Anda di halaman 1dari 8

Ergonomi

Beban Kerja Mental

KELOMPOK 5
Nama Anggota :
Aulia Nursyafitri Chotimah (1610713035)
Hannisa Yanuar Utama (1610713113)
Nabilla Safira (1610713137)
Elysa Silvia Wira (1610713140)

KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2019
Beban Kerja Mental

1. Pengertian Beban Kerja


Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas
adalah kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik
maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari
kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.
Menurut Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Sedangkan menurut Permendagri No. 12/2008 Beban Kerja adalah
besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan
hasil antara volume kerja dan norma waktu.
Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan
meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi
kemampuan pekerjaan;
2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan
pekerja;
3) Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah
dari kemampuan pekerjaan.
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Menurut Tarwaka (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja,
alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat
psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab
pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja,
kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas
dan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,
umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,
persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

2. Pengukuran Beban Kerja Mental


1) Metode Pengukuran Obyektif
Berdasarkan Widyanti dkk. (2010), Beban kerja mental dapat diukur
dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria
obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja
terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan
yang bisa dilakukan antara lain :
1. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh
seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi
kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak
terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
2. Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui
perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya
sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang
berhubungan dengan kerja mata.
3. Pengukuran kadar asam saliva
Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima
pekerjayang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar
liur utama yang terletak diluar rongga mulut.
2) Metode Pengukuran Subjektif
Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif menurut
Widyanti dkk. (2010) merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan
persepsi subjektif responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode
pengukuran subjektif :
1. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-
TLX)
2. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
3. Modified Cooper Harper Scaling
4. Multidescriptor Scale
5. Rating Scale Mental Effort (RSME)
Tahapan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:
1. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati.
2. Menentukan range dan nilai interval.
3. Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang
spesifik.
4. Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh dalam
memperkirakan dan mempelajari beban kerja.
Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:
1. Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam
percobaan.
2. Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
3. Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan
berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan
menggunakan rating beban kerja sampel populasi tertentu.

3) Metode NASA-TLX
a. Definisi NASA-TLX
Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan
berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Metode ini di kembangkan oleh Sandra G.
Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose
State University pada tahun 1981 berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran
subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor (kesulitan tugas, tekanan waktu,
jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi, stress dan
kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu Mental
demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P),
Effort (E), Frustation level (FR).
NASA-TLX (Nasa Task Load Index) adalah suatu metode pengukuran
beban kerja mental secara subjektif. Pengukuran metode NASA-TLX dibagi
menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala (Paired Comparison) dan
pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).

b. Pengukuran metode NASA-TLX


Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai
berikut (Hancock dan Meshkati, 1988):
1. Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua
indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa
perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap
indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk
tiap indikator beban mental. Berikut tabel perbandingan indikator NASA TLX:

2. Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam
indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada
beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor
beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan
kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan
berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:

3. Menghitung nilai produk


Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing
deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD,
PD, TD, CE, FR, EF):

4. Menghitung Weighted Workload (WWL)


Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk
5. Menghitung rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total

6. Interpretasi Skor Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori
NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:

Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa


tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja.
Hasil pengukuran dapat menjadi pertimbangan manajemen untuk
melakukan rekomendasi, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk
pekerjaan yang memiliki skor di atas 80, kemudian mengalokasikannya pada
pekerjaan yang memiliki beban kerja di bawah 50 atau langkah-langkah yang
lainnya.
Daftar Pustaka

Hancock, P. A. & Meshkati, N. 1988. Human Mental Workload. Elsevier.


Hart, S. G. 2006. NASA-Task Load Index (NASA-TLX), 20 years later. In Human Factors and
Ergonomics Society 50th Annual Meeting (pp. 904-908). Santa Monica, CA: Human
Factors and Ergonomics Society.
Herrianto, R. 2010. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Universitas
Islam Surakarta: Penerbit UNIBA Press.
Widyanti, A., Johnson, A. & Waard, D.d. 2010. Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam
Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME). JTI Universitas
Diponegoro, 1(V).

Anda mungkin juga menyukai