Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN PANCASILA

“PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

MUHAMMAD DAFFA MUBARAK (1905046004)


TWINSKY CHOIRUNISSA (1905046022)
HESTI RAHMAYANI (1905046030)
ANNISA NUR FADILLAH (1905046034)
MINARTI (1905046045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pengantar Pendidikan Pancasila”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila di Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Samarinda, 1 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila ............................... 3


B. Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila ............................ 9
C. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila .... 10
D. Dinamika & Tantangan Pendidikan Pancasila ........................ 13
E. Esensi & Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan .. 16

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dasar
Negara kita, Negara Republik Indonesia. Nama Pancasila itu sendiri sebenarnya
tidaklah terdapat baik di dalam pembukaan UUD 1945. Namun telah cukup jelas
bahwa pancasila yang dimaksud adalah ilmu dasar Negara Indonesia,
sebagaimana yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang
berbunyi.

1. Ketuhanan yang maha esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pendidikan pancasila termasuk mata kuliah yang banyak terkena imbas
proses reformasi. Bukan hanya materinya yang banyak berubah. Proses
pendidikan juga seharusnya mengalami perubahan mendasar. Perubahan materi
pendidikan pancasila menyangkut amandemen terhadap UUD 1945 tentang
ketatanegaraan dan hak asasi manusia. Perubahan proses perkuliahan berkaitan
dengan kebebasan yang lebih besar kepada mahasiswa untk memrefleksikan dan
bersikap kritis terhadap implementasi kebijakan pemerintah.
Apabila pembatsan ruang gerak pendidikan pancasila tersebut dilakukan
maka pendidikan pancasila perguruan tinggi tidak akan disukai oleh mahasiswa.
Bagaimana pun juga, mahasiswa dapat menerima informasi dan mendiskusikan
infomasi tersebut melalui media yang beragam diluar perkuliahan. Jika
perkuliahan pendidikan pancasila dilakukan terbatas, maka ia akan berhadapan
dengan situasi luar gerak secara dinamis.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang


akan dibahas sebagai berikut :

1. Apa Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila?


2. Apa Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila?
3. Apa saja Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila?
4. Bagaimana Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pendidikan Pancasila?
5. Apa Pengertian Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa
Depan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini


adalah untuk mendeskripsikan hal-hal berikut :

1. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila


2. Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila Macam-macam konsep
perubahan social
3. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila
4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Pancasila
5. Deskripsi Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah untuk


mahasiswa yang khususnya mengambil mata kuliah Pendidikan Pancasila agar
lebih mengetahui dan memahami tentang pendidikan dan perubahan sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam
satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai
contoh:

1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,


2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas secara konkret dapat
dibuktikan dalam bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga Negara atau
wajib pajak. Alasannya jelas bahwa gotong royong didasarkan atas semangat
kebersamaan yang terwujud dalam semboyan filosofi hidup bangsa Indonesia
“berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Konsekuensinya, pihak yang mampu
harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan menempatkan posisi
pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani kesenjangan. Pajak menjadi
solusi untuk kesenjangan tersebut.
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di negeri
tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan Pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan
Penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan dan
pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Banyak
negara di masa krisis global menjadikan pajak sebagai instrumen ekonomi yang
memberikan kehidupan bagi berlangsungnya pembangunan yang
berkesinambungan. Pemerintah melalui dirjen pajak telah menetapkan pajak
sebagai komponen strategis agar perencanaan pembangunan tetap berlanjut,
dengan menetapkan salah satu misinya yaitu misi fiskal, menghimpun penerimaan
dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan
pemerintah berdasarkan undang- undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan
efesiensi yang tinggi. Penerimaan pajak dapat berasal dari Pajak Penghasilan
(PPh) dari sektor migas dan non migas, Pajak Pertambahan nilai (PPn), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, maupun
pajak-pajak lainnya.
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan
negara dan kesadaran membayar pajak sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (Nugroho, 2006). Masyarakat harus sadar akan
keberadaannya sebagai warga negara yang sealalu menjunjung tinggi Undang
Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara (Suardika,
2007).

2. Masalah Korupsi
Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi. Singh (1974)
menemukan dalam penelitiannya bahwa penyebab terjadinya korupsi di India
adalah kelemahan moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur
administrasi (17,2 %), hambatan struktur sosial (7,08 %). Sementara itu Merican
(1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
a. Peninggalan pemerintahan kolonial.
b. Kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. Gaji yang rendah.
d. Persepsi yang populer.
e. Pengaturan yang bertele-tele.
f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Di sisi lain Ainan (1982) menyebutkan beberapa sebab terjadinya korupsi


yaitu :
a. Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.
b. Administrasi yang lamban, mahal, dan tidak luwes.
c. Tradisi untuk menambah penghasilan yang kurang dari pejabat pemerintah
dengan upeti atau suap.
d. Dimana berbagai macam korupsi dianggap biasa, tidak dianggap bertentangan
dengan moral, sehingga orang berlomba untuk korupsi.
e. Di India, misalnya menyuap jarang dikutuk selama menyuap tidak dapat
dihindarkan.
f. Menurut kebudayaannya, orang Nigeria Tidak dapat menolak suapan dan
korupsi, kecuali mengganggap telah berlebihan harta dan kekayaannya.
g. Manakala orang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi
pemerintah, mengapa orang harus mempersoalkan korupsi.

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut :
1. Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.
2. Warisan pemerintahan kolonial.
3. sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak
ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang
dilakukan oleh pejabat pemerintah.

3. Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan yang kita hadapi dari tahun ke tahun semakin
meningkat baik yang berasal dari pencemaran air maupun pencemaran udara. Hal
ini bukan hanya disebabkan oleh kegiatan industrinya, tetapi juga oleh aktivitas
manusia dalam rumah tangga.
Banyak orang kurang menyadari akan telah terjadinya pencemaran udara,
padahal sekitar 15% kematian disebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara
di kota-kota besar seperti Jakarta telah cukup memprihatinkan. Jakarta sebagai
kota metropolitan dibebani oleh kegiatan transportasi yang cukup padat yang
memberi sumbangan bahan pencemar udara yang cukup signifikan, demikian
halnya untuk kota-kota besar lainnya. Pencemaran udara akibat gas buang
kendaraan bermotor kurang disadari oleh masyarakat pada umumnya, padahal
dampak dari pembakaran bahan bakar ini sungguh luar biasa dalam jangka
panjang, seperti yang sedang dialami oleh penduduk seluruh dunia yaitu
terjadinya pemanasan global (global warming).
Di samping pemanasan global, terjadinya hujan asam (acid rain) dan
penipisan lapisan ozon merupakan masalah lingkungan masa kini yang juga
menjadi masalah global karena dapat terjadi di seluruh dunia.

4. Masalah Disintegrasi Bangsa


Demokratisasi mengalir dengan deras menyusul terjadinya reformasi di
Indonesia. Disamping menghasilkan perbaikan-perbaikan dalam tatanan Negara
Republik Indonesia, reformasi juga menghasilkan dampak negatif, antara lain
terkikisnya rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Sebagai contoh acapkali
mengemuka dalam wacana publik bahwa ada segelintir elit politik di daerah yang
memiliki pemahaman yang sempit tentang otonomi daerah.

5. Masalah Dekadensi Moral


Dewasa ini, fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme makin
menggejala dalam kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis
moralitas dan akhlak masyarakat, khususnya generasi muda. Fenomena dekadensi
moral tersebut terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media
massa.
6. Masalah Narkoba
Dilihat dari segi letak geografis, Indonesia merupakan negara yang
strategis. Namun, letak strategis tersebut tidak hanya memiliki dampak positif,
tetapi juga memiliki dampak negatif. Sebagai contoh, dampak negatif dari letak
geografis, dilihat dari kacamata bandar narkoba, Indonesia strategis dalam hal
pemasaran obat-obatan terlarang. Tidak sedikit bandar narkoba warga Negara
asing yang tertangkap membawa zat terlarang ke negeri ini. Namun sayangnya,
sanksi yang diberikan terkesan kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek
jera. Akibatnya, banyak generasi muda yang masa depannya suram karena
kecanduan narkoba.

7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan


Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem
hokum dan sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak
faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor
dominan dalam penegakan hukum adalah faktor manusianya. Konkretnya
penegakan hukum ditentukan oleh kesadaran hukum masyarakat dan
profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah salah satu urgensi mata kuliah
pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa.

8. Masalah Terorisme
Tragedi Bali 12 Oktober 2002 telah menyentak nilai-nilai kemanusiaan.
Kejadian itu seolah tidak dapat dipercaya, memuakkan tapi nyata. Pemboman
terhadap sasaran sipil tidak berdosa tersebut di samping telah merobek nilai-nilai
kemanusiaan juga mengingkari nilai-nilai demokrasi yang sedang kita bangun.
Berkenaan dengan peristiwa pemboman yang dahsyat di Bali tersebut
kita wajib menundukkan kepala, bersimpati kepada para korban dan keluarganya
dan berdoa agar arwah para korban diterima oleh Al Khalik di sisinya, dan
keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan untuk menerimanya. Secara
lebih konkrit kita berharap agar para korban dan keluarganya memperoleh
santunan yang sesuai dengan penderitaannya.
Namun demikian, tidak cukup bila kita hanya melakukan tindak
penyesalan, berdoa, berharap dan marah saja. Kita perlu menegakkan kepala
untuk menghadapi tragedi tersebut secara rasional, obyektif, percaya diri dan
mandiri, tidak tergantung kepada pikiran dan arahan pihak lain yang belum tentu
tulus dalam memberikan bantuan dan arahan. Dalam kaitan inilah kita berpijak
dalam memikirkan upaya pencegahan terorisme.
Dengan memperhatikan masalah tersebut, maka pendidikan Pancasila
sangat penting untuk diajarkan pada berbagai jenjang pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar
mahasiswa tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa
memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Kedudukan mata kuliah pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib
umum (MKWU) yang berdiri sendiri dan harus ditempuh oleh setiap mahasiswa,
baik Adapun visi dan misi mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai
berikut:
Visi Pendidikan Pancasila
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
Misi Pendidikan Pancasila
1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan
kehidupan (misi sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai
misi akademik (Sumber: Tim Dikti).
Dalam pembelajaran pendidikan Pancasila, empat pilar pendidikan
menurut UNESCO menjadi salah satu rujukan dalam prosesnya, yang meliputi
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together
(Delors, 1996). Berdasarkan ke-empat pilar pendidikan tersebut, pilar ke-empat
menjadi rujukan utama, yaitu bahwa pendidikan Pancasila dimaksudkan dalam
rangka pembelajaran untuk membangun kehidupan bersama atas dasar kesadaran
akan realitas keragaman yang saling membutuhkan.

B. Alasan Perlunya Pendidikan Pancasila


Dalam sejarah pangjang dunia ini, Civis dan Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah dan di perguruan tinggi merupakan fenomena yang
relative baru. Ada dua faktor yang mengarahkan hal ini, yaitu faktor pertumbuhan
Negara-bangsa dan factor diperkenalkannya pendidikan untuk massa.
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, hakikat Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah Negara kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada
tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu
Negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras,
etnik, atau golongannya (Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, Jakarta: Sek. Neg.
RI, 1998).
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada
Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu ditularkan secara terus-menerus
untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Secara historis, Negara Indonesia telah diciptakan sebagai
Negara kesatuan dengan bentuk republik. Negara kesatuan republik Indonesia
adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia (Pembukaan UUD 1945).
Indonesia di masa depan diharapkan tidak akan mengulang lagi system
pemerintahan otoriter yang membungkam hak-hak warga Negara untuk
menjalankan prinsip demokrasi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan organisasi-organisasi
non-pemerintahan perlu dikenal, dimulai, diinternalisasi, dan diterapkan demi
kejayaan bangsa dan Negara Indonesia.
Sesungguhnya, kehidupan yang demokrasi adalah cita-cita yang
dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan Negara ketika mereka
pertama kali membahas dan merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Berkenaan dengan hal-hal yang diuraikan di atas, pendidikan memiliki
peranan dan tanggung jawab yang memiliki peranan dan tanggung jawab yang
sangat penting dalam mempersiapkan warga Negara yang memiliki komiten kuat
dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang
memberikan kemampuan sebagai seorang warga Negara melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship). Keluarga, tokoh-tokoh keagamaan
dan kemasyarakatan, media masa, dan lembaga-lembaga lainnya dapat bekerja
sama dan memberikan kontribusi yang kondusif tehadap tanggung jawab
pendidikan tersebut.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila


1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Presiden Soekarno pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah.” Dalam pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah
memiliki arti penting dalam membangun kehidupan bangsa untuk lebih bijaksana
di masa depan. Lalu pernyataan tersebut juga sejalan dengan ungkapan dari
seorang filsuf Yunani bernama Cicero (106-435M) yang mengungkapkan,
“Historia Vitae Magistra”, yang artinya “Sejarah Memberikan Kearifan”.
Adapun arti lain dari ungkapan tersebut yang sudah menjadi pendapat
umum (common-sense) yaitu “sejarah merupakan guru kehidupan”. Dengan
pendekatan historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program studi
masing-masing serta dapat berperan secara aktif dan arif dalam berbagai
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan juga dapat menghindari perilaku yang
mengulangi kembali kesalahan sejarah.
Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak sekali hikmah yang bisa
dipetik, contohnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional
selalu mengalami kekalahan dari penjajah? Jawabannya adalah karena perjuangan
dulu masih bersifat kedaerahaan, kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah,
dan kalah dalam penguasaan IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal
ini berarti bahwa apabila integrasi bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah,
maka bangsa Indonesia dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing
bangsa kita melemah.
Implikasi dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi
kejuangan bangsa dan meningkatkan motivasi belajar para mahasiswa dalam
menguasai IPTEKS sesuai dengan prodi masing-masing.
2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sosiologi dikenal sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia.
Didalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola
kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping
juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyarakat. Melalui pendekatan sosiologis, mahasiswa diharapkan dapat struktur
sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan social, dan masalah-masalah
social yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai
pancasila.
Berbeda dengan bangsa lainnya, bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu
asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa Indonesia itu sendiri. Bung
Karno menegaskan bahwa nilai-nilai pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia
sendiri. Dengan kata lain pancasila merupakan nilai sosiologis asli masyarakat
Indonesia.
3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila
Indonesia adalah negara yang memiliki pemerintahan berdasarkan pada
hukum atau biasanya disebut Rule Of Law. Adapun pancasila sebagai dasar
negara merupakan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara
hukum tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah
satu pendekatan utama dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah
pendidikan Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka
menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan salah satu
kewajiban negara yang penting.
Dalam menegakkan hukum dapat efektif apabila didukung oleh
kesadaran hukum warga Negara terutama dikalangan intelektualnya. Dengan
demikian melalui pendekatan yuridisnya mahasiswa dapat ikut serta dalam
mewujudkan mewujudkan negara hukum formal dan sekaligus negara hukum
material sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus
terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat
sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Kesadaran hukum tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan
pidana, tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang
seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga negara
mengetahui hak dan kewajibannya.

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila


Salah satu sumber materi pendidikan pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuanya agar mahasiswa mampu
mendiagosa dan mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha
dalam mewujudkan kehidupan poitik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata
tertib sosial politik yang ideal. Dalam pengenalan politik ini mahasiswa
diharapkan dapat menafsirkan fenomena politik dalam rangka menemukan
pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dalam
mewujudkan politik yang sehat.

D. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila.

1. Dinamika Pendidikan Pancasila

Penentapan Pancasila sebagai dasar Negara itu memberikan pengertian


itu Negara Indonesia adalah Negara pancasila. Hal itu mengandung arti Negara
harus tanggapan menunggu, berbicara dan dijalankannya dalam seluruh
peraturan-udangan. Menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (leseder
d’etre ansambel) dan sungguh Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui itu
pancasila merupakan sebuah kompromi dan consensus nasional karena berita
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat
Indonesia. Penetapan Pancasila sebagai dasar Negara tak pergi menyimpankan
perbedaan (ketidakpedulian), tapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia dinyatakan dalam seloka ‘Bhineka Tunggal Ika’.

2. Tantangan Pendidikan Pancasila

Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila


sebagai dasar negara Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas.
Nilai-nilai ekonomi kerakyatan, misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan
digantikan sistem ekonomi pro-”kapital”.
Pasar-pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya
dilakukan seolah-olah sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang
Akibatnya, rakyat mulai kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain
bangsa ini mulai kehilangan daya kritisnya karena bekerja dalam bidang apa pun
berada di bawah tekanan global. Nasib buruh semakin ternistakan karena
keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik
outsourcing yang kerap tak manusiawi.
Elite politik tampak membiarkan dirinya tercebur dalam pusaran arus
global tanpa proteksi. Kebanggaan diri sebagai bangsa bukan lagi menjadi acuan.
Orientasi hidup hanya mencari popularitas, maka munculnya fenomena
”mengiklankan diri sendiri”tanpa memerhatikan aspek penderitaan rakyat.
Pemerintah sulit menjadikan rasa empati sebagai bahan pertimbangan utama
merancang kebijakan, yang di luar terlihat populis tetapi substansinya sebenarnya
menindas.
Pancasila kita sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila kita
sedang berhadapan dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap
rakyatnya. Pancasila kita juga sedang menghadapi tantangan bagaimana membuat
orang-orang beragama lebih toleran terhadap lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa harus dimaknai bersama-sama dengan sila-sila lainnya. Sebagai bangsa yang
bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak boleh dilakukan dengan cara
menegasikan kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap dijunjung sehingga tercipta
suasana adil dan beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan yang adil dan
beradab, kebijakan sosial-politik-ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal menerapkan Pancasila dalam makna
sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti lagi. Telah bertahun-tahun tahun kita
hidup hanya sebagai bangsa yang dipaksa untuk menghafal sila-sila Pancasila demi
kekuasaan, bukan manifestasinya dalam kehidupan nyata.
Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini membuat
keadaban publik saat ini mengalami kehancuran. Fungsi sebagai pelindung rakyat
tidak berjalan sesuai dengan komitmen. Keadaban publik yang hancur inilah yang
sering kali merusak wajah hukum, budaya, pendidikan, dan agama. Rusaknya
sendi-sendi ini rupanya membuat wajah masa depan bangsa ini semakin kabur.
Upaya untuk “membumikan” Pancasila di tengah bangsa Indonesia
ternyata banyak menghadapi tantangan dan cobaan. Tantangan terhadap Pancasila
sudah mulai tampak sejak masa-masa awal bangsa Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Tantangan terhadap eksistensi Pancasila tidak hanya bersifat
internal tetapi juga bersifat eksternal. Tantangan dari dalam di antaranya berupa
berbagai gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh, Maluku, dan Papua
merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas
dalam menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi
tetap eksisnya keutuhan Bangsa Indonesia dan pancasila.
Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal
berskala besar berupa mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti
saat ini, dimana batas negara sudah tidak tampak lagi dan semua ini menuntut
adanya keterbukaan dan transparansi. Maka Pancasila sebagai benteng
terakhir bangsa, menghadapi tantangan yang cukup berat. satu tantangan terbesar
yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya oleh para pemegang
kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan rakyat dan
penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih
Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera
dijawab oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa
dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara
mengenaskan masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan keadilan juga
menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan.
Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi
kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan
pemilik uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini
masih merupakan pisau keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada
rakyat kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali
manakala dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik
sumber-sumber ekonomi.
Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi,
komunikasi, dan transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas
etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari,
menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan yang terjadi di dunia. Sekecil
apapun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung diketahui
atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apaun
peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari
konsumsi informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan
demikian begitu cepat dan mendalam.
Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan
budaya yang menggilas bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang
hakiki sama sekali tidak sesuai dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi
tercinta, Indonesia.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa


Depan
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud
dengan mata kuliah pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa
Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan esensi materi
pendidikan Pancasila yang meliputi:
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar negara
4. Pencasila sebagai ideologi negara
5. Pancasila sebagai sistem filsafat
6. Pancasila sebagai sistem etika
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya
yang berkaitan dengan tugas menyusun atau membentuk peraturan
perundang-undangan. Contoh lainnya, lulusan/output dari program studi energi di
kemudian hari akan menentukan kebijakan tentang eksplorasi, eksploitasi,
industrialisasi, dan distribusi energi dijalankan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan,
kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studinya masing-masing.
Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa
tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki
pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, urgensi
pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa
sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan
(leitstar) (Abdulgani, 1979: 14).
Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi untuk menanamkan
nilai-nilai moral Pancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa. Dengan
demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas
akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat.
Dilihat dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi mata
kuliah pendidikan Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan,
diantaranya pendekatan historis, sosiologis, dan politik.

B. Saran

Kepada mahasiswa sebagai calon penerus bangsa dan sebagai calon


pengajar harus lebih banyak membaca buku, makalah dan jurnal agar lebih
memahami dan mengerti tentang pentingnya Pendidikan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. 2016. Materi Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Sunarso, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press

Revida, Erika (2003). Korupsi Di Indonesia: Masalah Dan Solusinya. USU digital
library.

Jatmiko , Agus Nugroho (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota
Semarang). Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai