TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,
2007).
6
yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain
dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
b. Jenis Kelamin
Sebagian orang beranggapan bahwa pengetahuan
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin,
dan hal ini sudah tertanam dari dahulu kala. Namun
berbeda jauh pada jaman sekarang ini yang telah
7
terbantah karena apapun jenis kelamin seseorang, bila
dia masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman
maka ia akan cenderung mempunyai tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
c. Intelegensia
Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri
secara mental dalam situasi baru. Intelegensi bagi
seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir
(Wawan,2010).
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain untuk menuju ke arah
cita-cita tertentu yang akan menentukan kehidupan
manusia kedepannya.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
c. Pekerjaan
Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil
dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,
hal ini dikarenakan pekerjaan yang berhubungan erat
dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan serta
sebagai tempat proses pertukaran. informasi, dan hal ini
tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
8
seseorang.
d. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang akan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu
kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain,
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Informasi / MediaMassa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
f. Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatantertentu.
g. Pengalaman
Pengalaman akan menjadi salah satu sumber
pengetahuan yaitu salah satunya untuk mendapatkan
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang didapatkan sebelumnya
dalam memecahakan masalah yang dihadapi pada
masa lalu (Wawan, 2010 & Notoatmodjo,2007).
9
materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo,2007)
N= Nilai pengetahuan
Sp = Skor yangdidapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
10
Contoh : jumlah jawaban benar Responden A = 20. Jumlah soal 25 (nilai
maksimal 25). Maka nilai persentase Responden :
20
A= 25 x 100% = 80 %
2.2 Imunisasi
11
2.2.2 Tujuan Pemberian Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi yaitu agar diharapkan seseorang yang
diimunisasi menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkanmorbiditasdanmortalitassertadapatmengurangikecacatan
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat,2008).
12
mengalamireaksiimunologispesifikyangakanmenghasilkanrespon seluler
dan hormonal serta dihasilkannya cell memory. Jika benar- benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif
terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya yaitu:
a. Antigen
b. Pelarut
c. Adjuvans
13
wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan
dari penyakit tetanus neonatrium (Gunawan Rahman,2006).
Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan
TT2, jika dalam waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan
akan terlindung dari tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia
melakukan imunisasi sampai dengan TT5, ia akan memberi
perlindungan selama 25 tahun atau seumur hidup. Imunisasi TT
dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan pemerintah, praktek
bidan atau RS swasta. Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini
adalah bukan wanita yang akan menikah saja, tapi adalah wanita usia
subur.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42
tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi dijelaskan dalam BAB II
mengenai jenis imunisasi bahwa berdasarkan penyelenggaraannya
imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi
wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu
(PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang diberikan
kepadaseseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri
atas munisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus
(PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia di bawah tiga tahun anak usia
sekolah dasar wanita usia subur. (PERMENKES RI NO. 42 Tahun2012).
14
2.2.5 Tujuan ImunisasiTT
15
2.2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi TTCatin
Imunisasi TT catin diberikan sebanyak 2x kepada calon pengantin
wanita dengan interval 4 minggu sebelum pernikahannya (Depkes RI,
2006).
Pemberian Waktu Masa Dosis
Imunisasi Perlindungan
TT 1 - - 0,5 ml
4 minggu
TT 2 setelah 3 tahun 0,5 ml
TT 1
1 tahun
TT4 setelah 10 tahun 0,5 ml
TT 3
1 tahun
TT5 setelah 25 tahun 0,5 ml
TT 4
16
2.2.8 Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi TT
Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit
yangmenyerang system syaraf pusat yang disebabkan oleh racun
tetanospasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani. Penyakit ini
masuk melalui luka yang dimasuki kuman gigitan serangga, infeksi gigi,
infeksi telinga, bekas gigitan dan pemotongan tali pusat. Toksin yang
dihasilkan seperti tetanospasmin yang secara umum menyebabkan
kekakuan pada tubuh (Syaifudin,2006).
2.2.9 PatofisiologiTetanus
Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani, bakteri
bersifat obligat anaerob. Bakteri ini terdapat di mana-mana,mampu
bertahan di berbagai lingkungan ekstrim dalam periode lama karena
sporanya sangat kuat. Clostridium tetani telah diisolasi dari tanah,
debu jalan, feses manusia dan binatang. Bakteri tersebut biasanya
memasuki tubuh setelah kontaminasi pada abrasi kulit, luka tusuk
minor ,ata uujung potongan umbilikus pada neonatus; pada 20%
kasus, mungkin tidak ditemukan tempat masuknya. Bakteri juga
dapat masuk melalui ulkus kulit, abses, gangren, luka bakar, infeksi
gigi, tindik telinga, injeksi atau setelah pembedahan abdominal atau
pelvis, persalinan dan aborsi. Jika organisme ini berada pada
lingkungan anaerob yang sesuai untuk pertumbuhan sporanya, akan
berkembangbiak dan menghasilkan toksin tetanospasmindan
tetanolysin. Tetanospasmin adalah neurotoksinpoten yang
bertanggungjawab terhadap manifestasi klinis tetanus, sedangkan
tetanolysin sedikit memiliki efek klinis (Laksmi, 2014).
Terdapat dua mekanisme yang dapatmenerangkan penyebaran toksin
ke susunan saraf pusat: (1) Toksin diabsorpsi di neuromuscularjunction,
kemudian bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat,
17
(2) Toksin melalui pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat
(Mahadewa & Maliawan, 2009)
h. EtiologiTetanus
Tetanus Toksoid ini disebabkan oleh kontaminasi
umbilicus dengan Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang
5 x 0,4-0,5 milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan
membentuk spora. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk
bulat yang letaknya diujung, dan member gambaran penabuh
genderang (drum stick) (WHO,2008).
Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob yaitu berbentuk vegetatif
pada lingkungan tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta
disinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat bergerak aktif
dengan flagela serta menghasilkan eksotoksin. Pada lingkungan yang
tidak kondusif bakteri akan membentuk spora yang akan tahan
terhadap panas, termasuk perebusan (tetapi hancur pada pemanasan
dengan otoklaf), kekeringan dan berbagai disinfektan. Spora dapat
bertahan hiduphingga bertahun-tahun dan berada dimana saja seperti
tanah, debu, serbuk antiseptik bahkan pada peralatan operasi
(Widoyono, 2011).
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda dan
tanahyangdipupukkotorankuda.Penyakittetanusbanyakterdapatpada
luka dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati (corpus alienum)
karena merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi kuman
anaerob. Luka dengan infeksi piogenik dimana bakteri piogenik
mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi anaerob
yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca,2008)
18
i.Gejala Klinis Tetanus
Gejala klinis tetanus menurut Batticaca (2008) yaitu :
1. Masa inkubasi Clostridium tetani adalah 4-21 hari. Semakin lama
masa inkubasi, maka prognosisnya semakin baik. Masa inkubasi
tergantungdarijumlahbakteri,virulensidanjaraktempatmasuknya
kuman (port d’entre) dengan SSP. Semakin dekat luka dengan SSP
maka prognosisnya akan semakin serius dan semakinjelek.
2. Timbulnya gejala biasanya mendadak, didahului dengan
ketengangan otot terutama pada rahang danleher.
3. Sulit membuka mulut(trismus)
4. Kakukuduk
5. Badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam mengalami ekstensi,
lengan kaku dan mengepal.
6. Kejang tonik
7. Kesadaran biasanya tetap baik
8. Asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot, retensi urine bahkan
dapat terjadi fraktur kolumna vertebralis (pada anak) akibat
kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Demam ringan (biasanya pada stadiumakhir)
19
j. Diagnosis Tetanus
Diagnosis tetanus adalah murni diagnosis klinis berdasarkan riwayat
penyakit dantemuan saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan uji
spatula, dilakukan dengan menyentuh dinding posterior faring menggunakan alat
dengan ujung yang lembut dan steril. Hasil tes positif jika terjadi kontraksi rahang
involunter (menggigit spatula) dan hasil negatif berupa reflex muntah. Laporan
singkat The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyatakan
bahwa uji spatula memiliki spesifisitas tinggi (tidak ada hasil positif palsu) dan
sensitivitas tinggi (94% pasien terinfeksi menunjukkan hasil positif ).
Pemeriksaan darah dan cairan cerebrospinal biasanya normal. Kultur C. tetani
dari luka sangat sulit(hanya 30% positif ), dan hasil kultur positif mendukung
diagnosis, bukan konfirmasi (Mahadewa & Maliawan, 2009).
k. Pengobatan Tetanus
Penderita tetanus harus dirawat inap pada unit perawatanintensif sampai
menjadi jelas bahwa perjalanan penyakit telah stabil pada tingkat yang tidak
mengganggu fungsi vital, lalu pengobatan dapat dilaksanakan di luar unit.
Keadaan sekitar penderita harus tenang dan gelap sejauh hal tersebut kompatibel
dengan pengamatan yang cermat dan tindakan pengobatan yang dibutuhkan untuk
penatalaksanaan. Pemeriksaan dan manipulasi yang tidak perlu harus dihindari.
Tujuan pengobatan ialah mencegah kematian, pada awalnya, terutama akibat
asfiksia, meringankan keadaan penderita,mengurangidanmenanganikomplikasi,
dan menetralkan toksin yang masih dapat dicapai, mengobati luka pemicu dan
mencegah relaps serta rekurensi (Muliawan,2007).
Pengobatan tetanus menurut Muttaqin (2008), yaitu:
1. Antitetanus serum(ATS)
2. Fenobarbital : dosis initial 50 mg (umur <1 tahun), 75 mg umur >1 tahun,
dan dilanjutkan dengan 5 mg/kg BB/hari dibagi 6dosis
3. Diazepam : dosis 4 mg/kg BB/hari dibagi dalam 6dosis.
4. Largactil : dosis 4 mg/kgBB/hari.
5. Antimikrobae lukaterbuka
Isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang dapat
membuat kejang, kolaborasi pemberian obat penenang.
20
B. Kerangka Teori Penelitian
Faktor
Prediposisi :
1.Pengetahuan
3.Sikap
4.Kepercayaan
5.Nilai-nilai
Kerangka konsep ini bisa diartikan sebagai suatu uraian atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).
21