Tn. D dari hasil pemeriksaan gula darah mengalami
kencing manis.
7. Tipe keluarga :
Keluarga Bp. D termasuk tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu terdiri dari ayah, ibu
dan 3 orang anak.
8. Suku bangsa :
Keluarga Bp. D berasal dari Jawa timur dengan nada suara yang keras dan Ibu S dari
Jawa Tengah merasa berdebar-debar ketika mendengar suara yang keras. Bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada pantangan
apapun yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Ibu S menyukai asin dan tidak suka
sayur, sedangkan Bp. D suka minum manis dan tidak ada makanan pantangan. Keluarga
merasa tidak tahu bahwa suara keras dan makanan asin dapat meningkatkan tekanan
darah. Ibu S tidak bisa mengambil keputusan bagaimana agar Tn D dapat bicara secara
pelan, biasanya kalau suami marah marah biasanya tidak di dengar dan ditinggal pindah
tempat saja. Keluarga belum tahu bagaimana memberikan perawatan untuk diet rendah
garam
9. Agama
Kegiatan keagamaan rutin dirumah, Semua anggota keluarga beragama Islam. Tn D
kadang kadang mengikuti sholat berjamaah di musola sebelah rumah. Keluarga biasa
melakukan sholat lima waktu. Keluarga jarang mengikuti kegiatan keagamaan seperti
pengajian bersama masyarakat sekitar.
III. Lingkungan
16. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati berukuran ± 7 m x 10 m2 terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang
keluarga dan 1 ruang tamu, 1 dapur serta 1 ruang warung. Bangunan rumah berbentuk
88
permanen. Lantai rumah terbuat dari keramik dengan dinding yang terbuat dari tembok.
keadaan rumah kelihatan bersih tetapi kurang rapi, ventilasi kurang dan udara masuk
bebas dari ruang tamu dan ruang warung. Pencahayaan untuk penerangan kurang. Dapur
klien berada dibelakang rumah, Sumber air meninum menggunakan air sumur. WC
tampak licin.
Denah rumah :
F G
D B
A C
H
V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi afektif
Seluruh anggota keluarga saling menghormati dan menyayangi. Ibu D mengatakan sering
merasa kuatir terutama ketika anak-anaknya pulang kerja terlambat. Dari aspek psikis
anak-anak merasa takut berkomunikasi dengan bapaknya.
b. Mengambil keputusan
Ibu S mengatakan minum mixagrip jika dia mengeluh pusing , dan akan
menggunakan fasilitas kesehatan ke Puskesmas bila merasa tidak bisa menahan.
Bapak D tidak pernah mau berobat pada saat sakit. Ibu S jarang melakukan
pemeriksaan tekanan darah dan tidak tahu komplikasi yang ditimbulkan dari
hipertensi.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan
Ibu S mengatakan disetiap kamar tidur terdapat jendela, ruang tamu. terdapat didepan
rumah, barang-barang tertata kurang rapi. Ruang tamu pencahayaan kurang. Suara
bising terdengar ketika banyak anak-anak yang belanja makanan dirumah.
1111
Data Objektif
- Tekanan darah 160/100 mmHg
Data Objekif
- Ibu S tampak sedih ketika bercerita
Data Objekif
- Gula darah 300 g/dl
Data Subjektif Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D
- Ibu S dan An. T mengatakan sedang b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
mengalami batuk pilek keluarga yang mengalami ISPA
- Ibu S dan keluarga mengatakan tidak tahu
cara perawatan batuk pilek
- Bp. D mengatakan batuk pilek adalah penyakit
biasa dan tidak berbahaya
Data Objekif
- Ibu S dan An. T tampak batuk dan pilek, suara
napas vesikuler
C. Prioritas Masalah
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak khususnya Ibu S pada keluarga Bp. D b.d
ketidakmampuan keluarga merawat hipertensi
Sifat Masalah : 2/3x1 2/3 Pada Ny. S terdapat keluhan pusing, TD: 160/100
Resiko mmHg sudah 14 tahun. Apabila masalah ini tidak
diatasi akan mengalami gangguan kesadaran, atau
kelumpuhan
Kemungkinan masalah 2/2x2 2 Keluarga tidak tahu penyebab dan akibat yang
dapat diubah : ditimbulkan dari hipertensi. Keluarga dari segi
Sebagian tenaga dan biaya untuk mengatasi masalah
tersedia. Fasilitas kesehatan ada posbindu maupun
puskesmas yang dapat dijangkau karena jarak
yang dekat.
Total
2. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. D b.d ketidakmampuan keluarga menciptakan
pola komunikasi yang efektif
Potensial masalah 2/3x1 2/3 Masalah ini sulit karena berhubungan dengan
dapat dicegah : perilaku.
Tindakan yang dilakukan keluarga belum ada.
Masalah ini dirasakan sudah lama
Masalah tidak
dirasakan
Total 3 1/3
3. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b.d
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan DM
Total 1¾
4. Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang mengalami ISPA
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Potensial masalah 1/3 1/3 Masalah sulit. Tindakan yang dilakukan tidak ada
dapat dicegah :
Total 1¾
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada keluarga Bp. D khususnya Ibu S b.d
ketidakmampuan keluarga merawat hipertensi
2. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga
Tn. D b.d ketidakmampuan keluarga merawat
3. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b.
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan DM
4. Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang mengalami ISPA
RENCANA KEPERAWATAN
Keluarga memutuskan
tindakan yang akan
dilakukan untuk
mengatasi diabetes
mellitus
Keluarga mampu
melakukan perawatan
DM: program diet dan
pola makan, pentingnya
olahraga, terapi obat DM
�Risiko penularan Setelah Setelah dilakukan Penyakit infeksi saluran
infeksi pada dilakukan tindakan keperawatan Gali pemahaman
pernapasan akut disebut
keluarga Bp. D b/d tindakan selama 1x45 mnt keluarga tentang ISPA
Ketidakmampuan keperawatan keluarga mampu: juga batuk pilek dan dapat
keluarga merawat selama 3x 45
terjadi pada siapa saja Diskusikan dengan
anggota keluarga mnt keluarga Mengenal ISPA keluarga menggunakan
yang mengalami Bp. D mampu dengan lembar balik dan leaflet
Penyebab ISPA:
ISPA mencegah menyebutkan : tentang : pengertian,
penularan ISPA pengertian, penyebab, klasifikasi, penyebab,
Tertular penderita
gejala dan tanda, dan tanda gejala ISPA
lain
derajat, dan jenis
Belum imunisasi
ISPA
lengkap
Kurang gizi
Berikan kesempatan
Tinggal di
bertanya pada keluarga
lingkungan yang
bila ada hal yang belum
kurang sehat
dimengerti
Kebiasaan jajan
Jenis ISPA:
Ringan
Sedang Tanyakan kembali pada
Berat keluarga tentang hal-hal
yang telah didiskusikan
Akibat ISPA:
Mengambil Biaya pengobatan Beri reinforcement
keputusan untuk mahal
mengatasi ISPA Kekebalan tubuh positif atas kemampuan
dengan ; memutuskan menurun keluarga mengidentifi-
untuk merawat Gangguan kasi kondisi anggota
anggota keluarga tumbang keluarga
dengan ISPA Kematian
Pencegahan ISPA
Merawat anggota Jauhkan anak-anak Diskusikan bersama
keluarga dengan dari penderita keluarga akibat dari
ISPA ISPA ISPA bila tidak dikelola
Jagalah kebersihan dengan baik
tubuh, makanan Motivasi keluarga untuk
dan lingkungan memutuskan tindakan
Berikan makanan yang akan dilakukan
bergizi setiap hari untuk mengatasi ISPA
Mintakan
imunisasi lengkap Beri reinforcement
positif atas jawaban kel.
Menutup mulut
bila batuk
Membuang dahak
atau lendir pada
tempat tertutup
Tanyakan kepada
Usahakan ruang
keluarga keinginan untuk
tempat tinggal
merawat anggota
mempunyai udara
keluarga dengan ISPA
yang cukup bersih
dan jendela yang
Fasilitasi keluarga dalam
cukup
membuat keputusan
Jangan merokok
terkait perawatan ISPA.
Cara perawatan:
Istirahat yang Motivasi keluarga untuk
cukup merawat anggota
Jika hidung keluarga yang sakit.
tersumbat
bersihkan pakai Beri penguatan atas
tissue atau dengan pencapaian keluarga.
ujung sapu tangan
bersih
Berikan minum
yang banyak
Beri makanan
yang bergizi
Bila panas beri
kompres hangat
dan obat penurun
panas
Beri kecap dan jeruk