Anda di halaman 1dari 43

AB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Definisi

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang

tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang

bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Kanker

payudara meunjukkan suatu benjolan pada payudara yang dapat

diraba dengan tangan, semakin lama semakin mengeras dan

bentuknya tidak beraturan (Santoso, 2009, dikutip dalam

Enikmawati, 2015).

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang

terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen


kelenjarnya (epitel saluran maupun lobusnya) maupun komponen

selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah dan

persarafan jaringan payudara (Irianto, 2015).

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang

paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena

terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga

pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh

menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak

diambil, di khawatirkan akan masuk dan menyebar ke seluruh

tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang wanita kelompok

umur 40-70 tahun, tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan

cepat sesuai dengan pertumbuhan usia. Kanker payudara jarang

terjadi pada usia di bawah 30 tahun (Wijaya dan Putri, 2013).


Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan

sel normal mammae dimana sel lab normal timbul dari sel-sel

normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan

pembuluh darah (Nurafif dan Kusuma, 2013).

2.1.2 Etiologi

Menurut Nurafif dan Kusuma (2013) Penyebab kanker

payudara adalah

1. Kanker payudara yang terdahulu terjadi mlaignitas sinkron di

payudara lain karena mammae organ berpasangan.

2. Keluarga, di perkirakan 5% semua kanker adalah predisposisi

keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena

carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara (benigna) kelainan fibrokistik (benigna)

terutama pada periode fertil, telah di tunjukan bahwa wanita

yang menderita atau pernah menderita yang porliferatif

sedikit meningkat.

4. Makanan, berat badan dan faktor risiko lain. Status sosial

yang tinggi menunjukan resiko yang meningkat, sedangkan

berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan

terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada

wanita post menopouse.

5. Faktor endokrin dan reproduksi Graviditas matur kurang dari

20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun , menarche kurang

dari 12 tahun.

6. Obat anti konseptiva oral penggunaan pil anti konsepsi jangka


panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar

untuk terkena kanker.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Brunner dan Suddarth (2013), Tipe Kanker

Payudara adalah sebagai berikut:

1. Karsinoma Duktal Menginfeltrasi

Merupakan tipe histologis yang paling umum,

merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara.Kanker

ini sangat jelas karena jelas saat dipalpasi.Kanker jenis ini

biasanya bermestasis ke nodus aksila.Prognosisnya lebih

buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.

2. Karsinoma Lobular Menginfiltrasi

Tipe jenis ini jarang terjadi, merupakan 5-15%


kanker payudara.Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area

penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan

dengan tipe duktal menginfiltrsi.Tipe ini lebih umum

multisentris, dengan demikian, dapat terjadi penebalan

beberapa area pada salah satu atau kedua

payudara.Karsinom duktal menginfiltrasi dan lobular

menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastasisnya
berbeda.Karsinoma

duktal bisanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak,

sementara karsinoma lobular biasanya bermetasis ke

permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim

lainnya.

3. Karsinoma Medular
Menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan

tumbuh dalam kapsul didalam duktus.Tipe ini dapat

menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga

prognosisnya seringkali lebih baik.

4. Kanker Musinus

Menempati sekitar 3% dari kanker

payudara.Penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat,

sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik

dari lainnya.

5. Kanker Duktal-Tubular

Kanker jenis ini jarang terjadi, menempati hanya

sekitar 2% dari kanker. Karena metastasis aksilaris secara

histologi tidak lazim,maka prognosisnya sangat baik.


6. Karsinoma Inflamatori

Tipe kanker payudara yang jarang 1-2% dan

menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker

lainnya.Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri,

payudara secara abnormal keras dan membesar.Kulit di atas

tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi dan retraksi

puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang

dan memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari

bantuan medis dan lebih cepat dibanding pasien wanita

lainnya dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat

menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya.

7. Karsinoma Payudara In Situ

Karsinoma payudara in situ lebih sering di deteksi


dengan meluasnya penggunaan skrining

mammografi.Penyakit ini ditandai oleh proliferasi sel-sel

malignan di dalam duktus dan lobulus, tanpa invasi ke

dalam jaringan sekitarnya.

2.1.4 Patofisiologi

Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik,

terutama untuk melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan

pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan perubahan

strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel

yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak

berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.

Proliferasi abnormal sel kanker akan mengaganggu fungsi


jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan

cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam

sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama

dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel

yang mengalami tranformasi maligna dan berubah menjadi

sekelompok sel ganas di antara sel normal (Wijaya dan Putri,

2013).

Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah

dan permeabilitaskapiler akan terganggu sehingga sel kanker

dapat berkembang pada jaringan kulit.Sel kanker tersebut akan

terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat danmerusak

pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan

kulit.Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis)


kemudian timbul lukakanker. Jaringan nekrosis merupakan media

yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baikbakteri aerob atau

anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar lukakanker

sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel

kanker danproses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas

kapiler kemudianmenimbulkan cairan luka (eksudat) yang

banyak. Cairan yang banyak dapatmenimbulkan iritasi sekitar

luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusakdan terjadi

infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai

respontubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang

hebat. Sel kanker itusendiri juga merupakan sel imatur yang

bersifat rapuh dan merusak pembuluhdarah kapiler yang

menyebabkan mudah perdarahan. Adanya luka kanker, bauyang


tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan

masalahpsikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau
tersinggung, menarik diri

dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yangakan menurunkan

kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya

dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak

menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak

teratur.

1. Fase awal: asimtomatik

Pada stadium awal, jika di dorong oleh jari tangan,

benjolan bisa di gerakan dengan mudah di bawah kulit.


2. Tanda umum: benjolan/penebalan pada payudara

a. Tanda dan gejala lanjut:

1) Kulit cekung

2) Retraksi atau devisi puting susu

3) Nyeri tekan atau raba

4) Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk

5) Ulserasi pada payudara

b. Tanda metastase

1) Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah

2) Batuk menetap

3) Anoreksia

4) Berat badan turun

5) Gangguan pencernaan
6) Sakit kepala

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada

dinding dada atau kulit di sekitarnya.Pada kanker stadium lanjut,

bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit

payudara.Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak

seperti kulit jeruk.Penemuan dini kanker payudara masih sulit di

temukan, kebanyakan ditemukan jika sudah teraba oleh pasien.

1. Tanda-tandanya:

a. Terdapat masa utuh kenyal, bisa di kwadran atas bagian

dalam, di bawah ketiak bentuknya tak baraturan dan

terfiksasi.

b. Nyeri di daerah masa.

c. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan retraksi pada area


mammae.

d. Edema dengan “peant d”orange (keriput seperti kulit

jeruk).

e. Pengelupasan papila mammae.

f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar

cairan spontan, kadang di sertai darah.

g. Ditemukkan lessi pada pemeriksaan mamografi. (Wijaya

dan Putri, 2013)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wijaya dan Putri (2013), pemeriksaan penunjang

kanker payudara adalah

1. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

2. Monografi
3. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound

4. Biopsi (aspirasi, eksisi)

5. Penanda Tumor

6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah

7. Foto toraks

8. USG

9. Mammografi

10. Termografi

11. Staging

Penentuan stadium kanker penting sebagai paduan

pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Staging

kanker payudara (American Joint Committe on Cancer) :


a. Stadium 0: Kanker in situ dimana sel-sel kanker

berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara

yang normal

b. Stadium I: Tumor dengan garis tengah kurang dari 2

cm dan belum menyebar keluar payudara

c. Stadium II A: Tumor dengan garis tengah 2-5 cm

dan belum menyebar ke kelenjar getah bening

ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2

cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening

ketiak.

d. Stadium III A: Tumor dengan garis tengah kurang

dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah

bening ketiak di sertai perlengketan satu sama lain


atau perlengketan ke struktur lainnnya, atau tumor

lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar

getah bening ketiak.

e. Stadium III B: Tumor telah menyusup keluar

payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke

dinding dada atau lebih menyebar ke kelenjar getah

bening di dalam dinding dada dan tulang dada.

f. Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah

payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang

atau paru-paru.

12. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

2.1.7 Masalah Keperawatan

Pada pasien kanker, gangguan yang biasanya terjadi adalah


insomnia. Insomnia merupakan gangguan tidur yang umum

terjadi.Pola tidur pasien kanker dapat terganggu karena sakit fisik

akibat kanker, nyeri, efek samping obat-obatan atau terapi kanker

lainnya (misal mual, muntah, diare), lingkungan (suhu dan

kebisingan ruangan), gaya hidup (pola makan, olah raga, rutinitas

tidur, kondisi emosional), dan dampak psikologis dari kanker.Kualitas tidur merupakan hal yang penting
untuk

penyembuhan, serta meningkatkan fungsi imun dan kesehatan

mental. Selain itu, kurang tidur diketahui berhubungan dengan

depresi, kecemasan, dan menurunkan fungsi kognitif. Pada pasien

kanker, gangguan tidur dapat memengaruhi kualitas hidup pasien,

sistem kekebalan tubuh, kemampuan kognitif, dan kemampuan

untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Hananta et al. 2014).


2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Suryono dan Roisca, 2008 (dikutip dalam Putra,

2015) pengobatan kanker payudara yang di sepakati oleh kanker

di dunia adalah sebagai berikut:

1. Stadium I : Operasi + Kemoterapi

2. Stadium II: Operasi + Kemoterapi

3. Stdium III : Operasi + Kemoterapi + Radiasi

4. Stadium IV: Kemoterapi + Radiasi

Sedangkan menurut Wijaya dan Putri, 2013, ada 2 macam

yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non

pembedahan).Penanganan kuratif dengan pembedahan yang

dilakukan secara mastektomi persial, mastekomi total,

mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran


kanker.Penanganan non pembedahan dengan penyinaran,

kemoterapi dan terapi hormonal.

1. Terapi Kuratif

Untuk kanker stadium 0, I, II, dan III

a. Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi,

alternative tomoorektomi + diseksi aksila.

b. Terapi ajuvan

1) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

2) Kemoterapi untuk pra menopause dengan

CMF(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari

ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke-1

siklus di ulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600

mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP


(Cyclophosphamide 500 mg hari ke-1,

adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil

500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.

3) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan

tamoksifen untuk 1-2 tahun.

c. Terapi bantuan, roboransia.

d. Terapi sekunder bila perlu.

e. Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan

gerak tangan (fisioterapi).

2. Terapi Poliatif

Untuk kanker payudara stadium III dan IV:

a. Terapi utama
1) Pramenopause, bilateral ovariedekomi.

2) Pascamenopause: hormone resptor positif

(takmosifen), dan hormone resptor negative

(kemoterapi dengan CMF atau CAF).

b. Terapi ajuvan

1) Operable (mastektomi simple)

2) Inoperable (radioterapi)

Kanker payudara inoperative:

a) Tumor melekat pada dinding thoraks

b) Odema lengan

c) Nodul satelit yang luas

d) Mastitis karsionamtosa

c. Terapi bantuan: roboransia


d. Terapi komplikasi, bila ada

1) Patah, reposisi–fiksasi-imobilisasi dan

radioterapi pada tempat patah.

2) Odema lengan: deuretik, pneumatic sleeve,

operasi tranposisi omentum atau kondoleon.

3) Efusion pleura: aspirasi cairan atau drainase

bullae, bleomisin 30 mg dan teramisn 1000 mg,

intra pleura.

4) Hiperkalasemia: deuretika dan rehidrasi,

kortikosteroid, mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV.

5) Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO.

6) Borok, perawatan borok.

e. Terapi sekunder, bila ada


1) Kemoterapi dan obat penghambat hormon

kemoterapi dan obat penghambat hormon

seringkali diberikan segera setelah pembedahan

dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau

tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya

kanker dan memperpanjang angka harapan

hidup penderita.

2) Tamoxifen adalah obat penghambat hormon

yang bisa di berikan sebagai terapi lanjutan

setelah pembedahan.

3) Rekonstrusi payudara untuk rekontroksi

payudara bisa digunakan implan silikon atau

salin maupun jaringan yang di ambil dari bagian


tubuh lainnya. Rekontruksi bisa dilakukan

bersamaan mastektomi atau bisa juga di lakukan

di kemudian hari

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian menurut Nurafif dan Kusuma(2013), adalah

2.2.1 Pengkajian

1) Identitas, (lihat faktor-faktor predisposisi)

2) Keluhan utama ada benjolan pada payudara, serta sejak kapan

riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah

di berikan), faktor etiologi/resiko.

3) Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien

dengan kanker payudara.

4) Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan organ payudara di pengaruhi oleh faktor

hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaliknya

pemeriksaan ini di lakukan saat pengaruh hormonal ini

seminimal mungkin /setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari

akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping

dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang

sama tinggi.

5) Inspeksi

Simetri payudra kanan dan kiri, kelainan papila, letak dan

bentuk, adakah puting susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue

d’orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga di

lakukan dalam keadaan kedua tangan di angkat ke atas untuk


melihat apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut

bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.

6) Palpasi

a) Klien berbaring dan di usahakan agar payudara tersebar

rata atas lapangan dada, jika perlu punggung di ganjal

bantal kecil.

b) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan

operbilitas.

c) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila) 7) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang klinis

a) Pemeriksaan radiologis

(1) Mammografi atau USG payudara

(2) X-foto thoraks


b) Pemeriksaan laboratorium

(1) Darah lengkap, urine

(2) Enxym alkali posphate

(3) Aktifitas etrogen/vaginal smear

c) Pemeriksaan sitologis

(1) FNA dari tumor

(2) Cairan kista dan pleura effusion

(3) Secret puting susu

d) Pemeriksaan sitologis/patologis

(1) Durante oprasi vries coupe

(2) Pasca oprasi dari specimen oprasi

2.2.2 Diagnosis
Diagnosa yang muncul menurut Nurafif dan Kusuma(2013), adalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa

tumor

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor

mekanik (tekanan jaringan mamae)

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada

bentuk tubuh karena proses penyakit mamae asimetris)

4. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, proknosis, dan serta

pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

2.2.3 Perencanaan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), perencanaan


keperawatannya sebagai berikut

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa

tumor

Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam di harapkan nyeri berkurang

Kriteria hasil:

a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik

d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

h. Kontrol lingkungan yang dapat mengontrol nyeri

i. Kurangi faktor presipitasi nyeri

j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan


intervensi

l. Ajarkan teknik non farmakologi

m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

o. Tingkatkan istirahat

p. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil

q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

r. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat

nyeri sebelum pemberian obat

s. cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan

frekuensi
t. Cek riwayat alergi

u. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu

v. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

beratnya nyeri

w. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis

optimal

x. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

y. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

z. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri

hebat
aa. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor

mekanik (tekanan jaringan mamae).

Tujuan :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam di harapkan kerusakan intergritas jaringan teratasi.

Kriteria Hasil:

a. Perfusi jaringan normal

b. Tidak ada tanda-tanda infeksi

c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal

d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan

kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

e. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka


Intervensi:

a. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang

longgar

b. Jaga kulit untuk tetap bersih dan kering

c. Monitor kulit akan adanya kemerahan

d. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

e. Monitor status nutrisi pasien

f. Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka,

jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal

g. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka

h. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada

bentuk tubuh karena proses penyakit mamae asimetris)


Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan gangguan citra tubuh teratasi.

Kriteria Hasil:

a. Body image posittif

b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal

c. Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi

tubuh

d. Mempertahankan interaksi sosial

Intervensi:

a. Kaji respon verbal dan non verbal respon klien

terhadap tubuhnya

b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya


c. Jelaskan tentang pengobatan perawatan, kemajuan,

dan prognosis penyakit

d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya

4. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan

serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam di harapkan defisiensi tentang kondisi, prognosis, dan

serta pengobatan penyakitnya teratasi.

Kriteria Hasil:

a. Pasien keluarga menyatakan pemahaman tentang


penyakit, kondisi, prognosis, dan program

pengobatan

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur

yang di jelaskan secara benar

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali

apa yang di jelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

Intervensi:

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan

pasien tentang proses penyakit yang spesifik

b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan cara yang tepat

c. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

d. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara


yang tepat

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

Tujuan:

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam di harapkan ansietas teratasi.

Kriteria Hasil:

a. Pasien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

c. Vital sign dalam batas normal

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya


kecemasan

Intervensi:

a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan

b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang di rasakan

selama prosedur

c. Dengarkan dengan penuh perhatian

d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik

relaksasi

2.2.4 Evaluasi
Evaluasi menurut Brunner dan Suddarth (2013), adalah sebagai

berikut:

1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang

2. Menunjukan insisi bedah yang bersih, kering, dan utuh,

tanpa tanda-tanda inflamasi

3. Ikut serta secara aktif dalam aktifitas perawatan diri

4. Menunjukkan mempunyai pengetahuan tentang diagnosis

dan pilihan pengobatan

a. Mengajukan pertanyaan yang relevan tentang diagnosis

dan pegobaatan yang tersedia

b. Menyebutkan rasional untuk pembedahan dan pilihan

pengobatan lainnya.

c. Menguraikan keutungan dan kerugian dari pilhan


pengobatan

5. Mengungkapkan keinginan untuk mengatasi ansietas yang

berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan yang

tersedia

Anda mungkin juga menyukai