Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Mengetahui arti perilaku organisasi

1.2.2 Mengetahui arti sikap

1.2.3 Mengetahui unsur-unsur yang membentuk sikap

1.2.4 Mengetahui arti persepsi

1.2.5 Mengetahui arti kepribadian dan perilaku


BAB II

ISI

1.2.1 Pengertian perilaku organisasi

Pengertian tentang perilaku organisasi telah di kemukakan oleh beberapa ahli. Pengertian yang diajukan
meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana orang sebagai individu maupun sebagai anggota
kelompok berperilaku dalam organisasi serta pengaruhnya terhadap struktur dan sistem organisasi.
Sikap dan perilaku orang yang beraneka ragam dalam organisasi ini dipelajari untuk mencari solusi
tentang bagaimana manajemen dapat mengelola organisasi secara efektif. Secara konseptual, Robbins
and Judge (2013) memberikan pengertian terhadap perilaku organisasi sebagai suatu bidang studi yang
menginvestigasi dampak individu, kelompok, maupun struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud mengaplikasikan pengetahuan tersebut guna memperbaiki efektivitas organisasi. Sebagai suatu
bidang studi, Perilaku Organisasi mempelajari tiga determinan dalam organisasi yaitu individu/
perorangan, kelompok, dan struktur. Perilaku organisasi menerapkan pengetahuan tentang perilaku
yang dikaitkan dengan aktivitas kerja dan hasil kerja anggota organisasi. Ada dua hal fokus perilaku
organisasi yaitu tindakan (actions) dan sikap (attitudes) dari orangorang dalam organisasi (Ratmawati
dan Herachwati, 2007). Bidang studi perilaku organisasi ini merupakan ilmu pengetahuan yang
diturunkan dari studi tentang tindakan dan sikap manusia. Sebagai suatu bidang studi, perilaku
organisasi terdiri atas suatu kumpulan teori maupun model sebagai Ways of Thinking tentang fenomena
tertentu. Perilaku organisasi sebagai ilmu pengetahuan yang dipelajari guna menyelesaikan berbagai
masalah perilaku manusia dalam organisasi, menawarkan tantangan untuk memahami berbagai
kompleksitas organisasi. Hal ini sangat mendukung pemahaman bahwa banyak persoalan organisasi
mempunyai berbagai sebab, sehingga pendekatan penyelesaian persoalan organisasi mengacu pada
kondisi dan situasi manusia dalam organisasi yang bersangkutan. George & Jones (2002) menyatakan
perilaku organisasi adalah sebagai suatu studi tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan
(act) individu dan kelompok dalam organisasi serta bagaimana organisasi mengelola lingkungannya.
Dalam hal ini George & Jones, sebagaimana juga Robbins and Judge (2013) maupun Gordon (2002),
memberi gambaran bahwa studi tentang perilaku organisasi ini menyediakan serangkaian alat yaitu
konsep-konsep dan teori-teori yang dapat membantu orang memahami, menganalisis, dan menjelaskan
perilaku dalam organisasi. Bagi para manajer, mempelajari perilaku organisasi dapat membantu
memperbaiki, mendorong, atau merubah perilaku kerja, baik individu, kelompok maupun organisasi
secara keseluruhan sehingga organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa perilaku organisasi PENGANTAR PERILAKU ORGANISASI 2 sangat fokus pada
“Human Side of Management” sehingga pendekatan bidang ini dalam manajemen adalah pendekatan
keperilakuan (Behavioral approach to management). Pengetahuan yang diperoleh dengan mempelajari
perilaku organisasi ini dapat membantu manajer mengidentifikasi problem, menentukan bagaimana
cara koreksinya, dan mengetahui bahwa perubahanperubahan akan membuat suatu perbedaan, yakni
dengan mengunakan pendekatan keperilakuan.

1.2.2 Pengertian Sikap

Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing-masing sebagai ciri pribadinya. Sikap
pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan individu untuk memberikan
tanggapan pada suatu hal. Pengertian sikap dijelaskan oleh Saifudin Azwar (2010: 3) sikap diartikan
sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian
memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Gerungan (2004:
160) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai suatu reaksi pandangan atau perasaan
seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu
mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi
dan kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk
perilaku individu terhadap objek. Pengertian mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko
(2009: 151), Sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu
objek. Objek yang disikapi 10 individu dapat berupa benda, manusia atau informasi. Proses penilaian
seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif. Pengertian sikap juga diuraikan
oleh Slameto (1995: 191), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari oleh individu dalam hidupnya. Berdasarkan
beberapa pendapat ahli mengenai sikap, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau
respon berupa penilaian yang muncul dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat
dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya. Proses yang mengawali
terbentuknya sikap adalah adanya objek disekitar individu memberikan stimulus yang kemudian
mengenai alat indra individu, informasi yang yang ditangkap mengenai objek kemudian diproses di
dalam otak dan memunculkan suatu reaksi. Penilaian yang muncul, positif atau negatif dipengaruhi oleh
informasi sebelumnya, atau pengalaman pribadi individu.

1.2.3 Unsur-unsur yang membentuk sikap

Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan. Sikap manusia terbentuk melalui proses sosial
yang terjadi selama hidupnya, dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman. Proses
tersebut dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Saat terjadi
proses sosial terjadi hubungan timbal balik antara individu dan sekitarnya. 11 Adanya interaksi dan
hubungan tersebut kemudian membentuk pola sikap individu dengan sekitarnya. Saifudin Azwar (2010:
31-38) menguraikan faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama,
pengaruh faktor emosional. Sarlito dan Eko (2009: 152-154) juga menjelaskan mengenai pembentukan
sikap. Yaitu: 1) pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu stimulus atau
rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi
isyarat bagi rangsangan yang kedua. 2) pengondisian instrumental, yaitu apabila proses belajar yang
dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut akan diulang kembali,
namun sebaliknya apabila perilaku mendatangkan hasil yang buruk maka perilaku tersebut akan
dihindari. 3) belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini berlangsung dengan cara
mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa. 4) perbandingan sosial, yaitu
membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau
salah. 12 Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan sekitarnya
melalui proses yang kompleks. Gerungan (2004: 166-173) menguraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap seorang individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal pembentuk sikap adalah pemilihan terhadap objek yang akan disikapi oleh individu, tidak
semua objek yang ada disekitarnya itu disikapi. Objek yang disikapi secara mendalam adalah objek yang
sudah melekat dalam diri individu. Individu sebelumnya sudah mendapatkan informasi dan pengalaman
mengenai objek, atau objek tersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan atau disenangi
oleh individu kemudian hal tersebut dapat menentukan sikap yang muncul, positif maupun negatif.
Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk sikap manusia, yaitu: 1) Interaksi kelompok,
pada saat individu berada dalam suatu kelompok pasti akan terjadi interaksi. Masing-masing individu
dalam kelompok tersebut mempunyai karakteristik perilaku. Berbagai perbedaan tersebut kemudian
memberikan informasi, atau keteladanan yang diikuti sehingga membentuk sikap. 2) Komunikasi,
melalui komunikasi akan memberikan informasi. Informasi dapat memeberikan sugesti, motivasi dan
kepercayaan. Informasi yang cenderung diarahkan negatif akan membentuk sikap yang negatif,
sedangkan informasi yang 13 memotivasi dan menyenangkan akan menimbulkan perubahan atau
pembentukan sikap positif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa pengalaman pribadi dan
keadaan emosional. Pengalaman terhadap suatu objek yang memberikan kesan menyenangkan atau
baik akan membentuk sikap yang positif, pengalaman yang kurang menyenangkan akan membentuk
sikap negatif. Sedangkan faktor emosional, lebih pada kondisi secara psikologis seorang individu,
perasaan tertarik, senang, dan perasaan membutuhkan akan membentuk sikap positif, sedangkan
perasaan benci, acuh, dan tidak percaya akan membentuk sikap negatif. Sedangkan faktor eksternal
pembentuk sikap, mencakup pengaruh komunikasi, interaksi kelompok, dan pengaruh kebudayaan.

1.2.4 Pengertian Persepsi

Sarlito W. Sarwono (2009:24) berpendapat persepsi secara umum merupakan proses perolehan,
penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada saat seseorang
meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke
dalam otak.Persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat
pengindraan (Salito W. Sarwono 2002:94). Di dalam persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk
mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini kepekaan dalam
diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang
dihasilkan dari proses persepsi. Proses interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau persepsi
satu individu terhadap individu yang lain, sehingga memunculkan apa yang dinamakan persepsi
masyarakat. Persepsi masyarakat akan menghasilkan suatu 122 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI
2015 penilain terhadap sikap. Perilaku dan tindakan seseorang di dalam kehidupan bermasyrakat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Sarlito W. Sarwono(2010:103-106)

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

a. Perhatian, biasanya tidak menagkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi
memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan
orang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi.

b. Kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul.

c. Kebutuhan merupakan kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri individu akan mempengaruhi
persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akn menyebabkan persepsi bagi tiap individu.

d. Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap
persepsi.
e. Tipe kepribadian, yaitu dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan
persepsi yang berbeda.

Sehubungan dengan itu maka proses terbebtuknya persepsi dipengaruhi oleh diri seseorang persepsi
antara satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Menurut Robbin (dalam Fatah Hanurawan, 2010: 37-40) mengemukakan bahwa beberapa faktor utama
yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang dan faktor-faktor itu adalah
faktor penerima (the perceiver), situasi (the situation), dan objek sasaran (the taget).

Teori Persepsi Masyarakat Di dalam persepsi dikenal beberapa teori. Secara lebih jelas dapat dilihat
pada uraian berikut :

a. Teori Atribusi Teori atribusi yang sering dikenal adalah teori atribusi Kelly. Dasar teori atribusi adalah
suatu proses mempersepsikan sifat-sifat dalam menghadapi situasi-situasi di lingkungan sekitar (Slamet
Santoso, 2010:254). Teori atribusi merupakan bidang psikologi yang mengkaji tentang kapan dan
bagaimana orang akan mengajukan pertanyaan “mengapa” atau prinsip menentukan bagaimana
atribusi kausal dibuat dan apa efeknya. Atribusi kausal pada intinya yaitu menjelaskan antara sebab
akibat terhadap dua peristiwa.

b. Teori Inferensi Koresponden Teori inferensi koresponden Jones dan Davis adalah sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana kita menyimpulkan apakah perilaku seseorang itu berasal dari karakteristik
personal ataukah dari pengaruh situasional (Taylor, Shelly dan David, terjemahan Tri Wibowo, 2009:57).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/b9ca64feeb1d962d5d06f51ea4d7577b.pdf

http://eprints.uny.ac.id/21850/4/BAB%20II.pdf

JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015 PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP
PENANGGALAN JAWA DALAM PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN (STUDI KASUS DESA JONGGRANG
KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013) Rohmaul Listyana & Yudi Hartono*

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/viewFile/898/810

Anda mungkin juga menyukai