Anda di halaman 1dari 8

PEMBAGIAN HARTA DENGAN WASIAT WAJIBAH

DAN HIBAH DALAM HUKUM ISLAM


MOH. YASIR FAUZI, MH
Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Raden Intan Lampung
Jl. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung
Email: yasir_fauzi@yahoo.com

Abstrak: Harta peninggalan, haruslah dibagi kepada orang-orang yang berhak menerimanya,
di dalam fiqih terdapat pembahasan mengenai ilmu mawaris. Menurut para fuqaha, ilmu
mawaris adalah ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima pusaka, orang yang
tidak dapat menerima pusaka, kadar yang diterima oleh tiap-tiap waris dan cara
pembagiannya.wasiat wajibah sebagai wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau
tidak bergantung kepada kemauan atau kehendak si yang meninggal dunia.Menurut istilah
agama Islam hibah itu semacam akad atau perjanjian yang menyatakan pemindahan milik
seorang kepada orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa mengharapkan sedikitpun. Perbedaan
yang paling utama antara harta yang diterima lewat warisan, wasiat dan diterima lewat hibah
adalah pada masih hidup atau tidaknya pemberi harta.
Kata Kunci: Wasiat, Wasiat Wajibah, Hibah

A. PENDAHULUAN Manusia harus menyadari hakikat harta


itu sendiri, bahwa harta hanyalah titipan
Harta merupakan anugerah dari Allah
Allah, kepemilikan sepenuhnya hanya
SWT yang menjadi sarana mempermudah
ditangan Allah.Allah dapat mengambil
kehidupan manusia yang dapat berdampak
1 sewaktu-waktu harta pada diri manusia.
baik dan berdampak tidak baik Harta benda Allah berfirman dalam surat An-Najm : 31
atau kekayaan dalam berbagai bentuknya sebagai berikut:
telah diciptakan untuk makhluk hidup di
muka bumi ini. Kemudian pengelolaan َ ‫ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﭐﻟﺴَّﻤَٰﻮَٰﺕِ ﻭَﻣَﺎ ﻓِﻲ ﭐﻷَۡﺭۡﺽِ ﻟِﻴَﺠۡﺰِﻱَ ﭐﻟَّﺬِﻳ‬
‫ﻦ‬
alam diserahkan kepada manusia sebagai ‫ﺃَﺳَٰٓـُٔﻮﺍْ ﺑِﻤَﺎ ﻋَﻤِﻠُﻮﺍْ ﻭَﻳَﺠۡﺰِﻱَ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺣۡﺴَﻨُﻮﺍْ ﺑِﭑﻟۡﺤُﺴۡﻨَﻰ‬
khalifah, ٣١
sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang
surat al-Baqarah: 29 yaitu: ada di langit dan apa yang ada di bumi
ٰٓ‫ﻖ ﻟَﻜُﻢ ﻣَّﺎ ﻓِﻲ ﭐﻷَۡﺭۡﺽِ ﺟَﻤِﻴﻌٗﺎ ﺛُﻢَّ ﭐﺳۡﺘَﻮَﻯ‬ َ َ‫ﻫُ َﻮ ﭐﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠ‬ supaya Dia memberi balasan kepada
ٍ‫ﺇِﻟَﻰ ﭐﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﻓَﺴَﻮَّﯨٰﻬُﻦَّ ﺳَﺒۡﻊَ ﺳَﻤَٰﻮَٰﺕٖۚ ﻭَﻫُﻮَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲۡﺀ‬ orang-orang yang berbuat jahat terhadap
apa yang telah mereka kerjakan dan
٢٩ ٞ‫ﻋَﻠِﻴﻢ‬ memberi balasan kepada orang-orang yang
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik
ada di bumi untuk kamu dan Dia (surga)
berkehendak (menciptakan) langit, lalu Manusia sudah dipercayai oleh Allah
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha dalam mengelola harta benda, maka dari
Mengetahui segala sesuatu itu konsekuensi manusia adalah menjaga
Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum
1 agar harta itu digunakan pada jalan
Hibah dan Wasiat di Indonesia, (Yogyakarta: kebenaran dan membuat manusia yang ada
Gadjah Mada University Press), h. 46 di muka bumi ini mencapai kesejahteraan
103
lahir dan batin. Akan tetapi, manusia yang dihibahkanmelebihi1/3 dari total
memiliki batasan umur. Kematian adalah harta yang dimiliki itu sah menurutIslam?
sebuah rahasia Illahi dan manusia akan bagaimana kepemilikan harta hibah, apabila
meninggalkan semua harta yang si penerima hibah meninggal
dimilikinya di dunia. Harta yang terlebihdahulu?.
ditinggalkan oleh orang yang meninggal B. PEMBAHASAN
dunia berupa segala sesuatu benda atau 1. PengertianWasiat
yang bernilai kebendaan yang dapat dimiliki Istilah wasiat berasal dari bahasa Arab
dapat disebut hartapeninggalan. yang berarti tausiyah, kata kerjanya berasal
Harta peninggalan, haruslah dibagi dari ausa, dan secara etimologi wasiat
kepada orang-orang yang berhak berarti pesan, nasehat dan juga diartikan
menerimanya,di dalam fiqih terdapat menyari’atkan.3
pembahasan mengenai ilmu mawaris. Wasiat dalam pengertian ilmu fiqh
Menurut para fuqaha, ilmu mawaris adalah (hukum Islam) adalah sebagai berikut:4
ilmu untuk mengetahui orang yang berhak a. Menurut al Ibyani, wasiat adalah
menerima pusaka, orang yang tidak dapat sistem kepemilikan yang
menerima pusaka, kadar yang diterima oleh disandarkan kepada keadaan
tiap-tiap waris dan cara pembagiannya. sesudah matinya orang yang
Kedudukan ilmu ini dipandang separoh berwasiat secara sukarela, dapat
ilmu syariah, karena bidang-bidang yang berupa benda atau manfaatnya.
lain dari ilmu syariah berpautan dengan b. Menurut Sayid Sabiq, wasiat adalah
keadaan manusia sebelum meninggal, pemberian seseorang kepada orang
maka ilmu ini berpautan dengan keadaan lain, baik berupa benda, hutang
mereka sesudah wafat.2 atau manfaat dengan syarat orang
Sistem pembagian harta peninggalan yang menerima wasiat itu memiliki
menggunakan sistem kewarisan Islam, kemampuan menerima hibbah
adakalanya ahli waris tidak dapat menikmati setelah matinya orang
bagian harta warisan, sehingga perlu yangberwasiat.
ditingkatkan efektifitasnya dan optimalisasi c. Menurut Ibnu Rusyd, wasiat adalah
pelaksanaan sistem kewarisan Islam agar pemberian seseorang kepada orang
harta peninggalan itu beredar pada lain mengenai hartanya atau
lingkungan kekerabatan yang lebih kepada beberapa oang yang
luas.Untuk melengkapi dan mengisi celah- kepemilikannya terjadi setelah
celah peristiwa yang terjadi pada hukum matinya orang yang berwasiat.
waris, maka Allah telah memerintahkan d. Menurut Muhammad Sarbini al
manusia untuk melakukan wasiat dan Khatib, wasiat adalah memberikan
hibah.Posisi wasiat dan hibah sebagai upaya sesuatu dengan kemauan sendiri yang
untuk menciptakan keadilan dan dijalankan sesudah orangnya
kemaslahatan. Maka dari itu, Penyusun meninggaldunia.
akan membahas mengenai wasiat dan hibah e. Undang-undang wasiat Mesir No.
dalam pandangan Islam dan pelaksanaanya 71 tahun 1946 pasal 1
di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas menyebutkan bahwa wasiat itu
dalam tulisan ini terdapat permasalahn yaitu merupakan tindakan seseorang
: bagaimana pembagian harta peninggalan terhadap harta peninggalannya yang
apabila kepada kerabat- kerabat yang tidak disandarkan kepada keadaan
mendapat hartawarisan?, apakah harta
3 Sidik Tono. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem
2 Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy. Pembagian Harta Peninggalan. (Jakarta: Kementerian
Fiqh Mawaris. (Semarang: Pustaka Rizki Putra), h. agama Republik Indonesia). h. 43.
8. 4Ibid., h. 45-46.

104
sudahmati. “apakah engkau telah berwasiat?”, aku
Pada Kompilasi Hukum Islam bab 1 menjawab: “sudah”, Beliau bertanya
Ketentuan Umum Pasal 171 butir f wasiat lagi: “Berapa?”, aku menjawab:
adalah pemberian suatu benda dari “semua hartaku sabilillah”, lalu Beliau
pewaris kepada orang lain atau lembaga bertanya lagi:“lalu apa yang ditinggalkan
yang akan berlaku setelah pewaris untuk anakmu?”, aku menjawab: “mereka
meninggal dunia.5 adalah orang-orang kaya”. Lalu Beliau
Jadi dapat disimpulkan bahwa wasiat bersabda: “Wasiatkanlah yang sepersepuluhnya”.
adalah pemberian harta benda kepada orang Kalimat itu diulang-ulang dan aku juga
lain yang diberikan setelah meninggalnya si mengatakan berulang-ulang (“semua”),
pemberi wasiat dimana si penerima wasiat sehingga Beliau bersabda: “Wasiatkanlah
harus sesuai dengan syarat-syarat penerima sepertiganya, karena sepertiga itu sudah
wasiat. cukup banyak ataubesar”.
2. Dasar HukumWasiat Ketika ingin memberikan wasiat maka
Dasar hukum wasiat dalam surat Al janganlah berlebihan dan tidak boleh
Baqarah: 180 melebihi sepertiga harta peninggalan. Terdapat
َ َ‫ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢۡ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢُ ﭐﻟۡﻤَﻮۡﺕُ ﺇِﻥ ﺗَﺮ‬
‫ﻙ‬ hadist yang senada dengan hadist di atas,
‫ﺧَﻴۡﺮًﺍ ﭐﻟۡﻮَﺻِﻴَّﺔُ ﻟِﻠۡﻮَٰﻟِﺪَﻳۡﻦِ ﻭَﭐﻷَۡﻗۡﺮَﺑِﻴﻦَ ﺑِﭑﻟۡﻤَﻌۡﺮُﻭﻑِۖ ﺣَﻘًّﺎ‬ yaitu hadits riwayat Bukhari dan Muslim
١٨٠ َ‫ﻋَﻠَﻰ ﭐﻟۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦ‬ dari Saad bin Abi Waqqas yang
menceritakanbahwa:9
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, “Rasulullah SAW mengunjungi aku pada
jika ia meninggalkan harta yang banyak, tahun haji wada‟, karena aku menderita
berwasiat untuk ibu-bapak dan karib sakit keras, kemudian aku berkata: “Aku
kerabatnya secara ma'ruf, (Ini adalah) telah menderita sakit keras dan aku
kewajiban atas orang-orang yang mempunyai harta dan tidak ada yang
bertakwa.” mewarisinya kecuali seorang anak
perempuan. Apakah aku boleh
Dalam ayat tersebut, dianjurkan setiap bersedekah duapertiga dan anakku
orang yang sebentar lagi dijemput oleh cukup sepertiga?”. Nabi menjawab:
malaikat pencabut nyawa haruslah memberikan “Jangan”, lalu aku bertanya:
wasiat kepada keluarga yang akan ditinggalkan. “Bagaimana kalau seperdua?”, Nabi
Wasiat itu mengandung perbuatan menjawab: “Jangan”. Kemudian Beliau
sosiologis karena menyangkut beberapa bersabda: “Wasiatkanlah sepertiga saja,
orang yang terkait seperti orang yang sepertiga itu cukup banyak. Sesungguhnya
berwasiat, penerima wasiat dan harta benda kamu meninggalkan ahli waris dalam
yang diwasiatkan.6 keadaan kaya itu lebih baik daripada
Wasiat berlaku setelah orang berwasiat meninggalkan mereka dalam kueadaan
itu meninggal dunia, dan menurut hukum miskin yang menjadi beban orang lain”.
Islam pelaksanaan wasiat didahulukan dari Prinsip dalam membuat wasiat adalah
pelaksanaan kewarisan dengan tidak boleh merugikan ahli waris, maka
memperhatikan batasan- batasannya.7 harta yang dibagikan tidak boleh lebih dari
Ketentuan batas wasiat itu berdasarkan sepertiga. Sehingga ahli waris dapat menikmati
hadits riwayat an Nasai dan Ahmad:8 lebih harta peninggalan.10Wasiat lebih baik
“Rasulullah SAW menjenguk aku ketika dan aman jika ditulis, jika sudah ada niat,
dalam keadaan sakit, seraya bertanya: maka tulislah wasiat tersebut dalam akta
otentik.Hal tersebut dilakukan untuk berjaga-
5Ibid. h. 47-48 jaga dan berhati-hati dengan wasiat palsu.
6Ibid., h. 49
7Ibid., h. 50 9Ibid., h. 60
8Ibid., h. 59 10Ibid., h. 62
105
3. WasiatWajibah wasiat meninggal dunia dengan jalan
Segolongan fuqahatabi’in dan imam-imam kebaikan tanpa menuntut imbalan atau
fiqh dan hadits, diantaranya Sa’id ibn tabarru’ .
Musayyab, Adh-Dhahhak, Thaus, Al-Hasanul Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa
Bishri, Ahmad Ibnu Hazn. Berpendapat: pengertian ini sejalan dengan definisi yang
“Bahwasannya wasiat untuk kerabat-kerabat dikemukakan oleh para ahli hukum Islam
terdekat yang tidak mendapat pusaka adalah dikalangan madzhab Hanafi yang
wajib ditetapkan dengan firman Allah.” (QS.
mengatakan wasiat adalah tindakan
Al-Baqarah: 180)
seseorangyang memberikan haknya kepada
َ َ‫ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢۡ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢُ ﭐﻟۡﻤَﻮۡﺕُ ﺇِﻥ ﺗَﺮ‬
‫ﻙ‬ orang lain untuk memiliki sesuatu baik
‫ﺧَﻴۡﺮًﺍ ﭐﻟۡﻮَﺻِﻴَّﺔُ ﻟِﻠۡﻮَٰﻟِﺪَﻳۡﻦِ ﻭَﭐﻷَۡﻗۡﺮَﺑِﻴﻦَ ﺑِﭑﻟۡﻤَﻌۡﺮُﻭﻑِۖ ﺣَﻘًّﺎ‬ merupakan kebendaan maupun manfaat
secara suka rela tanpa imbalan yang
١٨٠ َ‫ﻋَﻠَﻰ ﭐﻟۡﻤُﺘَّﻘِﻴﻦ‬
pelaksanaannya ditangguhkan sampai
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di terjadi kematian orang yang menyatakan
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, wasiat tersebut.
jika ia meninggalkan harta yang banyak, Sedangkan Al-Jaziri, menjelaskan
Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib bahwa dikalangan mazhab Syafi’i, Hanbali,
kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) dan Maliki memberi definisi wasiat secara
kewajiban atas orang-orang yang rinci, wasiat adalah suatu transaksi yang
bertakwa.” mengharuskan orang yang menerima wasiat
Para ulama berselisih pendapat tentang berhak memiliki sepertiga harta
masih berlakukah hukum yang telah di peninggalan orang yang menyatakan wasiat
nashkan oleh ayat itu, yaitu wajib wasiat setelah ia meninggal dunia.
untuk ibu, ayah dan kerabat-kerabat terdekat, 4. PengertianHibah
ataukah tidak lagi.11 Kata hibah adalah Bahasa Arab yang
Dalam Perspektif Fiqh Wasiat wajibah berarti “kebaikan atau keutamaan yang
adalah suatu wasiat yang diperuntukan diberikan suatu pihak kepada yang lain
kepada ahli waris atau kerabat yang tidak berupa harta atau bukan”.17Menurut istilah
memperoleh bagian harta warisan dari agama Islam hibah itu semacam akad atau
orang yang wafat, karena adanya suatu perjanjian yang menyatakan pemindahan
halangan syara’. Suparman dalam bukunya milik seorang kepada orang lain diwaktu ia
Fiqh Mawaris (Hukum Kewarisan Islam), masih hidup tanpa mengharapkan
mendefenisikan wasiat wajibah sebagai wasiat sedikitpun.12Jadi hibah adalah pemberian
yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau sesuatu untuk dimiliki tanpa adanya ganti
tidak bergantung kepada kemauan atau sesuatu semasa hidupnya.
kehendak si yang meninggal dunia. Dalam 5. Dasar Hukum Hibah
undang-undang hukum wasiat Mesir, wasiat Allah telah memerintahkan kepada
wajibah diberikan terbatas kepada cucu manusia untuk saling mengasihi, salah satu
pewaris yang orang tuanya telah meninggal caranya dengan memberikan hibah secara
dunia lebih dahulu dan mereka tidak suka rela. Dasar hukum disyariatkannya
mendapatkan bagian harta warisan hibah adalah firmanAllah dalam surat Al
disebabkan kedudukannya sebagai zawil Baqarah: 177:
arham atau terhijab oleh ahli waris lain. ِ‫۞ﻟَّﻴۡﺲَ ﭐﻟۡﺒِﺮَّ ﺃَﻥ ﺗُﻮَﻟُّﻮﺍْ ﻭُﺟُﻮﻫَﻜُﻢۡ ﻗِﺒَﻞَ ﭐﻟۡﻤَﺸۡﺮِﻕ‬
Para ahli hukum Islam mengemukakan
ِ‫ﻭَﭐﻟۡﻤَﻐۡﺮِﺏِ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﭐﻟۡﺒِﺮَّ ﻣَﻦۡ ﺀَﺍﻣَﻦَ ﺑِﭑﻟﻠَّﻪِ ﻭَﭐﻟۡﻴَﻮۡﻡِ ﭐﻷۡٓﺧِﺮ‬
bahwa wasiat adalah pemilikan yang
didasarkan pada orang yang menyatakan ‫ﻭَﭐﻟۡﻤَﻠَٰٓﺌِﻜَﺔِ ﻭَﭐﻟۡﻜِﺘَٰﺐِ ﻭَﭐﻟﻨَّﺒِﻴِّۧﻦَ ﻭَﺀَﺍﺗَﻰ ﭐﻟۡﻤَﺎﻝَ ﻋَﻠَﻰٰ ﺣُﺒِّﻪِۦ‬
ِ‫ﺫَﻭِﻱ ﭐﻟۡﻘُﺮۡﺑَﻰٰ ﻭَﭐﻟۡﻴَﺘَٰﻤَﻰٰ ﻭَﭐﻟۡﻤَﺴَٰﻜِﻴﻦَ ﻭَﭐﺑۡﻦَ ﭐﻟﺴَّﺒِﻴﻞ‬
11TeungkuMuhammad Hasbi Ash-shiddieqy. 12Asymuni
A. Rahman, dkk. Ilmu Fiqh 3.
Fiqh Mawaris. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra). (Jakarta: Pembinaan Prasarana dan Sarana
h. 262 Perguruan Tinggi Agama/ IAIN. 1986), h. 199
106
‫ﻭَﭐﻟﺴَّﺂﺋِﻠِﻴﻦَ ﻭَﻓِﻲ ﭐﻟﺮِّﻗَﺎﺏِ ﻭَﺃَﻗَﺎﻡَ ﭐﻟﺼَّﻠَﻮٰﺓَ ﻭَﺀَﺍﺗَﻰ‬ Seperti permasalahan yang terjadi di
َ‫ﭐﻟﺰَّﻛَﻮٰﺓَ ﻭَﭐﻟۡﻤُﻮﻓُﻮﻥَ ﺑِﻌَﻬۡﺪِﻫِﻢۡ ﺇِﺫَﺍ ﻋَٰﻬَﺪُﻭﺍْۖ ﻭَﭐﻟﺼَّٰﺒِﺮِﻳﻦ‬ masyarakat saat ini, ada sebuah kasus
dimana Pak Andi memiliki satu anak laki-
َ‫ﻓِﻲ ﭐﻟۡﺒَﺄۡﺳَﺂﺀِ ﻭَﭐﻟﻀَّﺮَّﺁﺀِ ﻭَﺣِﻴﻦَ ﭐﻟۡﺒَﺄۡﺱِۗ ﺃُﻭْﻟَٰٓﺌِﻚَ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦ‬
laki dan dua anak perempuan. Pak Budi
١٧٧ َ‫ﺻَﺪَﻗُﻮﺍْۖ ﻭَﺃُﻭْﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﭐﻟۡﻤُﺘَّﻘُﻮﻥ‬ memiliki cucu laki-laki dari anak laki-
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke lakinya. Anak laki-laki pak Andi meninggal
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, dunia terlebih dahulu. Bagaimana pembagian
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah harta peninggalan kepada cucu laki-laki
beriman kepada Allah, hari kemudian, pakBudi?
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi Dalam kasus ini wajiblah kakek (Pak
dan memberikan harta yang dicintainya Andi) membuat wasiat untuk cucu laki-
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, lakinya. Hal ini termasuk dalam wasiat
orang-orang miskin, musafir (yang wajibah dimana wasiat wajibah ini lebih
memerlukan pertolongan) dan orang-orang didahulukan daripada wasiat ikhtiariyah.
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) Wasiat ikhtiariyah yaitu wasiat yang
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan diberikan secara sukarela sedangkan wasiat
menunaikan zakat; dan orang-orang yang wajibah ini adalah wasiat yang diwajibkan
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan sesuai denganundang-undang.
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, Cucu laki-laki ini tidak mendapatkan
penderitaan dan dalam peperangan. harta warisan namun pengganti dari
mereka Itulah orang-orang yang benar ayahnya yang sudah meninggal terlebih
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang dahulu sejumlah pokok ayahnya. Apabila
yangbertakwa”. jumlah harta peninggalan itu lebih dari
Selain itu, terdapat hadits mengenai hibah sepertiga harta peninggalan, sedangkan para
yang artinya: ahli waris itu tidak membenarkan dan jika
Dari Khalid bin Adi, bahwa Nabi jumlah wasiat wajibah itu sepertiga harta
Muhammad Saw bersabda:“Barang siapa maka mereka berhak mengambil dan wasiat
yang diberi saudaranya kebaikan dengan ikhtiariyah tidak mendapatkan apa-apa.
tidak berlebih-lebihan dan tidak dia minta, Apabila cucu laki-lakimenerima kurang
hendaklah diterimanya (jangan ditolak); dari sepertiga harta peninggalan maka sisa
Sesungguhnya yang demikian itu adalah dari sepertiga itu untuk wasiat
rezeki yang diberikan oleh Allah ikhtiariyah.Jika lebih dari sepertiga harta
kepadanya.” (HR. Ahmad) peninggalan maka yang wajib diambil oleh
“Dari Abu Hurairah, Abdullah Ibnu si cucu laki-laki adalah sepertiga harta
Umar, dan Siti Aisyah r.a. bahwa peninggalan dan tidak boleh lebih karena
Rasulullah SAW bersabda, “Saling hal ini ditempuh dengan jalan wasiat.
memberi hadiahlah kamu semua (maka) 7. Pandangan Islam Terhadap Harta
kamu akan saling mencintai.” yang Dihibahkan Melebihi 1/3 dari
6. Pembagian Harta Peninggalan Total Harta yang Dimiliki
Kepada Kerabat yang Tidak Di Indonesia permasalahan hibah
Mendapatkan HartaWarisan masih kompleks, salah satu masalah adalah
Harta peninggalan di dalam Islam telah mengenai jumlah pemberian hibah.
diatur di Ilmu Mawaris. Akan tetapi, Misalnya, Bapak riyan memberikan hibah
banyak permasalahan yang muncul dalam kepada salah satu mahasiswanya yang
pembagian harta peninggalan. Seperti berprestasi sejumlah setengah dari hartanya
kerabat atau keluarga yang belum karena ia merasa perlu membantu
mendapatkan bagian harta tersebut padahal, mahasiswanya untuk meneruskan kuliah.
mereka berhak mendapatkannya. Maka dari Akan tetapi, keluarganya tidak mengetahui hal
itu, wasiat sebagai solusi untuk tersebut. Kemudian Bapakriyanjatuh sakit
memecahkan persoalan tersebut. dan akhirnya meninggal. Setelah itu
107
keluarga membagi harta peninggalan dan baru peninggalan yaitu dengan jalan wasiat
diketahui bahwa setengah dari hartanya sudah wajibah. Pandangan Islam terhadap harta
dihibahkan kepada mahasiswanya yang dihibahkan melebihi 1/3 dari total
sedangkan, meminta hak atas harta yang harta yang dimiliki adalah boleh, akan
dihibahkan karena mereka tidak mengetahui tetapi harus dilihat juga dari segi
hal tersebut. kemaslahatan serta kemudharatan yang
Di dalam Islam hibah tidak ada batasan akan ditimbulkan. Hukum kepemilikan
siapa dan berapa mengenai pemberian harta hibah jika si penerima hibah
hibah. Mengenai kasus tersebut ada meninggal terlebih dahulu yaitu si
beberapa kesalahan. Pertama, Bapak riyan tidak penghibah boleh mencabutnya atau
memberitahukan keluarga apabila ia memberikan kepada ahli waris si penerima
memberikan hibah kepada mahasiswanya hibah.
sehingga keluarga menuntut harta yang Perbedaan yang paling utama antara
telah dihibahkan karena merasa bahwa itu harta yang diterima lewat warisan, wasiat
adalah hak mereka. Padahal, Islam sangat dan diterima lewat hibah adalah pada masih
mengecam orang yang mengambil hibah hidup atau tidaknya pemberi harta. Bila
yang sudah diberikan. Kedua, jumlah hibah pemilik harta itumasih hidup dan dia
yang diberikan memang tidak ada memberikannya kepada anak-anaknya atau
batasannya akan tetapi, penghibah harus mungkin juga orang lain, namanya hibah
melihat akibat yang akan ditimbulkan baik dan bukan warisan. Sedangkan warisan dan
berupa kemaslahatan maupun wasiat hanya dibagi bila pemilik harta
kemudharatannya. sudah wafat.Dalam hibah, begitu pemilik
8. Hukum Kepemilikan Harta Hibah harta memberikannya kepada seseorang,
Jika Si Penerima Hibah Meninggal saat itu juga sudah terjadi perpindahan
TerlebihDahulu kepemilikan harta. Akan tetapi wasiat dan
Permasalahan hibah yang sering warisan akan berpindah kepemilikan ketika
dijumpai adalah status kepemilikan harta si pemilik harta sudahwafa.
yang telah dihibahkan, padahal penerima
hibah sudah meninggal lebih dahulu D. DAFTAR PUSTAKA
dibanding penghibah. Dalam hibah barang Anshori, Abdul. 2011. Filsafat Hukum
yang diberikan belum menjadi milik yang Hibah dan Wasiat di Indoneisa.
diberi melainkan sesudah diterimanya. Yogyakarta: Gadjah Mada
Didalam buku Filsafat Hukum Hibah dan University Press.
Wasiat di Indonesia diceritakan bahwa
Rasulullah pernah memberikan 30 buah Ash-Shiddieqy, Teungku. 2015. Fiqh
kasturi kepada Najasyi, kemudian Najasyi Mawaris. Semarang: PT Pustaka
meninggal dunia sebelumditerimanya, Nabi Rizki Putra.
kemudian mencabut pemberian tersebut
setelah Najasyi meninggal. Hal ini bisa Kompilasi Hukum Islam.
dijelaskan apabila si penerima hibah itu
meninggal maka penghibah boleh Rahman, Asymuni, dkk. 1986. Ilmu Fiqh 3.
mencabutnya atau memberikankepada ahli Jakarta: Pembinaan Prasarana dan
waris dari si penerima hibah. Sarana Tinggi Agama/ IAIN.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia.


C. PENUTUP Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat Rosyid, Miftah. Analisis Terhadap
disimpulkan yaitu penyelesaian Pendapat Imam Malik Tentang
permasalahan akan pembagian harta kepada Kebolehan Hibah „Umra. 2010.
kerabat yang tidak mendapatkan harta
108
Tono, Sidik. 2012. Kedudukan Wasiat
Dalam Sistem Pembagian Harta
Peninggalan. Jakarta: Kementerian
Agama RI.

109
110

Anda mungkin juga menyukai