Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH STANDART MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

STANDART 27-31

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Mutu Pelayanan Kebidanan

Dan Kebijakan Kesehatan

Dosen Pembimbing: Ni Gusti Made Ayu, M.Keb

Disusun oleh

Tingkat 3-B

KELOMPOK 7

1. Agni Saila R (P17324217018)


2. Indriyani (P17324217069)
3. Tantri Apriliani F (P17324217016)
4. Zahrah Hasanah (P17324217030)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk


menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan ,
ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat
dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Setiap bidan harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan standar


pelayanan kebidanan, dan dalam melaksanakan profesi tersebut bidan harus bekerja
sesuai standar seperti standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi,
standar kurikulum, standar evaluasi pendidikan, dan standar lulusan. Dan setiap
bidan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan tambahan
yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan kebidanan dasar?


2. Apa saja syarat Standar ?
3. Apa saja standar pengenalan pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui maksud dari standar pelayanan kebidanan dasar


2. Untuk mengetahui syarat Standar
3. Untuk mengetahui standar pengenalan pelayanan kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau
tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi
atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar
pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Secara luas.
Secara luas, pengertian standar layanan kebidanan merupakan suatu
pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses
dan keluaran (outcome) sistem layanan kebidanan.
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan ,
ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat
dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

B. Syarat Standart
1. Dapat diobservasi dan diukur
2. Realistik
3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
4. Jelas
5. Masuk akal
6. Mudah dimengerti
7. Dapat dicapai
8. Absah
9. Meyakinkan
10. Mantap, spesifik serta eksplisit

C. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan

Standar 27 : Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta

TUJUAN
Mengenal dan melakukan tindakaan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total/
parsial

PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama,
termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan

HASIL
• Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta
• Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
• Penyelamatan ibu dengan retensi plasenta meningkat

PRASYARAT
1. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :
a. fisiologi dan manajemen aktif kala III
b. pengendalian dan penanganan perdarahan, termasuk pemberian
oksitosika, cairan IV dan plasenta manual
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting : sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril
sekali pakai, set infus dengan jarum berukuran 16 dan 18 sarung tangan
panjang DTT/ steril
3. Tersedia obat-obat antibiotic dan oksitosika ( oksitosin dan metergin dan
tempat penyimpanannya yang memadai )
4. Adanya partograf dan catatan persalinan/ Kartu Ibu
5. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan (
informed consent atau persetujuan tindakan medik )
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik
untuk ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder

PROSES
1. Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala III pada semua ibu
yang melahirkan melalui vagina ( standar 11 )
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta. ( perdarahan yang terjadi
sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi,
biasanya disebabkan retensio plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir,
sedangkan uterus teraba lembek, juga mungkin disebabkan adanya bagian
plasenta/ selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus. Jadi plasenta dan
selaput ketuban harus diperiksa kembali kelengkapannya ).
3. Bila plasentatidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanaan aktif persalinan kala III dengan memberikan oksitosin 10
IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali dengan hati-hati.
Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III 1 5 menit
atau lebih, dan jika plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali
pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika plasenta masih tetap belm
lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat, rujuk segera ke rumah
sakit atau puskesmas terdekat
4. Bila terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera dilahirkan secra
manual. Bila tidak terjadi lakukan rujukan segera
5. Berikan cairan IV : NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat jarum
berlubang besar ( 16 atau 18 G ), untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
sampai nadi dan tekanan darah membaik atau kembali normal
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang harus dilakukan
secara aseptic
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat
tidur
8. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan cairan
diazepam 10 mg IV
9. Cuci tangan sampai kebagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir
dan handuk bersih, gunakan sarung tangan panjang steril/ DTT. ( Hal ini
untuk melindungi iub dan bidan terhadap infeksi )
10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat
dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta. ( pegang
tali pusat dengan tangan kiri untuk membantu )
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di atas
fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam
uterus, carilah tepi plasenta terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke
atas lalu lakukan gerakan mengikis ke samping untuk melepaskan palsenta
dari dinding uterus
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan
hati-hati dan perlahan. ( jangan hanya memegang sebagian plasenta dan
menariknya keluar )
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada
kontraksi, liaht standar 21
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tidak lengkap periksa lagi cavum
uteri dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti
di atas
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan bila perlu. ( penelitian
menunjukkan bahwa hanya robekan yang menimbulkan perdarahan yang
perlu dijahit )
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman
17. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak
terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat
Standar 28 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer

TUJUAN
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada
ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer/ atonia uteri

PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihab dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera melakukan pertolongan
pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan

HASIL
1. Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum
primer
2. Meningkatnya pemanfaatan pelayanan bidan
3. Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan postpartum
primer ke tempat rujukan yang memadai ( rumah sakit atau puskesmas )

PRASYARAT
1. Bidan terlatih dan teramoil dalam mengenali perdarahan postpartum
termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan IV, kompresi uteri
bimanual dan kompresi aorta
2. Tersedinya peralatan perlengkapan penting yang diperlukan dalam kondisi
DTT/ steril ( misalnya klem arteri, alat untuk penjahitan, benang jahit, set
infus dengan jarum berukuran 16 atau 18 G, alat suntik sekali pakai, cairan
IV, sarung tangan, kateter urine dari karet ) dalam keadaan siap pakai
3. Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika, serta tempat penyimpanan
yang memadai
4. Tersedianya saran pencatatan : kartu ibu, partograf
5. Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncanakan
6. Sistem rujukan yan efektif untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric
dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk merawat ibu yang
mengalami perdarahan postpartum

PROSES
Bidan harus :
1. Periksa gejala dan tana perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari
vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari 500cc, atau perdarahan
seberapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok, dianggap sebagai
perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera dirujuk ke rumah sakit
2. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase
uterus supaya berkontraksi ( maksimal 15 detik ), untuk mengeluarkan
gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta
dan selaput ketuban untuk memastikan plasent utuh dan lengkap
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum
memberikan perawatan. Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua
periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani
benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
a. Berikan 10 nit oksitosin IM
b. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan menggunakan teknik
aseptic, pasang kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter
karet steril/ DTT )
c. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama
menggunakan lampu yang terang, jika sumber perdarahan sudah
diidentifikasi. Klem dengan forsep klem arteri dan jahit laserasi dengan
menggunakan anestesi local ( lidocain 1% ) menggunakan teknik
aseptic. Lihat standar 12 ( laserasi adalah penyebab perdarahan
postpartum paling umum nomor 2 )
5. Jika uterus mengalami atoni, atau perdarahan terus terjadi :
a. Berikan 10 unit oksitosin IM
b. Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa
lagi apakah plasenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung
tangan DTT/ steril, usap vagina dan ostium serviks untuk
menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal
c. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk
memasang katater ke dalam kandung kemih ( menggunakan katater
karet steril/ DTT )
d. Gunakan saung tangan DTT/ steril, lakukan kompresi bimanual internal
maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uters
berkontraki dengan baik ( mana yang terjadi terlebih dulu ). Lihat kotak
di bawah ini untuk mengkaji teknik yang tepat.
e. Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan rujukan
f. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
:
• Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
• Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
• Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering
melakukan masase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati
perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi
g. jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam
waktu lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus :
• Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksterna
• Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
• Jika tidak ada tanda hipertensii pada ibu, berikan metergin 0,2
mg IM
• Mulai IV RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum
lubang besar ( 16 atau 18 G ) dengan teknik aseptic
• Berikan 500cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan
IV RL 20 unit oksitosin yang kedua.
• Jika uterus tetap ataoni dan / perdarahan terus berlangsung :
- Ulangi kompresi bimanual internal
- Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan
pantau kal emapt persalinan dengan cermat
- Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana operasi bisa
dilakukan
- Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus IV dengan
kecepatan 500cc/ jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 L dan
kemudian turunkan kecepatan hingga 125cc/ jam
6. Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok, rujuk segera dan lakukan
tindakan berikut ini :
Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum di atas
• Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu ( nadi, tekanan darah,
pernafasan ), setiap 15 menit pada saat perjalanan ke tempat rujukan
• Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap
terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika ibu muntah
• Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu
kepanasan
• Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah yang
kembali ke jantung
7. Bila perdarahan tetap berlanjut dan kontrksi uterus tetap tidak ada, maka
kemungkinan terjadi rupture uteri. ( syok cepat terjadi tidak sebanding
dengan darah yang Nampak keluar, abdomen teraba keras, dan fundus mulai
naik ). Hal ini juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta.
Cara ini dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan
sedang dicari
9. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi,
pernafasan, dan tekanan darah
10. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang
dilakukan, dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat
pencatatan
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera dirujuk. Keterlambatan akan
berbahaya
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk
tanda dan gejala infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi.
( gunakan antibiotika berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti
500 mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazole 400-500 mg per oral
setiap 8 jam selama 5 hari )

Standar 29 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder

TUJUAN
Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu

PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan
postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan
jiwa ibu, dan atau merujuknya

HASIL
1. Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum sekunder
menurun
2. Ibu yang mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum sekunder
ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai

PRASYARAT
1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai 6 minggu setelah
persalinan, baik di rumah, puskesmas, maupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas, termasuk
pengenalan dan penanganan bila terjadi perdarahan postpartum sekunder
3. Tersedia alat/ peralatan penting yang diperlukan seperti sabun bersih, air
bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat
suntik steril sekali pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan
18 G, beberapa pasang sarung tangan DTT/ steril
4. Obat-obatan penting tersedia : oksitoika ( oksitosin, metergine ), cairan IV
RL dan antibiotika. Tempat penyimpanan yang memadai untuk obat-
obatan tersedia
5. Adanya pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu
6. System rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi dengan baik
untuk ibu dengan perdarahan postpartum sekunder

PROSES
Bidan harus ;
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan dari
vagina atau lochia berlebihan pada 24 jam – 42 hari sesudah persalinan
dianggap sebagai perdarahan postpartum sekunder dan memerlukan
pemeriksaan dan pengobatan segera
2. Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan
postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-
tanda awalnya. Ibu yang berisiko adalah ibu yang mengalami :
a. Kelahiran plasenta dan selaput ketuban tidak lengkap
b. Persalinan lama
c. Infeksi uterus
d. Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
e. Terbukanya luka setelah bedah sesar
f. Terbukanya luka setelah episiotomy
3. Jika mungkin, mulai berikan RL IV menggunakan jarum berlubang besar (
16 atau 18 G )
4. Berikan obat-obatan oksitosika : oksitosin 10 IU dalam 500cc RL. Oksitosin
10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM ( jangan berikan metergin jika ibu
memiliki tekanan darah yang tinggi )
5. Berikan antibiotika ampisilin 1 gr IV,, rujuk segera ke rumah sakit atau
puskesmas yang memadai
6. Bila kondisi ibu memburuk, atau ibu mengalami tanda atau gejala syok,
pasang IV untuk menggantikan cairan yang hilang dan segera rujuk. ( cairan
IV dengan tetesan cepat supaya nadi bertambah kuat, lalu tetsan dipelankan
dan dipertahankan terus sampai ibu tiba di rumah sakit )
7. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu, suami, dan keluarganya tentang apa
yang terjadi
8. Rujuk ibu bersama bayinya ( jika mungkin ) dan anggota keluarganya yang
dapat menjadi donor darah jika diperlukan ke rumah sakit.
9. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat dengan teliti
riwayat perdarahan : kapan mulainya dan berapa banyak darah yang sudah
keluar ( HAL INI AKAN MENOLONG DALAM MENDIAGNOSIS
SECARA TEPAT DAN MEMUTUSKAN TINDAKAN YANG TEPAT)
10. Berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari kepada yang
mengalami perdarahan postpartum sekunder ini
11. Buat catatan yang akurat

Standar 30 : Penanganan Sepsis Puerperalis

TUJUAN
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat

PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya

HASIL
1. Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat yang memadai dan tepat waktu.
Penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis
2. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas
PRASYARAT
1. System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca persalinan
dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di
rumah, dipuskesmas, ataupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas, termasuk
penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan dengan tepat sepsis
puerperalis
3. Tersedia peralatan/ perlengkapan penting : sabun, air bersih yang mengalir,
handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntuik sekali pakai, set
infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan bersih DTT/
steril
4. Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga tersedia
tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan baik
untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan

PROSES
Bidan harus :
1. Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2 atau lebih
gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban mulai hari ke 2 (
2 kali 24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
a. Suhu tubuh > 38 C
b. Nyeri peru atau pelvis
c. Pengeluaran cairan vagina yang abnormal
d. Cairan vagina yang berbau busuk
e. Terhambatnya pengecilan ukuran uterus
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/ gejala infeksi
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada
terhadaptanda/ gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari
sumber infeksi ( mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk infeksi
kronis )
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat perdarahan
pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum berlubang besar
16 atau 18 G, rujuklah ibu segera ke RS. ( ibu perlu diperiksa untuk melihat
kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta )
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok ( suhu 38 C
atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV
dan antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk ibu ke RS.
a. Ampisilin 2 gr IV setip 6 jam
b. Gentamisin 5 mg/ kg berat badan IV setiap 24 jam
c. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan
antibiotika ( misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6
jam, ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari )
8. Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga
lainnya sampai infeksi teratasi
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/ bayi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama
untuk ibu nifas atau bayi lain
11. Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati ( sebaiknya dibakar),
jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah
dijemur sampai kering )
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik, dan
banyak minum bagi ibu
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI (namun demikian, bayi
memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi)
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24
jam segera rujuk ke RS
16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang telah
didiskusikan

Standar 31 : Penanganan Asfiksia Neonatorum

TUJUAN
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil
tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang mengalami asfiksia neonatorum

PERNYATAAN STANDAR
Bidan mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
tindakan yang secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahri, mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan tepat, dan
memberikan perawatan lanjutan yang tepat

HASIL
1. Penurunan angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan
kesakitan akibat asfiksia neonatorum
2. Meningkatnya pemanfaatan bidan

PRASYARAT
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan
memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera
2. Ibu, suami, dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk kelahiran
bayi mereka
3. Bidan terlatih dan terampil untuk :
a. Memulai pernafasan pada bayi baru lahir
b. Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahri dan
mengidenifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi
c. Menggunakan skor APGAR
d. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
4. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan
5. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman
bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk/
kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk
menyelimuti bayi ), sarung tangan bersih dan DTT, thermometer bersih/
DTT, dan jam
6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag bersih dalam
keadaan berfungsi baik, masker DTT ( ukuran 0 dan 1 ), bola karet
penghisap atau penghisap DeLee steril/ DTT
7. Kartu Ibu, kartu bayi dan partograf
8. System rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang
efektif

PROSES
Bidan harus :
1. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tanagn bersih// DTT
sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang
baik pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
2. Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi baru lahir
3. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam keadaan
bersih, tersedia, dan berfungsi dengan baik
4. Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu dan segera
keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering,
selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih
dan hangat
5. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis
sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis dengan
keras, bernafas dengan lemah atau bernafas dengan cepat dan dangkal, pucat
atau biru dan atau lemas
a. Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala
sedikit ditengdahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus tetap
diselimuti. Hal ini penting untuk mencegah hipotermi pada bayi
b. Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan bola
karet penghisap DTT atau penghisap DeLee DTT/ steril. ( jangan
memasukkan alat penghisap terlalu dlam pada kerongkongan bayi.
Penghisapan terlalu dalam akan mengakibatkan bradikardi, denyut
jantung tak teratur atau spasme pada laring/ tenggorokan bayi )
c. Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi ( gosok punggung
bayi, atau menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi, keduanya
aman dan efektif untuk menstimulasi bayi ). Nilai ulang keadaan bayi.
Jika bayi mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak perlu
tindakan lanjutan. Lanjutkan dengan perawatan bagi bayi baru lahir
normal, jika bayi tetap tidak menangis atau tidak bernafas dengan
normal ( 40-60 kali / menit ), teruskan dengan ventilasi
6. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir :
a. Letakkan bayi dipermukaan datar, diselimuti dengan baik
b. Periksa kembali posisi bayi baru lahir. Kepala harus sedikit
ditengadahkan
c. Pilih masker yang ukurannya sesuai (0 untuk bayi kecil dan 1 untuk bayi
yang lahir cukup bulan). Gunakan ambubag dan masker atau sungkup
d. Pasang masker dan periksa pelekatannya. Pada saat dipasang dimuka
bayi, masker harus menutupi dagu, mulut, dan hidung
e. Lekatkan wajah bayi dan masker
f. Remas kantung ambubag/ atau bernafaslah kedalam sungkup
g. Periksa pelekatannya dengan cara ventilasi dua kali dan amati apakah
dadanya mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai ventilasi
dengan kecepatan 4 sampai 60 kali / menit
h. Jika dada bayi tidak mengembang :
• Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh
• Periksa hidung dan mulut apakah ada darah, mucus, atau cairan
ketuban. Lakukan penghisapan jika perlu
• Remas kantung ambu lebih keras untuk meningkatkan tekanan
ventilasi
i. Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah
bayi bernafas spontan ( 30 – 60 kali/ menit ) dan tidak ada pelekukan
dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan
dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir
j. Jika bayi belum bernafas, atau pernafasannya lemah, teruskan ventilasi.
Bawa bayi ke rumah sakit atau puskesmas, teruskan ventilasi bayi
selama perjalanan
k. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi selama 5 menit.
Jika pernafasan sesuai batas normal ( 30 – 60 kali/ menit ), teruskan
dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir
l. Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/ menit teruskan ventilasi dan
bawa ke tempat rujukan
m. Jika terjadi pelekukan dada yang sangat dalam, ventilasi dengan oksigen
jika mungkin. Segera bawa bayi ke tempat rujukan, teruskan ventilasi
7. Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai keadaan bayi
membaik atau selama 30 menit ( membaiknya bayi ditandai dengan warna
kulit merah muda, menangis, atau bernafas spontan )
8. Kompresi dada:
a. Jika memungkinkan, dau tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk
melakukan ventilasi dan kompresi dada
b. Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi
c. Jika ada 2 tenaga kesehatan terampil dan pernafasan bayi lemah atau
kurang dari 30 kali/ menit dan detak jantung kurang dari 60 kali/ menit
setelah ventialsi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang kedua mulai
melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 kompresi dada
berbanding 1 ventilasi
d. Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada tulang rusuk bayi
masih peka dan mudah patah, jantung dan paru-prunya mudah terluka
e. Lakukan tekanan pada jantung, dengan cara meletakkan kedua jari tepat
dibawah garis putting bayi, ditengah dada ). Dengan jari-jari lurus, tekan
dada sedalam 1-1,5 cm
9. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika suhu di bawah 36,5 C, atau
punggung sangat dingin, lakukan pengahngatan yang memadai, ikuti
standar 13. ( penelitian menunjukkan, bahwa jika tidak terdapat alat-alat,
kontak kulit ibu ke bayi akan sangat membantu menghanagtkan bayi. Hal
ini dilakukan dengan mendekapkan bayi pada ibunya rapat ke dada, agar
kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi, lalu selimuti ibu yang sedang
mendekap bayinya )
10. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur
suhu bayi stiap jam hingga normal 9 36,5 c-37,5c )
11. Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat, dengan tetap
melakukan penghangatan
12. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam selanjutnya. Jika
tanda-tanda kesulitan bernafas kemabli terjadi, persiapkan untuk membawa
bayi segera ke rumah sakit yang paling tepat
13. Ajarkan ibu, suami/ keluarganya tentang bahaya dan tanda-tandanya pada
bayi baru lahir. Anjurkan ibu, suami/ keluarganya agar memperhatikan
dengan baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus segera
dirujuk ke rumah sakit atau menghubungi bidan secepatnya
14. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan

D. Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan di Bidan Praktik Mandiri dan


PKM
Standar
No. PMB PKM
Standar 27 : Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta
1. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :

 fisiologi dan manajemen aktif kala III


 pengendalian dan penanganan perdarahan, termasuk √ √
pemberian oksitosika, cairan IV dan plasenta manual
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting : sabun, air bersih
yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat
√ √
suntik steril sekali pakai, set infus dengan jarum berukuran 16 dan
18 sarung tangan panjang DTT/ steril
3. Tersedia obat-obat antibiotic dan oksitosika ( oksitosin dan metergin
√ √
dan tempat penyimpanannya yang memadai )
4. Adanya partograf dan catatan persalinan/ Kartu Ibu √ √
5. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan (
√ √
informed consent atau persetujuan tindakan medik )
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan
baik untuk ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan √ √
sekunder
Standar 28 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
1. Bidan terlatih dan teramoil dalam mengenali perdarahan postpartum
termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan IV, kompresi uteri √ √
bimanual dan kompresi aorta
2. Tersedinya peralatan perlengkapan penting yang diperlukan dalam
kondisi DTT/ steril ( misalnya klem arteri, alat untuk penjahitan,
benang jahit, set infus dengan jarum berukuran 16 atau 18 G, alat √ √
suntik sekali pakai, cairan IV, sarung tangan, kateter urine dari karet
) dalam keadaan siap pakai
3. Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika, serta tempat
√ √
penyimpanan yang memadai
4. Tersedianya saran pencatatan : kartu ibu, partograf √ √
5. Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncanakan − √
6. Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan kegawatdaruratan
obstetric dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk − −
merawat ibu yang mengalami perdarahan postpartum
Standar 29 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder
1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan
pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai 6 minggu - √
setelah persalinan, baik di rumah, puskesmas, maupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas,
termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi perdarahan √ √
postpartum sekunder
3. Tersedia alat/ peralatan penting yang diperlukan seperti sabun
bersih, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan
√ √
tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus steril dengan jarum
berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang sarung tangan DTT/ steril
4. Obat-obatan penting tersedia : oksitoika ( oksitosin, metergine ),
cairan IV RL dan antibiotika. Tempat penyimpanan yang memadai √ √
untuk obat-obatan tersedia
5. Adanya pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu √ √
6. System rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi dengan
- -
baik untuk ibu dengan perdarahan postpartum sekunder
Standar 30 : penanganan sepsis puerperalis
1. System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah √ √
persalinan, baik di rumah, dipuskesmas, ataupun rumah sakit
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas,
termasuk penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan √ √
dengan tepat sepsis puerperalis
3. Tersedia peralatan/ perlengkapan penting : sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntuik
√ √
sekali pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G,
sarung tangan bersih DTT/ steril
4. Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga
√ √
tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu √ √
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan
- -
baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan
Standar 31 : penanganan asfiksia neonatorum
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan
√ √
memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera
2. Ibu, suami, dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk
- -
kelahiran bayi mereka
3. Bidan terlatih dan terampil untuk :

 Memulai pernafasan pada bayi baru lahir


 Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahri dan
mengidenifikasi bayi baru lahir yang memerlukan √ √
resusitasi
 Menggunakan skor APGAR
 Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
4. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan √ √
Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih
5. dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk

bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu untuk √ √


mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi ), sarung
tangan bersih dan DTT, thermometer bersih/ DTT, dan jam
6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag
bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT ( ukuran 0 dan 1 √ √
), bola karet penghisap atau penghisap DeLee steril/ DTT
7. Kartu Ibu, kartu bayi dan partograf √ √
8. System rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir
√ √
yang efektif
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan


sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Standar
pelayanan kebidanan dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.

Syarat-syarat standar adalah jelas, masuk akal, mudah dimengerti, dapat dicapai,
absah, meyakinkan, mantap, spesifik serta eksplisit.

Pengenalan standar pelayanan kebidanan

1. Standar Pelayanan Umum (2 Standar)


2. Standar Pelayanan Antenatal (6 Standar)
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 Standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 Standar)

Saran

Kami mengharapkan pada teman teman yang nantinya akan menjadi


seorang bidan layaknya harus melayani masyarakat dengan baik. dengan cara
bertanggung jawab, menggunakan model kemitraan dalam kerjasama dengan kaum
wanita atau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
tentang semua aspek asuhan sehingga mereka puas dengan pelayanan yang kita
berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai