Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP REAKSI LANGSUNG

SIBLING RIVALRY PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ANGSOKA


KECAMATAN DENPASAR TIMUR

Ni Luh Putu Wulan Megantari, IGA Rai Rahayuni, Ade Nurtini


Program Studi Sarjana Keoerawatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email: wulanmegantari@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
cooperative play terhadap reaksi langsung sibling rivalry pada anak usia
prasekolah di Tk Angsoka Kecamatan Denpasar Timur. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain Pre experimental dengan pendekatan One group Pre test-
post test. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mempunyai saudara kandung dengan jumlah sampel 20 pasangan saudara kandung.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner reaksi
langsung sibling rivalry. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menggunakan Uji Wilcoxon sign rank test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh cooperative play terhadap reaksi langsung sibling rivalry
dengan hasil < 0,001 (p<α 0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian
intervensi cooperative play terhadap reaksi langsung sibling rivalry pada anak
prasekolah di TK Angsoka Kecamatan Denpasar Timur. Sehingga disarankan
penerapan cooperative play untuk mengurangi reaksi persaingan saudara di antara
anak-anak prasekolah.
Kata Kunci: Sibling Rivalry, Cooperative Play, Anak Prasekolah

ABSTRACT
Purphose: To identify the effect of cooperative play toward direct reaction sibling
rivalry on pre-school children at Angsoka Kindergarten in East Denpasar. Method:
This research employed one group pretest posttest design. The population of this
research was preschool children who had siblings. There were 20 sibling couples
which were chosen by using total sampling technique. The data were collected by
using sibling rivalry questionnaire. The data were analyzed by using Wilcoxon sign
rank test. Results: The result of the research showed that there was the effect of
cooperative play toward direct reaction sibling rivalry (p<α 0,05). Conclusion:
There is an effect of giving intervention of cooperative play toward direct reaction
sibling rivalry on pre-school children at Angsoka Kindergarten in East Denpasar. It
is expected that cooperative play can be implemented to decrease the effect of
sibling rivalry among preschool children.
Keywords: Sibling Rivalry, Cooperative Play, Pres-chool students

PENDAHULUAN
Anak merupakan individu yang unik agresif, memukul atau melukai kakak
yang memiliki berbagai kebutuhan yang atau adiknya, membangkang pada
berbeda satu dengan yang lain sesuai ibunya, rewel, mengalami
dengan usia tumbuh kembang. Anak kemunduran, sering marah yang
memiliki kecemburuan dalam hal meledak-ledak, sering menangis tanpa
kasih sayang terhadap saudara sebab, menjadi lebih lengket pada ibu
kandungannya yang dalam dunia (Priatna & Yulia, 2006).
kesehatan khususnya di keperawatan Hasil studi pendahuluan yang
anak dan kebidanan disebut dengan dilakukan oleh peneliti pada tanggal
sibling rivalry. 15–16 November dengan metode
Sibling rivalry dipengaruhi wawancara pada beberapa TK yang
oleh beberapa faktor, diantaranya: berada di Kecamatan Denpasar Timur.
Pertama, perbedaan jenis kelamin, Wawancara dilakukan oleh peneliti
lebih besar dijumpai pada anak yang pada orang tua yang memiliki anak
memiliki jenis kelamin sama (69,1%) usia prasekolah (3-6 tahun) didapatkan
dibandingkan dengan anak yang tidak data bahwa dari 10 anak 70 % orang
memiliki persamaan jenis kelamin tua tersebut menyatakan anak-anaknya
(30,9%). Kedua, perbedaan usia anak sering mengganggu adiknya, marah
dimana jarak usia yang dapat dan berteriak kencang, memukul dan
menimbulkan sibling rivalry yaitu mencubit bahkan sampai menendang
jarak usia 1-3 tahun, dengan usia 3-5 adiknya saat bermain, 20% diantaranya
tahun serta usia 8-12 tahun (Woolfson, menyatakan bahwa anak anaknya
2004) dengan jarak usia < 3 tahun sering menangis dan marah sambil
(80%) dibandingkan pada anak jarak memukul ibunya dan 10% lainnya
usia > 3 tahun (20,0%). Perbedaan usia menyatakan jarang.
yang jauh dan jenis kelamin berbeda Perlu adanya metode khusus untuk
akan membuat hubungan terjalin lebih mengatasi masalah sibling rivalry yang
ramah dan saling menghiasi, terjadi antar saudara kandung.
dibandingkan jarak usia yang terlalu Kegiatan kooperatif yang dapat
dekat (Hurlok, 2002). Faktor ketiga dilakukan adalah kegiatan dalam
adalah urutan kelahiran anak. Urutan bentuk permainan. Salah satu jenis
kelahiran bagi anak memainkan permainan yang dapat digunakan
peranan yang penting dalam keluarga, sebagai suatu metode mengatasi
sehingga menentukan pola interaksi konflik dengan cara meningkatkan
dengan saudara kandung, orang tua dan kerja sama adalah jenis permainan
orang disekitarnya (Setiawati & kooperatif (cooperative play).
Zulkaida, 2007). Berdasarkan paparan yang
Besarnya angka kejadian sibling sudah ditulis, maka peneliti merasa
rivalry secara pasti tetapi dalam jurnal perlu untuk mengetahui lebih lanjut
menyebutkan di Negara barat 82% apakah ada pengaruh cooperative play
dari beberapa keluarga, anak- anaknya terhadap reaksi langsung sibling
mengalami sibling rivalry (Ike, 2016). rivalry pada anak usia prasekolah di
Indonesia hampir 75% anak TK Angsoka Kecamatan Denpasar
mengalami sibling rivalry, reaksi yang Timur
sering tampak adalah anak lebih
METODELOGI dan 20 pernyataan negatif dengan
Penelitian ini adalah penelitian pre menggunakan skala likert. Intervensi
experimental dengan pendekatan One permainan kooperatif dimulai setelah
group Pre test-post test design. pemberian pretest pada masing-masing
Populasi dalam penelitian ini adalah responden.permainan kooperatif
anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TK dilakukan selama 15-20 menit
Angsoka Kecamatan Denpasar Timur dilakukan di masing-masing rumah
yang memiliki saudara kandung yang responden. Frekuensi permainan
mengalami sibling rivalry. Jumlah kooperatif dilakukan 3 kali dalam
sampel yang digunakan dalam seminggu selama 2 minggu. SOP
penelitian ini adalah 20 anak permainan kooperatif berupa
prasekolah yang memiliki saudara permainan menyusun balok, puzzle,
kandung. Pada penelitian ini langkah tebak gerak, sardines, lempar tangkap
pengambilan sampel diambil yang bola dan menyusun menara koin.akhir
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. pertemuan intervensi diikuti dengan
Instrument yang digunakan dalam pelaksanaan posttest pada seluruh
penelitian ini berupa kuesioner reaksi responden. Penelitian ini
langsung sibling rivalry yang sudah menggunakan uji Wilcoxon sign rank
dilakukan uji face validity di ITEKES test, taraf kesalahan (alfa) yag
Bali. Kuesioner reaksi langsung sibling digunakan adalah 0,05. Hipotesis
rivalry terdiri dari 30 pernyataan yang penelitian diterima apabila nilai
terbagi menjadi 10 pernyataan positif p≤0,05(alfa).

HASIL Jenis Kelamin


Tabel 1. Karakteristik Umum Anak 13 65
Responden Anak Usia Prasekolah a. Peremp 7 35
Yang Memiliki Saudara Kandung Di uan
TK Angsoka Kecamatan Denpasar b. Laki-
Timur. laki
Kategori Frekuen Perse Jenis Kelamin
si n (%) Pasangan 14 70
Usia Anak Saudara 6 30
a. 6 tahun 20 100 Kandung
Usia Saudara a. Peremp
Kandung 6 30 uan
a. 2 tahun 13 65 b. Laki-
b. 3 tahun 1 5 laki
c. 4-5 Jarak Usia
tahun a. 2 tahun 12 60
Urutan Anak b. 3 tahun 8 40
a. Anak 15 75
ke-1 3 15 Tabel 1. Menunjukkan berdasarkan
b. Anak 2 10 usia anak mayoritas berusia 6 tahun
ke-2 yaitu 100%, beradsarkan usia saudara
c. Anak kandung kebanyakan berusia 3 tahun
ke-3 yaitu 65%, berdasarkan urutan anak
dalam keluarga paling banyak anak Rivalry
pertama yaitu 75%, berdasarkan jenis Sesudah
kelamin mayoritas anak perempuan Intervensi
yaitu 65%, berdasarkan jenis kelamin Cooperative
pasangan lebih banyak perempuan Play
yaitu 70%, berdasarkan jarak usia, Rendah 20 100
paling banyak berjarak 2 tahun yaitu Sedang 0 0
60%. Tinggi 0 0
Tabel 2. Distribusi frekuensi reaksi
langsung sibling rivalry anak usia Tabel 3. diatas dapat dijelaskan bahwa
prasekolah sebelum dilakukan responden yang mengalami reaksi
intervensi cooperative play di TK langsung sibling rivalry rendah
Angsoka Kecamatan Denpasar Timur sebanyak 20 pasangan (100%)
tahun 2019
Reaksi Frekuensi Persen Tabel 4. Hasil Analisis Uji
Langsung (%) Wilcoxon
Sibling
Rivalry n Median p
Sebelum (minimum-
Intervensi maksimum)
Cooperative Reaksi 20 85 (45-99) 000
Play Langsung
Rendah 2 10 Sibling
Sedang 12 60 Rivalry
Tinggi 6 30 sebelum
Total 20 100 intervensi
Reaksi 20 30 (30-33)
Tabel 2. menunjukkan bahwa Langsung
mayoritas memiliki reaksi langsung Sibling
sibling rivalry sedang yaitu 12 pasang Rivalry
responden (60%), reaksi langsung sesudah
sibling rivalry tinggi terdapat 6 pasang intervensi
responden (30%) dan yang minoritas
reaksi langsung sibling rivalry dengan Tabel 4. Test Statistik Pengaruh
kategori rendah yaitu 2 pasang Cooperative Play Terhadap Reaksi
responden (10%). Langsung Sibling Rivalry Pada Anak
Usia Prasekolah di TK Angsoka
Tabel 3. Distribusi frekuensi reaksi Kecamatan Denpasar Timur.
langsung sibling rivalry anak usia Post Perlakuan-
prasekolah sesudah dilakukan Pre Perlakuan
intervensi cooperative play di TK Z -3, 927b
Angsoka Kecamatan Denpasar Timur Asymp. Sig. (2- ,000
tahun 2019 tailed)
Reaksi Frekuensi Persen a. Wilcoxon Signed Ranks Test
Langsung (%) b. Based on positive ranks
Sibling
Berdasarkan hasil analisa data diterima dengan demikian
test statistik Tabel 5.13 diatas dapat disimpulkan “ada pengaruh
diketahui bahwa hasil output Z hitung cooperative play terhadap reaksi
-3, 927 dan Asymp. Sig. (2-tailed) < langsung sibling rivalry”.
0,001 (nilai p) lebih kecil dari α 0,05
(p<α 0,05) yang berarti bahwa Ha

PEMBAHASAN mengakibatkan kejadian sibling rivalry


Reaksi langsung sibling rivalry anak dibandingkan jika kakak dipersiapkan
usia prasekolah sebelum dilakukan lebih awal sebelum kelahiran adik,
intervensi cooperative play karena kakak dipersiapkan terlebih
Berdasarkan hasil penelitian dahulu untuk mempersiapkan dirinya
dari 20 pasangan saudara kandung usia dan sudah memahami perbedaan yang
prasekolah didapatkan hasil bahwa akan timbul.
mayoritas tinggi reaksi langsung Faktor kedua adalah urutan
sibling rivalry disebabkan oleh kelahiran pasangan saudara kandung
beberapa faktor. Faktor pertama adalah dalam keluarga. Stigma yang masih
jarak usia antara pasangan saudara tumbuh dikeluarga menyatakan bahwa
kandung yang cukup dekat. Hasil anak pertama atau anak sulung dituntut
pengumpulan data yang dilakukan untuk selalu mengalah kepada adiknya
peneliti, menunjukkan data bahwa dan memberikan contoh. Sehingga
rata-rata jarak usia pasangan saudara kondisi ini memberikan ruang konflik
kandung yang menjadi responden yaitu yang cukup besar antar saudara
antara 2-3 tahun. Jarak yang cukup kandung. Faktor ketiga adalah jenis
dekat menyebabkan anak menganggap kelamin pasangan saudara kandung
bahwa saudaranya sejajar dengannya yang menjadi responden pada
dan tidak perlu takut untuk melawan penelitian ini. Data karakteristik yang
saudaranya. Perbedaan usia antara 2 didapat oleh peneliti didapatkan hasil
sampai 4 tahun dikatakan suatu bahwa sebagian besar pasangan
ancaman untuk anak yang lebih tua. saudara kandung dengan jenis kelamin
Pada saat usia anak paling tua masih yang sama, baik sama-sama berjenis
kecil, konsep diri belum matang kelamin laki-laki ataupun perempuan.
sehingga muncul perasaan terancam Jenis kelamin dapat
(Hanum dan Hidayat 2015). mempengaruhi kejadian sibling rivalry
Perbedaan jarak usia yang pada anak, anak terkadang menjadi
dekat membuat perlakuan antar menjadi rewel dan manja jika
saudara kandung berpegaruh, hal ini menginginkan perhatian dari orang
mengenai penerimaan anak terhadap tuanya, sebab anak merasa orang
kehadiran adik baru dalam tuanya lebih memperhatikan adiknya.
keluarganya. Jarak kelahiran yang Hal ini sejalan dengan pendapat Nisa
dekat membuat anak belum dkk (2010) dimana hasil menunjukkan
sepenuhnya siap untuk berbagi anak yang berjenis kelamin perempuan
perhatian dan kasih sayang orang tua. lebih banyak mengalami sibling
Hal ini sejalan dengan penjelasan rivalry, dibanding dengan anak laki-
Rahmawati (2013) persiapan yang laki karena anak perempuan lebih
kurang terhadap kelahiran adik akan tergantung dengan ibunya sehingga
reaksi yang ditimbulkan pada dapat diketahui bahwa intervensi
perubahan situasi ditunjukkan dengan cooperative play mampu mengubah
terjadinya sibling rivalry. reaksi langsung sibling rivalry anak
usia prasekolah menjadi rendah.
Reaksi langsung sibling rivalry anak Penurunan reaksi langsung
usia prasekolah setelah dilakukan sibling rivalry sudah dapat dilihat pada
intervensi cooperative play. pertemuan ke lima dan terus meningkat
Berdasarkan hasil hingga akhir pertemuan yaitu
pengumpulan data yang dilakukan pertemuan keenam. Pertemuan
peneliti setelah dilakukan posttest pertama anak masih sering berkonflik
didapatkan hasil bahwa seluruh dengan saudara kandungnya selama
responden mengalami reaksi langsung bermain kooperatif baik verbal seperti
sibling rivalry rendah dikarenakan membentak, berteriak ketika
oleh pemberian intervensi cooperative melakukan permainan atau ada pula
play oleh peneliti. Kondisi ini sesuai yang secara non-verbal merebut
dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan kasar. Pertemuan kedua sampai
April K, et al (1994) dengan judul keempat perubahan perilaku yang
“Cooperative Games: A Way to Modify diharapkan akibat pemberian
Aggressive and Cooperative Behaviors intervensi oleh peneliti belum terlihat
in Young Children” yang menyatakan nampak di anak dan saudara
bahwa model permainan kooperatif kandungnya.
(cooperative play) yang dilakukan Fakta tersebut juga sesuai
pada anak usia prasekolah dapat dengan hasil penelitian yang dilakukan
meningkatkan tingkah laku kooperatif oleh April K, et al (1994) yang juga
serta menurunkan reaksi agresi. mendapatkan hasil serupa. Intervensi
Responden yang mendapatkan cooperative game yang diberikan pada
intervensi cooperative play akan anak prasekolah di taman kanak-kanak
mampu membentuk tingkah laku sudah dapat dilihat hasilnya ketika
kooperatif yang lebih baik sehingga pertemuan kelima. Grafik hasil
secara beriringan akan menurunkan memperlihatkan bahwa pada hari
reaksi agresi yang biasa muncul. kelima persentase tingkah laku
kooperatif anak usia prasekolah sudah
meningkat dan terus meningkat hingga
Perbedaan Reaksi Langsung Sibling akhir sesi.
Rivalry Pada Anak Usia Prasekolah Selama mengikuti permainan,
Sebelum dan Sesudah Diberikan anak-anak mulai mengurangi reaksi
Cooperative Play. agresi non-verbalnya terlebih dahulu
Uji statistika yang dilakukan dan diikuti oleh pengurangan reaksi
peneliti dengan menggunakan secara verbal. Orang tua responden
Wilcoxon Signed Rank Test menyatakan bahwa anak-anaknya
didapatkan p value sebesar 0,00. sering bertengkar sebelum pemberian
Pengambilan keputusan dilakukan intervensi dilakukan. Pertengkaran
dengan melihat derajat kemaknaan yang terjadi bervariasi mulai dari
(α=0,05). Nilai p value yang didapat pertengkaran yang bersifat verbal
dari hasil uji statistik adalah ≤ 0,05 dan hingga non-verbal. Keadaan menjadi
berada pada nilai kemaknaan 0,01 ≤ p berbeda setelah responden
≤ 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
mendapatkan intervensi cooperative
play selama 6 kali pertemuan.
Hasil penelitian ini dapat
KESIMPULAN memberikan pengarahan kepada
Berdasarkan hasil penelitian orang tua agar lebih ekstra dalam
dapat disimpulkan bahwa sebagian mengawasi anak baik dirumah
besar reaksi langsung sibling rivalry maupun disekolah. Orang tua
sebelum pemberian intervensi hendaknya lebih mempunyai
cooperative play dalam kategori banyak waktu untuk mengawasi
sedang sebanyak 60%. Setelah anak-anak dirumah. Peran aktif
diberikan intervensi cooperative play orang tua sebagai pendamping bagi
pada anak prasekolah, hasil anak untuk menerapkan metode
menunjukkan bahwa seluruh permainan kooperatif akan sangat
responden mengalami penurunan membantu dalam mempercepat
reaksi sibling rivalry dalam kategori penurunan reaksi langsung sibling
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rivalry yang terjadi antar saudara
terdapat pengaruh yang bermakna pada kandung.
reaksi langsung sibling rivalry 4. Bagi Pendidik
sebelum dan sesudah pemberian Mengingat anak-anak bersekolah
intervensi cooperative play pada 20 di tempat yang sama maka
pasangan saudara kandung dalam pendidik juga harus lebih
penelitian. mengawasi anak, karena perilaku
sibling rivalry juga sering muncul
SARAN di sekolah dan sebagai adik yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah selalu mengalah dengan kakaknya
diperoleh terdapat beberapa saran, sehingga pendidik harus lebih
antara lain : sering memberikan nasehat pada
1. Bagi Peneliti Selanjutnya kakak agar adik tidak selalu dibully
Peneliti selanjutnya perlu oleh kakak saat disekolah.
dilakukan untuk lebih Penelitian ini juga bermanfaat bagi
menyempurnakan pembahasan dan guru TK yang mendidik anak usia
penggunaan intervensi cooperative prasekolah untuk dapat
play untuk menurunkan reaksi menerapkan terapi bermain
langsung sibling rivalry antar kooperatif dalam upaya
saudara kandung dengan kelompok meningkatkan kekooperatifan anak
usia berbeda, terhadap usia prasekolah melalui kurikulum
keterampilan sosial anak, dan belajar di TK.
penelitian ini dapat dijadikan 5. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
sebagai studi retrospektif. Informasi mengenai masalah
2. Bagi Instansi Pendidikan kesehatan anak yang meliputi
Hasil penelitian ini dapat menjadi seluruh aspek kehidupan bio-
bahan pada penyampaian materi psiko-sosial kultural perlu
perkuliahan keperawatan anak ditingkatkan, tidak hanya
dengan topik anticipatory menyangkut masalah biologis saja.
guidance pada anak. Masalah psikis anak seperti kasus
3. Bagi Orang tua sibling rivalry juga perlu menjadi
perhatian bagi tenaga kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan
yang berada di fasilitas pelayanan kesejahteraan kesehatan anak
kesehatan. Hal tersebut dilakukan secara holistik.

DAFTAR PUSTAKA Di Desa Gendong Kulon Babat


April, K, et al. (1994). Cooperative Lamongan. Jurnal Surya vol.03,
Games: A Way to Modify No.VII.
Aggressive and Cooperative Priatna, A. C., & Yulia, A. (2006).
Behaviors in Young Children. Mengatasi Persaingan Saudara
Journal Of Applied Behavior Kandung Pada Anak-anak.
Analysis, 27(3), 435-446. Jakarta: Elex Media
Boyse, K. (2009). Sibling Rivalry. Computindo.
Michigan, USA: University of Rahmawati, E. (2015). Hubungan
Michigan, Health System. Sibling Rivalry Dengan
http://www.med.umich.edu Kemampuan Penyesuaian
Hanum, L. A, Hidayat, A.A.A. (2015). Sosial Anak Usia Sekolah Di
Faktor Dominan Pada Kejadian SDN Cireundeu III. [Skripsi].
Sibling Rivalry Pada Anak Usia Jakarta. Universitas Islam Negri
Prasekolah. Jurnal THE SUN Syarif Hidayatullah.
Vol. 2(2). Sanders & Edwars. (2006). Siblings
Hidayat, A.A. (2007). Metode Without Rivalry: How to Help
Penelitian Keperawatan dan Your Children, Live Together
Teknik Analisa Data. Penerbit : So You Can Live Too. (10 th
Salemba Medika. edition). USA:Avon Books
Hurlock. (2002). Psikologi Setiawati & Zulkaida. (2007). Yang
perkembangan anak. Suatu dikutip siti asupah. Materiku.
pendekatan sepanjang rentan hhtp://www.fuahmaniz.blokspo
kehidupan. Jakarta: Erlangga. t.com. diakses tanggal 20
Ike, A. Y. (2016). Gambaran september 2018.
Pengetahuan Ibu Multigravida Wong, Donna L. (2008). Buku ajar
Tentang Sibling Rivalry keperawatan pediatrik (Edisi 6).
(Kecemburuan) Di Wilayah Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti
Kerja Puskesmas Rawat Inap Juniati, H. Y. Kuncara. Jakarta :
Kedaton Bandar Lampung. EGC
Jurnal Kesehatan, Volume VII, Woolfson, D. L. (2004). Persaingan
No.1. Diakses tanggal 29 saudara kandung: Mendorong
September 2018. anak-anak untuk menjadi
Nisa, Z. Maghfuroh, L. Supanik. sahabat. Alih Bahasa :
(2010). Hubungan Sikap Orang fransiscus Rudijanto. Jakarta:
Tua Dengan Kejadian Sibling Erlangga
Rivalry Pada Anak Usia Toddler

Anda mungkin juga menyukai