Anda di halaman 1dari 3

KEPANITERAAN KLINIK REFERAT

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FEBRUARI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

Chronic Myeloid Leukemia

Oleh:
Nurul Aulia Humairah Halim
K1A1 14 087

Pembimbing : dr. Tety Yuniarty Sudiro, Sp.PD, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

KENDARI

2018
Chronic Myeloid Leukemia

Nurul Aulia Humairah Halim, Tety Yuniarty Sudiro

A. PENDAHULUAN

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan

proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas,

menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal. Leukemia

dibagi menjadi 2 tipe yaitu: leukemia limfositik dan leukemia myeloid (Guyton

dan Hall, 2007).

Leukemia myelogenous kronis (CML), juga dikenal sebagai leukemia myeloid

kronis, adalah kelainan mieloproliferatif yang ditandai dengan peningkatan

proliferasi garis sel granulositik tanpa kehilangan kemampuan mereka untuk

berdiferensiasi. Akibatnya, profil sel darah tepi menunjukkan peningkatan

jumlah granulosit dan prekursor mereka yang belum matang, termasuk sel-sel

ledakan sesekali.

B. EPIDEMIOLOGI

C. KLASIFIKASI

CML dibagi menjadi tiga fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil

laboratorium. CML dimulai dengan fase kronik, dan setelah beberapa tahun

berkembang menjadi fase akselerasi dan kemudian menjadi fase kritis blast.

1. Fase kronis

Myeloblast <10% di dalam darah dan sum-sum tulang. Selama fase ini,

pasien selalu tidak mengeluhkan gejala atau hanya ada gejala ringan

seperti cepat lelah dan perut terasa penuh. Lamanya fase kronik

2
bervariasi tergantung seberapa dini penyakit tersebut didiagnosa dan

terapi yang digunakan.

2. Fase akselerasi

Kriteria WHO untuk fase akselerasi yaitu, 10-19% myeloblast di dalam

darah dan atau pada sum-sum tulang, persisten trombositopenia (<100 x

109/L), tidak responsif terhadap terapi

3. Krisis blast

Krisis blast didiagnosis apabila terdapat ≥20% myeloblast pada leukosit

atau sum-sum tulang

D. FAKTOR PENCETUS

E. PATOFISIOLOGI

F. PENEGAKAN DIAGNOSIS

1. Manifestasi Klinis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang

G. PENATALAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai