Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,
2007).

2.1.1 Tingkatan Pengetahuan


Ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga
mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan
cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan
untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen –
komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut

6
yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain
dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan


untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat
menyusun formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari
objek penelitian (Notoatmodjo,2007).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Faktor Internal
a. Umur
Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh
umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut maka
kemampuan penerimaan akan berkurang

b. Jenis Kelamin
Sebagian orang beranggapan bahwa pengetahuan
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
dan hal ini sudah tertanam dari dahulu kala. Namun
berbeda jauh pada jaman sekarang ini yang telah

7
terbantah karena apapun jenis kelamin seseorang, bila
dia masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman
maka ia akan cenderung mempunyai tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
c. Intelegensia
Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri
secara mental dalam situasi baru. Intelegensi bagi
seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir
(Wawan,2010).
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain untuk menuju ke arah
cita-cita tertentu yang akan menentukan kehidupan
manusia kedepannya.

b. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
c. Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil
dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,
hal ini dikarenakan pekerjaan yang berhubungan erat
dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan serta
sebagai tempat proses pertukaran. informasi, dan hal ini
tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

8
seseorang.
d. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang akan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu
kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain,
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Informasi / MediaMassa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
f. Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatantertentu.
g. Pengalaman
Pengalaman akan menjadi salah satu sumber
pengetahuan yaitu salah satunya untuk mendapatkan
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang didapatkan sebelumnya
dalam memecahakan masalah yang dihadapi pada
masa lalu (Wawan, 2010 & Notoatmodjo,2007).

2.1.3 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

9
materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo,2007)

2.1.4 Kategori Pengetahuan


Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
g. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%
dari seluruh pertanyaan
h. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75%
dari seluruh pertanyaan
i. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% -
55% dari seluruh pertanyaan (Arikunto,2006).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang object
pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian
dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan
diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.(Arikunto, 2006).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian
dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase dengan rumus

yang digunakan sebagai berikut:


Keterangan :

N= Nilai pengetahuan

Sp = Skor yangdidapat
Sm = Skor tertinggi maksimum

10
Contoh : jumlah jawaban benar Responden A = 20. Jumlah soal 25 (nilai
maksimal 25). Maka nilai persentase Responden :
20
A= 25 x 100% = 80 %

Selanjutnya persentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat


kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

 Baik : Nilai = 76% -100%

 Cukup : Nilai = 56% -75%

 Kurang : Nilai = 40%- 55% (Arikunto,2006).

2.2 Imunisasi

2.2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi merupakan memberikan zat kekebalan terhadap beberapa
penyakit melalui pemberian vaksin yang nantinya akan melindungi
kesehatan Ibu dan anak (BKKBN, 2007).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen sehingga bila kelak ia terpapar pada
antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Vaksin adalah suatu produk
biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus, dan
riketsia) atau racun kuman yang telah di lemahkan atau di matikan dan
akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu (Depkes RI, 2009).Imunisasi adalah suatu upaya untuk
mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara
memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hidayat,
2009).

11
2.2.2 Tujuan Pemberian Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi yaitu agar diharapkan seseorang yang
diimunisasi menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkanmorbiditasdanmortalitassertadapatmengurangikecacatan
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat,2008).

Menurut (Proverawati,2010) tujuan imunisasi adalah untuk


mencegah terjadinya penyakit tertentu seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. Program imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit Imunisasi memang tidak
memberikan kekebalan 100% ,tetapi pada umumnya dapat mencegah
96 %, sehingga apabila terkena tidak akan separah jika tidak
diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu daya tahan tubuh anak, lingkungan dan kuman.Kalau anak kuat,
status gizi baik, lalu terinfeksi kuman yang jumlahnya sedikit dan
tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak akan jatuh sakit
(Proverawati,2010).

2.2.3 Macam-macam Imunisasi


Menurut Hidayat (2008), berdasarkan proses atau mekanisme
pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang


diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh

12
mengalamireaksiimunologispesifikyangakanmenghasilkanrespon seluler
dan hormonal serta dihasilkannya cell memory. Jika benar- benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif
terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya yaitu:

a. Antigen

b. Pelarut

c. Adjuvans

d. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik

2. Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu zat


yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

2.2.4 Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin(Catin)

Imunisasi Tetanus Toksoid adalah kuman yang dilemahkan


atau dimurnikan, vaksin tetanus adalah vaksin yang mengandung
toksoid tetanus yang telah dimurnikan atau terabsorbsi ke dalam 3
mg alumunium fosfat. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) tujuan
utamanya ialah melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan terkena
kejang akibat infeksi pada tali pusat (Tetanus Neonatrium).
Imunisasi ini harus diberikan melalui ibunya, karena janin belum
dapat membentuk kekebalan sendiri (Kemenkes RI,2012) Imunisasi
TT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus
toksoid. Vaksin TT juga salah satu syarat yang harus dipenuhi saat
mengurus surat-surat atau kelengkapan administrasi di KUA. Kepada
calon pengantin Wanita imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali
dengan interval 4 minggu. Imunisasi TT diberikan kepada catin

13
wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan
dari penyakit tetanus neonatrium (Gunawan Rahman,2006).
Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan
TT2, jika dalam waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan
akan terlindung dari tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia
melakukan imunisasi sampai dengan TT5, ia akan memberi
perlindungan selama 25 tahun atau seumur hidup. Imunisasi TT
dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan pemerintah, praktek
bidan atau RS swasta. Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini
adalah bukan wanita yang akan menikah saja, tapi adalah wanita usia
subur.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42
tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi dijelaskan dalam BAB II
mengenai jenis imunisasi bahwa berdasarkan penyelenggaraannya
imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi
wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu
(PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang diberikan
kepadaseseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri
atas munisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus
(PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia di bawah tiga tahun anak usia
sekolah dasar wanita usia subur. (PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).

14
2.2.5 Tujuan ImunisasiTT

Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur adalah


untuk mengeliminasi penyakit tetanus pda bayi baru lahir (Tetanus
Neonaturum). Pemberian imunisasi TT ini dalam beberapa jenjang yang
dapat dicapai seperti murid perempuan kelas 6 SD, saat akan menikah dan
pada saat hamil. Vaksin TT juga dapat diberikan pada laki-laki dewasa.
Karena hal ini dapat melindunginya dari bahaya penyakit tetanus
(Wahab,2007).

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi


1) Umur
Penilaian status bisa dimulai pada saat bayi atau apabila
tidak ada register yangmencatat riwayat sebelumnya maka
dihitung mulai WUS berusia 15 tahun denganstatus TT 0
(Kemenkes RI. 2009).
2) BIAS diSD/MI
Apabila ada dokumentasi yang sah seperti kartu atau register
pada petugaskesehatan maka imunisasi pada saat program
BIAS bisa dihitung sebagaiimunisasi TT (Kemenkes
RI.2009).
3) StatusPerkawinan
Adanya program imunisasi pada calon pengantin bisa
dijadikan pedoman bahwaWUS dipastikan telah mendapatkan
imunisasi TT (Kemenkes RI. 2009).
4) Jumlah anak
Program imunisasi TT 1 dan TT 2 pada ibu hamil bisa dijadikan
pedoman penentuan status imunisasi TT WUS (Kemenkes RI.
2009).

15
2.2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi TTCatin
Imunisasi TT catin diberikan sebanyak 2x kepada calon pengantin
wanita dengan interval 4 minggu sebelum pernikahannya (Depkes RI,
2006).
Pemberian Waktu Masa Dosis
Imunisasi Perlindungan
TT 1 - - 0,5 ml

4 minggu
TT 2 setelah 3 tahun 0,5 ml
TT 1

TT3 6 bulan 5 tahun 0,5 ml


setelah
TT 2

1 tahun
TT4 setelah 10 tahun 0,5 ml

TT 3

1 tahun
TT5 setelah 25 tahun 0,5 ml

TT 4

2.2.7 Efek Samping ImunisasiTT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri,
kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping
tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak
perlukan tindakan atau pengobatan (Depkes RI, 2006).

16
2.2.8 Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi TT
Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit
yangmenyerang system syaraf pusat yang disebabkan oleh racun
tetanospasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani. Penyakit ini
masuk melalui luka yang dimasuki kuman gigitan serangga, infeksi gigi,
infeksi telinga, bekas gigitan dan pemotongan tali pusat. Toksin yang
dihasilkan seperti tetanospasmin yang secara umum menyebabkan
kekakuan pada tubuh (Syaifudin,2006).

2.2.9 PatofisiologiTetanus
Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani, bakteri
bersifat obligat anaerob. Bakteri ini terdapat di mana-mana,mampu
bertahan di berbagai lingkungan ekstrim dalam periode lama karena
sporanya sangat kuat. Clostridium tetani telah diisolasi dari tanah,
debu jalan, feses manusia dan binatang. Bakteri tersebut biasanya
memasuki tubuh setelah kontaminasi pada abrasi kulit, luka tusuk
minor ,ata uujung potongan umbilikus pada neonatus; pada 20%
kasus, mungkin tidak ditemukan tempat masuknya. Bakteri juga
dapat masuk melalui ulkus kulit, abses, gangren, luka bakar, infeksi
gigi, tindik telinga, injeksi atau setelah pembedahan abdominal atau
pelvis, persalinan dan aborsi. Jika organisme ini berada pada
lingkungan anaerob yang sesuai untuk pertumbuhan sporanya, akan
berkembangbiak dan menghasilkan toksin tetanospasmindan
tetanolysin. Tetanospasmin adalah neurotoksinpoten yang
bertanggungjawab terhadap manifestasi klinis tetanus, sedangkan
tetanolysin sedikit memiliki efek klinis (Laksmi, 2014).
Terdapat dua mekanisme yang dapatmenerangkan penyebaran toksin
ke susunan saraf pusat: (1) Toksin diabsorpsi di neuromuscularjunction,
kemudian bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat,

17
(2) Toksin melalui pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat
(Mahadewa & Maliawan, 2009)

h. EtiologiTetanus
Tetanus Toksoid ini disebabkan oleh kontaminasi
umbilicus dengan Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang
5 x 0,4-0,5 milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan
membentuk spora. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk
bulat yang letaknya diujung, dan member gambaran penabuh
genderang (drum stick) (WHO,2008).
Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob yaitu berbentuk vegetatif
pada lingkungan tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta
disinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat bergerak aktif
dengan flagela serta menghasilkan eksotoksin. Pada lingkungan yang
tidak kondusif bakteri akan membentuk spora yang akan tahan
terhadap panas, termasuk perebusan (tetapi hancur pada pemanasan
dengan otoklaf), kekeringan dan berbagai disinfektan. Spora dapat
bertahan hiduphingga bertahun-tahun dan berada dimana saja seperti
tanah, debu, serbuk antiseptik bahkan pada peralatan operasi
(Widoyono, 2011).
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda dan
tanahyangdipupukkotorankuda.Penyakittetanusbanyakterdapatpada
luka dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati (corpus alienum)
karena merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi kuman
anaerob. Luka dengan infeksi piogenik dimana bakteri piogenik
mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi anaerob
yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca,2008)

18
i.Gejala Klinis Tetanus
Gejala klinis tetanus menurut Batticaca (2008) yaitu :
1. Masa inkubasi Clostridium tetani adalah 4-21 hari. Semakin lama
masa inkubasi, maka prognosisnya semakin baik. Masa inkubasi
tergantungdarijumlahbakteri,virulensidanjaraktempatmasuknya
kuman (port d’entre) dengan SSP. Semakin dekat luka dengan SSP
maka prognosisnya akan semakin serius dan semakinjelek.
2. Timbulnya gejala biasanya mendadak, didahului dengan
ketengangan otot terutama pada rahang danleher.
3. Sulit membuka mulut(trismus)
4. Kakukuduk
5. Badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam mengalami ekstensi,
lengan kaku dan mengepal.
6. Kejang tonik
7. Kesadaran biasanya tetap baik
8. Asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot, retensi urine bahkan
dapat terjadi fraktur kolumna vertebralis (pada anak) akibat
kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Demam ringan (biasanya pada stadiumakhir)

19
j. Diagnosis Tetanus
Diagnosis tetanus adalah murni diagnosis klinis berdasarkan riwayat
penyakit dantemuan saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan uji
spatula, dilakukan dengan menyentuh dinding posterior faring menggunakan alat
dengan ujung yang lembut dan steril. Hasil tes positif jika terjadi kontraksi rahang
involunter (menggigit spatula) dan hasil negatif berupa reflex muntah. Laporan
singkat The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyatakan
bahwa uji spatula memiliki spesifisitas tinggi (tidak ada hasil positif palsu) dan
sensitivitas tinggi (94% pasien terinfeksi menunjukkan hasil positif ).
Pemeriksaan darah dan cairan cerebrospinal biasanya normal. Kultur C. tetani
dari luka sangat sulit(hanya 30% positif ), dan hasil kultur positif mendukung
diagnosis, bukan konfirmasi (Mahadewa & Maliawan, 2009).

k. Pengobatan Tetanus
Penderita tetanus harus dirawat inap pada unit perawatanintensif sampai
menjadi jelas bahwa perjalanan penyakit telah stabil pada tingkat yang tidak
mengganggu fungsi vital, lalu pengobatan dapat dilaksanakan di luar unit.
Keadaan sekitar penderita harus tenang dan gelap sejauh hal tersebut kompatibel
dengan pengamatan yang cermat dan tindakan pengobatan yang dibutuhkan untuk
penatalaksanaan. Pemeriksaan dan manipulasi yang tidak perlu harus dihindari.
Tujuan pengobatan ialah mencegah kematian, pada awalnya, terutama akibat
asfiksia, meringankan keadaan penderita,mengurangidanmenanganikomplikasi,
dan menetralkan toksin yang masih dapat dicapai, mengobati luka pemicu dan
mencegah relaps serta rekurensi (Muliawan,2007).
Pengobatan tetanus menurut Muttaqin (2008), yaitu:
1. Antitetanus serum(ATS)
2. Fenobarbital : dosis initial 50 mg (umur <1 tahun), 75 mg umur >1 tahun,
dan dilanjutkan dengan 5 mg/kg BB/hari dibagi 6dosis
3. Diazepam : dosis 4 mg/kg BB/hari dibagi dalam 6dosis.
4. Largactil : dosis 4 mg/kgBB/hari.
5. Antimikrobae lukaterbuka
Isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang dapat
membuat kejang, kolaborasi pemberian obat penenang.

20
B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori penelitian adalah model konsep yang menggambarkan hubungan


diantara berbagai macam faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu hal yang
penting bagi suatu masalah (Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka teori yang
akan diteliti yaitu :

Faktor
Prediposisi :
1.Pengetahuan

2.Pendidikan Kepedulian imunisasi TT

3.Sikap

4.Kepercayaan

5.Nilai-nilai

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini bisa diartikan sebagai suatu uraian atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan calon pengantin Kepedulian imunisasi TT

21

Anda mungkin juga menyukai