Asuhan Keperawatan Pada Klein Steven Jho
Asuhan Keperawatan Pada Klein Steven Jho
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Steven Johnson?
2. Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
3. Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
4. Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
5. Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca tentang Syndrom Steven Johnson.
BAB II
2.1 Pengertian
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat,
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.(
3. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat
kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura(
4. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (
6. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit
berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan
konjung
2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens – Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu
karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat
Penisilline
Sthreptomicine
Sulfonamide
Tetrasiklin
paracetamol )
Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin Antipirin
Tegretol
kehamilan)
f) Makanan (coklat)
2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum
b. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
c. Subcutis
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
3. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
metabolisme.
4. Fungsi Imun
antara “diri sendiri” dan “bukan diri sendiri”. Sawar fisik mencakup kulit serta
dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius
bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam
respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam
imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut.
seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang
penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama – globulin dan antiserum yang
didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam
Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun,
d. Antigen
bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh tubuh, dengan bantuan
makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari penyerang asing.
Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint) antigen dan
e. Antibody
setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai
pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke
nodus limfatikus tempat produksi sel – sel T yang lain distimulasi. Sebagian
sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk
antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus
limfatikus ke dalam system sirkulasi umum dan akhirnya ke jaringan tempat
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
lisis sel. Sel – sel hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui
glikoprotein yang lebih besar dan dikenal dengan nama sitokin, dapat
merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel – sel darah putih
lainnya.
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri – cirri khas dari limfosit
2.4 Patofisiologis
Steven Johnson
Syndrome
Sel Mast
Akumulasi neutrofil
Reaksi Radang
Kesulitan menelan
Nyeri Persepsi sensori
Kelainan penglihatan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.
Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi
protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-
50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk
lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
2.7 Komplikasi
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:
1. Laboratorium
Histopatologi
Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
Imunologi
Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih
darah yang mengalami kerusakan
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi
Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven
Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya
penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang
dinamakan angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur
lebih dari 40 tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih
dari 252 mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010,
Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara
sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat
purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura
dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan
serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan
biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan
pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,
sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.
BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson
biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan
sakit tenggorokan.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit
yang sebelumnya dialami klien.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
- Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c. Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi,
membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
Palpasi: Turgor kulit, edema
- Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak lemas dalam
beraktifitas.
3.2 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
5. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan : Nyeri dapat dikontrol atau hilang
Kriteria hasil :
· Klien melaporkan nyeri berkurang
· Skala nyeri 0-2
· Klien dapat beristirahat
· Ekspresi wajah rileks
· RR : 16 - 20 x/menit
· TD : 100-130/60-90 mmHg
· N : 60 – 90 x/menit
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat skala nyeri 1 – 10, Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
lokasi dan intensitas nyeri merupakan data dasar untuk memberikan
intervensi
2 Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, N) Untuk memonitor keadaan klien dan
mengetahui terjadinaya syok neurologik
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil :
· Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen
· Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)
· Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
· TD : 100-130/60-90 mmHg
· N : 60 – 90 x/menit
· Suhu : 36,5- 37, 4 C
No Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
3 Monitor dan catat cairan yang Agar keseimbangan cairan tubuh klien
masuk dan keluar terpantau
No Intervensi Rasional
4 Berikan makan sedikit tapi sering Makanan dalam porsi kecil mudah
hingga jumlah asupan nutrisi dikonsumsi oleh klien dan mencegah
tercukupi terjadinya anoreksia.
5 Berikan makanan untuk pasien Memudahkan pasien dalam menelan
dalam bentuk hangat dan sedian makanan
lunak/bubur
6 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
menentukan kebutuhan nutsi klien
No Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda vital secara drastis
merupakan komplikasi lanjut untuk terjadinya
infeksi
2 Observasi keadaan luka setiap Untuk mengidentifikasi adanya penyembuhan
hari
3 Jaga agar luka tetap bersih atau Menurunkan resiko inspeksi dan untuk
steril mencegah terjadinya kontaminasi silang
4 Lakukan perawatan luka setiap Untuk mempercepat penyembuhan
hari (kompres luka dengan NaCl)
dan bersihkan jaringan nekrotik
5 Berikan perawatan pada mata Mata dapat membengkak oleh drainase luka
6 Tingkatkan asupan nutrsisi Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan
fotositosis
7 Batasi pengunjung dan anjurkan Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
pada keluarga/pengunjung untuk silang
mencuci tangan sebelum kontak
langsung dengan klien
8 Pantau hitung leukosit, hasil Peningkatan leukosit menunjukkan infeksi,
kultur dan tes sensitivitas pemeriksaan kultur dan sensitivitas
menunjukkan mikroorganisme yang ada dan
antibiotic yang tepat diberikan
9 Kolaborasi berikan antibiotic Mengurangi jumlah bakteri
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
· Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya
· Klien menyatakan penerimaan situasi diri
· Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain
· Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
No Intervensi Rasional
1 Kaji makna kehilangan/perubahan Episode traumatic mengakibatkan
pada pasien/orang terdekat perubahan tiba-tiba
2 Terima dan akui ekspresi frustasi, Penerimaan perasaan sebagai respons
ketergatnungan, marah, kedukaan. normal terhadap apa yang terjadi
Perhatikan perilaku menarik diri membantu perbaikan
dan penggunaan penyangkalan
3 Bersikap realistis dan positif Meingkatkan kepercayaan dan
selama pengobatan, pada mengadakan hubungan antara pasien dan
penyuluhan kesehatan dan perawat
menyusun tujuan dalam
keterbatasan
4 Berikan harapan dalam parameter Meningkatkan perilaku positif dan
situasi individu memberikan kesempatan untuk menyusu
tujuan dan rencana untuk masa depan
berdasarkan realita
5 Berikan penguatan positif terhadap Kata-kata penguatan dapat mendukung
kemajuan dan dorong usaha untuk terjadinya perilaku koping positif
mengikuti tujuan rehabilitasi
6 Dorong interaksi keluarga dan Mempertahankan /membuka garis
dengan tim medis rehabilitasi komunikasi dan memberikan dukungan
terus-menerus pada pasien dan keluarga
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama :Valen Zega
Umur : 5 Tahun
Status Kesehatan : Sakit
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
No. Register : 11112014
Ruang/Kamar : II/Rajawali
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
Tanggal Pengkajian : 2 desember 2014
Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson
B. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama : Jhon Irwan zega
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
II. RESUME
TTV :
· Temp : 390C
· Nadi : 80x/menit
· RR : 28x/menit
BB : 22 kg
8. Pola nutrisi
- Diet : Bubur
- Nafsu makan : menurun
- Mual : ada
- Muntah : ada
- Frekuensi makan : 2 kali/ hari
- Jumlah makanan dan minuman :
makan : 1/2 piring / makan
Minum : 5 gelas (250 ml/gls)
- Berat badan : 22 kg
- Tinggi badan : 100 cm
G. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Kurang Bersih
b. Bahaya : Penumpukan Sampah
c. Polusi lingkungan rumah : Polusi Kendaraan
I. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital (Tanggal : 1 Maret )
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaraan : sadar
c. Suhu / Temp : 390C
d. Denyut Nadi / Pols : 80X/menit
e. Pernafasan / RR : 28X/menit
b. Mata
Bentuk : Sipit (Simetris)
Sclera : normal
Konjungtiva : Ananemis
Pupil : isokor
Fungsi penglihatan : normal
Retina : normal
c. Hidung / Penciuman
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Fungsi penciuman : baik
Lubang hidung : simetris
Polip : tidak ada
Sinusitis : tidak ada
Pernah mengalami flu : pernah
d. Telinga / Pendegaran
· Bentuk : normal
· Peradangan : tidak ada
· Perdarahan : tidak ada
· Cairan : tidak ada
· Fungsi pendegaran : baik
· Alat bantu pendengaran : tidak
g. Thorax
· Bentuk rongga : simetris
· Bunyi nafas : tidak ada
· Irama pernafasan : Normal
· Bunyi jantung : tidak ada
· Nyeri dada : tidak ada
h. Abdomen
· Bentuk : simetris
· Turgor kulit : jelek
· Massa / cairan : tidak ada
· Hepar : baik
· Ginjal : normal
· Bising usus : normal
i. Perineum / Genetalia
· Kebersihan perineum : bersih
· Perdarahan : tidak ada
· Peradangan : tidak ada
· Haemoroid : tidak ada
· Alat genetalia : bersih
j. Sirkulasi
· Suara jantung : Normal
· Suara jantung tambahan : tidak ada
· Palpitasi : normal
· Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
· Edema jaringan : tidak ada
Nadi : tidak Normal
k. Neurologis
· Memori saat ini : Normal
· Memori yang lalu : Normal
· Keluhan pusing : ada
· Lama tidur : 7 jam
· Gangguan tidur : (+)
· Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
l. Muskuloskletal
· Pergerakan ekstremitas : lemah
· Kekuatan otot : menurun
· Fraktur : tidak ada
· Kelainan tulang belakang : tidak ada
· Traksi / spalk/ gips : tidak ada
m. Pencernaan
· Mulut : kotor dan kering
· Tenggorokan : nyeri
· Abdomen : normal
· Nafsu makan : menurun
· Porsi makan :1/2piring
n. Eliminasi
· Pola BAB : 2 kali/Hari
· Konstipasi : tidak ada
· Diare : tidak ada
· Riwayat perdarahan : tidak ada
· Pola BAK : 5 kali/hari
· Jumlah urin : 900 cc
· Inkontinensia : mampu
· Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
· Hematuria : tidak ada
· Peradangan : tidak ada
· Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
o. Integumen
· Turgor kulit : jelek
· Tekstur kulit : kering
· Kelembapan : kering
· Lesi : (+)
· Jaringan parut : tidak ada
· Suhu : 390C
· Edema : tidak ada
· Eritema : Kemerahan
PENGKAJIAN
A. Analisa data
No. Data Etiologi Problem
1. DS :
· Demam
· Mual & muntah
· Nyeri tenggorokan
DO
Tidak adekuat intake cairan, Kekurangan Volume
· Suhu 390C
Hipertermi Cairan
· RR 28 x/i
· Turgor kulit jelek
· Eritema Seluruh
tubuh
DS :
o Nyeri Tenggorokan
o Sakit kepala
DO :
· Wajah meringis
2. Inflamasi pada kulit Nyeri
· Lesi di bibir
· Eritema
· RR 28x/i
DS :
· mual dan muntah
· sulit menelan
· tidak selera makan
Intake tidak adekuat karena Nutrisi kurang dari
3
adanya lesi kebutuhan
DO :
· lesi di bibir
· Nyeri Tenggorokan
4.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
4.3.Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
4.4. Perencanaan Asuhan keperawatan
No Tanggal Dx.Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional Implementasi EVALUASI
1 3/12/2014 Kekurangan volume Tujuan : tidak · Observasi · Untuk · Jam 09.00 wib Subjek :
· Demam
cairan tubuh b/d terjadi tanda-tanda memonitor Mengobservasi
kerusakan jaringan kekurangan vital keadaan umum tanda-tanda vital Objek :
· lesi (+)
kulit d/d suhu 390C, volume cairan klien Suhu : 38,50C
· turgor jelek
turgor kulit jelek,lesi di RR : 20x/m · RR 26x/m
bibir. KH: Pols : 60x/m · Pols :80x/m
· Temp :38,50C
RR : 28x/i · keluaran · Monitor dan · Jam 10.00 wib
Pols : 80x/i urine individu catat cairan · Agar Memonitor dan Assestment :
adekuat (0,5-1,0 yang masuk dan keseimbangan mencatat cairan Belum Teratasi
mg/kg BB/jam) keluar cairan tubuh klien yang masuk dan Planning :
· Urin jernih terpantau keluar Intervensi dilanjutkan
dan berwarna · Kaji dan Cairan infus : (1-3)
kuning catat turgor · Untuk RL 20 tetes/menit
· Membran kulit mengetahui · Jam 11.00 wib
mukosa lembab keseimbangan Mengkaji dan
· Denyut nadi cairan tubuh mencatat turgor
(60-100 kulit
x/menit) Turgor : baik
2 3/12/2014 Nyeri b/d inflamasi Tujuan : nyeri · Kaji tingkat · Untuk · Jam 12.00 wib Subjek :
pada kulit d/d wajah dapat skala nyeri 1 – mengetahui Mengkaji tingkat · Nyeri
Tenggorokan
meringis,nyeri dikontrol/hilang 10, lokasi dan tingkat nyeri klien skala Nyeri
tenggorokan,lesi di KH : intensitas nyeri dan merupakan Skala : 7 Objek :
· Lesi bibir
bibir,sakit kepala, · Klien data dasar untuk
· Wajah
Eritema, RR 28x/i melaporkan memberikan · Skala nyeri 4
nyeri berkurang intervensi
Assestment :
Skala nyeri 0-2· Anjurkan · Untuk
Belum Teratasi
· Klien dapat dan ajarkan mengurangi
beristirahat klien tehnik persepsi nyeri, · Jam 13.30 wib Planning :
· Ekspresi relaksasi nafas meningkatkan Menganjurkan Intervensi lanjutkan
wajah rileks dalam relaksasi dan dan mengajarkan (1-3)
· RR : 16 -20 menurunkan teknik relaksasi
x/menit ketegangan otot Teknik : tarik
· Tingkatkan · Kekurangan Napas dalam
periode tidur tidur dapat
tanpa gangguan meningkatkan
persepsi nyeri
· Jam 15.15 wib
Meningkatkan
periode tidur
tanpa gangguan.
Caranya :
Mengurangi batas
kunjungan pasien
3 3/12/2014 Nutrisi kurang dari Tujuan : nutrisi· Anjurkan · Untuk · Jam 09.00 wib Subjek :
· Nyeri tenggorokan
kebutuhan b/d intake klien terpenuhi keluarga untuk meningkatkan Menganjurkan · Sulit menelan
tidak adekuat karena KH : membersihkan nafsu makan dan keluarga untuk · Mual
· muntah
adanya lesi d/d nyeri · Tidak terjadi mulut klien memberikan rasa membersihkan
Objek :
tenggorokan,sulit penurunan sebelum dan mulut klien. · Ansietas (+)
menelan,mual dan BB/BB ideal sesudah makan ü Mengajarkan cara · BB turun 3 kg
Assestment :
muntah,BB 25 kg · Nafsu makan
· Berikan membersihkan
Belum Teratasi
menurun menjadi 22 meningkat makan dan · Membantu mulut
kg, tidak selera makan· Makanan makanan sedikit mencegah distensi· Jam 10.00 wib Planning :
yang disediakan tapi sering gaster Memberikan Intervensi 1-3
80% dihabiskan danmeningkatkan makanan sedikit diulangi
· Hidangkan pemasukan tapi sering
makanan dalam· Meningkatkan
keadaan hangat nafsu makan
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat
melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit
steven johnson.
DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta